Makalah Pondasi Dalam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Daftar isi BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................... 2 1.1



Latar Belakang ...................................................................................................... 2



1.2



Rumusan Masalah ................................................................................................. 2



1.3



Tujuan penulisan ................................................................................................... 2



1.4



Batasan masalah .................................................................................................... 2



BAB 2 PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3 2.1



Pengertian Pondasi Dalam .................................................................................... 3



2.2



Jenis-jenis Pondasi Dalam .................................................................................... 3



2.3



Fungsi Pondasi Dalam .......................................................................................... 8



2.4



Metode Pelaksanaan Pondasi Dalam .................................................................... 9



2.5



Metode Pengujian Pondasi Dalam ...................................................................... 16



BAB 3 KESIMPULAN ..................................................................................................... 19



1



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu konstruksi yang kokoh dan stabil, tergantung dari kemampuan dan kesesuaian pondasi yang menopang konstruksi tersebut. Pondasi adalah sebuah awal dari berdirinya suatu konstruksi bangunan, sehingga pondasi ini sangat penting karena tanpa pondasi tidak mungkin sebuah konstruksi bangunan dapat berdiri kokoh. Pembuatan pondasipun harus disesuaikan dengan kontruksi yang akan dibangun diatasnya, sehingga pondasi dapat dengan kokoh menopang beban yang diterimanya. Konstruksi bangunan sederhana seperti bangunan rumah tinggal, cukup menggunakan pondasi dangkal. Namun untuk konstruksi bangunan bertingkat, seperti gedung pencakar langit, konstruksi pier jembatan sudah barang tentu membutuhkan pondasi dalam dengan persyaratan-persyaratan khusus. Maka dari itu, pengetahuan tentang pondasi amat sangat penting. Terlebih pondasi dalam yang membutuhkan pengetahuan dan perhitungan juga penelitian yang lebih mendalam. 1.2 Rumusan Masalah 1. Pengertian Pondasi Dalam ? 2. Jenis-jenis Pondasi Dalam ? 3. Fungsi Pondasi Dalam ? 4. Metode pelaksanaan dari masing-masing Pondasi Dalam ? 5. Metode pelaksanaan pengujian dari masing-masing Pondasi Dalam ? 1.3 Tujuan penulisan 1. Memahami pengertian Pondasi Dalam. 2. Mengetahui jenis-jenis Pondasi Dalam. 3. Mengetahui fungsi Pondasi Dalam. 4. Memahami metode pelaksanaan dari masing-masing Pondasi Dalam. 5. Memahami metode pelaksanaan pengujian dari masing-masing Pondasi Dalam. 1.4 Batasan masalah Adapun Batasan maslah pda makalah ini hanya membahas tentang pengertian dan penjelasan pada pondasi dalam.



2



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah jenis pondasi dibedakan dari pondasi dangkal dengan kedalaman mereka tertanam ke dalam tanah. Ada banyak alasan seorang insinyur geoteknik akan merekomendasikan pondasi dalam ke pondasi dangkal, tetapi beberapa alasan umum adalah beban desain yang sangat besar, tanah yang buruk pada kedalaman dangkal, atau kendala situs (seperti garis properti). Ada istilah yang berbeda digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis pondasi yang mendalam, termasuk tumpukan (yang analog dengan tiang), tiang jembatan (yang analog dengan kolom), poros dibor, dan caisson. Tumpukan umumnya didorong ke dalam tanah di situ; pondasi mendalam lainnya biasanya diletakkan di tempat dengan menggunakan penggalian dan pengeboran. Konvensi penamaan dapat bervariasi antara disiplin ilmu teknik dan perusahaan. Pondasi dalam dapat terbuat dari kayu, baja, beton bertulang dan beton pratekan. 2.2 Jenis-jenis Pondasi Dalam a. Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang. Pondasi ini digunakan apabila tanah dasar terletak pada kedalaman yang relatif dalam. Jenis pondasi dalam yang dicor ditempat dengan menggunakan komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya. Pada umumnya pondasi sumuran ini terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang umum digunakan pada pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton bertulang dengan diameter 250 cm, 300 cm, 350 cm, dan 400 cm.



Gambar Pondasi Sumuran



3



Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengerjaan pondasi sumuran, yaitu: 



Daya dukung pondasi harus lebih besar daripada beban yang dipikul oleh pondasi tersebut.







Penurunan yang terjadi harus sesuai dengan batas yang diijinkan (toleransi) yaitu 1″ (2,54cm).



Pondasi sumuran adalah pondasi yang khusus, dalam perakteknya terdapat beberapa kondisi yang dapat dijadikan alasan untuk penggunaannya, diantaranya adalah sebagai berikut : 



Bila tanah keras terletak lebih dari 3 m, pondasi plat kaki atau jenis pondasi langsung lainnya akan menjadi tidak hemat (galian tanahnya terlalu dalam & lebar).







Bila air permukaan tanah terletak agak tinggi, konstruksi plat beton akan sulit dilaksanakan karena air harus dipompa dan dibuang ke luar lubang galian.







Dalam kondisi ini, pondasi sumuran menjadi pilihan tepat untuk konstruksi yang tanah kerasnya terletak 3-5 m.



b. Pondasi Bored Pile Pondasi Bored Pile adalah bentuk Pondasi Dalam yang dibangun di dalam permukaan tanah dengan kedalaman tertentu. Pondasi di tempatkan sampai ke dalaman yang dibutuhkan dengan cara membuat lobang yang dibor dengan alat khusus. Setelah mencapai kedalaman yang disyaratkan, kemudian dilakukan pemasangan kesing/begisting yang terbuat dari plat besi, kemudian dimasukkan rangka besi pondasi yang telah dirakit sebelumnya, lalu dilakukan pengecoran terhadap lobang yang sudah di bor tersebut. Pekerjaan pondasi ini tentunya dibantu dengan alat khusus, untuk mengangkat kesing dan rangka besi. Setelah dilakukan pengecoran kesing tersebut dikeluarkan kembali.



Gambar Bored Pile



4



Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengerjaan pondasi bored pile, yaitu: 



Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap kecepatan dalam pengeboran. Jika tipe tanah pada lokasi yang berpasir atau tanah basah maka akan sangat mudah longsor sehingga sangat sulit dalam proses pengangkatan mata bor setelah pengeboran. Salah sedikit bisa mengakibatkan kelongsoran pada lubang yang telah dibuat.







Level muka air tanah sangat menentukan tekanan terhadap mata bor dan dinding sumuran. Jika level air tanah sangat dangkal maka sumuran yang dibuat akan sering mengalami kebanjiran yang akan berakibat sumuran akan mudah longsor dan mata bor sulit menekan akibat tekanan air menuju arah keatas.







Untuk area yang tergenang air, sangat tidak disarankan untuk menggunakan pondasi sistem bore pile. Hal tersebut diakibatkan karena berpengaruh terhadap faktor air semen pondasi bore pile. Penempatan mesin bor juga sangat sulit pada posisi genangan.



c. Pondasi Tiang Pancang Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang bekerja padanya Atau apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman lebih dari 8 meter.



Gambar Tiang Pancang



5



Dalam merencanakan pondasi untuk suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi ini didasarkan atas : 



Fungsi bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut.







Besarnya beban dan berat dari bangunan atas.







Kondisi tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan.







Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.



Seperti yang kita ketahui bahwa tipe pondasi cukup banyak macamnya, dan tergantung dari fungsi serta kegunaannya. Konstruksi pondasi tersebut bisa terbuat dari kayu, baja, atau beton yang berfungsi untuk meneruskan beban- beban dari struktur bangunan atas ke lapisan tanah pendukung (bearing layers) dibawahnya pada kedalaman tertentu.



d. Pondasi Strauss Pile Pondasi strauss pile adalah pekerjaan pembuatan pondasi tiang dengan cara tanah di bor secara manual atau tenaga penggerak mata bornya adalah tenaga manusia, kemudian dimasukkan besi tulangan yang telah diinstal lalu pengecoran ditempat. Strauss pile / Bor pile manual adalah solusi alternatif pondasi untuk bangunan sederhana atau sebagai pengganti pondasi tiang pancang, bored pile atau cerucuk bambu.



Gambar Strauss Pile



6



Pondasi strauss pile merupakan pondasi bored pile yang dikerjakan secara manual dengan tenaga manusia, sehingga pondasi strauss pile hanya dapat dikerjakan jika kondisi tanahnya lunak. e. Pondasi Piers (Dinding Diagfragma) Pondasi untuk meneruskan beban berat struktural yang dibuat dengan cara melakukan penggalian dalam, kemudian struktur pondasi pier dipasangkan kedalam galian tersebut. Satu keuntungan pondasi pier adalah bahwa pondasi jenis ini lebih murah dibandingkan dengan membangun pondasi dengan jenis pondasi menerus, hanya kerugian yang dialami adalah jika lempengan pondasi yang sudah dibuat mengalami kekurangan ukuran maka kekuatan jenis pondasi tidak menjadi normal. Pondasi pier standar dapat dibuat dari beton bertulang pre cast. Karena itu, aturan perencanaan pondasi pier terhadap balok beton diafragman adalah mengikuti setiap ukuran ketinggian pondasi yang direncanakan. Pondasi pier dapat divisualisasikan sebagai bentuk tabel , struktur adalah sistem kolom vertikal yang terbuat dari



beton bertulang ditempatkan di bawah bangunan yang



ditanamkan dibawah tanah yang sudah digali. Lempengan beton diafragma ini mentransfer beban bangunan terhadap tanah. Balok dibangun di atas dinding diafragma vertikal (pondasi pier) yang menahan dinding rumah atau struktur.



Gambar Pondasi Piers



7



2.3 Fungsi Pondasi Dalam a. Pondasi Sumuran Pondasi sumuran mempunyai fungsi sebagai berikut : 



Beban horizontal/beban geser, seperti beban akibat gaya tekan tanah







Beban mati / dead load, atau berat sendiri bangunan







Beban hidup/live load,atau beban sesuai fungsi bangunan.







Beban gempa







Beban angin







Gaya angkat air







Momen dan torsi



b. Pondasi Bored Pile Pondasi bored pile mempunyai fungsi sebagai berikut : 



Dapat digunakan untuk menahan beban konstruksi dari permukaan tanah ke dalam tanah melalui lapisan tanahnya.







Dapat berguna juga untuk menopang kaki-kaki tiang bangunan agar tidak terjadi gagal guling.



c. Pondasi Tiang Pancang Pondasi tiang pancang mempunyai fungsi sebagai berikut : 



Dapat digunakan untuk menahan beban konstruksi dari permukaan tanah ke dalam tanah melalui lapisan tanahnya. Pondasi tiang pancang memiliki kemampuan untuk mengirim gaya vertikal serta gaya lateral.







Dapat digunakan untuk menahan gaya dorongan dari dalam tanah seperti pondasi tapak. Selain itu, dapat berguna juga untuk menopang kaki-kaki tiang bangunan agar tidak terjadi gagal guling.







Tiang pancang mampu memadatkan endapan tanah yang lepas bebas ketika terjadi perpindahan tiang pancang dan getaran saat pemancangan.







Untuk menurunkan kaki-kaki atau tapak bangunan pada tanah tepi yang lapisan kemampatannya tinggi.







Dapat digunakan untuk memadatkan tanah di bawah pondasi dan mengontrol amplitudo getaran serta efek alami dari mesin pemancang.







Menjadi sumber keamanan tambahan di bawah jembatan dan tiang agar tidak terjadi erosi.



8







Bila digunakan pada konstruksi di lepas pantai, tiang pancang dapat berfungsi untuk mengalirkan beban dari permukaan air ke dalam air dan ke dasar tanah.



d. Pondasi Strauss Pile Pondasi straus pile mempunyai fungsi sebagai berikut : 



Dapat digunakan untuk menahan beban konstruksi dari permukaan tanah ke dalam tanah melalui lapisan tanahnya.







Dapat berguna juga untuk menopang kaki-kaki tiang bangunan agar tidak terjadi gagal guling.



e. Pondasi Piers (Dinding Diagfragma) Pondasi pies mempunyai fungsi sebagai berikut : 



Sistem kolom vertikal yang terbuat dari Beton Bertulang dan ditempatkan di bawah bangunan yang ditanamkan dibawah tanah yang sudah digali.







Lempengan beton diafragma ini mentransfer beban bangunan ke tanah. Balok dibangun di atas dinding diafragma vertikal (pondasi piers) yang menahan dinding rumah atau struktur.



2.4 Metode Pelaksanaan Pondasi Dalam a. Pondasi sumuran Metode pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut : 1. Unit Beton Pracetak  Unit beton pracetak harus dicor pada landasan pengecoran yang sebagaimana mestinya. Cetakan harus memenuhi garis dan elevasi yang tepat dan terbuat dari logam. Cetakan harus kedap air dan tidak boleh dibuka paling sedikit 3 hari setelah pengecoran. Unit beton pracetak yang telah selesai dikerjakan harus bebas dari segregasi, keropos, atau cacat lainnya dan harus memenuhi dimensi yang disyaratkan.  Unit beton pracetak tidak boleh digeser paling sedikit 7 hari setelah pengecoran, atau sampai pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton telah mencapai 70 persen dari kuat tekan beton rancangan dalam 28 hari.  Unit beton pracetak tidak boleh diangkut atau dipasang sampai beton tersebut mengeras paling sedikit 14 hari setelah pengecoran, atau sampai



9



pengujian menunjukkan kuat tekan mencapai 85 persen dari kuat tekan rancangan dalam 28 hari. 2. Dinding Sumuran dari Unit Beton Pracetak  Beton pracetak yang pertama dibuat harus ditempatkan sebagai unit yang terbawah. Bilamana beton pracetak yang pertama dibuat telah diturunkan, beton pracetak berikut-nya harus dipasang di atasnya dan disambung sebagimana mestinya dengan adukan semen untuk memperoleh kekakuan dan stabilitas yang diperlukan.  Penurunan dapat dilanjutkan 24 jam setelah penyambungan selesai dikerjakan. 3. Dinding Sumuran Cor Di Tempat  Cetakan untuk dinding sumuran yang dicor di tempat harus memenuhi garis dan elevasi yang tepat, kedap air dan tidak boleh dibuka laing sedikit 3 hari setelah pengecoran. Beton harus dicor dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.  Penurunan tidak boleh dimulai paling sedikit 7 hari setelah pengecoran atau sampai pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton mencapai 70 persen dari kuat tekan rancangan dalam 28 hari. 4. Galian dan Penurunan  Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan aman, teliti, mematuhi undang-undang keselamatan kerja, dan sebagainya.  Penggalian hanya boleh dilanjutkan bilamana penurunan telah dilaksanakan dengan tepat dengan memperhatikan pelaksanaan dan kondisi tanah. Gangguan, pergeseran dan gonjangan pada dinding sumuran harus dihindarkan selama penggalian.  Dinding sumuran umumnya diturunkan dengan cara akibat beratnya sendiri, dengan menggunakan beban berlapis (superimposed loads), dan mengurangi ketahanan geser (frictional resistance), dan sebagainya.  Cara mengurangi ketahanan geser :Bilamana ketahanan geser diperkirakan cukup besar pada saat penurunan din-ding sumuran, maka disarankan untuk melakukan upaya untuk mengurangi geseran antara dinding luar sumuran dengan tanah di sekelilingnya.



10



 Sumbat Dasar Sumuran, Dalam pembuatan sumbat dasar sumuran, perhatian khusus harus diberikan untuk hal-hal berikut ini :Pengecoran beton dalam air umumnya harus dilaksanakan dengan cara tremies atau pompa beton setelah yakin bahwa tidak terdapat fluktuasi muka air dalam sumuran.  Air dalam sumuran umumnya tidak boleh dikeluarkan setelah pengecoran beton untuk sumbat dasar sumuran.  Pengisian Sumuran, Sumuran harus diisi dengan beton siklop K175 sampai elevasi satu meter di bawah pondasi telapak. Sisa satu meter tersebut harus diisi dengan beton K250.  Pekerjaan Dinding Penahan Rembesan (Cut-Off Wall Work),Dinding penahan rembesan (cut-off wall) harus kedap air dan harus mampu menahan gaya-gaya dari luar seperti tekanan tanah dan air selama proses penurunan dinding sumuran, dan harus ditarik setelah pelaksanaan sumuran selesai dikerjakan.  Pembongkaran Bagian Atas Sumuran Terbuka, Bagian atas dinding sumuran yang telah terpasang yang lebih tinggi dari sisi dasar pondasi telapak harus dibongkar. Pembongkaran harus dilaksanakan dengan menggunakan



alat



pemecah



bertekanan



(pneumatic



breakers).



Peledakan tidak boleh digunakan dalam setiap pembongkaran ini.Baja tulangan yang diperpanjang masuk ke dalam pondasi telapak harus mem- punyai panjang paling sedikit 40 kali diameter tulanagan.  Pengendalian Keselamatan,Dalam melaksanakan pembuatan pondasi sumuran, standar keselamatan yang tinggi harus digunakan untuk para pekerja dengan ketat mematuhi undang-undang dan peraturan yang berkaitan. b. Pondasi Bored Pile Metode pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut : 1. Marking dan setting out posisi pile  Sebelum memulai pengeboran, kontraktor harus mengajukan aproval shop drawing terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan oleh direksi pekerjaan. Proses aproval shop drawing ini bertujuan untuk memastikan



11



agar jangan sampai terjadi kesalahan pada denah posisi titik-titik bore pile yang akan dibor. Setelah aproval shop drawing mendapat persetujuan oleh direksi pekerjaan maka surveyor melakukan pengukuran , marking dan setting out titik pile yang akan dibor. 2. Pemasangan casing temporary  Setelah pekerjaan marking dan setting out titik bore selesai dilakukan oleh surveyor lalu dilanjutkan dengan pekerjaan pemasangan casing temporary.Pemasangan casing temporary ini bertujuan agar pada saat pekerjaan pengeboran dilakukan jangan sampai terjadi keruntuhan pada permukaan tanah yang akan dibor tersebut. 3. Boring Operation / Pekerjaan Pengeboran  Sebelum memulai pekerjaan pengeboran , alat bor disetting pada titik bore pile yg sudah di marking dan dipasang casing temporary tersebut. Pengeboran dilakukan dengan menggunakan auger, diameter auger dan panjang kedalaman titik pile disesuaikan dengan gambar rencana atau shop drawing. 4. Cleaning  Setelah mencapai kedalaman design toe level ,alat bor auger diganti alat bor dengan dasar yang flat (Cleaning Bucket). Cleaning bucket berfungsi untuk membersikan dasar lubang bor. 5. Measuring tape / pengecekan kedalaman dasar pengeboran  Pengukuran kedalaman lubang Bor dilakukan dengan menurunkan measuring tape sampai ke dasar lubang bor. Di ujung measuring tape di pasang plum dengan berat yang cukup agar memastikan measuring tape sampai ke dasar bore hole. 6. Reinforcement Steel Cage  Steel Cage (tulangan besi) di pabrikasi di lokasi proyek. Steel cage yang sudah di pabrikasi kemudian di turunkan ke lubang bor yang sudah selesai di bor sampai kedalaman desain toe level. Steel cage disambung dengan alat las.



12



7. Setting tremi pipe  Setelah tulangan besi (steel cage) diturunkan ke dasar lubang ,lalu dilanjutkan dengan setting pipa tremi untuk persiapan pekerjaan pengecoran.Pemasangan pipa tremi ini bertujuan agar di saat pengecoran beton segar tidak bercampur dengan tanah. 8. Casting / pengecoran  Metode casting / pengecoran adalah dengan menggunakan pipa tremi. Ready mix dituang melalui bucket yang berbentuk pipa corong. Panjang pipa tremi disesuaikan dengan kedalaman dasar lubang bor. Sebelum ready mix dituang terlebih dahulu air di tuang ke dalam corong untuk melancarkan aliran ready mix dalam pipa tremi. Casting akan dihentikan jika concrete sudah 1 m diatas cut off level. Selama pengecoran pipa tremi akan dipotong secara bertahap, tetapi tetap di jaga agar pipa tremi minimal 2 m tertanam di bawah concrete level . c. Pondasi Tiang Pancang Metode pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut : 1. Persiapan Lokasi Pemancangan  Mempersiapkan lokasi dimana alat pemancang akan diletakan, tanah haruslah dapat menopang berat alat. Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli, maka galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan agar dasar pondasi tidak terganggu oleh penggalian diluar batas-batas yang ditunjukan oleh gambar kerja. 2. Persiapan Alat Pemancang 



Pelaksana harus menyediakan alat untuk memancang tiang yang sesuai dengan jenis tanah dan jenis tiang pancang sehingga tiang pancang tersebut dapat menembus masuk pada kedalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah ditentukan, tanpa kerusakan. Bila diperlukan, pelaksana dapat melakukan penyelidikan tanah terlebih dahulu.







Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis drop hammer, diesel atau hidrolik. Berat palu pada jenis drop hammer sebaiknya tidak



13



kurang dari jumlah berat tiang beserta topi pancangnya. Sedangkan untuk diesel hammer berat palu tidak boleh kurang dari setengah jumlah berat tiang total beserta topi pancangnya ditambah 500 kg dan minimum 2,2 ton. 3. Penyimpanan Tiang Pancang 



Tiang pancang disimpan di sekitar lokasi yang akan dilakukan pemancangan. Tiang pancang disusus seperti piramida, dan dialasi dengan kayu 5/10. Penyimpanan dikelompokan sesuai dengan type, diameter, dimensi yang sama.



4. Pemancangan 



Kepala tiang pancang harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel. Tiang pancang diikatkan pada sling yang terdapat pada alat, lalu ditarik sehingga tiang pancang masuk pada bagian alat.







Setelah



kemiringan



telah



sesuai,



kemudian



dilakukan



pemancangan dengan menjatuhkan palu pada mesin pancang. Bila kedalaman pemancangan lebih dalam dari pada panjang tiang pancang satu batang, maka perlu dilakukan penyambungan dengan tiang pancang kedua, yaitu dengan pengelasan. 



Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu sesuai dengan perencana atau Direksi Pekerjaan. Selanjutnya dilakukan pemancangan di titik berikutnya dengan langkah yang sama.



d. Pondasi Strauss Pile Metode pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut : 1. Pengeboran dengan sistem bor kering / dry drilling : Tanah di bor dengan menggunakan mata bor spiral. Dengan cara memutar mata bor dan diangkat setiap interval 0,5meter. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai kedalaman yang telah ditentukan. 2. Pengeboran dengan sistem bor basah / wash boring : Tanah di bor dengan menggunakan mata bor cross bit yang memiliki kecepatan putar 375 rpm dan tekanan +/- 200 kg. Jika tanah dalam keadaan mudah runtuh dapat diberi chasing terlebih dahulu untuk menghindari kelongsoran pada dinding lubang



14



hasil pengeboran. Pengikisan tanah dibantu dengan tembakan air lewat lubang stang bor yang dihasilkan dari pompa NS-80. Hal ini menyebabkan tanah yang terkikis menjadi lumpur dan terdorong keluar dari lubang. Setelah mencapai kedalaman sesuai rencana, pengeboran dihentikan, sementara mata bor dibiarkan berputar tetapi beban penekanan dihentikan dan air sirkulasi tetap mengalir terus sampai serpihan tanah terdorong keluar dari lubang seluruhnya. Selama pembersihan ini berlangsung, baja tulangan dan pipa tremi sudah disiapkan di dekat lubang bor. Setelah cukup bersih, stang bor diangkat dari lubang bor pile. Dengan bersihnya lubang bor pile maka kualitas pengecoran akan mendapatkan hasil yang terbaik. 3. pembersihan lubang bor dari lumpur pekat yang dihasilkan dari proses pengeboran. Pembersihan harus dilakukan dengan alat pembersih khusus yang dinamakan cleaning bucket dengan ukuran yang sesuai dengan diameter lubang bor. Sebelum dan sesudah melakukan pembersihan harus dilakukan pengukuran dasar lubang bor menggunakan alat ukur dengan tujuan untuk memastikan lubang bor sudah bersih. 4. pemasangan besi beton dan pipa tremi untuk pengecoran. Pipa tremi adalah pipa dengan ukuran 4 inc yang berfungsi untuk menghantar adukan beton sampai ke dasar pengeboran dan memisahkan antara adukan beton dan sisa air keruh yang tersisa. 5. Proses selanjtnya yaitu mengangkat kerangka baja tulangan yang telah di instal dengan bantuan diesel dan power winch dalam posisi tegak lurus terhadap lubang bor dan diturunkan dengan hati-hati agar tidak terjadi banyak singgungan dengan lubang bor. 6. Pada proses pengecoran, hal pertama yang harus dilakukan adalah memisahkan lumpur limbah pengeboran dengan cara maka menggunakan plastik yang sudah berisi adukan beton dan diikat dengan kawat beton dan digantungkan didalam bagian pipa tremi. e. Pondasi Piers (Dinding Diagfragma) Metode pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut : 1. Pekerjaan ini dilaksanakan sebelum Pekerjaan Pier kolom dengan menggunakan mutu beton K 350. Proses pekerjaannya meliputi pemasangan tulangan, kemudian pemasangan bekisting, pada saat pemasangan tulangan



15



untuk badan Pondasi digunakan besi D 19 uril untuk tulangan pokok dan digunakan besi D 13 uril untuk tulangan sengkang. 2.



Setiap pelaksanaan pekerjaan bangunan konstruksi didasarkan pada desain awal perencanaan yang sudah rampung, jikalau pada perencanaan menggunakan mutu beton K-500 dan menggunakan besi diameter yang berbeda dengan yang tercantum di atas maka laporan pekerjaan dan pengawasan juga harus sesuai.



2.5 Metode Pengujian Pondasi Dalam a. Pondasi Bored Pile 1.



Loading test Pengujian loading test merupakan jenis pengujian yang dilakukan untuk mengetahui daya dukung tiang terhadap beban yang diterima oleh tiang pondasi tersebut. Langkah pengerjaan test pile : 



Pabrikasi tulangan utama dan sengkang pondasi bored pile.







Instalasi pipa tremi.







Pengeboran titik bor dengan mata bor auger mulai dari muka tanah sampai kedalaman – 12,00 m.







Pemasangan casing pada lubang bor.







Pengeboran dengan menggunakan mata bor bucket mulai dari kedalaman -12,00 m – 49,5 m.







Pengeboran dengan mata bor cleaning atau sering disebut proses pembersihan lubang bor.







Pemasangan tulangan pada lubang bor. Pada pembuatan test pile panjang tulangan casing dibandingkan



lebih



panjang



dengan



yakni



panjang



sampai



tulangan



level



top



untuk



pile



lainnya, yaitu berada pada kedalaman – 9,00 m. Hal ini dilakukan karena pada tiang pondasi yang akan diuji harus bisa terlihat sampai muka tanah agar pada proses pengujian bisa dilakukan dengan mudah. Dan pada proses pembuatan test pile section/bagian paling atas dari tulangan tersebut yakni bagian tulangan yang memiliki panjang ± 4,00 m di selimuti oleh karpet hitam atau geogundle membrane hal ini dilakukan untuk menjaga keutuhan



16



beton yang dituangkan kedalam lubang bor agar tidak tercampur dengan sedimen lain dalam lubang bor tersebut karena untuk memberikan hasil yang baik dalam pengujian dan mengurangi nilai friction terhadap tanah sekelilingnya yang nantinya akan digali pada proses pengujian untuk memasangan instrumentasi pada test pile tersebut. 



pengecoran test pile dalam pengerjaan test pile volume beton yang di butuhkan lebih banyak di bandingkan dengan pengerjaan pile lainnya hal ini dikarenakan pada pembuatan test pile tinggi muka pengecoran yaitu sampai level top casing sama seperti pada



proses



pemasangan tulangan yang tujuannya adalah



memberikan kemudahan dalam proses pengujian test pile. b. Pondasi Sumuran Pengujian dinamis dilaksanakan untuk memperkirakan daya dukung aksial tiang. Untuk itu harus dilakukan : 



Strain transducer harus dipasang pada garis netral dan accelerometer pada lokasi berlawanan secara diametral.







Posisi harus tegak lurus terhadap garis strain transducer.



c. Pondasi Tiang Pancang  PDA (Pile Driving Analyzer) - Case Method PDA Test termasuk salah satu jenis pengujian dinamik dengan menggunakan metoda wave analysis dan sering disebut dengan re-strike test sesuai dengan sifat pengujiannya yang melakukan re-strike atau pemukulan ulang pondasi tiang yang diuji. Analisa data PDA dilakukan dengan prosedur Case Method, yang meliputi pengukuran data kecepatan (velocity) dan gaya (force) selama pelaksanaan pengujian (re-strike) dan perhitungan variabel dinamik secara real time untuk mendapatkan gambaran tentang daya dukung pondasi tiang tunggal. Dari PDA Test dengan menggunakan "Case Method" kita akan dapat mengetahui : 



daya dukung pondasi tiang tunggal







integritas atau keutuhan tiang dan sambungan







efisiensi dari transfer energi pukulan hammer/alat pancang



17



d. Pondasi Piers Langkah pengujia : 



Lokasi Kepala Tiang Pancang Pergeseran lateral kepala tiang pancang dari posisi yang ditentukan dalam segala arah tidak melebihi 75 mm.







Kemiringan Tiang Pancang Penyimpangan arah Vertikal atau kemiringan yang disyaratkan 20 mm per meter (1/50) tidak melebihi 20 mm per meter (1/50).







Kelengkungan (BOW).



18



BAB 3 KESIMPULAN 1. Pondasi dalam adalah jenis pondasi dibedakan dari pondasi dangkal dengan kedalaman mereka tertanam ke dalam tanah. Ada banyak alasan seorang insinyur geoteknik akan merekomendasikan pondasi dalam ke pondasi dangkal, tetapi beberapa alasan umum adalah beban desain yang sangat besar, tanah yang buruk pada kedalaman dangkal, atau kendala situs (seperti garis properti). 2.



Jenis pondasi sebagi berikut :  Pondasi Sumuran  Pondasi bored pile  Pondasi tiang pancang  Pondasi strauss pile  Pondasi piers



3.



4.



5.



Fungsi Pondasi Dalam : 



Beban horizontal/beban geser, seperti beban akibat gaya tekan tanah







Beban mati / dead load, atau berat sendiri bangunan







Beban hidup/live load,atau beban sesuai fungsi bangunan.







Beban gempa







Beban angin







Gaya angkat air







Momen dan torsi



Metode pelaksanaan pondasi : 



Persiapan Lokasi Pemancangan







Persiapan Alat







Penyimpanan Tiang Pancang







Pemancangan



Metode pelaksanaan pengujian Pondasi Dalam : 



PDA (Pile Driving Analyzer) - Case Method



19







PDA Test termasuk salah satu jenis pengujian dinamik dengan menggunakan metoda wave analysis dan sering disebut dengan re-strike test sesuai dengan sifat pengujiannya yang melakukan re-strike atau pemukulan ulang pondasi tiang yang diuji. Analisa data PDA dilakukan dengan prosedur Case Method, yang meliputi pengukuran data kecepatan (velocity) dan gaya (force) selama pelaksanaan pengujian (re-strike) dan perhitungan variabel dinamik secara real time untuk mendapatkan gambaran tentang daya dukung pondasi tiang tunggal. Dari PDA Test dengan menggunakan "Case Method" kita akan dapat mengetahui :







daya dukung pondasi tiang tunggal







integritas atau keutuhan tiang dan sambungan







efisiensi dari transfer energi pukulan hammer/alat pancang



20