Makalah Pemeriksaan Elektrolit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KIMIA KLINIK II PEMERIKSAAN ELEKTROLIT



TINGKAT III B KELOMPOK 7 Disusun Oleh : 1. Hayyatun Nufus



(P27903117068)



2. Meidina Aqmarina Iztasaq



(P27903117078)



3. Nur Meutia Aushaf Zayyan



(P27903117085)



JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS POLTEKKES KEMENKES BANTEN 2019



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan kita sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah Kimia Klinik II yang telah membimbing kami, serta pihak lain yang ikut membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Kami menyadari bahwa, manusia tidak luput dari kesalahan, begitu juga dalam pembuatan makalah ini yang masih banyak memiliki kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca kami butuhkan untuk memperbaiki kesalahan dikemudian hari. Akhir kata kami ucapkan terimakasih, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.



Tangerang , 10 Agustus 2019



Penyusun



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2 DAFTAR ISI ................................................................................................................ 3 BAB I ............................................................................................................................ 4 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4 A. Latar Belakang ................................................................................................. 4 BAB II .......................................................................................................................... 6 PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6 A. Pengertian Elektrolit ........................................................................................ 6 B. Pemeriksaan Elektrolit Darah ........................................................................ 6 1.



Natrium (Na+) ................................................................................................. 6



2.



Kalium (K+) .................................................................................................... 8



3.



Klorida (Cl-) ................................................................................................. 10



4.



Kalsium (Ca2+).............................................................................................. 13



5.



Magnesium (Mg+) ........................................................................................ 16



BAB III ....................................................................................................................... 18 PENUTUP .................................................................................................................. 18 A. Kesimpulan ..................................................................................................... 18 B. Saran ............................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 19



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anakanak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior. Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh. Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk ion bebas (free ions). Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2



4



jenis yaitu kation dan anion. Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit tersebut disebut sebagai kation sedangkan jika elektrolit tersebut mempunyai muatan negatif (-) maka elektrolit tersebut disebut sebagai anion. Contoh dari kation adalah natrium (Na ) dan nalium (K ) & contoh dari anion adalah klorida (Cl ) dan bikarbonat (HCO ). Elektrolit- elektrolit yang terdapat dalam jumlah besar di dalam tubuh antara lain adalah natrium (Na ), kalium (K ) kalsium (Ca ), magnesium (Mg ), klorida (Cl ), bikarbonat (HCO ), fosfat (HPO ) dan sulfat (SO) Di dalam tubuh manusia, kesetimbangan antara air (HO) elektrolit diatur secara ketat agar sel-sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain dalam menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap proses metabolisme.



B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan elektrolit? 2. Bagaimana cara pemeriksaan elektrolit darah?



C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian elektrolit 2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan elektrolit darah



5



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Elektrolit Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ionion dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan atom-atom bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya berbebntuk asam, basa atau garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau rendah. Elektrolit kuat identik dengan asam, basa, dan garam kuat. Elektrolit meruupakan senyawa yang beriktan ion dan kovalen polar. Sebagian besar senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang merupakan salah satu jenis garam yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalam bentuk larutan atau lelehan atau bentuk liquid dan aqueous. Sedangkan dalam bentuk solid atau padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.



B. Pemeriksaan Elektrolit Darah 1. Natrium (Na+) Pra-Analitik a. Persiapan Pasien Tidak ada persiapan khusus b. Persiapan Sampel -



Darah vena di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.



-



Pisahkan serum/plasma dari endapan.



-



Serum/plasma siap digunakan untuk pemeriksaan.



c. Stabilitas Spesimen Serum/plasma stabil selama 24 jam pada suhu 2-8oC d. Persiapan Alat dan Bahan



6



Alat : -



Peralatan pengambilan darah



-



Centrifuge



-



Tabung tutup merah atau hijau



-



Easylite



-



Mikropipet



-



Cuvet



-



Blue tip/Yellow tip



Bahan : -



Serum



-



Urin



-



Plasma Lithium Heparin



-



Reagen : Solution Pack Na/K/Cl



Analitik a. Metode



: Ion Selective Elektroda (ISE)



b. Prinsip



: Aliran cairan yang melewati elektrode natrium terbuat



dari selang kaca, yang dibuat sensitif terhadap ion natrium.Elektrode Kalium terbuat dari selang plastic yang menggunakan valinomycine sebagai elemen selektif. Elektrode Chloride termasuk tabung plastik, khususnya diformulasikan untuk selektif terhadap ion Chloride. Potensial dari setiap elektrode yang terukur dibandingkan terhadap elektrode referensi yang terbuat dari perak/perak Chloride dengan voltase(tegangan) yang stabil dan tetap. c. Cara Kerja



:



1) Serum dimasukkan ke dalam cuvet sebanyak 250 uL. 2) Dipilih analyze blood dan tekan yes, maka probe sampel akan turun. 3) Probe sample dimasukkan ke dalam cuvet yang berisi serum, kemudian tekan yes.



7



4) Biarkan sampai proses pengambilan sampel selesai, probe tertarik naik dan alat melakukan analisa sampel. 5) Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada display. 6) Hasil yang diperoleh dicatat dan didokumentasikan



Pasca Analitik a. Nilai Normal : 135 - 145 mEq/L b. Nilai Kritis



:



-



160 mEq/L gagal jantung



c. Indikasi Klinis : -



Penurunan natrium terdapat pada penderita muntah, diare, penghisapan lambung, cedera jaringan, diet rendah garam, luka bakar, gagal ginjal, penggunaan obat diuretik furosemid, thiazid dan manitol.



-



Peningkatan natrium terdapat pada penderita: dehidrasi, muntah, diare, gangguan jantung kronis, hiperfungsi adrenal, gagal hepatik, intake Na tinggi, dan penggunaan obat kortison, antibiotik, laksansia dan obat batuk



2. Kalium (K+) Pra-Analitik a. Persiapan Pasien Tidak ada persiapan khusus b. Persiapan Sampel -



Darah vena di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.



-



Pisahkan serum/plasma dari endapan.



8



-



Serum/plasma siap digunakan untuk pemeriksaan.



c. Stabilitas Spesimen Serum/plasma stabil selama 24 jam pada suhu 2-8oC d. Persiapan Alat dan Bahan Alat : -



Peralatan pengambilan darah



-



Centrifuge



-



Tabung tutup merah atau hijau



-



Easylite



-



Mikropipet



-



Cuvet



-



Blue tip/Yellow tip



Bahan : -



Serum



-



Urin



-



Plasma Lithium Heparin



-



Reagen : Solution Pack Na/K/Cl



Analitik a. Metode



: Ion Selective Elektroda (ISE)



b. Prinsip



: Aliran cairan yang melewati elektrode natrium terbuat



dari selang kaca, yang dibuat sensitif terhadap ion natrium.Elektrode Kalium terbuat dari selang plastic yang menggunakan valinomycine sebagai elemen selektif. Elektrode Chloride termasuk tabung plastik, khususnya diformulasikan untuk selektif terhadap ion Chloride. Potensial dari setiap elektrode yang terukur dibandingkan terhadap elektrode referensi yang terbuat dari perak/perak Chloride dengan voltase(tegangan) yang stabil dan tetap. c. Cara Kerja



:



9



1) Serum dimasukkan ke dalam cuvet sebanyak 250 uL. 2) Dipilih analyze blood dan tekan yes, maka probe sampel akan turun. 3) Probe sample dimasukkan ke dalam cuvet yang berisi serum, kemudian tekan yes. 4) Biarkan sampai proses pengambilan sampel selesai, probe tertarik naik dan alat melakukan analisa sampel. 5) Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada display. 6) Hasil yang diperoleh dicatat dan didokumentasikan



Pasca Analitik a. Nilai Normal : 3,5 - 5,2 mEq/L b. Nilai Kritis



:



-



Kalium Dewasa



: 6,5 mEq/L



-



Kalium Anak-anak



: 8 mEq/L



c. Indikasi Klinis : -



Peningkatan kalium (hiperkalemia) dapat terjadi apabila ada gangguan ginjal, oliguri, anuria,infuse KCL, oerlukaan, metabolic asidosis, dan penggunaan obat sefalosporin, heparin,epinefrin, histamine.



-



Penurunan kalium (hipokalemia) dapat terjadi karena input kalium rendah dan eksresi lewat urin berlebihan, misalnya pada penyakit muntah, diare, dehidrasi, malnutrisi, diet ketat,trauma, luka pembedahan, penghisapan lambung, DM asidosis, banyak makan permen, luka bakar, hiperaldosteron, alkalosis metabolic dan penggunaan obat diuretic, cortisone, insulin dan aspirin.



3. Klorida (Cl-) Pra-Analitik a. Persiapan Pasien Tidak ada persiapan khusus



10



b. Persiapan Sampel -



Darah vena di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.



-



Pisahkan serum/plasma dari endapan.



-



Serum/plasma siap digunakan untuk pemeriksaan.



c. Stabilitas Spesimen Serum/plasma stabil selama 24 jam pada suhu 2-8oC d. Persiapan Alat dan Bahan Alat : -



Peralatan pengambilan darah



-



Centrifuge



-



Tabung tutup merah atau hijau



-



Easylite



-



Mikropipet



-



Cuvet



-



Blue tip/Yellow tip



Bahan : -



Serum



-



Urin



-



Plasma Lithium Heparin



-



Reagen : Solution Pack Na/K/Cl



Analitik a. Metode



: Ion Selective Elektroda (ISE)



b. Prinsip



: Aliran cairan yang melewati elektrode natrium terbuat



dari selang kaca, yang dibuat sensitif terhadap ion natrium.Elektrode Kalium terbuat dari selang plastic yang menggunakan valinomycine sebagai elemen selektif. Elektrode Chloride termasuk tabung plastik, khususnya diformulasikan untuk selektif terhadap ion Chloride.



11



Potensial dari setiap elektrode yang terukur dibandingkan terhadap elektrode referensi yang terbuat dari perak/perak Chloride dengan voltase(tegangan) yang stabil dan tetap. c. Cara Kerja



:



1) Serum dimasukkan ke dalam cuvet sebanyak 250 uL. 2) Dipilih analyze blood dan tekan yes, maka probe sampel akan turun. 3) Probe sample dimasukkan ke dalam cuvet yang berisi serum, kemudian tekan yes. 4) Biarkan sampai proses pengambilan sampel selesai, probe tertarik naik dan alat melakukan analisa sampel. 5) Hasil pemeriksaan akan ditampilkan pada display. 6) Hasil yang diperoleh dicatat dan didokumentasikan



Pasca Analitik a. Nilai Normal : 96 – 106 mEq/L b. Nilai Kritis



: 120 mEq/L atau mmol/L



c. Indikasi Klinis : -



Peningkatan klorida dapat terjadi pada penderita dehidrasi, hiperfungsi adrenal, peningkatan Na, cedera kepala, decompensasio cordis, infuse NaCl, asidosis metabolic, gangguan ginjal, dan dapat karena obat Amonium Chlorid (OBH), penggunaan kortison dan asetazolamid.



-



Penurunan Klorida dapat terjadi pada penderita muntah, penghisapan lambung, diare, diet rendah garam, Ge, colitis, insufisiensi adrenal, infeksi akut, luka bakar, alkalosis metabolic, terlalu banyak keringat, gagal jantung kronis, asidosis respiratorik, penurunan kadar Kalium dan Natrium, dapat juga terjadi karena penggunaan obat Thiazid, diuretic loop dan bikarbonat.



12



4. Kalsium (Ca2+) Pra-Analitik a. Persiapan Pasien Tidak ada persiapan khusus



b. Persiapan Sampel 1) Cresolphtalein Compleks (CPC) -



Masukkan reagen 1 (Ion Kalsium) dan reagen 2 (Cresolphtalein Compleks ) ke dalam beaker glass kecil dengan perbandingan 1:1



-



Campur sampai homogen, tutup dengan parafilm.



-



Inkubasi selama 10 menit pada suhu 20°C – 25°C.



2) Sulkowitch -



Diperlukan urin 24 jam



-



Urin ditampung di wadah bersih bertutup ulir bermulut lebar



-



Sampel baiknya langsung di periksa tanpa penundaan



c. Persiapan Alat dan Bahan 1) Cresolphtalein Compleks (CPC) -



Beacker glass



-



Parafilm



-



Tabung reaksi



-



Mikropipet



-



Tip biru atau kuning



-



Fotometer



-



Reagen CPC



-



Sampel : Urin 24 jam



2) Sulkowitch -



Tabung Reaksi



-



Pipet Pasteur



13



-



Reagen Sulkowitch



-



Sampel : Urin 24 jam sebanyak 6 mL



Analitik a. Metode



:



1) Cresolphtalein Compleks (CPC) 2) Sulkowitch b. Prinsip



:



1) CPC : Kalsium yang terdapat dalam sampel akan bereaksi dengan CPC (Cresolphtalein Compleks) membentuk warna ungu. Intensitas warna yang terbentuk setara dengan konsentrasi kalsium dalam serum. Kadarnya diukur pada panjang gelombang 578 nm. 2) Sulkowitch : Reagen sulkowitch akan mengendapkan kalsium dalam bentuk kalsium oklasat, tanpa kalsium fosfat oleh pH reagen itu.



c. Cara Kerja



:



Cresolphtalein Compleks (CPC) Blanko



Standar



Sampel



Standar



-



20uL



-



Serum



-



-



20uL



Reagen CPC



1000uL



1000uL



1000uL



Homogenkan, inkubasi selama 10 menit pada suhu 20-25°C. Baca pada panjang gelombang 578 nm.



Sulkowitch 1) Masukkan 3 mL urin ke dalam masing-masing 2 tabung reaksi. 2) Tabung reaksi kedua hanya dipakai sebagai control. 3) Pada tabung 1 tambahkan 3 mL reagen Sulkowitch, campur dan biarkan selama 2-3 menit.



14



4) Baca hasil secara semikuantitatif.



Pasca Analitik a. Nilai Normal : 1) CPC : 8,1 – 10,4 mg/dL 2) Sulkowitch (Interpretasi Hasil) -



Negatif



: Tidak terjadi kekeruhan



-



Positif 1



: Terjadi kekeruhan yang halus



-



Positif 2



: Kekeruhan sedang



-



Positif 3



: Kekeruhan agak berat yang timbul dalam



waktu < 20 detik -



Positif 4



: Kekeruhan berat yang terjadi seketika



b. Nilai Kritis Total Kalsium : -



6 mg/dL (1,5 mmol/L) dapat menyebabkan tetanus dan kejang.



-



13 mg/dL (3,25 mmol/L) dapat menyebabkan kardiotoksisitas, aritmia, dan koma).



-



Terapi cepat pada hiperkalsemia adalah kalsitonin.



c. Indikasi Klinis : -



Hiperkalsemia terutama terjadi akibat hiperparatiroidisme atau neoplasma (kanker). Penyebab lain meliputi paratiroid adenoma atau hiperplasia (terkait dengan hipofosfatemia), penyakit hodgkin, multiple mieloma, leukemia, penyakit addison, penyakit paget, respiratori asidosis, metastase tulang, imobilisasi dan terapi dengan diuretik tiazid.



-



Hipokalsemia dapat diakibatkan oleh hiperfosfatemia, alkalosis, osteomalasia, penggantian kalsium yang tidak mencukupi, penggunaan laksatif, furosemide, dan pemberian kalsitonin. Pseudohipokalsemia kadang-kadang ditemukan bila konsentrasi albumin rendah karena adanya gabungan kalsium dengan albumin.



-



Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kalsium :



15







Hormon paratiroid bekerja pada tulang untuk melepaskan kalsium ke dalam darah, meningkatkan absorpsi kalsium di usus dan meningkatkan reabsorbsi kalsium di ginjal.







Vitamin D menstimulasi absorpsi kalsium di usus.







Estrogen meningkatkan simpanan kalsium dalam tulang.







Androgen, glukokortik oid dan kelebihan hormon tiroid dapat menyebabkan hipokalsemia dan kekurangan kalsium dalam tulang



5. Magnesium (Mg+) Pra-Analitik a. Persiapan Pasien Tidak ada persiapan khusus b. Persiapan Sampel -



Darah vena di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.



-



Pisahkan serum/plasma dari endapan.



-



Serum/plasma siap digunakan untuk pemeriksaan.



c. Stabilitas Spesimen Serum/plasma stabil selama 24 jam pada suhu 2-8oC d. Persiapan Alat dan Bahan Alat : -



Tabung reaksi



-



Mikropipet



-



Tip biru atau kuning



-



Fotometer



-



Sentrifuge



Bahan : -



Serum



16



-



Reagen Xylidyl Blue



Analitik a. Metode



: Xylidyl Blue



b. Prinsip



: Magnesium yang terdapat dalam sampel akan bereaksi



dengan Xylidyl Blue dalam suasana alkalis membentuk kompleks berwarna ungu. Rekasi spesifik untuk magnesium karena dengan penambahan EDTA kalsium membentuk kompleks ion kalsium EDTA . c. Cara Kerja



: Blanko



Standar



Sampel



Standar



-



10uL



-



Serum



-



-



10uL



Reagen



1000uL



1000uL



1000uL



Xylidyl Blue Campur, inkubasi selama 5 menit pada suhu 20-25°C Baca pada panjang gelombang 546 nm Pasca Analitik d. Nilai Normal : -



Serum/plasma



: 1,8 – 2,5 mg/dL (0,74 - 1,03 mmol/L)



-



CSF



: 2,5 – 3,5 mg/dL (1,03 - 1,44 mmol/L)



e. Indikasi Klinis : -



Penurunan malabsorbsi,



magnesium sirosis



terdapat hati,



apada



malnutrisi



alkoholime,



protein,



hipoparatiroid,,



hipoaldosteron, hipokalemia, diare kronis, reseksi usus, dehidrasi dan karena penggunaan abat diuretik, kalsium glukomnas, ampoterisin B, neomicin, dan insulin. -



Peningkatan magnesium dalam darah terdapat pada penderita dehidrasi berat, gangguan ginjal, leukemia limpasitik dan mielosistik, DM awal, obat antasid terutama Mg dan Laksansia Mg.



17



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu kation dan anion. Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit tersebut disebut sebagai kation sedangkan jika elektrolit tersebut mempunyai muatan negatif (-) maka elektrolit tersebut disebut sebagai anion. Contoh dari kation adalah natrium (Na ), Kalsium (Ca) natrium (K ) dan Magnesium (Mg) & contoh dari anion adalah klorida (Cl), Fosfor dan bikarbonat (HCO ).



B. Saran Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dari penulis, diharapkan pembaca mencari referensi lain untuk menambah pengetahuan tentang materi pemeriksaan elektrolit.



18



DAFTAR PUSTAKA Barus, Nuraini. 2017. Pemeriksaan elektrolit pada serum darah menggunakan elektrolit analyzer. Medan: Universitas Sumatera Utara



Asmita, Jeny Marianty. dkk. 2014. Makalah Elektrolit. Kendari: Akademi Analis Kesehatan Kendari



Sari, Dewi Puspita. 2012. Laporan Praktikum Patologi Klinik Pemeriksaan Elektrolit. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Prof. dr. Hamka R, Gandosoebrata. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. DIAN RAKYAT: Jakarta (http://id.m.wikipedia.org/wiki/elektrolit),



diakses



tanggal



10



Agustus 2019 Herawati, Fauna. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kemenkes RI Kurniati, Nining. Dkk. 2019. Modul Praktikum Kimia Klinik II. Jurusan Teknologi Laboratorium Medis. Poltekkes Kemenkes Banten: Tangerang



19