MAKALAH Pengendalian Dan Evaluasi Dakwah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGENDALIAN DAN EVALUASI DAKWAH Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah



: Management Dakwah



Dosen Pengampu



: Inarotuzzakiyati Darojah, M. SI



Oleh Nur Kumala (2042115008) Khosyo Nasimatul Mahmudah (2042115019) Muhammad Ridho (2042115020)



KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM USHULUDDIN DAN DAKWAH



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN 2015



BAB I PENDAHULUAN



A.



Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini, aktivitas dakwah dijadikan sebagai pekerjaan, yang berkaitan dengan ahli dan gaji. Padahal jika dilihat dari kewajiban dakwah itu sendiri adalah kewajiban bagi semua orang islam untuk mengajak sesuatu yang baik. Dalam aktivitas dakwah yang dianggap sebagai ahli dan gaji tidak lepas dari kewajiban dakwah yang dihukumi fardhu kifayah, yaitu dilakukan orang sekelompok orang atau orang tertentu saja yang mempunya keahlian dan tehnik dalam berdakwah. Untuk menjadi da’i yang profesional, hendaknya kita juga harus ketahui terlebih dahulu bagaimana dakwah bisa dikatakan baik dan berhasil, yaitu salalh satunya harus tercapai unsur-unsurnya, memiliki pendekatan dan metode yang disesuaikan oleh si Mad’u. Namun, Chesther J. Bernard mengatakan bahwa dijaman yang modern ini, tidak ada yang jauh lebih penting selain dari Administration dan Management. Jadi, untuk menjadi da’i yang profesional dituntut untuk mampu dalam memanage dakwah secara tepat, agar lebih efektif dan efisien. Diantara managemen dakwah itu yang terpenting adalah tentang bagaiaman cara mengendalikan serta mengevaluasi dakwah didepan mad’u atau didaam situasi dan kondisi apapun. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dihasilkan suatu rumusan yang akan dijadikan sebagai pedoman untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dari pengendalian dakwah dan bagaimana pengendaliannya? 2. Apa yang dimaksud dengan evaluasi dan Bagaimana cara mengevaluasi dakwah?



BAB II PEMBAHASAN A. Pengendalian Dakwah Pengendalian merupakan salah satu



bagian dari



manajemen.



Pengendalian dilakukan dengan tujuan supaya apa yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga dapat mencapai target maupun tujuan yang ingin dicapai. Pengendalian memang merupakan salah satu tugas dari manager. Satu hal yang harus dipahami, bahwa pengendalian dan pengawasan adalah berbeda karena pengawasan merupakan bagian dari pengendalian. Bila pengendalian dilakukan dengan disertai pelurusan (tindakan korektif), maka pengawasan adalah pemeriksaan di lapangan yang dilakukan pada periode tertentu secara berulang kali. Pada organisasi dakwah, penggunaan prosedur pengendalian ini diterapkan untuk memastikan langkah kemajuan yang telah dicapai sesuai dengan sarana dan penggunaan sumber daya manusia secara efisien. Pengendalian dapat dimaksudkan sebagai sebuah kegiatan mengukur penyimpangan dari prestasi yang direncanakan dan menggerakkan tindakan korektif. Adapun unsur-unsur pengendalian meliputi : 1. Sebuah standar spesifikasi prestasi yang diharapkan. Ini dapat berupa sebuah anggaran, sebuah prosedur pengoperasian, sebuah logaritma keputusan, dan sebagainya. 2. Sebuah pengukuran proses riil. 3. Sebuah laporan penyimpangan pada unit pengendali. 4. Seperangkat tindakan yang dapat dilakukan oleh unit pengendali untuk mengubah prestasi mendatang jika prestasi sekarang kurang memuaskan, yaitu seperangkat aturan keputusan untuk memilih tanggapan yang layak. 5. Dalam hal tindakan unit pengendali gagal membawa prestasi nyata yang kurang memuaskan ke arah yang diharapkan, sehingga ada sebuah metode tingkat perencanaanatau pengendalian lebih tinggi untuk mengubah satu atau beberapa keadaan yang kondusif.



Pada era sekarang ini pengendalian operasi dakwah dilakukan terintegrasi dari suatu organisasi dakwah sudah menjadi suatu kebutuhan dari suatu kebutuhan, dan dalam pengendalian ini selalu disertakan unsur perbaikan yang berkelanjutan. Sifat perbaikan yang berlangsung secara berkesinambungan (continous improvement). Hal ini sebagaimana disinyalir dalam surat al-Mujadilah:7



‫الم تر ان هللا يعلم ما في السموات وما في االرض ما يكون من نجوى ثالثة اال هو‬ ‫رابعهم وال خمسة اال هو سادسهم وال ادنى من ذلك وال اكثر اال هو معهم اين ما‬ ‫كانوا ثم ينبئهم بما عملوا يوم القيامة ان هللا بكل شيئ عليم‬ “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan pada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” Sementara hadits Nabi: “Tidak ada seorang pun diberi kepercayaan oleh Allah untuk memimpin kemudian ia memelihara dengan baik, melainkan Allah tidak akan merasakan kepadanya bau surga.” Program untuk pengendalian dan peningkatan mutu dakwah dapat dilaksanakan dengan beberapa cara antara lain: 1) Menentukan operasi program pengendalian dan perbaikan aktifitas dakwah, 2) Menjelaskan mengapa operasi program itu dipilih, 3) Mengkaji situasi pemantauan yang kondusif,



4) Melaksanakan agresi data, 5) Menentukan rencana perbaikan, 6) Melakukan program perbaikan dalam jangkau waktu tertentu, 7) Mengevaluasi program perbaikan tersebut, dan 8) Melakuakan tindakan koreksi jika terjadi penyimpangan atas standar yang ada. Pengendalian dakwah pada sisi lain juga membantu seorang manajer dakwah untuk memonitor keefektifan aktifitas perencanaan, keorganisasian serta kepemimpinan mereka. Pengendalian dakwah ini juga dimaksudkan untuk mencapai aktifitas dakwah yang optimal, yaitu sebuah lembaga dakwah yang terorganisir dengan baik, memiliki visi dan misi, serta pengendalian manajerial yang qualified. Jadi, pengendalian atau penilaian dakwah merupakan alat pengaman dan sekaligus pendinamis jalannya proses dakwah. Menurut Jemes A. F. Stoner dan R. Edward Freeman, bahwa definisi dari pengendalian adalah sebuah proses untuk memastikan, bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang telah direncanakan [the process of ensuring that actual activities conform to plannet activities]. B. Unsur dan Proses Pengendalian Manajemen Dakwah Pengendalian manajemendakwah lebih bersifat komprehensif di mana lebih mengarah pada upaya yang dilakukan manajemen agar tujuan organisasi tercapai. Dalam hal ini unsur-unsur yang terkait, meliputi detektor, selektor, efektor, dan komunikator. Unsur-unsur tersebut satu sama lain akan saling berkaitan yang akan membentuk suatu jalinan proses kerja. Bagi organisasi dakwah dalam melakukan pengendalian perlu adanya sebuah acuan normatif yang berdasarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam konteks ini, Islam melakukan koreksi terhadap kekeliruan berdasarkan atas: 1. Tawa shau bil haqqi (saling menasihati atas dasar kebenaran dan norma yang jelas). Tidak mungkin sebuah pengendalian berlangsung dengan baik tanpa norma yang baik. Norma dan etika itu tidak bersifat individual, melainkan harus disepakati bersama dengan aturan-auran yang jelas.



2. Tawa shau bis shabri (saling menasihati atas dasar kesabaran). Pada umumnya, seorang manusia saling mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan tawa shau bis shabri atau berwasiat dengan kesabaran. Koreksi yang diberikan tidak cukup sekali, namun harus dilakukan secara berulang-ulang. Dalam konteks inilah pentingnya kesabaran. 3. Tawa shau bil marhamah (saling menasihati atas dasar kasih sayang). Tujuan dilakukan pengendalian dan koreksi adalah untuk mencegah seseorang jatuh terjerumus pada sesuatu yang salah. Hal ini sesuai dengan yang terkandung dalam surat al-Balad: 17



‫ص ْوا بِ ْال َم ْر َح َم ِة‬ َّ ‫ص ْوا بِال‬ َ ‫صب ِْر َوت َ َوا‬ َ ‫ث ُ َّم َكانَ ِمنَ الَّذِينَ آ َمنُوا َوت َ َوا‬ “Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” C. Fungsi Pengendalian Dakwah Pengendalian manajemen dakwah dikonsentrasikan pada pelaksanaan aktivitas tugas-tugas dakwah yang sedang berlangsung maupun yang telah selesai dilakukan. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya preventif terhadap kemungkinan-kemungkinan



terjadinya



penyimpangan



serta



upaya



peningkatan dan penyempurnaa terhadap proses dakwah ke depan. Pada sisi lain pengendalian ini juga dimaksudkan untuk membantu para manajer dakwah dalam memonitor perubahan mad’u, perubahan lingkungan, dan pengaruhnya terhadap kemajuan organisasi. Secara spesifik pengendalian dakwah ini dibutuhkan untuk: 1. Menciptakan suatu mutu dakwah yamg lebih baik, dengan pengendalian dakwah ini dapat ditemukan suatu proses yang salah atau menyimpang dan kemudian dapat dikoreksi. Para da’i diberikan wewenang penuh untuk memeriksa dan memperbaiki tugas mereka. Dari sini program perubahan kerja dapat dilakukan untuk perbaikan aktivitas dakwah yang lebih efektif. Di samping itu, fungsi pengendalian dakwah ini juga dapat membantu para



prmimpin dakwah dalam menganalisis tantangan, kesempatan, serta mendeteksi suatu perubahan yang memngaruhi proses jalnnya dakwah dalam sebuah organisasi. 2. Dapat



menciptakan sebuah siklus yang lebih cepat. Dari sini dapat



diketahui permintaan atau keinginan dari mad’u untuk kemudian didesain sehingga efesiensi dapat tercapai. 3. Untuk mempermudah pendelegasian da’i dan kerja tim. Tugas dakwah merupakan suatu kewajiban dalam organisasi dakwah, oleh karenanya diperlukan suatu kerja sama yang solid dalam mencapai tujuan bersama. Pada proses pengendalian atau penilaian ini dimaksudkan untuk mempermudah penempatan para da’i di lapangan dengan dilakukan penilaian pada prestasi kerja mereka. Selanjutnya, tugas manajer dakwah adalah sebagai pemberi wewenang yang kemudian diteruskan kepada para anggotanya dan selanjutnya diaplikasikan kepada seluruh proses rencana kerja yang dijadikan sebagai standar dakwah. Dalam konteks ini dapat dipahami, nahwa proses perbaikan pengendalian juga merupakan sebuah proses perbaikan yang diitegrasikan dalam gerak manjemen yang akan selalu memperhatikan kualitas setiap elemen yang dijadikan strategi dakwah untuk pengembangan organisasi. Elemen yang perlu diperhatikan untuk peningkatan strategi dan efektivitas dakwah meliputi antara lain: a. Pengembangan Profesionalitas Kualitas



sebuah



organisasi



atau



lembaga



dakwah



dimulai



dari



pengembangan individu da’i, bahwa pola berpikir dan pola tingkah laku hidup sehari-hari berpangkal pada suatu tingkat kualitas yang jelas. Implikasinya, da’i harus senantiasa meningkatkan kualitas diri dalam konteks ilmu pengetahuan. b. Hubungan Interpersonal Kerja sama tim mendorong tercapainya hubungan yang sinergis dalam suatu organisasi. Hubungan harmonis hanya akan tercapai bila setiap orang



berusaha meningkatkan diri untuk dapat memberikan kontribusi bermutu dan memadai dalam rangka meningkatkan kualitas sinergi organisasi. Ada beberpa konsep dasar tentang hubungan interpersonal yang akan memengaruhi proses dakwah dalam sebuah organisasi. Konsep tersebut adalah: Homofili Homofili merupakan derajat kesamaan antara individu-individu yang terlibat dalam sebuah interaksi. Salah satu yang dapat menjelaskan keadaan ini adalah persepsi identifikasi tentang adanya hukuman yang didasarkan karna persamaan. Kredibilitas Kredebilitas seseoramg kepada orang lain tergantung beberapa faktor yang memengaruhi kreativitas komunikasi yang meliputi: 1. Kompetensi, yaitu derajat kemampuan untuk menyelesaikan tugas yang persepsikan mengenai orang lain. 2. Karakter, yaitu persepsi tentang moral, nilai-nilai, dan integritas dari komunikasi. 3. Koorientasi, yaitu derajat kesamaan yang dipersepsikan mengenai tujuan-tujuan dan nilai-nilai. 4. Karisma



adalah



derajat



kepercayaan



akan



kualitas-kualitas



kepemimpinan khusus yang di persipkan terutama dalam keadaankeadaan krisis dan menentukan. 5. Dinamika, yaitu derajat tentang antusiasme dan perilaku-perilaku nonverbal yang dipersipkan 6. Jiwa sosial adalah derajat keramahan yang dipersipkan. Dominasi dan submisi Dalam dunia organisasi atau lembaga, corak kehidupanya akan diwarnai



dengan



dominasi-dominasi.



Salah



satu



faktor



yang



memengaruhi hubungan ini yaitu faktor budaya, diantaranya adalah:



1. Peranan, seseorang akan berkomunikasi dan berperilaku tertentu karena peranan sosialnya menuntut demikian. 2. Status, persepsi mengenai status orang lain dapat memengaruhi sifat hubungan dominasi submisi. 3. Formalitas, persepsi mengenai derajat formalitas yang dianggap sesuai dengan sifat hubungan. 4. Ketertarikan antar pribadi, merupakan pengembangan sikap positif terhadap orang lain dari segi kehadiranya, penghargaan terhadap kemampuan, keterampilan, serta loyalitas. 5. Hubungan-hubungan kerja antar pribadi. D. EFEKTIVITAS MANAJERIAL Manajemen dakwah yang efektif itu harus dapat melakukan hal-hal sebgai berikut: 1. Dapat menentukan visi misi dan sasaran jangka panjang dakwah. 2. Membuat rencana pelaksanaan misi dakwah dalam tahapan yang realitas dengan pengukuran kualitas yang berkesinambungan. 3. Mengembangkan kreativitas dan daya inovasi sumber daya manusia(dai), pemberdayaan dan peningkatan motivasi, serta kualitas kinerjanya. 4. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan strategi dakwah yang terpadu. 5. Proses pengambilan keputusan dilaksanakan dengan memerhatikan aspirasi mad’u, proses dakwah dan elemen yang terkait melalui komunikasi yang efektif dan efisien. Jadi, keefektifan manajerial ini akan bersifat relatif dan senantiasa terkait dengan seberapa besar sumber daya yang tersedia digunakan secara lebih efektif dalam kurun waaktu tertentu untuk menghasilkan kualitas output yang dikehendaki dan eksistensi organisasi.



E. PRODUKTIVITAS ORGANISASI Produktivitas dakwah ini dapat diterjemahkan sebagai kualitas strategi dakwah yang perlu untuk ditingkatan guna mendorong gerak dinamika organisasi itu sendiri. Prinsip-prinsip umum yang perlu diperhatikan adalah: 1. Fokus utama dari usaha dakwah harus diorientsikan pada mad’u 2. Kualitas dari kepimpinan yang qualified 3. Falsafah dan perencanaan kualitas sudah diintegrasikan dalam strategi dakwah 4. Memelihara sebuah kerja sma yang baik dalam tim 5. Pemberdayaan sebuah pendelegasian dan wewenang. F. EVALUASI DAKWAH Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu “evaluation” yang berarti penilaian atau penaksiran (Echols dan Shadily, 2000:220). Untuk memastikan bahwa pelaksanaan suatu program atau proyek mencapai sasaran dan tujuan yang direncanakan, maka perlu diadakan evaluasi dalam rangka peningkatan kinerja program atau proyek tersebut. Jadi,



evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan



pengungkapan masalah kinerja proyek untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja proyek. Evaluasi dakwah dilakukan untuk memberikan penilaian kepada orang yang dinilai dan orang yang menilai atau pimpinan dakwah tentang informasi mengenai hasil karya dan untuk mencapai konklusi dakwah yang evaluatif dan



memberi



pertimbangan



mengenai



hasil



karya



serta



untuk



mengembangkan karya dalam sebuah program. Dengan pengertian lain, evaluasi dakwah adalah meningkatkan pengertian manajerial dakwah dalam



sebuah program formal yang mendororng para manajer atau pemimpin dakwah untuk mengamti perilaku anggotanya lewat pengamatan yang lebih mendalam yang dapat dihasilkan melalui slaing pengertian diantara kedu belah pihak. Evaluasi menjadi sanagat penting karna: a) Dapat menjamin keselamatan pelaksanaan dan perjalanan dakwah. b) Untuk mengetahui positif dan negatifnya pelaksanaan, sehingga dapat memanfaatkan yang positif dan meninggalkan yang negatif. Secara spesifik tujuan dari evaliasi dakwah adalah: a. Untuk mengidentifikasi sumber daya dai yang potensional dalam sebuah spesifikasi pekerjaan manjerial. b. Untuk menenetukan kebutuhan pelatihan dan penegmbangan bagi individu dan kelompok dalam sebuah lembaga atau organisasi. c. Untuk mengidentifikasi para anggota yang akan dipromosikan dalam penemptan posisi tertentu Hasil evaluasi diperoleh dari: a. Motivasi b. Promosi c. Mutasi d. Hubungan finansial e. Kesadaran yang meningkat dari tugas dan persoalan bawahan f. Pengertian bawahan yang meningkat mengenai pandangan manajerial tentang hasil karya g. Mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan dan pengembangan h. Mengevaluasi efeketifitas dari keputusan seleksi dan penempatan i. Pemindahan j. Perencanaan sumber daya manusia k. Peringatan dan hukuman



G. EVALUASI PERENCANAAN DAKWAH Sebelum organisasi dakwah melangkah pada langkah selanjutnya maka dilakukan sebuah evaluasi dalam perencanaan. Karna evaluasi harus dilakukan dalam perencanaan dakwah baik pada tahap awal, tengah, dan akhir. Hasil dari evaluasi tersebut diharapkan menjadi feedback yang kuat, sehingga perencanaan yang dilakukan betul-betul matang. Karna sebuah perencanaan yang matang akan mampu menganalisis kekuatan dan kelemahan dan kemudian berusaha mencari solusi mengatasi tersebut. Kematangan sebuah perencanaan itu terlihat setelah dilakukan evaluasi. Evaluasi terhadap berbagai perencanaan dilakukan engan melakukan berbagai uji indikator yang telah dipersiapkan dan diantisipasi sebelumnya. Tujuan evaluasi atas perencanaan dakwah agar perencanaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuanya.



BAB III PENUTUP A.



Simpulan Pengendalian dakwah adalah salah satu dari unsur managemen dakwah. Dan pengendalian berbeda dengan pengawasan, karena pengendalian dilakukan



dengan



disertai



pelurusan



(tindakan



korektif),



sedangkan



pengawasan adalah pemeriksaan di lapangan yang dilakukan pada periode tertentu secara berulang kali. Selain pengendalian, tahapan akhir dari dakwah yaitu evaluasi yang berarti penilaian atau penaksiran. Jadi,



evaluasi adalah proses penilaian



pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja proyek untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja proyek. Dengan dilakukannya pengendalian dan evaluasi dakwah, diharapkan aktivitas dakwah dapat terealisasi sesuai dengan tujuan awal. Dan dengan management dakwah yang baik pula dapat tercipta dakwah yang lebih efisien dan efektif. B.



Saran-saran Menyadari bahwa pemakalah masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA



Munir, M dan Wahyu Ilahi. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana.