Makalah Penelitian Case Control [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENELITIAN CASE CONTROL Disusun untuk memenuhi tugas perbaikan mata kuliah Metpen



Disusun oleh : Arin Dwi Afrida_P1337434118020 Kelas : Reguler A Dosen Pengampu : Djoko Priyatno, S.P,. M.Sc



DIII ANALIS KESEHATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “ PENELITIAN CASE CONTROL”. Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk untuk memenuhi tugas perbaikan mata kuliah Metpen. Makalah ini akan membahas tentang judul “PENELITIAN CASE CONTROL” yang diambil dari beberapa referensi melalui media internet. Makalah ini masih membutuhkan penyempurnaan, sehingga saran dan kritik dari banyak pihak sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan Makalah ini. Pada akhirnya semoga Makalah yang berjudul “PENELITIAN CASE CONTROL” ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi pembaca. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan pada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Makalah ini.



Semarang, 18 Juli 2020 Penulis



ii | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR............................................................................................................ii DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1 A.



Latar Belakang...........................................................................................................1



B.



Rumusan Masalah......................................................................................................1



C.



Tujuan.........................................................................................................................2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................3 A.



Pengertian...................................................................................................................3



B.



Kelebihan....................................................................................................................4



C.



Kekurangan................................................................................................................4



BAB III DESAIN PENELITIAN..........................................................................................5 A.



Ruang Lingkup...........................................................................................................5



B.



Kegunaan Rancangan Penelitian..............................................................................5



C.



Tahapan Penelitian....................................................................................................6



D.



Penentuan Rasio odds..............................................................................................14



E.



Bias dalam Studi Kasus Kontrol.............................................................................17



BAB IV PENUTUP..............................................................................................................18 A.



Simpulan...................................................................................................................18



DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19



iii | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Penelitian adalah setiap usaha untuk mencari pengetahuan (ilmiah) baru menurut prosedur yang sistematis dan terkontrol melalui data empiris (pengalaman), yang artinya dapat beberapa kali diuji dengan hasil yang sama. Penelitian sangat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang pada gilirannya akan sangat berguna bagi kesejahteraan masyrakat dan kemajuan bangsa. IPTEK membantu untuk menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan gejala yang ada di sekeliling kita. Suatu konfrensi UNESCO di Jenewa pada tahun 1963 antara lain menyimpulkan bahwa pengembangan pembangunan di suatu negara memerlukan mobilisasi sumber daya alamnya dan koordinasi dari semua aktifitas dalam ilmu pengetahuan dasar maupun ilmu pengetahuan terapan dalam bidang ilmu-ilmu alam, sosial dan humaniora. Pengembangan sendiri hendaknya endogen dan bukan merupakan impor teknologi dari luar. Jadi haruslah berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki sendiri dan kultur ilmu pengetahuan setempat. Bagi Indonesia sebagai salah satu negara berkembang hal tersebut disara sangat penting. Penelitian terus dikembangkan pemerintah untuk menemukan pemecahan masalah dan pengelolaan sumber daya yang ada. Untuk itu, penting kiranya masyarakat mempelajari bagaimana cara menyusun sebuah penelitian yang baik dan benar. Penulis ingin menjabarkan secara lebih rinci mengenai metodologi penelitian sebagai langkah awal mengenal dan mempelajari penelitian. Hal ini difokuskan agar masyarakat mengerti bagaimana metodologi penelitian itu sendiri, yang penulis ambil dari beberapa literatur dan pendapat ahli mengenainya utamanya mengenai jenis dan desain penelitian. Kedua hal tersebut secara lebih terperinci akan dijelaskan pada bab pembahasan.



B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dari penelitian case control (studi kasus kontrol)? 2. Kekurangan dan kelebihan apa saja yang dimiliki oleh penelitian case control? 3. Bagaimana tahapan penelitian pada penelitian case kontrol? 4. Bagaimana penentuan ratio odds? 5. Bagaimana bias dalam penelitian case control (studi kasus kontrol)?



iv | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari penelitian case control (studi kasus kontrol) 2. Untuk mengetahui Kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh penelitian case control 3. Untuk mengetahui tahapan penelitian pada penelitian case control 4. Untuk mengetahui penentuan rasio odds 5. Untuk mengetahui bias dalam penelitian case control (studi kasus kontrol)



v | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Pengertian Penelitian



case



control



merupakan



penelitian



jenis



analitik



observasional yang dilakukan dengan cara membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Hal tersebut bergerak dari akibat ( penyakit ) ke sebab ( paparan ). Ciri-ciri dari penelitian case control adalah pemilihan subyek yang didasarkan pada penyakit yang diderita, kemudian lakukan pengamatan yaitu subyek mempunyai riwayat terpapar faktor penelitian atau tidak. Penelitian case control dapat digunakan untuk mencari hubungan seberapa jauh faktor resiko mempengaruhi terjadinya suatu penyakit. Misalnya adalah hubungan antara intensitas atau jangka waktu penyemprotan nyamuk demam berdarah ( Fooging ) dengan seberapa banyak warga yang terjangkit penyakit DBD. Penelitian Case Control adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana factor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan “retrospective”. Case Control dapat dipergunakan untuk mencari hubungan seberapa jauh factor risiko mempengaruhi terjadinya penyakit mis: hubungan antara kanker serviks dengan perilaku seksual, hubungan antara tuberculosis anak dengan vaksinasi BCG atau hubungan antara status gizi bayi berusia 1 tahun dengan pemakaian KB suntik pada ibu. Desain Case control sering dipergunakan para peneliti karena dibandingkan dengan kohort, ia lebih murah, lebih cepat memberikan hasil dan tidak memerlukan sampel yang besar. Bahkan untuk penyakit yang jarang, case control merupakan satu-satunya penelitian yang mungkin dilaksanakan untuk mengindentifikasi factor resiko. Misalnya, kita ingin menentukan apakah pemberian esterogen pada ibu pada periode sekitar konsepsi mempertinggi risiko terjadinya kelainan jantung bawaan. Dengan mengetahui bahwa insiden penyakit jantung bawaan pada BBL dari ibu yang tidak mendapat esterogen adalah 8 per 1000.



Pada studi kohort diperlukan



±4000 ibu tepajan dan 4000 ibu tidak terpajan factor risiko untuk dapat mendeteksi potensi peninggian risiko sebanyak 2x sedangkan dengan Case Control hanya diperlukan 188 kasus dan 188 kontrol. Bila yang diteliti adalah kelainan jantung yang khusus, misalnya malformasi konotrunkus yang kekerapannya hanya 2 per 1000 maka untuk penelitian kohort diperlukan



vi | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



15.700 ibu terpajan dan 15.700 ibu tidak terpajan esterogen sedangkan untuk Case Control tetap hanya diperlukan 188 kasus dan 188 kontrol.



B. Kelebihan a. Studi kasus-kontrol dapat, atau kadang bahkan merupakan satu-satunya, cara untuk meneliti kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang. b. Hasil dapat diperoleh dengan cepat. c. Biaya yang diperlukan relative murah. d. Memerlukan subyek penelitian yang lebih sedikit. e. Dapat digunakan untuk mengidentifikasikan berbagai factor resiko sekaligus dalam satu penelitian.



C. Kekurangan a. Data mengenai pajanan terhadap faktor resiko diperoleh dengan mengandalakan daya ingat atau rekam medis. Daya ingat responden ini menyebabkan terjadinya recall bias, karena responden yang mengalami efek cenderung lebin=h mengingat pajanan terhadap faktor resiko dari pada responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini rekam medis yang seringkali dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat. b. Validasi mengenai informasi kadang kadang sukar diperoleh. c. Oleh karena kasus maupun control dipilih oleh peneliti maka sukar untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok tersebut benar sebanding dalam pelbagai faktor eksternal dan sumber bias lainnya. d. Tidak dapat memberikan incidence rates. e. Tidak dapat diapakai untuk menentukan lebih dari 1 variabel dependen, hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.



vii | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



BAB III DESAIN PENELITIAN



A. Ruang Lingkup Pada umumnya penelitian case control bertujuan untuk mengadakan penelusuran dan mengungkapkan faktor-faktor yang dapat diperkirakan sebagai penyebab timbulnya penyakit. Karena faktor penyebab atau resiko timbulnya penyakit belum diketahui secara pasti, maka variable yang diukur cukup



banyak,



meliputi



kondiai



subjek



penelitian



saat



dilahirkan,



pertumbuhan, umur, saat gejala awal mulai timbul, apa yang telah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, apa ada keluarga yang pernah menderita penyakit serupa, apa selama kehamilan menggunakan obat tertentu, riwayat persalinan, dan lain-lain. Setelah dilakukan persiapan yang cermat dan akurat, lalu dilakukan pengumpulan data dengan metode kuantitatif maupun kualitatif menggunakan keluarganya.



teknik



wawancara



Wawancara



mendalam



mendalam



terhadap



merupakan



salah



penderita satu



dan



teknik



pengumpulan data dalam studi kualitatif untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang pendapat, persepsi, penerimaan, atau kepercayaan masyarakat. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif serta mengarah pada perkiraan faktor penyebab timbulnya penyakit lalu dengan hati-hati ditarik sebuah kesimpulan (Budiarto, 2004). Odd Ratio (OR) dan Confidence Interval (CI) merupakan penentu ada tidaknya hubungan antara paparan dengan objek penelitian. OR merupakan jumlah kasus dengan paparan dikali jumlah kontrol tanpa paparan dbandingkan dengan jumlah kasus tanpa paparan dikali jumlah kontrol dengan paparan.



Jika diperoleh OR > 1 dan CI mencakup 1, maka faktor yang diteliti bukan faktor resiko (Warning et al , xxxx).



B. Kegunaan Rancangan Penelitian Penelitian case control digunakan untuk menilai hubungan antara suatu kejadian penyakit dan paparan (agen penyebab, dan faktor resiko) yang



viii | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



diduga untuk mencegah atau menyebabkan suatu penyakit. Penelitian case control merupakan desain utama dalam suatu penelitian untuk menentukan hubungan antara penggunaan obat dan efek samping yang tidak diinginkan. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk mengadakan penelusuran dan mengungkapkan faktor-faktor yang dapat diperkirakan sebagai penyebab timbulnya penyakit baru yang belum diketahui sebab dan mekaisme terjadinya. Misalnya, melakukan penelusuran terhadap perkiraan faktor penyebab timbulnya AIDS pada awal ditemukannya penyakit itu (Budiarto, 2004).



C. Tahapan Penelitian Tahap-tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai Setiap penelitian diawali dengan penetapan pertanyaan penelitian kemudian disususn hipotesis yang akan diuji validitasnya. Misalnya pertanyaannya adalah : Apakah terdapat hubungan antara konsumsi jamu peluntur pada kehamilan muda dengan kejadian penyakit jantung bawaan pada bayi yang dilahirkan ? Hipotesis yang ingin diuji adalah: Pajanan terhadap jamu peluntur lebih sering terjadi pada ibu yang anaknya menderita penyakit jantung bawaan PJB disbanding pada ibu yang anaknya tidak menderita PJB. 2. Mendeskiripsikan variable penelitian: faktor risiko, efek Intensitas pajanan faktor resiko dapat dinilai dengan cara mengukur dosis,frekuensi atau lamanya pajanan. Ukuran pajanan terhadap faktor resiko yang berhubungan dengan frekuensi dapat besifat : 



Dikotom, yaitu apabila hanya terdapat 2 kategori, misalnya pernah minum jamu peluntur atau tidak.







Polikotom, pajanan diukur pada lebih dari 2 tingkat, misalnya tidak pernah, kadang-kadang,atau sering terpajan.







Kontiniu, pajanan diukur dalam skala kontinu atau numerik, misalnya umur dalam tahun, paritas, berat lahir.



Ukuran pajanan yang berhubungan dengan waktu dapat berupa : 



Lamanya pajanan (misalnya jumlah bulan pemakaian AKDR) dan apakah pajanan itu berlangsung terus menerus.







Saat mendapat pajanan pertama







Bilakah terjadi pajanan terakhir



ix | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



Diantara pelbagai ukuran tersebut, yang paling sering digunakan adalah variable independen ( faktor resiko) berskala nominal dikotom (ya atau tidak) dan variable dependen (efek, penyakit) berskala nominal dikotom (ya atau tidak ) pula. Untuk masalah kesehatan, trutama kesehatan reproduksi, apakah pajanan terjadi sebelum, selama, atau sesuadah keadaan tertentu sangatlah penting. Misalnya, pemakaian kontrasepsi oral oleh perempuan yang belum pernah mengalami kehamilan sampai cukup bulan dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. Kita juga tahu oajanan beberapa obat atau bahan aktif tertentu selama kehamilan muda mungkin berkaitan dengan kejadian kelainan bawaan pada janin. Dalama mencari informasi tentang pajanan suatu faktor risiko yang diteliti maka perlu diupayakan sumber informasi yang akurat. Informasi tersebut dapat diperoleh antara lain : 



Catatan medis rumash sakit, laboratorium patologi anatomi







Data dari catatan kantor wilayah kesehatan







Kontak dengan subyek penelitian, baik secara langsung, telepon, atau surat.



Cara apapun yang digunakan, prinsip utamanya adalah pada kelompok kasus dan kontrol ditanyakan hal-hal yang sama dengan cara yang sama pula, dan pewawancara sedapat mungkin tidak mengetahui apakah subyek termasuk dalam kelompok kasus atau kelompok kontrol. Pengambilan data dari catatan medis sebaiknya juga secara buta atau tersamar, untuk mencegah peneliti mencari data lebih teliti pada kasus maupun pada kontrol. Perlu diketahui bahwa informasi mengenai pemakaian kontrasepsi hormonal lebih lengkap dicatat pada perempuan yang berobat untuk kanker payudara bila dibandingkan dengan pada perempuan yang berobat untuk fraktur tulang. Apabila informasi rekam medis kurang lengkap maka data perlu dilengkapi dengan cara menghubungi subyek (dengan tatap muka langsung, hubungan telepon, surat atau cara berkomunikasi yang lain).



Efek atau Outcome Karena efek/ outcome merupakan hal yang sentral, maka diagnosis atau penentuan efek harus mendapat perhatian utama. Untuk penyakit atau kelainan dasar t=yang diagnosisnya mudah, misalnya anensefali, penentuan



x | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



subyek yang telah mengalami atau tidak mengalami efek sukar. Namun pada banyak penyakir lain sering sulit diperoleh criteria klinis yang obyektif untuk diagnosis yang tepat, sehingga diperlukan cara diagnosis dengan pemeriksaan patologi-anatomik, dan lain-lain. Meskipun demikian kadang diagnosis masih sulit terutama pada penyakit yang manifestasinyabergantung pada stadiumnya. Misalnya artitis rheumatoid dapat mempunyai manifestasi klinis dan hasil laboratorium yang bervariasi, sehingga perlu dijelaskan lebih dahulu criteria diagnosis mana yang dipergunakan untuk memasukkan seseorang menjadi kasus. Untuk beberapa penyakit tertentu telah tersedia criteria baku untuk diagnosis, namun tidak jarang criteria diagnosis yang telah baku pun perlu dimodifikasi agar sesuai dengan pertanyaan penelitian



3. Menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus,kontrol), dan cara untuk pemilihan subyek penelitian. Kasus cara yang terbaik untuk memilih kasus adalah dengan mengambil secara acak subyek dari populasi yang menderita efek. Namun dalam praktik hal ini hampir tidak mungkin dilaksanakan, karena penelitian kasus-kontrol lebih sering dilakukan pada kasus yang jarang, yang diagnosisnya biasanya ditegakkan dirumah sakit. Mereka ini dengan sendirinya bukan subyek yang representatif karena tidak menggambarkan kasus dalam masyarakat. Pasien yang tidak datang ke rumah sakit. Beberapa hal berikut perlu dipertimbangkan dengan cermat dalam pemilihan kasus untuk studi kasus-kontrol agar sampel yang dipergunakan mendekati keadaan dalam populasi. Kasus insidens (baru) atau kasus prevalens (baru+lama) Dalam pemilihan kasus sebaiknya kita memilih kasus insidens (kasus baru). Kalau kita mengambil kasus prevalens (kasus lama dan baru) maka untuk penyakit yang masa sakitnya singkat atau mortalitasnya sangat tinggi, kelompok kasus tidak menggambarkan kedaan dalam populasi (bias Neyman). Misalnya, pada penelitian kasus-kontrol untuk mencari faktor-faktor risiko penyakit jantung bawaan, apabila dipergunakan kasus prevalens, maka hal ini tidak menggambarkan keadaan sebenarnya, mengingat sebagian pasien penyakit jantung bawaan mempunyai angka kematian tertinggi pada periode neonates atau masa bayi. Dengan demikian pasien yang telah meninggal tersebut tidak terwakili dalam penelitian.



xi | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



Tempat pengumpulan kasus Bila di autu daerah terdapat registry kesehatan masyarakat yang baik dan lengkap, maka pengambilan kasus sebaiknya dari sumber di masyarakat (population based), karena kasus yang ingin diteliti tercatat dengan baik. Sayangnya di Indonesia belum ada daerah yang benar benar mempunyai registrasi yang baik, sehingga terpaksa diambil kasus dari pasien yang berobat ke rumah sakit ( hospital based). Hal ini menyebabkan terjadinya bias yang cukup penting (bias Berkson), karena karakteristik pasien yang berobat ke rumah sakit mungkin berbeda dengan karakteristik pasien yang tidak berobat ke rumah sakit. Saat diagnosis Untuk penyakit yang perlu pertolongan segera (misalnya patah tulang) maka saat ditegakkannya diagnosis boleh diakatakan sama dengan mula timbulnya penyakit (onset). Tetapi banyak penyakit yang mula timbulnya perlahan dan sulit dipastikan denga tepat (contohnya keganasan atau pelbagai jenis penyakit kronik). Dalam keadaan ini maka pada saat mengidentifikasikan faktor resiko perlu diyakinkan bahwa pajanan faktor yang diteliti terjadi sebelum terjadinya efek, dan bukan terjadi setelah timbulnya efek atau penyakit yang dipelajari. Contoh : Ingin diketahui hubungan diet dengan kejadian kanker kolon. Pertanyaan harus ditujukan terhadap diet sebelum timbul gejala, sebab mungkin saja subyek telah mengubah dietnya oleh karena terdapatnya gejala penyakit. Penelitian terhadap penyakit yang timbulnya manifestasi memerlukan waktu lama, misalnya sklerosis multiple, perlu perhatian ekstra untuk menentukan saat gejala pertama timbul. Bila gejala sudah lama terjadi, sebaiknya kasus jangan dipakai, sebab sulit dihindarkan kemungkinan terjadinya pajanan setelah timbul penyakit. Kontrol Pemilihan control member masalah yang lebih besar daripada pemilihan kasus, oleh karena control semata mata ditentukan oleh peneliti, sehingga sangat terancam bias. Perlu ditekankan bahwa control harus berasal dari populasi yang sama dengan kasus, agar risiko yang diteliti. Bila peneliti ingin mengetahui apakah kanker payudara berhubungan dengan penggunaal pil KB, maka criteria inklusi untuk control adalah subyek yang memiliki peluang untuk minum pil KB yaitu wanita yang menikah, dalam usia subur (wanita yang tidak menikah atau belum mempunyai anak tidak minum pil kontrasepsi).



xii | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



Ada bebrapa cara untuk memilih control yang baik : 



Memilih kasus dan control dari populasi yang sama : Misalnya kasus adalah semua pasien dalam populasi tertentu sedangkan control diambil secara acak dari populasi sisanya. Dapat juga kasus dan control diperoleh dari populasi yang telah ditentukan sebelumnya yang biasanya lebih kecil (misalnya dari studi kohort).







Matching. Cara kedua untuk mendapatkan control yang baik ialah dengan cara melakukan matching , yaitu memilih control dengan karakteristik yang sama dengan kasus dalam semua variable yang mungkin berperan sebagai faktor risiko kecuali variable yang diteliti. Bila matching dilakukan dengan baik, maka pelbagai variable yang mungkin berperan terhadap kejadian penyakit (keculai yang sedang diteliti) dapt dismakan, sehingga dapat diperoleh asosiasi yang lebih kuat antara variable yang sedang diteliti dengan penyakit. Teknik ini mempunyai keuntungan kain, yakni jumlah subyek yang diperlukan lebih sedikit. Namun jangan terjadi overmatching, yaitu matching pada variable yang nilai resiko relative terlalu rendah. Apabila terlalu dalam mencari subyek kelompok control. Di lain sisi harus pula dihindarkan undermatching yakni tidak dilakukan penyertaan terhadap varibel-variabel yang potensial menjadi peransu (confounder) penting.







Cara lainnya adalah dengan memilih lebih dari satu kelompok kontrol. Karena sukar mencari kelompok control yang benar-benar sebanding maka dapat dipilih lebih dari satu kelompok control. Milanya bila kelompok kasus diambil dari rumah sakit, maka satu control diambil dari pasien lain di rumah sakit yang sama, dan control lainnya berasal dari daerah tempat tinggal kasus. Apabila ratio odds yang didapatkan dengan menggunakan 2 kelompok control tersebut tidak banyak berbeda, hal tersebut akan memperkuat asosiasi yang ditemukan. Apabila ratio odds antara kasus dengan masing-masing control sangat berbeda, berarti salah satu atau kedua hasil tersebut tidak sahih, dengan kata lain terdapat bias, dan perlu diteliti letak bias tersebut. Contoh : Suatu penelitian kasus-kontrol ingin mencar hubungan antara penyakir AIDS pada pria dengan homoseksualitas. Sebagai kasus diambil semua pasien dengan diagnosis AIDS dirumah sakit A. untuk kelompok control pertama dipilih secara acak dari pasien dengan penyakit lain yang dirawat di rumah sakit tersebut dan tidak menderita AIDS (diperoleh rasio odds sebesar 6,3), sedangkan kelompok control kedua dipilih secara acak dari pria sehat yang tinggal berdekatan



xiii | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



dengan tiap pasien dalam kelompok kasus (diperoleh rasio odds 9,0). Walaupun pada kelompok control pertama lebih banyak penyakit lain dibandingkan pada control kedua, ternyata pada kedua kelompok control praktik homoseksualitas jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kasus, sehingga rasio odds pada kedua kelompok control hampir sama. Hal ini jelas memperkuat simpulan terdapatnya hubungan antara homoseksualitas dengan terjadinya AIDS. 4. Menetapkan besar sampel Jumlah subyek yang perlu diteliti untuk memperlihatkan adanya hubungan antara faktor risiko dengan penyakit perlu ditentukan sebelum penelitian dimulai. Pada dasarnya untuk penelitian kasus control jumlah subyek yang diteliti bergantung pada : a. Beberapa frekuensi pajanan faktor risiko pada suatu populasi; ini penting terutama apabila control diambil dari populasi. Apabila densitas pajanan risiko terlalu kecil atau terlalu besar, mungkin pajanan resiko pada kasus dan control hampir sama sehingga diperlukan sampel yang besar untuk mengetahui perbedaannya. b. Rasio odds terkecil yang dianggap bermakna (R). c. Derajat kemaknaan (α ) dan kekuatan (power= 1- β) yang dipilih. Biasa dipilih α = 5%, β = 10% atau 20% (power = 90% atau 80%) d. Rasio antara jumlah kasus control. Bila dipilih control lebih banyak, maka jumlah kasus dapt dikurangi. Bila jumlah control diambil c kali jumlah kasus, maka jumlah kasus dapt dikurangi dari n menjadi (c+1)n/2c. c. Apakah pemilihan control dilakukan dengan matching atau tidak. Diatas telah disebut bahwa dengan melakukan matching maka jumlah subyek yang diperlukan untuk diteliti menjadi lebih sedikit. 5. Melakukan Pengukuran Pengukuran variable efek dan faktor risiko merupakan hal yang dentral pada studi kasus-kontrol. Penentuan efek harus sudah didefenisikan denganjelas dalam usulan penelitian. Pengukuran faktor risiko atau pajanan yang terjadi pada waktu lampau juga sering menimbulkan kesulitan. Kadang tersedia data objektif, missal rekam medis kumpulan preparat hasil pemeriksaan patologianatomik, hasil laboratorium, atau pelbagai henis hasil pencitraan. Namun lebih sering penentuan pajanan pada masa lalu dilakukan semata-mata dengan anamnesis



atau



wawancara



dengan



responden,



jadi



hanya



dengan



mengandalkan daya ingat responden yang mungkin dipengaruhi oleh statusnya (mengalami outcome atau tidak).



xiv | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



6. Menganalisis hasil penelitian Analisis hasil studi kasus-kontrol dapat hanya bersifat sederhana yaitu penentuan ratio odds, sampai pada yang kompleks yakni dengan analisis multivariate pada studi kasus control dengan lebih dari satu faktor resiko. Ini ditentukan oleh apa yang ingin diteliti bagaimana cara memilih control (matched atau tidak), dan terdapatnya variable yang menggangu ataupun yang tidak.



CONTOH PENELITIAN MENGGUNAKAN CASE CONTROL Judul penelitian : hubungan Faktor Resiko Jatuh pada anak yang dirawat di rumah sakit dengan Pengasuh Peneliti : Habip Almis, MD, Ibrahim Hakan Bucak, MD, Capan Konca, MD, Mehmen Turgut, MD, Tahun 2016. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi hubungan faktor resiko jatuh pada anak yg dirawat di RS dengan Pengasuh Metode penelitian : Menggunakan case control study. Anak anak yang termasuk dalam penelitian ini, berada di RS Adiyaman, Turkey  antara bulan Juni 2014 dan Juni 2015.  Di RS tersebut  terdapat 600 tempat tidur. Total bed di klinik pediatrik berkapasistas 118 yang terdiri dari bangsal anak : 65 bed, ICU Anak : 11, ICU neonatus : 25, UGD : 17) Sampel penelitian : anak yng jatuh antara bulan juni 2014 dan juni 2015, Definisi Jatuh pada penelitian ini adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada seseorang  yang tidak sengaja tergeletak di lantai, tanah, atau tempat yang lebih rendah (WHO, 2008). Kriteria inklusi : 1.      Pasien dan pengasuh tidak mempunyai penyakit kronik 2.      Pasien



dan



pengasuh



tidak



menggunakan



obat-obatnya



yang



menyebabkan cemas , meningkatkan stress atau kurang tidur atau gelisah 3.      Perawat tidak mengetahui gangguan psikiatri Terdapat 39 pasien yang mempunyai pengalaman jatuh dan pengasuhnya telah terdaftar dalam penelitian ini. Kelompok kontrol dipilih secara acak dari klinik pediatrik dan 78 pasien “tidak jatuh” disesuaikan dengan usia dan jenis kelamin untuk



pasien



dan



pengasuh



xv | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



merupakan



kelompok non



control. Kelompok peneilian dan kontrol dipilih dalam satu periode yang sama. Prosedur : Persetujuan dari Instutional Review Board (IRB)  Universitas Adiyaman sudah diterima pada penelitian ini.  Oral Consent sudah diperoleh dari orang tua dan setelah peneliti menjelasakan tujuan dan prosedur penelitian secara detail, orang tua menandatangani format informed consent. Peneliti mengumpulkan data yang dilakukan setelah pasien mengalami kejadian jatuh . data dikumpulkan dengan kuisioner dimana bertanya tentang kebiasaan (merokok) dan tingkat pendidikan pengasuh dan data pasien terkait karakteristik  demografik, jumlah saudara kandung, lamanya dirawat dan riwayat jatuh sebelumnya. Analisa Data : analisa menggunakkan statistik deskriptif. Dengan hasil yang ditampilkan berupa persentasi, mean, dan standar deviasi. Selanjutnya data kuantitatif dari kelompok yang di gabung menggunakan Chi square test , independent test dan Whitney U test. Hasil Penelitian : Data dari 117 pasien di evaluasi, 39 pasien dengan jatuh sudah terjadi dan 78 pasien yang tidak mengalami jatuh. usia rata-rata untuk kelompok Jatuh adalah 1471 ± 9,36 dan 15,62 ± 10,65 bulan, masing-masing. usia rata-rata untuk pengasuh kelompok jatuh adalah 29,33 ± 5,89 dan 29,53 ± 5,56 tahun.Ada perbedaan yang signifikan pada hubungan resiko jatuh terhadap tingkat pendidikan pengasuh (p  Analisa dari hubungan faktor resiko dengan pengasuh terhadap kejadian jatuh anak yang dirawat inap, oleh multivariat regresi logistik, menunjukkan pendidikan pengasuh yang rendah (OR = 0,361; CI= 0,196 -0665; P< 0,01) kebiasaan merokok perawat  (OR= 4.863; CI=1.058 – 22.358) dan peningkatan lamanya dirawat pada anak  (OR=1.994;CI = 1.475-2.696; p   yang dilakukan meningkatkan resiko jatuh pada anak yang dirawat inap.  Keterbatasan Penelitian : 1.      terletak pada data yang diperoleh hanya dari satu rumah sakit. 2.       Keterbatasn yang pelaing  menjadi perhatian pada penelitian ini adalah data tesebut diperoleh setelah jatuh terjadi. 3.      Tidak memeriksa karakteristik personal dari pengasuh (beberapa pengasuh depresi, cemas, perfeksionis, neurotic, social phobic,  emosi yang tidak stabil, apatis, tidak sensitif , ebberapa tidak percaya diri)  dan tidak mengukur tingkat stess dan kecemasannya.



xvi | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



Kesimpulan : Banyak alat pengkajian utuk resiko jatuh yang digunakan untuk pasien pediatrik,walaupun beberapa tidak cukup layak sensitivitasnya atau ketegasannya yang tinggi. Penelitian ini menyediakan data penting dalam mengidentifikasi faktor resiko terhadap jatuh yang terjadi karena pengasuh di ruang rapat inap anak. Karena penelitian ini mempercayai bahwa skala penilaian resiko jatuh layak digunakandi masa mendatang  pada pasien anak dimana harus mempertimbangkan tingkat pendidikan, kebiasaan, penyakit dan obat2 yang digunakan perawat. Analisa Jurnal terkait dengan konsep case control study: Berdasarkan pada BAB Sebelumnya yang menjelasakan konsep case controstudyl, Penelitian yang berjudul Risk Factor Related to Caregivers in Hospitalized Children Falls yang diteliti oleh Habip Almis, MD, Ibrahim Hakan Bucak, MD, Capan Konca, MD, Mehmen Turgut, MD, merupakan penelitian yang menggunakan desain case control study yang  ini dilakukan pada  Tahun



2016



di



ini bertujuan mengidentifikasi



RS



Adimayan,



hubungan



faktor



Turki.



Penelitian



resiko



jatuh



dengan pengasuh pada anak yang dirawat inap. Terdapat 2 kelompok, yaitu kelompok case dan kelompok kontrol. Kelompokcase adalah 39 pasien yang mengalami jatuh saat dirawat di rumah sakit sedangkan kelompok kontrol adalah 78 pasien yang tidak mengalami jatuh saat dirawat di rumah sakit. Penelitian dan kelompok kontrol dipilih dalam satu periode yang sama.



D. Penentuan Rasio odds A. Studi kasus-kontrol tanpa ‘matching’ Ratio odds (RO) pada studi kasus-kontrol dapat diartikan sama dengan resiko relative (RR) pada studi kohort. Pada penelitian kohort dimulai dengan pol=pulasi yang terpajan (a+b) dan populasi yang tidak terpajan (c+d) . Dengan perjalanan waktu maka dengan sendirinya akan timbul efek pada populasi yang terpajan (a) dan pada populasi yang tidak terpajan (d). kemudian dapat dihitung kejadian efek pada populasi terpajan (a/[a+b]) dan efek pada populasi yang tidak terpajan (c/{c=d]) sehingga dapat dihitung resiko relative yaitu :



RR=



(insiden pada kelompok dengan faktor risiko) a /(a−b) = (insiden pada kelompok tanpa faktor risiko) c /(c +d )



xvii | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



Pada penelitian kasus-kontrol dimulai dengan mengambil kelompok kasus (a+c) dan kelompok control (b+d). oleh karena kasus adalah subyek yang sudah sakit dan control adalah mereka yang tidak sakit maka tidak dapat dihitung insidens penyakit baik pada kasus maupun control. Yang dapat dinilai adalah berapa sering terdapat pajanan pada kasus dibandingkan pada control. Hal inilah yang menjadi alat analisis pada studi kasus-kontrol, yang disebut ratio odds (RO). RO=



odds pada kelompok kasus odds pada kelompok kontrol



RO=



( proporsi kasus dengan risiko) ( proporsi kontrol dengan risiko) : ( proporsi kasus dengan risiko ) ( proporsi kontrol dengan risiko)



a :c /(a−c) ( a−c ) a/c ¿ = =ad /bc b b/d :d /(b+ d) b+ d



B. Studi kasus-kontrol dengan ‘matching’ Pada studi kasus control dengan matching individual, harus dilakukan analisis dengan menjadikan kasus dan control sebagai pasangan-pasangan. Jadi, bila misalnya terdapat 50 kasus yang masing masing berpasangan dengan tiap subyek dari 50 kontrol, maka kita lakukan pengelompokan menjadi 50 pasangan sebagai berikut. Hasil pengamatan studi kasus-kontrol biasanya disusun dalam table 2 x 2 dengan keterangan sebagai berikut : Sel a : kasus dan control mengalami pajanan Sel b : kasus mengalami pajanan, control tidak Sel c : kasus tidak mengalami pajanan, control mengalami Sel d : kasus dan control tidak mengalami pajanan



Kontrol Risiko + Risiko -



KASUS



Risiko + a c



Risiko b d



Rasio adds pada studi kasus control dengan matching ini dihitung dengan mengabaikan sel a karena baik kasusmaupun control terpajan, dan sel d, karena baik kasus maupun control tidak terpajan. Rasio adds dihitung dengan formula : RO−



b c



xviii | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



RO, walaupun tidak sama dengan risiko relative akan tetapi dapat dipakai sebagai indicator adanya kemungkinan hubungan sebab akibat antara faktor risiko dan efek. Nilai RO dianggap mendekati risiko relative apabila : 1) Insiden penyakit yang diteliti kecil, biasanya dianggap tidak lebih dari 20% populasi terpajan. 2) Kelompok control merupakan kelompok representative dari populasi dalam hal peluangnya untuk terpajan faktor risiko 3) Kelompok kasus harus representative Interprestasi nilai RO dengan interval kepercayaannya sama dengan interperestasi pada penelitian cross-sectional, yakni RO yang > 1 menunjukkan bahwa faktor risiko, bila RO = 1 atau mencakup angka 1 berarti bukan faktor risiko, dan bila kurang dari 1 berarti merupakan faktor yang melindungi atau protektif.



CONTOH STUDI KASUS-KONTROL TANPA ‘MATCHING’ Masalah .



Apakah abortus berhubungan dengan risiko kejadian plasenta



previa pada kehamilan berikutnya ? Hipotesis. Studi kasus-kontrol, hospital based Kasus. Wanita melahirkan di RSCM dari 1 Januari 1996 sampai dengan 31 Desember 1999 secara bedah ceasar atas indikasi plasenta previa totalis yang dibuktikan dengan USG dan klinis pendarahan antepartum. Kontrol. Wanita yang melahirkan dalam kurun waktu yang sama tanpa plasenta previa dan dipilih secara acak. Faktor risiko yang ingin diteliti.



Riwayat terdapatnya abortus sebelum



persalinan sekarang. Pengumpulan data. Dengan wawancara dan pengisian kuesioner diperoleh data dari 68 kasus dan 68 kontrol. Analisis data. Meskipun RO lebih dari 1, namun karena interval kepercayaannya mencakup angka 1, maka simpulannya adalah abortus tidak mempunyai hubungan dengan terjadinya plasenta previa pada kehamilan kemudian, atau diperlukan lebih banyak kasus untuk membuktikannya.



RIWAYAT ABORSI



xix | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



Plasenta previa Ya Tidak Jumlah



ya 12 56 68



Tidak 9 59 68



jumlah 21 115 136



Ratio adds = (12x59) / (9x56)=1,4 Internal kepercayaan 95%=0,5 ; 3,6



E. Bias dalam Studi Kasus Kontrol Bias merupakan kesalahan sistematis yang menyebabkan hasil penelitian tidak sesuai dengan kenyataan. Pada penelitian kasus-kontrol terdapat tiga kelompok bias yang dapat mempengaruhi hasil, yaitu : 1.



Bias seleksi



2.



Bias informasi



3.



Bias perancu (confounding bias)



Sackett* mencatat beberapa hal yang dapat menyebabkan bias, di antaranya adalah : a. Informasi tentang faktor risiko atau faktor perancu (confounding factors) mungkin



terlupa oleh subyek penelitian atau tidak tercatat dalam catatan



medik kasus (recall bias) b.



Subyek yang terkena efek (kasus), karena ingin mengetahui penyebab



penyakitnya lebih sering melaporkan faktor risiko dibandingkan dengan subyek yang tidak terkena efek (kontrol) c. Peneliti kadang sukar menentukan dengan tepat apakah pajanan suatu agen menyebabkan penyakit ataukah terdapatnya penyakit menyebabkan subyek lebih terpajan oleh agen d. Identifikasi subyek sebagai kasus maupun kontrol yang representatif seringkali sangat sukar



xx | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



BAB IV PENUTUP



A. Simpulan Penelitian



case



control



merupakan



penelitian



jenis



analitik



observasional yang dilakukan dengan cara membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Hal tersebut bergerak dari akibat ( penyakit ) ke sebab ( paparan ). Ciri-ciri dari penelitian case control adalah pemilihan subyek yang didasarkan pada penyakit yang diderita, kemudian lakukan pengamatan yaitu subyek mempunyai riwayat terpapar faktor penelitian atau tidak. Pada umumnya penelitian case control bertujuan untuk mengadakan penelusuran dan mengungkapkan faktor-faktor yang dapat diperkirakan sebagai penyebab timbulnya penyakit. Karena faktor penyebab atau resiko timbulnya penyakit belum diketahui secara pasti, maka variable yang diukur cukup



banyak,



meliputi



kondiai



subjek



penelitian



saat



dilahirkan,



pertumbuhan, umur, saat gejala awal mulai timbul, apa yang telah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, apa ada keluarga yang pernah menderita penyakit serupa, apa selama kehamilan menggunakan obat tertentu, riwayat persalinan, dan lain-lain. Setelah dilakukan persiapan yang cermat dan akurat, lalu dilakukan pengumpulan data dengan metode kuantitatif maupun kualitatif menggunakan keluarganya.



teknik



wawancara



Wawancara



mendalam



mendalam



terhadap



merupakan



salah



penderita satu



dan



teknik



pengumpulan data dalam studi kualitatif untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang pendapat, persepsi, penerimaan, atau kepercayaan masyarakat. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif serta mengarah pada perkiraan faktor penyebab timbulnya penyakit lalu dengan hati-hati ditarik sebuah kesimpulan (Budiarto, 2004).



xxi | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



DAFTAR PUSTAKA



Almis, H., Bucak, I. H., Konca, C., & Turgut, M. (2017). Risk Factors Related to Caregivers in Hospitalized Children’s Falls. Journal of Pediatric Nursing, 32, 3–7. https://doi.org/10.1016/j.pedn.2016.10.006. Budiarto, Eko. 2004. Metodelogi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC. Hidayat, A. (2012). Desain studi cross sectional, case control dan cohort dalam epidemiologi.https://www.statistikian.com/2012/08/perbedaan-crosssectional-case-control-cohort.html Prof. DR. Dr. Sudigdo Sastroasmoro, Sp.A (K) , Prof. Dr. Dr. Sofyan Ismael, Sp.A (K).(2014). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta .CV Sagung Seto. Prof.



Dr.



Soekidjo



Notoatmodjo.(2010).



Kesehatan.Jakarta.Rieneka Cipta.



xxii | M a k a l a h _ p e n e l i ti a n c a s e c o n t r o l



Metodologi



Penelitian