Makalah Resusitasi Neonatus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah KEGAWATDARURATAN KARDIOVASKULER tentang Resusitasi Neonatus.



Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu demi kesempurnaan makalah ini maka penulis meminta saran dan kritik kepada sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfa serta memberikan ilmu dan pengetahuan pembaca.



Padang, Januari 2018



Penulis



1



DAFTAR ISI Kata Pengantar..............................................................................................................1 Daftar Isi........................................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3 A. Latar Belakang..........................................................................................................3 B. Rumusan Masalah.....................................................................................................4 C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................4



BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................5 A. Pengertian.................................................................................................................5 B. Tujuan Resusitasi......................................................................................................5 C. Tanda-Tanda Resusitasi Perlu Dilakukan.................................................................5 D.Kondisi Yang Memerlukan Resusitasi......................................................................6 E. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Resusitasi................................................7 F. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir.......................................................................7 G. Langkah-Langkah Resusitasi Bayibaru Lahir..........................................................8



BAB III PENUTUP.....................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15



2



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Bantuan hidup dasar pada anak atau sering disebut Pediatric Basic Life Support (BLS) merupakan hal yang penting untuk kelangsungan dan kualitas hidup anak. Pediatric Chain Survival berdasarkan American Heart Association tahun 2010 meliputi tindakan preventif, resusitasi jantung paru (RJP) segera dengan mengutamakan pijat jantung (teknik C-A-B atau Circulation-AirwayBreathing), mengaktifkan akses emergensi atau emergency medical system (EMS), bantuan hidup lanjut, serta melakukan perawatan pasca henti jantung. Tujuan akhir RJP adalah kembalinya sirkulasi spontan yang normal atau disebut return of spontaneous circulation (ROSC) dan tidak adanya gangguan neurologis pasca henti jantung. Sebagian besar kasus henti jantung pada anak disebabkan oleh hipoksia, pada anak jarang dijumpai gangguan primer jantung yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak. Hal ini menyebabkan teknik A-B-C masih banyak dikerjakan pada pasien anak, meskipun proses Airway-Breathing dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin. AHA menyatakan bahwa bila pijat jantung terlambat dilakukan, angka keberhasilkan resusitasi menjadi lebih kecil. Lubrano dkk. melakukan penelitian perbandingan C-A-B dan A-B-C pada 170 tim resusitasi dengan hasil bahwa teknik C-A-B membuat pengenalan dan intervensi henti jantung dan paru lebih cepat secara bermakna meskipun tidak berbeda bagi gangguan neurologis pasca henti jantung paru. TEKNIK Bantuan hidup dasar merupakan kombinasi berbagai



3



manuver dan ketrampilan dengan atau tanpa peralatan tertentu untuk membantu mengenali orang yang mengalami henti napas dan jantung serta menggunakan waktu yang ada sampai pasien mendapatkan tatalaksana lebih lanjut. Tatalaksana harus dilakukan secara berkesinambungan meliputi RJP dan aktivasi sistem EMS terutama jika ada lebih dari 1 penolong di tempat kejadian.



Sebelum melakukan BLS yang harus diingat dalam menolong pasien adalah 3S (Safety, Stimulate dan Shout for assistance). Selalu pastikan tempat melakukan resusitasi aman untuk anak dan penolong. Posisikan anak terlentang di atas alas datar dan keras. Jika anak harus dipindahkan, pergerakan leher dan kepala harus seminimal mungkin. Setelah itu stimulasi dilakukan dengan guncangan ringan dan dengan teriakan keras untuk melihat respons anak dan jangan lupa teriak minta pertolongan untuk bantuan melakukan RJP. Resusitasi jantung paru meliputi pembebasan jalan napas (airway), melakukan bantuan napas (breathing) dan mempertahankan suplai darah yang adekuat dalam tubuh (circulation).



B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas dan sesuai dengan judul laporan penatalaksanaan resusitasi, maka dalam hal ini rumusan masalah adalah “ Bagaimana pelaksanaan resusitasi yang diberikan pada bayi baru lahir untuk menurunkan angka kematian bayi.



C. Tujuan penulisan 1. Untuk mengetahui persiapan resusitasi bayi baru lahir 2. Untuk mengetahuai penilaian segera untuk dilakukan resusitasi 3. Untuk mengetahui langkah-langkah resusitasi



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Pengertian



Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan cardio pulmonier resusitation (CPR), merupakan gabungan antara pijat jantung dan pernafasan buatan. Teknik ini diberikan pada korban yang mengalami henti jantung dan nafas, tetapi masih hidup. B. Tujuan Resusitasi 1. Memberikan ventilasi yang adekuat 2. Membatasi kerusakan serebi 3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat – alat vital lainnya 4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri C. Tanda – Tanda Resusitasi Perlu Dilakukan 1. Pernafasan Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat. Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan



5



dalamnya pernafasan selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 – 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya.



2. Denyut jantung – frekuensi Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi tidak teratur. Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 =frekuensi denyut jantung selama 1 menit) Hasil penilaian ; 



Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai warna kulit.







Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)



3. Warna Kulit Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa sampai sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.



D. Kondisi Yang Memerlukan Resusitasi



6



1. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh ke posterior. 2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya obat 3. Kerusakan neurologis. 4. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi. 5. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya. E. Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Resusitasi 1. Tenaga yang terampil, tim kerja yang baik. 2. Pemahaman tentang fisiologi dasar pernapasan, kardiovaskular, serta proses asfiksia yang progresif. 3. Kemampuan / alat pengaturan suhu, ventilasi, monitoring. 4. Obat-obatan dan cairan yang diperlukan.



F. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir Di dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit tidak bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan otak yang berat atau meninggal.



1. Persiapan Keluarga Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta



7



persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan.



2. Persiapan Tempat Resusitasi Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih dan kering, misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di dekat sumber pemanas (misalnya; lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu yang terbuka). Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi.



3. Persiapan Alat Resusitasi Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga alatalat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu: 



2 helai kain/handuk







Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.







Alat pengisap lendir DeLee atau bola karet







Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal







Kotak alat resusitasi.







Jam atau pencatat waktu



G. Langkah-Langkah Resusitasi BBL Pediatric Chain Survival berdasarkan American Heart Association tahun 2010 meliputi tindakan preventif, resusitasi jantung paru (RJP) segera dengan mengutamakan pijat jantung (teknik C-A-B atau Circulation-AirwayBreathing),



8



mengaktifkan akses emergensi atau emergency medical system (EMS), bantuan hidup lanjut, serta melakukan perawatan pasca henti jantung. Tujuan akhir RJP adalah kembalinya sirkulasi spontan yang normal atau disebut return of spontaneous circulation (ROSC) dan tidak adanya gangguan neurologis pasca henti jantung. Sebagian besar kasus henti jantung pada anak disebabkan oleh hipoksia, pada anak jarang dijumpai gangguan primer jantung yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak. Hal ini menyebabkan teknik A-B-C masih banyak dikerjakan pada pasien anak, meskipun proses Airway-Breathing dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin. Sebelum melakukan BLS yang harus diingat dalam menolong pasien adalah 3S (Safety, Stimulate dan Shout for assistance). Selalu pastikan tempat melakukan resusitasi aman untuk anak dan penolong. Posisikan anak terlentang di atas alas datar dan keras. Jika anak harus dipindahkan, pergerakan leher dan kepala harus seminimal mungkin. Setelah itu stimulasi dilakukan dengan guncangan ringan dan dengan teriakan keras untuk melihat respons anak dan jangan lupa teriak minta pertolongan untuk bantuan melakukan RJP. Resusitasi jantung paru meliputi pembebasan jalan napas (airway), melakukan bantuan napas (breathing) dan mempertahankan suplai darah yang adekuat dalam tubuh (circulation). 1. Airway Pada anak yang tidak sadar, lidah sering jatuh ke belakang dan dapat menyebabkan sumbatan jalan napas. Penolong harus membuka jalan napas dengan manuver head tilt dan chin lift yang dapat dikerjakan baik pada pasien trauma maupun nontrauma. Teknik jaw thrust dilakukan bila terdapat kecurigaan trauma servikal. Untuk mempertahankan terbukanya jalan napas, dapat dilakukan pemasangan alat orofaringeal (guedel) dan selang nasofaringeal. Guedel dengan ukuran tertentu digunakan pada pasien tidak sadar, jika terlalu kecil lidah akan tetap terjatuh ke belakang sedangkan jika terlalu besar akan menyumbat jalan napas. Pemasangan selang nasofaringeal diindikasikan



9



pada pasien dengan kesadaran tidak terlalu terganggu. Pada bayi kecil, selang nasofaringeal mudah tersumbat dengan sekret.



2. Breathing Penilaian pernapasan dilakukan dalam waktu 10 detik dengan teknik look, listen dan feel pada saat bersamaan. Penolong harus melihat gerakan pernapasan baik pernapasan dada maupun abdominal, mendengar suara napas pasien melalui hidung dan mulut, dan merasakan udara pernapasan yang keluar pada pipi penolong. Jika anak bernapas dan tidak ada riwayat trauma sebelumnya, tempatkan pasien pada posisi stabil untuk menjaga jalan napas dan menurunkan risiko aspirasi. Jika anak tidak bernapas atau gasping, pertahankan jalan napas dan berikan 2 kali bantuan napas. Pada anak 1 tahun dengan menggunakan teknik mouth-to-mouth. Hindari pemberian ventilasi yang berlebihan karena dapat menyebabkan pneumotoraks akibat tekanan berlebihan, dapat menyebabkan regurgitasi lambung karena saat ventilasi udara dapat masuk baik ke paru ataupun lambung, serta dapat menyebabkan berkurangnya curah jantung akibat peningkatan tekanan intratorak sehingga aliran balik darah ke jantung (venous return) berkurang. Ketiga hal ini akan memperburuk kondisi anak. 3. Circulation Penilaian sirkulasi dilakukan dalam 10 detik dengan meraba pulsasi arteri brakialis (pada bayi) dan arteri karotis dan femoralis pada anak. Jika frekuensi nadi kurang dari 60 kali per menit dan pada anak terlihat tanda perfusi kurang (pucat dan sianosis), kompresi dada dapat dimulai. Jika frekuensi nadi ≥60 kali per menit tetapi anak tidak bernapas, lanjutkan bantuan napas tanpa kompresi dada. Bantuan napas diberikan 12 sampai 20 kali per menit (1 pernapasan tiap 3 sampai 5 detik) sampai pasien bernapas spontan. Sambil melakukan bantuan napas, nilai pulsasi arteri tiap 2 menit secara singkat (tidak lebih dari 10 detik).



10



Kompresi dada dilakukan secara push hard and fast, dengan kedalaman sepertiga diameter anteroposterior dada, harus kembali sempurna (complete recoil) setelah setiap kompresi dengan interupsi minimal. Semua ini termasuk high quality CPR. Untuk anak kurang dari 1 tahun dan penolong seorang diri, kompresi dilakukan dengan teknik 2 jari yang diletakkan di bawah garis intermamaria. Teknik ini dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan (lihat gambar 6).3 Pada anak lebih besar, kompresi dada dilakukan pada setengah bagian bawah sternum dengan pangkal pergelangan tangan (seperti pada orang dewasa) dan dapat dilakukan baik dengan satu atau dua tangan. Dalamnya kompresi mencapai sepertiga diameter antero-posterior rongga dada. Koordinasi bantuan napas dan kompresi dada Jika penolong seorang diri, lakukan 30 kompresi dada diikuti pemberian 2 bantuan napas. Untuk 2 penolong, pemberian bantuan napas dan kompresi dada dilakukan dengan perbandingan 15:2. Jangan melakukan bantuan napas dan kompresi dada pada saat yang bersamaan. Keputusan mengakhiri upaya resusitasi Semua tenaga kesehatan dituntut untuk memulai RJP segera setelah diagnosis henti napas atau henti jantung dibuat. Tidak ada pernapasan spontan dan refl eks muntah dan dilatasi pupil yang menetap selama 15 sampai 30 menit atau lebih merupakan petunjuk kematian otak kecuali pasien hipotermik atau di bawah efek barbiturat atau dalam anestesia umum. Tidak adanya tanggapan jantung atau tidak ada aktivitas listrik jantung terhadap tindakan resusitasi selama paling sedikit 30 menit walaupun dilakukan upaya RJP dan terapi obat optimal menandakan mati jantung. Dalam keadaan darurat resusitasi dapat diakhiri jika ada salah satu keadaan berikut ini: 1. Telah timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif. 2. Upaya resusitasi telah diambil alih oleh orang lain yang lebih bertanggung jawab meneruskan resusitasi (bila tidak ada dokter).



11



3. Seorang dokter mengambil alih tanggung jawab (bila tidak ada dokter sebelumnya). 4. Penolong terlalu lelah sehingga tak sanggup meneruskan resusitasi. 5. Pasien dinyatakan mati. 6. Setelah dimulai resusitasi ternyata diketahui bahwa pasien berada dalam stadium terminal, suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tak akan pulih (yaitu sesudah setengah atau satu jam terbukti tidak ada nadi pada normotermia tanpa RJP).



12



13



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan asfiksia berat menjadi keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis spontan dan denyut jantung menjdi teratur



Penilaian awal terhadap bayi untuk dilakukan resusitasi adalah : 1. Bayi kurang bulan 2. Air ketuban bercampur mekonium 3. Bayi tidak bernafas spontan atau nafas megap-megap 4. Tonus otot buruk



14



DAFTAR PUSTAKA



American Heart Association (2010). Heart disease & stroke statistics – 2010 Update. Dallar, Texas: American Heart Association Kattwinkel J et al. Special Report Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Pediatrics 2010;126:e1400-e1413. Wyllie J, et al. Part 11: Neonatal Resuscitation. 2010 International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care Science with Treatment Recommendations. Resuscitation 2010;81S:e260-e287.



15