Makalah Penelitian Pengembangan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN



Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Metodologi Penelitian Pendidikan yang dibimbing oleh Dr. Avia Riza Dwi Kurnia,S.Pd, M.Pd dan Deny Setiawan, M.Pd Disajikan pada Jumat, 27 Maret 2020



Disusun Oleh: Kelompok 5 – Offering B 2017 Femi Mega Lestari



170341615098



Furzania Mumtaza



170341615056



Ilfia Kholifaturrohmah



170341615068



Silvi Dwi Pangestu



170341615015



Vega Putri Adiani



170341615022



UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI Maret 2020



0



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Pendidikan terus mengalami perubahan mengikuti perkembangan zaman yang bersifat dinamis. Akibat perkembangan dunia maka muncul masalahmasalah dalam dunia pendidikan. Terutama pada proses pembelajaran yang menuntut siswa untuk akhtif. Selain itu, pada abad 21 ini siswa dituntut untuk memeliki keterampilan abad 21 agar mampu bersaing dengan banyak orang ketika hidup bermasyarakat dan memiliki kemampuan agar tidak tergantikan dengan mesin ataupun teknologi yang digunakan saat ini. Banyak cara telah digunakan dalam mengatasi masalah-masalah yang muncul. Salah satunya adalah dengan mengembangkan suatu produk ataupun sistem yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran. Pengembangan suatu produkpun tidak serta merta langsung membuat, tetapi mengguankan acuan atau model pengembangan yang sesuai dengan permasalah yang dihadapi dan produk yang akan di buat. Terdapat banyak model pengembangan yang dikembangkan oleh para ahli. Model-model tersebut terbagi menjadi tiga orientasi, yaitu model pengembangan yang berorientasi pada produk, berorientasi pada sistem, dan berorientasi pada proses pembelajaran. Model model ini memiliki karakteristik dan langkah pengembangan yang khas. Oleh karena itu, kami membuat makalah ini untuk menjelaskan mengenai jenis penelitian yang berupa penelitian dan pengembangan sehingga dapat memberikan gambaran bagi pembaca. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan urain latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut. 1. Bagaimana filosofi penelitian penngembangan? 2. Bagaimana macam-macam model pengembangan? 3. Bagaimana karakteristik penelitian pengembangan? 4. Bagaimana menilai kelayakan hasil pengembangan?



1



2



5. Bagaimana langkah-langkah penilaian hasil pengembangan? C. TUJUAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini sebagai berikut. 1. Mengetahui filosofi penelitian pengembangan. 2. Mengetahui macam-macam model pengembangan. 3. Mengetahui karakteristik penelitian pengembangan. 4. Mengetahui menilai kelayakan hasil pengembangan. 5. Mengetahui langkah-langkah penilaian hasil pengembangan.



BAB II ISI A. FILOSOFI PENELITIAN PENGEMBANGAN 1. Pengertian Penelitian Pengembangan Metode penelitian dan pengembangan atau dalam Bahasa Inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiono, 2010). Pengertian penelitian pengembangan menurut Borg & Gall adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan (Setyosari, 2010). Sedangkan menurut Seels & Richey bahwasanya penelitian pengembangan adaah kajian secara sistematis untuk merancang, mengembangkan dan mengevaluasi program-program, proses dan hasil-hasil pembelajaran yang harus memenuhi kriteria konsistensi dan keefektifan internal (Setyosari, 2010). Metode penelitian dan pengembangan telah banyak digunakan pada bidang-bidang Ilmu Alam dan Teknik. Hampir semua produk teknologi, seperti alat-alat elektronik, kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal laut, senjata, obat-obatan, alat-alat kedokteran, bangunan gedung bertingkat dan alat-alat rumah tangga yang modern diproduksi dan dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan (Setyosari, 2010). Dalam bidang peneitian, produk-produk yang dihasilkan penelitian R&D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas dan relevan dengan kebutuhan. Penelitian pengembangan ini mengikuti langkah-langkah secara siklus. Langkah-langkah penelitian atau proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan tersebut, melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar dimana produk tersebut akan dipakai dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan.



3



4



Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan suatu produk baru atau bahkan menyempurnakan produk yang telah ada agar lebih efektif dan relevan. 2. Tujuan Penelitian Pengembangan Menurut Van den Akker alasan dilakukannya penelitian dan pengembangan adalah sebagai berikut (Setyosari, 2010): a. Alasan pokok berasal dari pendapat bahwa pendekatan penelitian “tradisional” (misalnya, penelitian survei, korelasi, eksperimen) dengan fokus penelitian hanya mendeskripsikan pengetahuan, jarang memberikan deskripsi yang berguna dalam pemecahan masalahmasalah rancangan dan desain dalam pembelajaran atau pendidikan. b. Alasan lainnya, adanya semangat tinggi dan kompleksitassifat kebijakan reformasi pendidikan. Tujuan dari penelitian pengembangan adalah sebagai berikut (Setyosari, 2010): 



Menilai perubahan-perubahan yang terjadi selama kurun waktu tertentu.







Untuk menghasilkan suatu produk baru melalui proses pengembangan.



3. MACAM-MACAM MODEL PENELITIAN PENGEMBANGAN Penelitian dan pengembangan sering digunakan pada bidang pendidikan untuk



mengatasi



pengembangan



masalah



erat



pendidikan.



kaitannya



dengan



Pelaksanaan penggunaan



penelitian suatu



dan model



pengembangan. Model pengembangan disesuaikan dengan produk yang akan dihasilkan dan masalah yang akan diselesaikan di lapangan. Berbagai macam model pengembangan telah dikembangkan oleh banyak ahli, namun di sini kami hanya menjelaskan beberapa model pengembangan yang sering digunakan oleh banyak peneliti, diantaranya sebagai berikut. 1. Model Dick-Carey



5



Model Dick-Carey bersifat sistemik dan prosedural dan berisi sembilan langkah desain yang harus dieksekusi berturut-turut dan berujung pada evaluasi pengajaran (Dick, et al., 2015). a. Identifikasi tujuan pembelajaran Pernyataan



tujuan



menggambarkan



suatu



keterampilan,



pengetahuan atau sikap yang diharapkan dimiliki oleh seorang pelajar b. Melakukan analisis instruksional Tahap ini dilakukan untuk menentukan apa yang harus diingat oleh pelajar atau apa yang harus dapat dilakukan untuk melakukan tugas tertentu. c. Analisis peserta didik dan konteks Tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik umum peserta didik termasuk keterampilan sebelumnya, pengalaman sebelumnya, dan demografi dasar; mengidentifikasi karakteristik yang berkaitan langsung dengan keterampilan yang akan diajarkan; dan melakukan analisis pengaturan kinerja dan pembelajaran. d. Menuliskan tujuan kinerja. Tahap ini dilakukan untuk merumuskan hal apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik ketika mereka menyelesaikan instruksi. Pernyataan-pernyataan



ini,



diidentifikasi



analisis



dalam



berasal



dari



keterampilan



pembelajaran,



yang



mengidentifikasi



keterampilan yang harus dipelajari, kondisi di mana keterampilan akan ditunjukkan, dan kriteria untuk kinerja yang sukses. e. Mengembangkan instrumen penilaian. Tahap ini dilakukan untuk mengembangkan penilaian paralel yang dapat mengukur kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah dibuat sebelumnya. Penekanan utama ditempatkan pada mengaitkan jenis keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan dengan persyaratan penilaian. Rentang penilaian yang mungkin untuk menilai pencapaian keterampilan kritis peserta didik sepanjang waktu termasuk tes objektif, pertunjukan langsung, ukuran pembentukan sikap, dan portofolio yang merupakan koleksi penilaian objektif dan alternatif



6



f. Mengembangkan strategi pembelajaran Peneliti mengidentifikasi strategi pembelajaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan yang menekankan pada komponen yang dapat mendorong pembelajaran siswa. Strategi ini didasarkan pada teori pembelajaran saat ini dan hasil penelitian pembelajaran, karakteristik media yang digunakan untuk melibatkan peserta didik, konten yang akan diajarkan, dan karakteristik peserta didik yang berpartisipasi dalam pengajaran. g. Mengembangkan dan pemilihan bahan ajar Tahap ini, strategi pembelajaran digunakan untuk menghasilkan instruksi, dan biasanya mencakup bimbingan untuk peserta didik, bahan ajar, dan penilaian. Keputusan untuk mengembangkan materi asli tergantung pada jenis hasil pembelajaran, ketersediaan bahan relevan yang ada, dan sumber daya pengembangan yang tersedia. h. Merancang dan melakukan evaluasi formatif instruksi Evaluasi formatif dilakukan untuk membantu menciptakan dan meningkatkan proses pengajaran dan produk. Evaluasi formatif terdiri dari tiga jenis, yaitu evaluasi satu satu, evaluasi kelompok kecil,



dan



evaluasi



ujicoba



lapangan



yang



masing-masing



menyediakan perancang dengan serangkaian informasi yang berbeda yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengajaran. i. Merevisi instruksi Tahap ini merupakan taham terakhir dalam proses desain dan pengembangan. Data dari evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengidentifikasi kesulitan yang dialami oleh peserta didik dalam mencapai tujuan dan untuk menghubungkan kesulitan tersebut dengan kekurangan spesifik dari produk yang dirancang. Data dari evaluasi formatif tidak hanya digunakan untuk merevisi produk sjaa tetapi juga untuk menguji kembali validitas analisis pembelajaran. j. Merancang dan melakukan evaluasi sumatif



7



Evaluasi ini merupakan bukan dari proses desain yang dilakukan setelah produk dievaluasi secara formal dan cukup direvisi untuk memenuhi standar perangcang. Evaluasi ini biasanya tidak dilakukan oleh peneliti tetapi oleh evaluator independen. Evaluasi ini diberikan untuk mengetahui apakah produk yang dirancang dapat menyelesaikan masalah yang ditemui.



Gambar 1. Tahapan Pengembangan Model Dick-Carey (Seel, et al., 2017). 2. Model Kemp Menurut Kemp pengembangan perangakat merupakan suatu lingkaran yang berkelanjutan. Langkah-langkah model pengembangan Kemp sebagai berikut (Morrison, et al., 2013). a. Masalah pembelajaran. Tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh peserta didik. b. Peserta didik dan Konteks. Tahap ini dilakukan pendefinisian karakteristik peserta didik. Peneliti dapat mengumpulkan informasi tentang tingkat membaca peserta didik, pengetahuan latar belakang umum, asumsi, atau pengalaman kerja. Informasi yang Anda kumpulkan akan tergantung pada masalah dan audiens. c. Analisis tugas. Tahap ini digunakan untuk menentukan pengetahuan dan prosedur apa yang perlu disertakan dalam produk yang dibuat untuk membantu peserta didik mencapai tujuan dan penemuan berbagai tenik yang perlu digunakan untuk menganalisis berbagai jenis konten.



8



d. Tujuan instruksional. Tujuan instruksional menentukan dengan tepat apa yang harus dikuasai pelajar. Tujuannya menyediakan peta untuk merancang instruksi dan untuk mengembangkan sarana untuk menilai kinerja pelajar. e. Pengurutan konten. Urutan di mana informasi disajikan memainkan peran penting dalam membantu pelajar memahami dan mempelajari informasi. Pada pandangan pertama, orang mungkin berharap untuk menyajikan informasi dalam urutan yang sama seperti yang didefinisikan oleh analisis tugas. Namun, memesan informasi dalam urutan logis dapat membantu pelajar memahami ide-ide dengan cara yang lebih efisien dan efektif. f. Strategi pengajaran. Tahap ini melibatkan merancang cara-cara kreatif dan kadang-kadang inovatif untuk menyajikan informasi yang membantu peserta didik mengintegrasikan informasi baru dengan ideide yang sudah mereka pahami. Proses ini melibatkan berbagai pendekatan mulai dari analogi sederhana hingga simulasi yang kompleks. g. Meranacang pesan. Pesan berupa pola kata-kata dan gambaran yang dibuat untuk berkomunikasi dengan peserta didik. Desain pesan bersifat spesifik dan disengaja yang digunakan untuk mengatur katakata dan gambar. Proses ini menggunakan teknik mulai dari cara peneliti menyusun kalimat menggunakan kata-kata sinyal seperti ‘‘Ingat di langkah terakhir ...” hingga penggunaan elemen tipografi seperti huruf tebal atau huruf miring untuk mengarahkan perhatian pelajar. Memilih gambar, teks, dan desain tipografi yang sesuai dapat lebih meningkatkan keterbacaan dan pemahaman pelajar tentang instruksi. h. Pengembangan. Tahap ini melibatkan penyatuan semua bagian untuk menghasilkan materi pengajaran seperti rekaman video, halaman web, materi cetak, atau kaset audio. i. Instrumen evaluasi. Instrumen evaluasi digunakan untuk menilai penguasaan tujuan oleh pelajar. Beberapa tujuan mudah dinilai dengan



9



metode yang sudah dikenal seperti tes item pilihan ganda, sedangkan tujuan lain membutuhkan pendekatan yang lebih kompleks seperti portofolio yang merupakan kumpulan produk kerja yang patut dicontoh selama periode waktu tertentu.



Gambar 2. Tahapan Pengembangan Model Kemp (Morrison, et al., 2013). 3. ADDIE Konsep ADDIE diterapkan untuk membangun pembelajaran berbasis kinerja. Filosofi pendidikan untuk pengaplikasian ADDIE bahwa pembelajran yang disengaja harus berpusat pada siswa, inovatif, otentik, dan inspirasional. ADDIE hanyalah sebuah proses yang berfungsi sebagai kerangka kerja panduan untuk situasi yang kompleks, itu sesuai untuk mengembangkan produk pendidikan dan sumber daya pembelajaran lainnya. Model pengembangan ADDIE memiliki lima tahapan, yaitu analysis, dsign, development, delivery, implementation dan evaluation (Branch, 2019). a. Analysis Pada tahap ini, kegiatan utama adalah menganalisis perlunya pengembangan model/metode pembelajaran baru dan menganalisis kelayakan



dan



syarat-syarat



pengembangan



model/metode



pembelajaran baru. Pengembangan metode pembelajaran baru diawali



10



oleh adanya masalah dalam model/metode pembelajaran yang sudah diterapkan. Masalah dapat terjadi karena model/metode pembelajaran yang ada sekarang sudah tidak relevan dengan kebutuhan sasaran, lingkungan belajar, teknologi, karakteristik peserta didik, dan sebagainya. b. Design Tahap desain memiliki kemiripan dengan merancang kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini merupakan proses sistematik yang dimulai dari menetapkan tujuan belajar, merancang skenario atau kegiatan belajar mengajar, merancang perangkat pembelajaran, merancang materi pembelajaran dan alat evaluasi hasil belajar. Rancangan model/metode pembelajaran ini masih bersifat konseptual dan akan mendasari proses pengembangan berikutnya. c. Development Tahap ini dilakukan kegiatan realisasi rancangan produk. Dalam tahap



desain,



telah



disusun



kerangka



konseptual



penerapan



model/metode pembelajaran baru. Dalam tahap pengembangan, kerangka yang masih konseptual tersebut direalisasikan menjadi produk yang siap diimplementasikan. d. Implementation Tahap ini dilakukan pengimplementasian rancangan dan metode yang telah dikembangkan pada situasi yang nyata yaitu di kelas. Selama



implementasi,



rancangan



model/metode



yang



telah



dikembangkan diterapkan pada kondisi yang sebenarnya. Materi disampaikan sesuai dengan model/metode baru yang dikembangkan. Setelah penerapan metode kemudian dilakukan evaluasi awal untuk memberi umpan balik pada penerapan model/metode berikutnya e. Evaluation Evaluasi dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilaksanakan pada setiap akhir tatap muka (mingguan) sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah kegiatan berakhir secara keseluruhan (semester). Evaluasi sumatif mengukur



11



kompetensi akhir dari mata pelajaran atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk memberi umpan balik kepada pihak pengguna model/metode. Revisi dibuat sesuai dengan hasil evaluasi atau kebutuhan yang belum dapat dipenuhi oleh model/metode baru tersebut.



Gambar 3. Tahapan Pengembangan Model ADDIE (Seel, et al., 2017). 4. Model 4D Model pengem,bangan 4D terdiri dari empat tahapan, yaitu define, design, develop, dan disseminate (Thiagarajan, et al., 1974). Model ini dikembangkan oleh Thiagarajan pada tahun 1974. Tahapan pengembangan menggunakan model 4D sebagai berikut: a. Define (Pendefinisian) Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengmbangan. Kegiatan pendefinisian memiliki 5 tahapan, yaitu: (1) front end analysis, dimana peneliti melakukan diagnosis awal untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; (2) Learner analysis, dimana kegiatan bertujuan untuk memperlajari karakteristik peserta didik, seperti kemampuan, motivasi belajar, dan latar belakang pengalaman; (3) Task analysis, dilakukan penganalisisan tugas-tugas pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik agar peserta didik dapat mencapai kompetensi minimal; (4) concept analysis, kegiatan ini dilakukan untuk menganalisis konsep yang akan diajarkan, menyusun langkahlangkah yang akan dilakukan secara rasional; dan (5) specifying



12



instructional objectives, pada kegiatan ini dilakukan penulisan tujuan pembelajaran, perubahan perilaku yang diharapkan setelah belajar dengan kata kerj aoperasional. b. Design Tahap perancangan memiliki empat kegiatan yang hari dilakukan, yaitu: (1) constructing criterion-referenced test, kegiatan yang dilakukan untuk menyusun tes kriteria sebagai tindakan pertama untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dan sebagai alat evaluasi setelah implementasi kegiatan; (2) media selection, kegiatan dilakukan untuk memilih media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan materi yang akan diajarkan; (3) format selection, pada kegiatan ini dilakukan pemilihan bentuk penyajian pembelajaran



disesuaikan



dengan



media



pembelajaran



yang



digunakan; dan (4) initial design, kegiatan yang dilakukan berupa mensimulasikan penyajian materi dengan media dan langkah-langkah pembelajaran yang telah dirancang. c. Develop Tahap pengembangan memiliki dua kegiatan yang dilakukan yaitu expert appraisal dan developmental testing. Kegiatan expert appraisal merupakan teknik memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk yang dilakukan oleh para ahli dibidangnya, sehingga bermunculan saran yang dapat digunakan untuk memperbaiki materi dan rancangan pembelajaran yang telah disusun. Kemudian, kegiatan developmental testing merupakan kegiatan uji coba rancangan produk serta sasaran subjek yang sesungguhnya. Saat dilakukan uji coba ini dicari data respon, reaksi atau komentar dari sasaran pengguna model. Hasil uji coba digunakan memperbaiki produk. Setelah produk diperbaiki kemudian diujikan kembali sampai memperoleh hasil yang efektif. d. Disseminate Tahap penyebarluasan memiliki tiga kegiatan yang harus dilakukan, yaitu validation testing, packaging, dan diffusion and



13



adoption. Tahap validation testing, produk yang sudah direvisi pada tahap pengembangan kemudian diimplementasikan pada sasaran yang sesungguhnya.



Pada



saat



implementasi



dilakukan



pengukuran



ketercapaian tujuan. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas



produk



yang



dikembangkan.



Setelah



produk



diimplementasikan, pengembang perlu melihat hasil pencapaian tujuan. Tujuan yang belum dapat tercapai perlu dijelaskan solusinya sehingga tidak terulang kesalahan yang sama setelah produk disebarluaskan. Kemudian melakukan kegiatan



packaging (pengemasan) dan



diffusion and adoption. Tahap ini dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Pengemasan model pembelajaran dapat dilakukan dengan mencetak buku panduan penerapan model pembelajaran. Setelah buku dicetak, buku tersebut disebarluaskan supaya dapat diserap (difusi) atau dipahami orang lain dan digunakan (diadopsi) pada kelas mereka.



Gambar 4. Tahapan Pengembangan Model 4D (Thiagarajan, et al., 1974). 5. Model Lee and Owen Model



pengembangan



Lee



&



Owen



dikhususkan



untuk



mengembangkan multimedia. Model ini dikatakan sebagai model



14



prosedural karena urutan langkah dalam prosesnya tersusun secara sistematis dan setiap langkah pengembangan memiliki urutan langkah pe ngembangan yang tersusun jelas (Lee & Owen, 2004). Langkah-langkah pada model pengembangan Lee & Owen sebagai berikut. a. Penilaian/analisis terdiri dari analisis kebutuhan dan analisis awal akhir. Pada analisis kebutuhan dilakukan dengan metode wawancara langsung dan observasi dengan tujuan untuk mengetahui kesenjangan antara kondisi nyata dan kondisi yang diinginkan. Sedangkan, pada analisis awal akhir bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lengkap mengenai apa yang dikembangkan. Hal yang dilakukan dalam analisis awal akhir terdiri dari analisis siswa, teknologi, situasi, tugas, kejadian penting, tujuan, masalah, media, data yang sudah ada, dan analisis biaya. b. Desain. Tahap ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu membuat jadwal dalam pengembangan multimedia, merancang spesifikasi media yang akan



dikembangkan,



merangcang



struktur



materi



yang



akan



dikembangkan berdasarkan hasil analisis, dan menyiapkan perangkat yang diperlukan dalam proses validasi ahli dan uji coba audiens. c. Pengembangan. Tahap pengembangan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu pembuatan storyboard, mengembangkan desain interface yang akan digunakan dalam produk multimedia interaktif, mengembangkan penyajian konten yang disajikan dalam multimedia interaktif, melakukan reviw atau perbaikan yang diperlukan sehingga produk dinilai layak untuk diimplementasikan dalam proses pembelajaran, dan pengemasan produk dalam bentuk CD (compact disk). d. Implementasi. Pada tahap ini dilakukan validasi ahli media dan ahli materi. Setelah produk dinyatakan layak oleh ahli selanjutnya diujicobakan kepada siswa. Uji coba terdiri dari uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar. e. Evaluasi. Pada tahap ini pengembang melakukan evaluasi terhadap produk multimedia interaktif. Evaluasi yang dilakukan berorientasi



15



pada kevalidan multimedia yang dikembangkan melalui validasi ahli media, ahli materi, dan hasil uji coba produk.



Gambar 5. Tahapan Pengembangan Model Lee & Owen (Lee & Owen, 2004). 4. KARAKTERISTIK PENELITIAN PENGEMBANGAN Penelitian pengembangan di bidang pendidikan dapat menghasilkan output dan outcome berupa produk pendidikan yang bermanfaat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Ruang lingkup penelitian pengembangan mencakup studi mengenai proses dan dampak dari desain pengembangan yang spesifik atau komponen proses tertentu (Richey & Klien, 2007). Berikut ini karakteristik penelitian pengembangan menurut Ainin (2013). 1. Produk berbasis masalah Sebagaimana telah dijelaskan bahwa output dari penelitian pengembangan dalam pendidikan adalah produk yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Artinya, produk yang dikembangkan harus didesain sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Permasalahan didapatkan pada saat kegiatan studi pendahuluan (analisis kebutuhan). Masalah yang muncul dalam pembelajaran harus dapat diselesaikan dengan produk yang dikembangkan dan produk tersebut memiliki nilai inovatif, menarik, mudah digunakan, dan sesuai dengan biaya yang dimiliki.



16



2. Uji coba produk Penelitian pengembangan memang menghasilkan suatu produk yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Namun, produk tersebut tetap harus diuji coba terlebih dahulu untuk mengetahui efektifitasnya. Secara prosedural, uji coba produk dielaborasi dengan para ahli yang relevan, pengguna produk dan uji lapang. Tujuan uji coba pada penelitian pengembangan adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan (validitas), kesesuaian dan keefektifan produk yang dihasilkan sebagai solusi dari suatu permasalahan dalam pembelajaran. 3. Revisi produk Setelah dilakukan uji coba produk, peneliti mendapatkan masukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif mengenai produk yang dikembangkan. Masukan tersebut dapat dijadikan bahan untuk memperbaiki produk adar lebih efektif dan layak guna. 4. Tidak menguji teori Penelitian pengembangan tidak menguji sebuah teori yang telah ada, melainkan menciptakan teori sendiri melalui produk yang dikembangkan. Sebab, penelitian pengembangan didasarkan pada asumsi bahwa secara teoritis-praktis produk yang dihasilkan efektif sebagai solusi dari permasalahan di kelas. 5. Kebermanfaatan produk untuk perbaikan Penelitian pengembangan menghasilkan suatu produk yang dapat bermanfaat



dalam



perbaikan



pembelajaran.



Sebab,



produk



yang



dikembangkan didasari pada permasalahan dan setelah dikembangkan, produk tersebut melewati proses validasi dan pengujian efektifitas. Oleh karena itu, apabila terdapat permasalahan serupa yang dihadapi oleh orang lain, produk tersebut dapat digunakan sebagai solusinya. 5. MENILAI KELAYAKAN HASIL PENGEMBANGAN Menilai kelayakan hasil penelitian Research and Development (R&D) menurut Borg dan Gall (1983) 1. Uji Kelayakan (Operational Field Testing)



17



Langkah ini meliputi sebaiknya dilakukan dengan skala besar: 1) melakukan uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk; 2) uji efektivitas dan adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk; 3) hasil uji lapangan adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi. 2. Revisi Final Hasil Uji Kelayakan (Final Product Revision) Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan. Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki nilai “generalisasi” yang dapat diandalkan. 3. Penilaian tingkat kelayakan dalam penelitian pengembangan biasanya lebih ditunjukkan oleh data kuantitatif berupa skor. Sekalipun bisa juga berupa masukan yang sifatnya kualitatif. Sedangkan menurut Borg dan Hall (1989:775) menilai kelayakan hasil pengembangan adalah sebagai berikut. 1. Pengembangan Produk Awal Pengembangan produk awal merupakan draft kasar dari produk yang akan dibuat.Meskipun demikian, draft produk tersebut harus disusun selengkap dan sesempurna mungkin. Draft atau produk awal dikembangkan oleh peneliti bekerja sama atau meminta bantuan para ahli dan atau praktisi yang sesuai dengan bidang keahliannya (uji coba di belakang meja/ desk try out atau desk evaluation).Pada tahap ini sering juga disebut dengan tahap validasi ahli. Uji coba atau evaluasi oleh ahli bersifat perkiraan atau judgment, berdasarkan analisis dan pertimbangan logika dari para peneliti dan ahli. Uji coba lapangan akan mendapatkan kelayakan secara mikro, kasus demi kasus untuk kemudian ditarik kesimpulan secara umum atau digeneralisasi. 2. Uji coba produk awal / Uji Coba Terbatas Setelah uji coba diatas meja, maka dilakukan uji coba lapangan di sekolah ataupun di laboratorium. Menurut Borg and Hall (1989), uji coba lapangan



18



produk awal disarankan dilakukan pada 1 sampai 3 sekolah dengan jumlah responden antara 10 sampai 30 orang. Selama pelaksanaan uji coba di lapangan, peneliti mengadakan pengamatan secara intensif dan mencatat hal-hal penting yang dilakukan oleh responden yang akan dijadikan bahan untuk penyempurnaan produk awal tersebut. 3. Penyempurnaan Produk Awal Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal. 4. Uji Coba Lapangan Lebih Luas Meskipun sudah diperoleh produk yang lebih sempurna, tetapi uji coba dan penyempurnaan produk masih perlu dilakukan sekali lagi. Hal ini dilakukan agar produk yang dikembangkan memenuhi standar tertentu. Oleh karena itu target populasinyapun harus disesuaikan. Uji coba dan penyempurnaan pada tahap produk awal masih difokuskan kepada pengembangan dan penyempurnaan materi produk, belum memperhatikan kelayakan dalam konteks populasi. Kelayakan populasi dilakukan dalam uji coba dan penyempurnaan produk yang telah disempurnakan. Dalam tahap ini, uji coba dan penyempurnaan dilakukan dalam jumlah sampel yang lebih besar. Borg dan Gall (1989), menyarankan dalam tahap ini digunakan sampel sekolah 5 sampai dengan 15 sekolah, dengan sampel subjek antara 30 sampai 100 orang (Ini bersifat relatif, tergantung jumlahkategori-dan karakteristik populasi). Langkah-langkah uji coba produk yang telah disempurnakan sama persis dengan uji coba produk awal, hanya jumlah sampelnya saja yang berbeda. 5. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Lapangan Lebih Luas Penyempurnaan produk dari hasil uji lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang kita kembangkan, karena pada tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol. Desain yang digunakan adalah pretest dan posttest. Selain perbaikan yang



19



bersifat internal. Penyempurnaan produk ini didasarkan pada evaluasi hasil sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Berikut merupakan contoh dari menilai kelayakan hasil pengembangan. Kategori kelayakan berdasarkan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2006). 1. Rumus mengolah data uji kelayakan LKS oleh dosen ahli sebagai berikut:



Hasil persentase data yang diperoleh dikonversikan kedalam pernyataan kualitas dengan melihat kriteria kelayakan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Kriteria tingkat kelayakan



Keterangan kriteria tingkat kelayakan: A = apabila produk yang divalidasi tersebut mencapai tingkat persentase 80 – 100 %, maka produk tergolong kualifikasi valid, B = apabila produk yang divalidasi tersebut mencapai tingkat persentase 60 – 79 %, maka produk tergolong kualifikasi cukup valid, C = apabila produk yang divalidasi tersebut mencapai tingkat persentase 50 – 59 %, maka produk tergolong kualifikasi kurang valid, D = apabila produk yang divalidasi tersebut mencapai tingkat persentase 0 – 49 %, maka produk tergolong tidak valid 2. menilai kelayakan suatu media pembelajaran untuk diimplementasikan pada mata pelajaran Administrasi Server di kelas XI Teknik Komputer Jaringan di SMK Negeri 2 Depok. Setelah data tersebut diperoleh,



20



kemudian untuk melihat bobot masing-masing tanggapan dan menghitung skor reratanya dengan rumus sebagai berikut.



Kemudian untuk rumus presentase hasil dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.



6. LANGKAH-LANGKAH PENILAIAN HASIL PENGEMBANGAN Penilaian merupakan serangkaian proses kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan proses yang dilakukan secara sistematis, dan berkesinambungan untuk memperoleh informasi yang bermanfaat mengenai ketercapaian suatu hal berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya (Ilmi, dkk., 2016). Berikut merupakan uji statistika yang digunakan untuk menilai hasil penelitian pengembangan. a. Uji Validasi Validasi merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional lebih efektif dari yang lama atau tidak (Sugiyono, 2015). Validasi dilakukan dengan



21



melibatkan para ahli yang berhubungan dengan produk penelitian yang dikembangkan, hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah produk penelitian yang dikembangkan siap untuk dilakukan uji lapangan (Munawaroh, 200). Jika penelitian berupa pengembangan bahan ajar, validasi ini dilakukan oleh para ahli media, ahli materi, dan ahli pembelajaran agar media yang dikembangkan teruji kevalidannya. Contoh rumus validasi menurut Punaji (2013). P=



∑f ×100 % n



Keterangan : P



: Nilai akhir



F



: Perolehan skor



N



: Skor maksimum



b. Uji Reliabilitas Reliabilitas merujuk pada konsistensi pengukuran dimana hasil yang serupa terhadap berbagai bentuk instrumen yang sama atau cara pengumpulan data. Cara lain untuk konsep keandalan adalah untuk menentukan sejauh mana suatu tindakan bebas dari kesalahan. Jika memiliki sedikit kesalahan instrumen ini dapat diandalkan, dan jika ia memiliki jumlah besar kesalahan maka alat itu tidak bisa diandalkan. Ada tiga cara alternatif yang digunakan untuk menguji koefisien reliablitas diantaranya yaitu test-retest, parallel forms, dan internal consistency (Khumaedi, 2012). 1. Test-retest Pengujian reliabilias dengan testretest dilakukan dengan cara mencobakan satu jenis instrumen beberapa kali pada subjek (responden) yang sama.



22



Keterangan: n



: jumlah sampel untuk uji instrumen



∑X



: Jumlah skor pada uji instrumen pertama



∑Y



: Jumlah skor pada uji instrumen kedua



∑ X2



: Jumlah skor kwadrat pada uji instrumen pertama



∑ Y2



: Jumlah skor kwadrat pada uji instrumen kedua



∑ X.Y : Jumlah perkalian skor pada uji instrumen pertama dan kedua. 2. Parallel forms Pada metode estimasi bentuk parallel ini menggunakan dua instrumen yang sama dalam isi materi, aspek yang diukur, dan tingkat kesulitan. Pengujian instrumen dapat dilakukan sekaligus sehingga sampel mengerjakan dua tes secara bersamaa, yaitu instrumen kesatu dan instrumen prallelnya.



Keterangan: X : selisih skor instrumen kesatu dan rata-ratanya. Y : selisih skor instrumen paralel dan rata-ratanya. X2 : selisih skor instrumen kesatu dan rata-ratanya dikwadratkan. Y2 : selisih skor instrumen paralel dan rata-ratanya dikwadratkan. 3. Internal consistency Pengujian reliabilias dengan uji internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja pada subjek penelitian (Yusup, 2018).



N : jumlah skor pada belahan instrumen butir ganjil. ∑Y



: Jumlah skor pada belahan instrumen butir genap.



∑ X2



: Jumlah skor kwadrat pada belahan instrumen butir ganjil.



23



∑ Y2



: Jumlah skor kwadrat pada belahan instrumen butir genap.



∑ X.Y



: Jumlah perkalian skor antara belahan..



c. Uji Kepraktisan Kepraktisan dapat diukur melalui pengamatan aktivitas siswa. Aktivitas dianalisis dengan presentase dan disimpulkan dalam bentuk kalimat deskriptif. Lalu dihitung dengan rumus : %Aktivitas Siswa =



jumlah kegiatan terlaksana x 100% jumlahseluruh kegiatan



d. Uji Keefektifitasan Uji keefektivan digunakan untuk membuktikan apakah model mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Ketika suatu model dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berwirausaha warga belajar, maka suatu model dikatakan efektif jika tujuan ini bisa tercapai. Pengukuran efektif dan tidaknya suatu model dilakukan dengan membandingkan skor awal dalam pretest dengan skor akhir dalam posttest. Efektivitas juga dianalisis menggunakan indeks gain yang diperoleh dari perhitungan nilai pretest dan postest. Penghitungan dilakukan pada kelas eksperimen maupun pembanding. Berikut merupakan contoh rumus n-gain menurut Hake (1998) =



Tf −Ti SI −Ti



Keterangan : : gain ternormalisasi Tf : Skor post-test Ti : Skor pre-test SI : Skor Ideal (skor maksimum) Dengan kriteria efektifitas pembelajaran Rata-rata skor gain ternormalisasi 0,00