MAKALAH PARKINSON Tugas Monica Anggi P [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MATA KULIAH FISIOTERAPI NEUROMUSKULAR PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENYAKIT PARKINSON



Oleh : MONICA ANGGI PRASETYANINGRUM NIM : 2162106



PROGRAM STUDI FISIOTERAPI PROGRAM SARJANA FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM TAHUN 2022



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Penyakit Parkinson adalah salah satu gangguan neurodegeneratif terbanyak yang diderita manusia. Penyakit Parkinson secara patologis ditandai oleh degenerasi sel-sel saraf dalam otak yang disebut ganglia basalis, hilangnya pigmentasi di substansia nigra, adanya inklusi sitoplasmik yang disebut Lewy bodies, serta penurunan dopamin di substansia nigra pars kompakta (SNC) dan korpus striatum. Penyakit Parkinson menyerang jutaan penduduk di dunia atau sekitar 1% dari total populasi dunia. Penyakit tersebut menyerang penduduk dari berbagai etnis dan status sosial ekonomi. Prevalensi penyakit parkinson di Indonesia adalah 876.665 penduduk dengan total kasus kematian akibat penyakit Parkinson di Indonesia menempati peringkat ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di Asia dengan prevalensi mencapai 1100 kematian pada tahun 2002. Penyakit Parkinson menyebabkan penderitanya mengalami beberapa gejala antara lain gangguan kognitif dan tingkah laku, demensia, penurunan daya ingat, kelemahan otot, katalepsi (gerakan jadi lambat dan kaku) dan tremor. Penderita penyakit Parkinson juga akan mengalami tremor, yaitu suatu gerakan gemetar yang berirama dan tidak terkendali yang terjadi karena otot berkontraksi dan berelaksasi secara berulang. Pengobatan penyakit parkinson saat ini umumnya bertujuan untuk mengurangi gejala motorik maupun non motorik seperti depresi dan penurunan kognitif dan memperlambat progresivitas penyakit.



1



Peran utama fisioterapis sebagai bagian dari tim multidisiplin adalah untuk memaksimalkan kemampuan fungsional pasien sambil meminimalkan



komplikasi



sekunder yang ditimbulkan melalui gerakan. Fisioterapi sebagai pilihan treatment untuk parkinson berfokus pada transfer (berpindah tempat), perbaikan postur dan fungsi ekstremitas atas maupun bawah, keseimbangan dan kapasitas fisik serta aktivitas. Fisioterapis juga dapat menggunakan latihan kognitif dan strategi, termasuk berolahraga untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat kemandirian pasien dan kualitas hidup secara keseluruhan.



2



BAB II TINJAUAN TEORI A. Penyakit Parkinson 1. Definisi Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif, merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia alzheimer penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun keluarga, pertama kali ditemukan oleh seorang dokter Inggris yang bernama James Parkinson, penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami ganguan pergerakan . Angka prevalensi parkinson di Indonesia belum dapat diketahui secara pasti. Akan tetapi mengingat umur harapan hidup makin lama dan makin tinggi yaitu dari tahun 1990-2025, maka Indonesia akan mengalami kenaikan jumlah penduduk usia lanjut sebesar 41,4%. Maka dapat diperkirakan sekitar tahun 2015 – 2020 angka harapan hidup orang Indonesia selama hidupnya mencapai 70 tahun lebih. Penyakit parkinson diperkirakan menyerang 876.665 orang Indonesia dari total jumlah penduduk sebesar 238.452.952. Total kasus kematian akibat penyakit parkinson di Indonesia menempati peringkat ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di Asia dengan prevalensi mencapai 1100 kematian pada tahun 2002. 2. Patofisiologi Penyakit Parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamin yang masif akibat kematian neuron di substansia nigra pars kompakta. Respon motorik yang abnormal disebabkan oleh karena penurunan yang sifatnya progesif dari neurotransmiter dopamin. Kerusakan progresif lebih dari 60% pada neuron 3



dopaminergik substansia nigra merupakan 8 faktor dasar munculnya penyakit Parkinson. Untuk mengkompensasi berkurangnya kadar dopamin maka nukleus subtalamikus akan overstimulasi terhadap globus palidus internus (GPi). Kemudian GPi akan menyebabkan inhibisi yang berlebihan terhadap thalamus. Kedua hal tersebut diatas menyebabkan under-stimulation korteks motorik. 3. Etiologi Etiologi penyakit Parkinson saat ini masih belum diketahui,



namun



belakangan diyakini bahwa penyakit Parkinson dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor lingkungan tersebut termasuk usia, jenis kelamin, penggunaan NSAID, trauma kepala, gangguan kecemasan, paparan timbal, besi, tembaga, paparan pestisida, hal-hal tersebut dapat menjadi faktor resiko penting bagi penyakit Parkinson. 4. Manifestasi Klinis Keadaan penderita pada umumnya diawali oleh gejala yang non spesifik, yang didapat dari anamnesis yaitu kelemahan umum, kekakuan pada otot, pegal-pegal atau kram otot, distonia fokal, gangguan keterampilan, kegelisahan, gejala sensorik (parestesia), dan gejala psikiatrik (ansietas atau depresi). Gambaran klinis penderita Parkinson sebagai berikut : a. Tremor Biasanya merupakan gejala pertama pada penyakit Parkinson dan bermula pada satu tangan kemudian meluas pada tungkai sisi yang sama. Kemudian sisi yang lain juga akan turut terkena. Kepala, bibir dan lidah sering tidak terlihat, kecuali pada stadium lanjut. Frekuensi tremor berkisar antara 4-7 gerakan per detik dan terutama timbul pada keadaan istirahat dan berkurang



4



bila ekstremitas digerakan. Tremor akan bertambah pada keadaan emosi dan hilang pada waktu tidur. b. Rigiditas Pada permulaan rigiditas terbatas pada satu ekstremitas atas dan hanya terdeteksi pada gerakan pasif. Pada stadium lanjut, rigiditas menjadi menyeluruh dan lebih berat dan memberikan tahanan jika persendian digerakan secara pasif. Rigiditas timbul sebagai reaksi terhadap regangan pada otot agonis dan antagonis. Salah satu gejala dini akibat rigiditas ialah hilang gerak asosiatif lengan bila berjalan. Rigiditas disebabkan oleh meningkatnya aktivitas motor neuron alfa. c. Bradikinesia Gerakan volunter menjadi lambat dan memulai suatu gerakan menjadi sulit. Ekspresi muka atau gerakan mimik wajah berkurang (muka topeng). Gerakangerakan otomatis yang terjadi tanpa disadari waktu duduk juga menjadi sangat kurang. Bicara menjadi lambat dan monoton dan volume suara berkurang (hipofonia). d. Hilangnya refleks postural Meskipun sebagian peneliti memasukan sebagai gejala utama, namun pada awal stadium penyakit Parkinson gejala ini belum ada. Hanya 37% penderita penyakit Parkinson yang sudah berlangsung selama 5 tahun mengalami gejala ini. Keadaan ini disebabkan kegagalan integrasi dari saraf propioseptif dan labirin dan sebagian kecil impuls dari mata, pada level talamus dan ganglia basalis yang akan mengganggu kewaspadaan posisi tubuh. Keadaan ini mengakibatkan penderita mudah jatuh.



5



e. Wajah Parkinson Seperti telah diutarakan, bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimik. Muka menjadi seperti topeng, kedipan mata berkurang, disamping itu kulit muka seperti berminyak dan ludah sering keluar dari mulut. f. Sikap Parkinson Bradikinesia menyebabkan langkah menjadi kecil, yang khas pada penyakit Parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut sikap penderita dalam posisi kepala difleksikan ke dada, bahu membongkok ke depan, punggung melengkung kedepan, dan lengan tidak melenggang bila berjalan. g. Bicara Rigiditas dan bradikinesia otot pernafasan, pita suara, otot faring, lidah dan bibir mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang monoton dengan volume yang kecil dan khas pada penyakit Parkinson. Pada beberapa kasus suara berkurang sampai berbentuk suara bisikan yang lamban. h. Disfungsi otonom Disfungsi otonom pada pasien penyakit Parkinson memperlihatkan beberapa gejala seperti disfungsi kardiovaskular (hipotensi ortostatik, aritmia jantung), gastrointestinal (gangguan dismotilitas lambung, gangguan pencernaan, sembelit



dan



regurgitasi),



saluran



kemih



(frekuensi,



urgensi



atau



inkontinensia), seksual (impotensi atau hypersexual drive), termoregulator (berkeringat berlebihan atau intoleransi panas atau dingin). Prevalensi disfungsi otonom ini berkisar 14-18%. Patofisiologi disfungsi otonom pada penyakit Parkinson diakui akibat degenerasi dan disfungsi nukleus yang mengatur fungsi otonom, seperti nukleus vagus dorsal, nukleus ambigus dan



6



pusat medullary lainnya seperti medulla ventrolateral, rostral medulla, medulla ventromedial dan nukleus rafe kaudal. i. Demensia Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang



menyebabkan



deteriorasi



kognisi



dan



fungsional,



sehingga



mengakibatkan gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktifitas sehari-hari. Kelainan ini berkembang sebagai konsekuensi patologi penyakit Parkinson disebut kompleks Parkinsonism demensia. Demensia pada penyakit Parkinson mungkin baru akan terlihat pada stadium lanjut, namun pasien penyakit Parkinson telah memperlihatkan perlambatan fungsi kognitif dan gangguan fungsi eksekutif pada stadium awal. Gangguan fungsi kognitif pada penyakit Parkinson yang meliputi gangguan bahasa, fungsi visuospasial, memori jangka panjang dan fungsi eksekutif ditemukan lebih berat dibandingkan dengan proses penuaan normal. Persentase gangguan kognitif diperkirakan 20%. j. Depresi Sekitar 40% penderita penyakit Parkinson terdapat gejala depresi. Hal ini dapat disebabkan kondisi fisik penderita yang mengakibatkan keadaan yang menyedihkan seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan harga diri dan merasa dikucilkan. Hal ini disebabkan keadaan depresi yang sifatnya endogen. Secara anatomi keadaan ini dapat dijelaskan bahwa pada penderita Parkinson terjadi degenerasi neuron dopaminergik dan juga terjadi degenerasi neuron norepineprin yang letaknya tepat dibawah substansia nigra dan degenerasi neuron asetilkolin yang letaknya diatas substansia nigra.



7



5. Faktor Risiko a) Usia Gejala penyakit Parkinson sekitar 5-10% pada awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, akan tetapi rata-rata menyerang penderita dengan usia 65 tahun, sehingga usia merupakan salah satu faktor resiko penting terserang penyakit Parkinson. b) Onset Secara umum, penyakit Parkinson yang dialami setelah usia 50 disebut penyakit late onset. Disebut penyakit early onset jika tanda dan gejala dimulai sebelum usia 50 tahun. Kasus early onset yang dimulai sebelum usia 20 kadang-kadang disebut penyakit parkinson juvenile. Bentuk late-onset adalah jenis penyakit Parkinson yang paling umum, dan risiko berkembangnya kondisi ini meningkat seiring bertambahnya usia. Karena meningkatnya usia harapan hidup, jumlah orang dengan penyakit ini diperkirakan akan meningkat dalam beberapa dekade mendatang. c) Jenis Kelamin Dalam beberapa kasus dan berdasarkan beberapa penelitian, prevalensi penderita Parkinson antara laki-laki dan perempuan didapatkan rasio 3:2, sehingga jenis kelamin juga dapat menjadi salah satu faktor predisposisi penyakit Parkinson. d) Trauma Kepala Trauma kepala yang berat dan berulang dapat meningkatkan resiko kerusakan pada sel-sel neuron atau kerusakan pada bagian subtantia nigra yang menghasilkan dopamin. Sehingga banyak penelitian yang berpendapat bahwa trauma kepala menjadi salah satu faktor resiko terserang penyakit Parkinson.



8



B. Pemeriksaan Fisioterapi pada Penyakit Parkinson 1. Berg Balance Scale Berg balance scale dikembangkan untuk mengukur keseimbangan dan kemampuan para lansia dengan gangguan fungsi 21 keseimbangan secara objektif melalui penilaian kinerja dari aktivitas fungsional (seperti duduk, berdiri, berpindah tempat) untuk keseimbangan yang lebih aman selama melakukan serangkaian kegiatan keseharian. Berg balance scaleterdiri dari 14 perintah dengan setiap item terdiri dari lima point yang dinilai menggunakan skala ordinal dari 0 – 4, dengan 0 mengindikasikan level fungsi yang lebih rendah dan 4 level fungsi yang lebih tinggi. Skor total 56 pointdengan skor resiko 0 – 20 (risiko terjatuh tinggi, rekomendasi penggunaan kursi roda), 21 – 40 (risiko terjatuh sedang, butuh alat bantu jalan), 41 – 56 (risiko terjatuh rendah, dapat mandiri). 2. MMSE Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan tes yang dapat dilakukan dalam sepuluh menit dan paling sering digunakan untuk menilai penyakit dengan penurunan kognitif, terutama demensia walau pun banyak tes lain yang menawarkan spesifisitas dan sensitifitas yang lebih tinggi. Nilai skor total tes yang diberikan adalah tiga puluh dan dibagi menjadi lima segmen, yaitu orientasi (tempat dan waktu), regristrasi, atensi dan menghitung, memori jangka pendek, bahasa dan kemampuan konstruksi, namun tidak terdapat fungsi eksekutif. Pembagian skor dikelompokkan menjadi tiga dengan 0-16 mengindikasikan definite gangguan kognitig, 17-23 probable gangguan kognitif dan 24 sebagai nilai terendah yang masih dianggap normal. 3. Finger to nose test



9



Bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring, duduk atau berdiri. Dengan posisi abduksi dan ektensi secara komplit, mintalah pada pasien untuk menyentuh ujung hidungnya sendiri dengan ujung jari telunjuknya. Mula-mula dengan gerakan perlahan kemudian dengan gerakan cepat, baik dengan mata terbuka dan tertutup. 4. Nose finger nose test Serupa dengan finger to nose test, tetapi setelah menyentuh hidungnya, pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa dan kembali menyentuh ujung hidungnya. Jari pemeriksa dapat diubah-ubah baik dalam jarak maupun bidang gerakan. 5. Finger to finger test Penderita diminta mengabduksikan lengan pada bidang horizontal dan diminta untuk menggerakkan kedua ujung jari telunjuknya saling bertemu tepat ditengahtengah bidang horizontal tersebut. Pertama dengan gerakan perlahan kemudian dengan gerakan cepat, dengan mata ditutup dan dibuka.



10



FORMULIR PEMERIKSAAN FISIOTERAPI NEUROMUSKULER √ Initial Assesment



 Re-Evaluation



 Discharge



DENTITAS KLIEN No. RM :



012345



Nama : Ny. T



Tanggal Lahir : 08 Agustus 1968



Jenis Kelamin : Perempuan



Alamat : -



Pekerjaan : -



No Telepon : -



Agama



Tanggal Pemeriksaan : 19 Januari 2022



Diagnosa medis : Parkinson’s Disease



:-



PEMERIKSAAN : Keluhan Utama:



Keluhan Penyerta:



Pasien mengeluh tangannya sering gemetar dan Tidak ada jari-jari terasa kaku, serta ketika berjalan sulit mengatur langkah dan sering terjatuh.



Goal/Harapan Klien: Mampu berjalan mandiri Riwayat Penyakit Sekarang:



Riwayat Penyakit Dahulu:



Pasien datang berobat ke RSUD dengan keluhan Hipertensi kesulitan melangkah dan berjalan, langkah kaki pelan-pelan, sering terjatuh, kesulitan saat akan Diabetes militus berputar, serta tubuh terasa kaku. Keluhan dirasakan sejak 4 bulan terakhir muncul mendadak, di mana ini merupakan keluhan pertamanya. Keluhan semakin dirasakan saat beraktivitas, dan menurun saat beristirahat. Kemudian dari poli Saraf dirujuk ke poli Fisioterapi untuk menjalani terapi sesuai jadwal yang sudah ditetapkan.



11



(+) (-)



Riwayat Sosial:



Kemampuan Sebelumnya:



Pasien hanya tinggal bersama dengan suaminya, sedangkan anak-anaknya sudah berumah tangga semua dan tinggal jauh dari pasien. Pemeriksaan Penunjang:



Pasien mampu melakukan Activity Daily Living secara mandiri



Pemeriksaan MRI: didapati hilangnya normal swallow tail appearance pada substansia nigra.



Kesadaran : Compos Mentis



Tekanan Darah : 145/85



Denyut Nadi : 80x/menit



Frekuensi Pernapasan: 24x/menit



Kooperatif/Tidak Kooperatif: Kooperatif



Kognisi dan Persepsi: Kognitif pasien cukup baik dapat diajak berkomunikasi walaupun kurang utuh menjelaskan kronologi.



Pemeriksaan Fisioterapi Observasi Ny. A datang ke poli fisioterapi diantar oleh suaminya, berjalan tanpa alat bantu namun langkahnya kecil-kecil dan ketika berjalan tampak kurang seimbang. Postur tubuh cenderung membungkuk dengan punggung kifosis. Statis   



Tampak abnormal postur dengan punggung kifosis dan forward head Tampak resting tremor pada kedua tangan Wajah pasien terlihat tanpa ekspresi



Dinamis    



Ketika berjalan tampak langkah pasien kecil-kecil Ketika berjalan tidak tampak gerakan mengayun pada lengan Keseimbangan saat berjalan kurang adekuat Pasien kesulitan menghentikan langkahnya



Tandai Bagian Tubuh yang mengalami masalah



Hipotesis: (dugaan fisioterapis dari masalah fisioterapi yang ditemukan dalam pemeriksaan)



1. Adanya gangguan keseimbangan berjalan



2. Adanya gangguan postur kifosis dan forward head 3. Adanya tremor pada kedua tangan



12



4. Adanya gangguan koordinasi 5. Adanya spasme otot pectoralis dan upper trapezius 6. Adanya kekakuan/stiffness pada jari-jari tangan Analisis Gerak



1. Postur : Postur dalam posisi berdiri: a. Anterior: Head



: in



midline Shoulder : simetris SIAS



:



simetris Knee



: simetris Lateral:



Head



: forward



head Shoulder



:



protraksi Alignment vertebrae : kifosis thoracal Pelvic



: posterior tilt



b. Posterior: SIPS



: simetris



Knee



: simetris



Kesimpulan : Kifosis 2. Gangguan Pola Jalan (+) 3. Rigiditas (+) 4. Resting tremor (+)



13



Body Structure/Function (Pemeriksaan dan Pengukuran) 1. Palpasi Spasme pada otot – otot :   



Upper trapezius Pectoralis major Extensor trunk



2. Gait Analisis   



Heel strike dan toe off berkurang Tidak ada ayunan lengan Step length berkurang



3. Tes Koordinasi



14



 



Finger to nose Fist open close



Hasil: terdapat bradikinesia pada gerakan di atas



Activity (Pemeriksaan dan Pengukuran) 1. Berg Balance Scale No 1 2 3 4 5



Item Deskripsi



Duduk ke berdiri Berdiri tak tersangga Duduk tak tersangah Berdiri ke duduk Transfer/berpindah



Skor 4 3 4 3 4



6 7



Berdiri dengan mata tertutup Berdiri dengan kedua kaki rapat



2 3



8



3



9



Meraih kedepan dengan lengan terulur maksimal Mengambil objek dari lantai



10 11



Berbalik melihat ke belakang Berbalik 360 derajat



2 2



12



Menempatkan kaki bergantian ke balok (step stool) Berdiri sengan satu kaki di depan kaki yang lain Berdiri satu kaki



3



13 14 Total



Interpretasi



2



Interpretasi



Mampu tanpa menggunakan tangan dan berdiri stabil Mampu berdiri selama 2 menit dengan pengawasan Mampu duduk dengan aman selama 2 menit Mengonrol gerak duduk dengan tangan Mampu berpindah dengan aman menggunakan tangan minimal Mampu berdiri selama 3 detik Mampu menempatkan kaki secara mandiri dan berdiri selama 1 menit di bawah pengawasan Dapat meraih > 12,5 cm dengan aman Tidak mampu mengambil tetapi mendekati sepatu 2-5 cm dengan seimbang dan mandiri Hanya mampu melihat kesamping dengan seimbang Mampu berputar 360 derajat dengan aman tetapi Perlahan Mampu berdiri mandiri dan aman 8 langkah selama > 20 detik mampu menempatkan secara mandiri selama 30 detik



3 1 40



Skor 41-56 = resiko jatuh rendah Skor 21-40 = resiko jatuh sedang Skor 0-20 = resiko jatuh tinggi 2. TUGT Hasil : 18 detik 3. Functional Reach Test Didapatkan skor reach test sejauh 12 inchi Nilai normal :



15



mencoba untuk berdiri dan tidak mampu 3 detik, tetapi mandiri Resiko jatuh sedang



Activity (Pemeriksaan dan



Body structure/Function (Hasil pemeriksaan dan pengukuran) 1. Stiffness (b7800) 2. Impaired involuntary movement (Tremor, bradykinesia) (b765) 3. Impairment in Gait Pattern (b770) 4. Vestibular function of balance (b2351)



pengukuran):



1. Koordinasi (b7602) 2. Berjalan (d450) 3. Mempertahankan posisi tubuh (d415) 4. Self Care (d5)



Partisipation (Pemeriksaan dan pengukuran):



1. recreation and leisure (d920)



Environmental factors: Dukungan keluarga cukup baik (e310)



Personal Factors: Pasien semangat untuk latihan (d729) Main Problem: Gangguan keseimbangan, spasme otot, postur kifosis dan forward head, tremor, koordinasi, stiffness pada jari-jari tangan



PT diagnose: Gangguan berjalan diakibatkan adanya stiffness, tremor, postur, koordinasi ec Parkinson’s Disease



Goal Treatment: (fungsi, aktivitas atau partisipasi) Tujuan Jangka Pendek  Untuk memperbaiki pola jalan  Untuk memperbaiki keseimbangan dan koordinasi  Untuk Memperbaiki postur atau koreksi postur Tunjuan Jangka Panjang Untuk mengoptimalkan kemampuan aktifitas fungsional pasien dalam berjalan



Treatment Plan: (yang direncanakan selama satu bulan)    



Koreksi postur Latihan aerobik Latihan Pola Jalan Latihan Keseimbangan dan koordinasi



Edukasi dan Home Program: (saran aktivitas sehari-hari dan program latihan di rumah) 1. Mengatur posisi di tempat tidur 2. Latihan fungsional gerakan pada tangan, kaki, wajah dan mulut



16



Evaluasi Simpulan Klinis : (Simpulan klinis yang dituliskan di akhir program latihan fisioterapi)



INTERVENSI DAN EVALUASI No.



Tindakan – Evaluasi Fisioterapi (Jenis tindakan dan dosis)



1.



Latihan sepeda statis F: 3x seminggu I: disesuaikan dengan target heart rate T: 50 menit T: aerobic moderate intensity



2.



Frenkel exercise (berbaring, duduk, berdiri) F: setiap hari I: 7x/set, 3set T: 15 menit T: latihan stabilisasi



3.



Latihan berjalan dengan aba-aba F: 3x seminggu I: 3x bolak T: 15 menit T: gait training



4.



PNF F: 3x seminggu I: 7x/set, 3se T: 30 menit T: manual terapi



17



Paraf CI