Makalah Reseptir BLM Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH RESEPTIR HERBAL GROWTH PROMOTOR



Dosen Penanggung Jawab : Dr. Lina Noviyanti Sutardi, SSi, Apt, Msi



Kelompok 14 : Fitri Ariyani, SKH Mahana Andry Widyantoro, SKH Oliva Waldina, SKH



B94174315 B94174324 B94174331



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2018



PENDAHULUAN Latar Belakang Produk pangan asal hewan merupakan sumber protein hewani yang dibutuhkan manusia (Sutaryo dan Mulyani 2004). Sektor perunggasan, terutama ayam broiler merupakan salah satu prioritas utama untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Salah satu keunggulan ayam broiler yaitu pertumbuhan pesat pada umur 1-5 minggu dan setelah umur 6 minggu bobot ayam broiler sama besarnya dengan ayam kampung (Nastiti 2012). Selain memiliki keunggulan, ayam broiler juga memiliki kelemahan yaitu cenderung rentang terkena penyakit atau terinfeksi patogen. Oleh sebab itu, dalam pakan sering ditambahkan feed additive, seperti AGP (Antibiotics Growth Promotors), yang bertujuan untuk menghindarkan ayam broiler dari patogen dan berfungsi sebagai pemicu pertumbuhan. Seiring perkembangan zaman dan meningkatnya kesadaran manusia tentang bahaya antibiotik, menurut peraturan menteri pertanian tentang klasifikasi obat hewan, adanya larangan penggunaan antibiotik sebagai feed additive dalam pakan karena residu antibiotik dalam daging yang dihasilkan akan menyebabkan resistensi pada manusia yang mengkonsumsinya (Permentan 2017). Mengatasi masalah tersebut, maka tanaman atau herbal dapat dijadikan sebagai alternatif feed additive yang digunakan sebagai growth promotor pada hewan. Obat Tradisional (OT) merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang telah digunakan selama berabad-abad untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta pencegahan dan pengobatan penyakit. Obat tradisional dibagi menjadi jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka (Depkes RI 2008). Hingga saat ini permintaan terhadap obat tradisional cenderung meningkat disebabkan oleh khasiat obat yang terbukti efektif, efek samping yang sedikit, murah, dan mudah didapat (Pribadi 2009). Berbagai penelitian telah membuktikan adanya khasiat herba tanaman yang dapat digunakan sebagai obat ataupun growth promoter. Ketersediaan macam macam ekstrak herbal dengan ragam kandungan yang dihasilkan merupakan peluang untuk menghasilkan herbal growth promoter yang berpotensi sebagai feed additive. Tujuan Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai berbagai macam herba tanaman yang dapat digunakan sebagai herbal growth promotors sebagai salah satu alternatif feed additive.



TINJAUAN PUSTAKA Antibiotik merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain (Utami 2012). Antibiotik digunakan sebagai pemacu pertumbuhan dan memperbaiki konversi pakan. Penambahan antibiotik pemacu pertumbuhan dalam pakan membantu menurunkan jumlah mikroflora usus, menekan bakteri patogen dan menambah ketersediaan energi serta zat gizi untuk hewan dan tercapai efisiensi penggunaan pakan. Namun penggunaan antibiotik memberikan dampak negatif bagi manusia dan hewan itu sendiri. Pengunaan antibiotik dapat menyebabkan residu antibiotik dalam produk hewan serta berkembangnya mikroba resisten antibiotik. Oleh karena itu, untuk mengurangi penggunaan antibiotik maka dibutuhkan alternatif lain, salah satunya yaitu herbal sebagai growth promoter. Peningkatan penggunaan obat herbal seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap dampak negatif dari penggunaan antibiotik. Bioaktif tanaman atau herbal merupakan zat aktif atau metabolit sekunder yang terdapat di dalam bagian tanaman, yang mempunyai pengaruh farmakologi ataupun sifat racun di dalam tubuh manusia atau hewan. Metabolit sekunder umunya berupa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin dan tanin. Beberapa bioaktif tanaman mempunyai sifat anti-bakteri, koksidiostat, antelmintik, antiviral dan anti inflamasi. Beberapa bioaktif tanaman juga sudah dilaporkan dapat meningkatkan kosumsi pakan, meningkatkan sekresi enzim saluran pencernaan dan sebagai perangsang peningkatan imunitas dalam tubuh hewan. Herbal biasa diberikan dalam bentuk tepung bagian tanaman atau bentuk ekstrak (Sinurat et al. 2017). Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga atau yang baru mengalami proses setengah jadi, seperti pengeringan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, hewani dan mineral. Simplisia nabati merupakan simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman (Prasetyo et al. 2013). Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan cara mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Ada beberapa jenis ekstrak yaitu ekstrak cair, kental dan kering. Beberapa contoh jenis tanaman sebagai herbal growth promotor antara lain; Tanaman Kunyit Kunyit adalah salah satu jenis rempah-rempah yang banyak digunakan sebagai bumbu dalam berbagai jenis makanan. Kunyit memiliki nama latin Curcuma domestika val termasuk salah satu suku tanaman temu-temuan (Zingiberaceae). Klasifikasi tanaman kunyit menurut Winarto (2013) adalah sebagai berikut:



Kingdom Divisio Sub Divisio Class Ordo Family Genus Species



: : : : : : : :



Plantae Spermatophyta Angiospermae Monocotyledonae Zingiberales Zingiberaceae Curcuma Curcuma domestica Val



Gambar 1 Tanaman Kunyit (Curcuma domestica Val) Kunyit (Curcuma domestica val) merupakan salah satu tanaman yang digunakan untuk pengobatan tradisional oleh nenek moyang kita sejak lama. Senyawa aktif dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur, virus, dan bakteri baik gram positif maupun gram negatif, seperti E.coli dan Staphylococcus aureus, karena kunyit mengandung berbagai senyawa diantaranya adalah kurkumin dan minyak atsiri. Minyak atsiri dapat digunakan sebagai antibakteri karena mengandung gugus fungsi hidroksil dan karbonil yang merupakan turunan fenol. Turunan fenol ini akan berinteraksi dengan dinding sel bakteri, selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke dalam sel bakteri, sehingga menyebabkan presipitasi dan denaturasi protein, akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri. Sedangkan aktivitas antibakteri curcumin dengan cara menghambat proliferasi sel bakteri. Selain itu curcumin juga mampu meningkatkan sekresi kelenjar liur, empedu, lambung, pankreas dan usus. Beberapa hasil penelitian menunjukkan pemberian curcumin sebagai pemacu pertumbuhan (Sinaga et al. 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Alfian et al. (2015), pemberian tepung kunyit yang dikombinasi dengan tepung lempuyang pada pakan dapat memperbaiki konsumsi dan konversi ransum broiler. Pemberian tepung kunyit dapat meningkatkan bobot hidup ayam broiler (Sultan et al. 2003). Bawang Putih Berdasarkan penggolongan dan tata nama, tanaman bawang putih dapat diklasifikasi sebagai berikut; Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Monocotiledone Ordo : Lilliflorae Family : Lilliaceae Genus : Allium Species : Allium sativum Lin



Gambar 2 Bawang Putih(Allium sativum Lin) Bawang putih merupakan salah satu tanaman obat yang telah digunakan sejak lama untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Bawang putih mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, vitamin B komplek, vitamin C, kalsium, fosfor, magnesiu, dan kalium, serta zat-zat aktif. Zat zat aktif antara lain Allicin (Thiopropen sulfinic acid allyl ester), senyawa ini diduga dapat menurunkan kadar kolesterol darah serta bersifat anti bakteri. Skordinin dan allil, memberi bau yang tidak sedap pada bawang putih dan berkhasiat sebagai antiseptik. Saponin, kandungan saponin dala bubuk bawang putih dapat menyebabkan sel-sel cacing menjadi terhidrolisis. Diallyl sulfida dan prophyl allyl sulfida, bersifat trombolik dan penghancur gumpalan darah. Senyawa ini juga bersifat antelmintika (Salima 2015). Penelitian mengenai bawang putih dalam pengobatan unggas produksi telah banyak dilakukan. Diantaranya, penelitian Damayanti (1994) yang menggunakan jus bawang putih sebagai obat cacing, yaitu dengan melakukan pengujian in vitro pada cacing Asacaridia galli dengan dosis 64 % yang dapat membunuh cacing Ascaridia galli. Kandungan saponin dalam bubuk bawang putih diduga dapat menyebabkan sel-sel cacing menjadi terhidrolisis sehingga cacing mati dan tubuh cacing terlihat transparan. Penggunaan ekstrak bawang putih dengan konsetrasi 2,5% dapat menanggulangi kecacingan pada ayam petelur. Wiryawan et al. (2005) menggunakan metode pembubukan bawang putih dengan dosis 2,5% dalam mengatasi serangan Salmonella typhimurium pada ayam pedaging. Bubuk bawang putih sebanyak 2,5% dalam ransum dapat menurunkan koloni bakteri Salmonella typhimurium secara nyata. Tanaman Pinang Tanaman pinang diklasifikasikan sebagai berikut; Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Monocotiledone Ordo : Arecales Family : Arecaceae/plamae Genus : Areca Species : Areca catechu L.



Gambar 3 Tanaman Pinang (Areca catechu L) Pinang merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat. Pinang mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, triterpenoid, steroid dan tanin. Tanin dan flavonoid merupakan komponen terpenting karena berfungsi untuk melindungi struktur sel dan anti inflamasi (Ulupi et al. 2015). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Simbala (2007), tanin yang terkondensasi dalam zat aktif flavonoid akan meningkatkan imunitas dalam tubuh ayam. Imunitas merupakan respon kekebalan tubuh yang akan muncul ketika tubuh mengalami gangguan dari luar misalnya bakteri, virus, atau racun sehingga dapat melindungi tubuh secara alamiah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Inayah (2014), bahwa penambahan pinang dala pakan secara tidak langsung dapat meningkatkan nilai heterofil pada ayam. Persentase heterofil yang meningkat mengindikasikan bahwa ayam menngalami gangguan aik stres maupun infeksi sehingga untuk mendapatkan pertahanan dalam tubuhnya, produksi heterofilnya meningkat. Pinang juga dapat digunakan sebagai obat cacing. Menurut Aryadina et al. (2012) tablet pinang mampu menyembuhkan 85.5% orang yang menderita penyakit askariasis. Mengkudu Tanaman mengkudu merupakan salah satu tanaman obat yang tersebar hampir diseluruh Indonesia. Berikut klasifikasi tanaman mengkudu; Kingdom : Plantae Divisio : Angiospermae Sub Divisio : Dicotyledonae Class : Magnoliopsida Ordo : Rubiales Family : Rubiaceae Genus : Morinda Species : Morinda citrifolia



Gambar 4 Tanaman Mengkudu(Morinda citrifolia)



Mengkudu salah satu tanaman obat yang cukup potensial untuk dikembangkan karena mengandung beberapa zat yan berguna antara lain; antioksidan, alkaloid, antrakinon, flavonoid, tanin, saponin, dan vitamin C. Sehubungan dengan itu, buah mengkudu mengandung antioksidan yang cukup tinggi yaitu 324.70 mg/100 g dalam sari buah mengkudu. Pemberian antioksidan yang berasal dari sari buah mengkudu dapat mengurangi cekaman panas dan meningkatkan kadar hormon tiroksin, berat bursa fabricius, serta konsumsi dan konversi pakan (Syahruddin et al. 2012,dan Chang et al. 2007). Mengkudu juga mengandung zat-zat nutrisi dan energi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti xeronine dan precursor xeronine (proxeronine). Proxeronine akan diubah menjadi xeronine didalam usus oleh enzim proxeronase dan zat-zat lainnya. Xeronine berfungsi mengatur keutuhan protein serta menetralkan racun yang dihasilkan oleh kapang dan jamur. Purwadaria et al. (2001) melaporkan bahwa, ampas mengkudu hasil perasan sari buah mengkudu masih mengandung zat bioaktif seperti polifenol dan saponin. Senyawa polifenol pada tanaman yang berhubungan dengan metabolisme hewan berupa bentuk antrakinon. Antrakinon merupakan senyawa polifenol yang bersifat antibakteri dan antifungi. Wang et al. (2002), meyatakan bahwa mengkudu mengandung yang bersifat sebagai antibakteri, anti jamur dan anti kanker yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh. Buah mengkudu dapat melindungi hati dari kerusakan dan mencegah terjadinya kanker. Piaru et al. (2012) melaporkan bahwa gabungan bioaktif yang diisolasi dari kandungan minyak esensial buah pala dan menkudu dapat menjadi obat antikanker. Ampas dari sari mengkudu juga dapat digunakan sebagai imbuhan pakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan ransum pada ayam broiler (Bintang et al. 2008)



HASIL DAN PEMBAHASAN Sejalan dengan kebijakan WHO untuk mengurangi penggunaan berlebih antibiotik pada peternakan dan perikanan, pasal 22 ayat 4 huruf C UndangUndang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UndangUndang Nomor 41 Tahun 2014, menyebutkan bahwa melarang penggunaan pakan yang dicampur hormon tertentu dan/atau antibiotik imbuhan pakan. Karena itu digunakanlah herbal sebagai pengganti antibiotik dalam pakan yang berperan sebagai Antibiotic Growth Promoters (AGP). Penggunaan tanaman obat sebagai growth promotor dalam bentuk tunggal dianggap kurang efektif sehingga sediaan yang banyak tersedia di pasaran adalah dalam bentuk campuran dengan bahan herbal lain (polyherbal). Berikut adalah beberapa jenis Herba yang dapat digunakan sebagai Herbal Growth Promotor(HGP). Nor-Spice® Oregano powder (1 g/kg pakan), pertumbuhan bobot badan, feed intake dan feed efficiency tidak berbeda signifikan dengan pakan dengan AGP, biaya pakan per kg tiap pertambahan bobot badan sedikit lebih mahal dibandingkan pakan dengan AGP. Du-Sacch® C Powder (Fructooligosaccharides) (0.5 g/kg pakan), pertumbuhan bobot badan, feed intake dan feed efficiency tidak berbeda



signifikan dengan pakan dengan AGP, biaya pakan per kg tiap pertambahan bobot badan tidak lebih mahal dibandingkan pakan dengan AGP. Quiponin® S Powder (produk dari pohon Ouillaia saponaria) (0.1 g/kg pakan) pertumbuhan bobot badan, feed intake dan feed efficiency tidak berbeda signifikan dengan pakan dengan AGP, biaya pakan per kg tiap pertambahan bobot badan tidak lebih mahal dibandingkan pakan dengan AGP. Nor-Spice® S Garlic Powder (1 g/kg pakan) pertumbuhan bobot badan, feed intake dan feed efficiency tidak berbeda signifikan dengan pakan dengan AGP, biaya pakan per kg tiap pertambahan bobot badan sedikit lebih mahal dibandingkan pakan dengan AGP. Nor-Spice® Thyme Powder (1 g/kg pakan) pertumbuhan bobot badan, feed intake dan feed efficiency tidak berbeda signifikan dengan pakan dengan AGP, biaya pakan per kg tiap pertambahan bobot badan sedikit lebih mahal dibandingkan pakan dengan AGP (Demir et al. 2005). Tabel 1 Effects of antibiotic growth promoter and five natural feed additives in broiler diets on body weight gain, feed intake, feed efficiency and feed costs per kg of weight gain relative to the control Variabel Bobot awal, g Body weight gain, g 0 to 14 d 14 to 35 d 35 to 42 d 0 to 42 d Feed intake, g 0 to 14 d 14 to 35 d 35 to 42 d 0 to 42 d Feed efficiency, g:g 0 to 14 d 14 to 35 d 35 to 42 d 0 to 42 d Feed costs per kg of weight gain relative to the control, % Keterangan:



T1 45.9



T2



Treatment T3 T4



T5



T6



46.2



46.2



45.9



45.9



45.9



230ab 1109 284 1622



224ab 1139 269 1633



211b 1099 303 1613



243ab 1124 312 1679



246a 1150 315 1711



240ab 1134 315 1690



346a 2011 620 2977



336ab 2004 614 2995



311b 1960 646 2917



355a 2051 663 3070



358a 2128 654 3140



353a 2105 651 3108



1.52 1.82 2.25 1.84



1.52 1.80 2.37 1.84



1.50 1.78 2.16 1.81



1.47 1.83 2.16 1.83



1.47 1.85 2.09 1.84



1.48 1.86 2.10 1.84



+1.80



-1.31



-1.09



+0.49



+1.27



a-b Means within the same row with no common supercript differ significantly (P < 0.05). The treatment groups were designed as: T1: Commercial feed supplemented with Antibiotic Growth Promoter (1 g Flavomycin kg1 diet) T2: Commercial feed supplemented with Nor-Spice® Oregano powder (1 g kg-1 diet) T3: Commercial feed supplemented with Du-Sacch® C Powder (0.5 g kg-1 diet) T4: Commercial feed supplemented with Quiponin® S Powder (0.1 g kg-1 diet) T5: Commercial feed supplemented with Nor-Spice®S Garlic Powder (1 g kg-1 diet) T6: Commercial feed supplemented with Nor-Spice® Thyme Powder (1 g kg-1 diet) (Demir et al. 2005).



Tabel 2 Efek pemberian CHGP pada pakan broiler terhadap feed intake, Body Weights gain, dan FCR dibandingkan dengan pemberian pakan standar. Variabel Treatment T0 (standar) T1(CHGP-2%) Mean Feed Intake g 0 to 14 d 280.00 a ± 0.69 286.00 a ± 0.68 14 to 28 d 690.53 a ± 0.84 720.40 a ± 0.86 28 to 42 d 1009.50a ± 0.94 1025.19a ± 0.79 Total 3414.83 a ± 2.54 3483.01 a ± 2.88 Mean Body Weight gain g 14 d 227.12a ± 5.29 228.52a ± 7.03 28 d 270.73b ± 13.65 391.60a ± 12.68 42 d 398.46b ± 8.62 479.60a ± 13.76 Mean Weekly FCR 7d 1.18a ± 0.03 1.38b± 0.01 14 d 1.23a ± 0.02 1.25a ± 0.03 21 d 1.24a ± 0.04 1.47b± 0.03 28 d 2.55b± 0.03 1.83a± 0.02 35 d 1.95a ± 0.06 1.69b± 0.03 42 d 2.53b ± 0.07 2.13a ± 0.06 Overall FCR 1.85b± 0.02 1.69a ± 0.03 Means bearing different superscripts in a row differ significantly (P 0.05)



CHGP (Commercial Herbal Growth Promoter) Powder (kombinasi sembilan tanaman obat Hemidesmus indicus, Borassus fiabellifer, Hedysarum gangeticum, Mimusops hexandra, Abutilon indicum, Pueraria tuberose, Tacca aspera, Argyreia speciosa sweet dan Stereospermum suaveolens) (2 g/kg pakan) pertumbuhan bobot badan, feed intake dan feed efficiency tidak berbeda signifikan dengan pakan standar, biaya pakan per kg tiap pertambahan bobot badan tidak lebih mahal dibandingkan dengan pakan standar (Mahanta et al. 2017). Hemidesmus indicus memiliki aktivitas antimikrobial (Gayathri dan Kannabiran 2009), aflatoxin reducing properties pada ayam broiler (Umaya et al. 2014); Hedysarum gangeticum sebagai antiinflamasi (Kirubha et al. 2011); Abutilon indicum sebagai antioksidan, antibakterial dan hepatoprotektor (Kashmiri et al. 2009; Porchezhian dan Ansari 2005); akar Pueraria tuberose sebagai feed additives pada hewan ternak (Mirzaei dan Venkatesh 2012) dan Argyreia speciosa sweet sebagai imunomodulator, hepatoprotektan, antioksidan, antiinflamasi, antidiare, antimikrobial, antiviral, nematisidal dan antiulcer (Galani et al. 2010). Pemberian HGP pada pakan mempengaruhi kedalaman kripta usus di ileum. Kedalaman kripta usus berkurang signifikan pada penambahan HGP pada pakan (Demir et al. 2005). Kripta usus dianggap sebagai pabrik vili usus dan kripta yang besar menunjukkan pergantian jaringan yang cepat. Pergantian jaringan ini meningkatkan kebutuhan nutrien untuk maintenance (Savage et al 1997). Penurunan kedalaman kripta usus di ileum pada penambahan HGP pada pakan membuat energi yang digunakan untuk membuat jaringan menjadi minimal, inilah yang menjelaskan adanya peningkatan pada pertambahan bobot badan dan feed efficiency.



Beberapa contoh HGP yang digunakan pada tulisan ini menunjukkan hasil yang cukup baik untuk digunakan sebagai pengganti AGP dengan hasil yang sama dengan atau bahkan lebih baik daripada AGP. Penggunaan HGP sebagai pengganti AGP ini perlu dikembangkan lebih lanjut agar dapat digunakan secara penuh menggantikan AGP di kemudian hari.



SIMPULAN Berbagai jenis Herbal Growth Promoter sudah tersedia sebagai pengganti Antibiotic Growth Promoter di pasaran yang sudah diuji secara in vivo. Sebagian besar sediaan Herbal Growth Promotor yang ada tersedia dalam bentuk powder agar mempermudah pencampuran dalam pakan. Sosialisasi tentang penggunaan Herbal Growth Promotor sebagai pengganti AGP perlu ditingkatkan lagi karena masih kurangnya penggunaan HGP di lapang.



DAFTAR PUSTAKA Alfian, Amin N, Munir. 2015. Pengaruh pemberian tepung lempuyang (Zingiber aromaticum Val) dan tepung kunyit (Curcuma domesticus) terhadap konsumsi dan koversi ransum broiler. J galung tropika. 4(1):50-59 Aryadina D, Utami WS, Wilis N, Nuri, Wicaksono Y. 2012. Hubungan higiene sanitasi terhadap keberhasilan terapi menggunakan tablet ekstrak biji pinang (Areca catechu L) pada askariasis. Jurnal Medika Planta. Vol. 1 No. 5: 4755. Bintang LAK, Sinurat AP, Purwardaria T. 2008. Penambahan antibiotik dan ampas mengkudu sebagai sumber senyawa bioaktif terhadap performans ayam broiler. JITV. 13(1): 7-12. Chang L, Yarong X, Yonghang Y, Fengfeng Y, Junyan L, Jinglei S. 2007. Extraction and characterization of antioxidant compositions from fermented fruit juice of Morinda citrifolia (noni). J. Agriculture Science in China. 6(12): 1494-1501. Damayanti, MM. 1994. Efek antelmintika simplisia bawang putih (Allium sativum) dan simplisia labu merah (Cucurbita muschata) terhadap cacing Ascaridia galli secara in-vitro [Skripsi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Demir E, Sarica Ş, Özcan MA, Suiçmez M. 2005. The use of natural feed additives as alternative to an antibiotic growth promoter in broiler diets. Arch.Geflügelk. 69(3):110–116. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Jakarta (ID): Depkes RI. Galani VJ, Patel BG, Patel NB. 2010. Argyreia speciosa (Linn. f.) sweet: A comprehensive review. Pharmacogn Rev. 4:172–178. Gayathri M, Kannabiran K. 2009. Antimicrobial activity of Hemidesmus indicus, Ficus bengalensis and Pterocarpus marsupium roxb, Indian J Pharm Sci. 71: 578–581.



Inayah SK. 2014. Kajian profil darah dan performa ayam roiler yang diberi pakan tambahan serbuk pinang (Areca catechu L) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Kashmiri MA, Yasmin S, Ahmad M, Mohy-ud-Din A. 2009. Acta Chim Slov 56:345–352. Kirubha TSV, Jegadeesan M, dan Kavimani S. 2011. Studies on Desmodium gangeticum: A review. J Chem Pharm Res. 3(6):850-855. Mahanta JD, Borgohain B, Sarma M, Sapcota D, Hussain J. 2017. Effect of dietary supplementation of herbal growth promoter on performance of commercial broiler chicken. J Indian Anim Res. 51(6):1097-1100. Mario WLM, Widodo E, Sjofjan O. 2013. Pengaruh penambahan kombinasi tepung jahe merah, kunyit dan meniran dalam pakan terhadap kecernaan zat makanan dan energi metabolis ayam pedaging. J Ilmu-Ilmu Peternakan. 24 (1):1 – 8. Mirzaei F, Venkatesh HKR. 2012. Introduction of five well-known ayurvedic medicinal plants as feed additive on livestock’s performance: a review. Global J of Res. on Medicinal Plants & Indigenous Medicine. 1:328–339. Nastiti Rima. 2012. Menjadi Milyarder Budidaya Ayam Broiler. Yogyakarta (ID): Pustaka Bau Press. Permentan. 2017. Klasifikasi Obat Hewan [Internet]. [diunduh 2018 April 7]. Tersedia pada: perundangan.pertanian.go.id Piaru SP, Mahmud R, Majid AMSA, Daoud Z, Nassar M. 2012. Antioxidant and antiangiogenic activities of the essential oils of Myristica and Morinda citrifolia. Asian Pasific Journal of Tropical Medicine. 294-298. Porchezhian E, Ansari SH. 2005. Phytomedicine, 12:62–64. Pribadi ER. 2009. Pasokan dan Permintaan Tanaman Obat Indonesia Serta Arah Penelitian dan Pengembangannya. Perspektif. 8(1):52-64. Salima, J. 2015. Antibacterial activity of garlic (Allium sativum l.). J Majority. 4(2) : 30-39. Simbala HEI. 2007. Keanekaragaman floristik dan pemanfaatan sebagai tumbuhan obat di kawasan konservasi II Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (Kabupaten Bolang Mongondow, Sulawesi Utara) [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sinaga et al. 2011. Kurkumin dalam ransum Babi sebagai pengganti antibiotik sintetis untuk perangsang pertumbuhan. J ilmu-ilmu hayati dan fisik. 13(2):125-132. Sinurat et al. 2017. Kebijakan Pengendalian Penggunaan Antibiotik Growth Promoters dan Ractopamine dalam Mendukung Keamanan Pangan Nasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Sudarno, Setiorini FA, Suprapto H. 2011. Efektifitas ekstrak tanaman Meniram (Phyllanthus niruri) sebagai antibakteri Edwardsiella tarda secara in vitro. J Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3(1): 103-108. Sultan SI. 2003. The effect of Curcuma longa (turmeric) on overall performance of broiler chickens. J. Poult. Sci. 2 : 351-353. Sutaryo dan Mulyani. 2004. Pengetahuan Bahan Olahan Hasil Ternak dan Standar Nasional (SNI). Ungaran(ID): Komplek-Taru Budaya.



Syahruddin E, Abbas H, Purwati E, Heryandi Y. 2012. Aplikasi mengkudu sebagai sumber antioksidan untuk mengatasi stress ayam broiler di daerah tropis. J. Peternakan Indonesia. 14(3): 411-424. Ulupi N, Soesanto IRH, Inayah SK. 2015. Performa ayam Broiler dengan pemeberian serbuk pinang sebagai feed aditive. J Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 3(1): 8-11. Umaya RS, Manpal S, David ICG, Prasad KS. 2014. Effect of Leucas aspera and Hemidesmus indicus in reducing aflatoxin toxicity in broiler chickens. Indian Vet. J. 91: 33-35. Utami, ER. 2012. Antibiotika, resistensi, dan rasionalitas terapi. Sainstis. 1(1) :124-138 Wiryawan KG, Suharti MB. 2005. Kajian antibakteri temulawak, jahe, dan bawang putih terhadap Salmonella typhimurium serta pengaruh bawang putih terhadap performans dan respon imun ayam pedaging. Media Peternakan. 28 (2): 52-62