Makalah Sejarah Pedagang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pedagang, Penguasa dan Pujangga pada Masa Klasik (Hindu dan Buddha)



dikumpulkan guna memenuhi salah satu tugas pelajaran Sejarah Indonesia dengan guru pendamping:Sri Subekti Setyo Rini,S.Pd.



O L E H



Zabinna Mutia Sarah Dita No. Absen : 34 Kelas : X MIPA 3



SMA NEGERI CANDIPURO



0



KATA PENGANTAR



Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan Rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengtahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.



1



DAFTAR ISI



halaman KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 1



DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 2



BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4 1.1



Latar Belakang ........................................................................................................... 4



1.2



Rumusan Masalah...................................................................................................... 4



1.3



Tujuan ......................................................................................................................... 4



BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5 2.1



2.2



Pengaruh Budaya India ............................................................................................. 5 2.1.1



Masuknya Kebudayaan Hindu ke Indonesia ................................................... 5



2.1.2



Masuknya kebudayaan Buddha ke Indonesia .................................................. 6



Kerajaan-kerajaan pada Masa Hindu-Buddha ...................................................... 7 2.2.1



Kerajaan Kutai ................................................................................................. 7



2.2.2



Kerajaan Tarumanegara ................................................................................... 7



2.2.3



Kerjaan Kalingga ............................................................................................. 8



2.2.4



Kerajaan Sriwijaya .......................................................................................... 9



2.2.5



Kerajaan Mataram Kuno ............................................................................... 11



2.2.6



Kerajaan Kediri.............................................................................................. 15



2.2.7



Kerajaan Singasari ......................................................................................... 15



2.2.8



Kerajaan Majapahit........................................................................................ 16



2.2.9



Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warma Dewa ............................... 17



2.2.10 Kerajaan Kota Kapur ..................................................................................... 17 2.3



Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Perdagangan .................................. 18



2.4



Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu Buddha ...................................... 19



2



BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 20 3.1



Kesimpulan ............................................................................................................... 21



3.2



Saran ......................................................................................................................... 21 3.2.1



Penulis ........................................................................................................... 21



3.2.2



Pembaca ......................................................................................................... 22



DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 23



3



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan



keunikannya. Terdiri dari berbagai suku bangsa yang mendiami belasan ribu pulau yang tidak terlepas dari pengaruh budaya luar, salah satunya pengaruh budaya India. Kebudayaan India masuk ke Indonesia pada saat Indonesia masih mengalami masa pra-sejarah. Masuknya kebudayaan India ini sekaligus menandai berakhirnya masa pra-sejarah dan mulai membawa bangsa Indonesia ke jaman sejarah karena sejak saat itu bangsa kita mulai mengenal tulisan. Pengaruh hindu-budha ini dapat terlihat dari berbagai macam peninggalanpeninggalan yang tersebar hampir disetiap pulau di Indonesia berasal dari berbagai kerajaan Hindu-Budha yang merupakan cikal bakal terbentuknya bangsa ini. Aspek yang mempengaruhi datanagnya kebudayaan India di Indonesia antara lain seni, agama, tradisi, bangunan dan lain-lain. Sebagai generasi penerus bangsa wajib mengetahui sejarah bangsa ini sehingga perlu untuk menyusun makalah ini agar membantu dan memudahkan pembaca untuk mengetahui sejarah dan pengaruh kebudayaan India di Indonesia



1.2



Rumusan Masalah 1.



Kerajaan apa saja yang dihasilkan dari agama ini?



2.



Bagaimana jaringam perdagangan dan pelayaran nusantara?



3.



Bagaimana akulturasi kebudayaan nusantara dan hindu



. 1.3



Tujuan 1.



Mengenali kerajaan pada masa hindu Buddha



2.



Mendeskripsikan jaringan perdagangan dan pelayaran nusantara



3.



Menganalisis akulturasi kebudayaan nusantara dan hindu



4



BAB II PEMBAHASAN



2.1



Pengaruh Budaya India Letak wilayah Indonesia yang strategis dan merupakan daerah penghasil rempah-



rempah membuat indonesia sering di kunjungi oleh bangsa-bangsa lain untuk melakukan perdagangan, salah satunya India. Bangsa India yang tadinya ke Indonesia hanya bermaksud untuk berdagang ternyata membawa misi untuk menyebarkan agama. Sambil menunggu angin musim yang baik, para pedagang India tersebut melakukan interaksi dengan penduduk setempat, selain menjalin hubungan dagang, para pedagang India membawa ajaran agama beserta kebudayaannya sehingga semakin lama ajaran dan kebudayaan mereka berpengaruh terhadap penduduk. Sebagai generasi penerus bangsa wajib mengetahui sejarah bangsa ini. etempat. Sejak itulah sedikit demi sedikit pengaruh luar mulai masuk ke wilayah Indonesia dan terus berkembang sampai sekarang ini. 2.1.1 Masuknya Kebudayaan Hindu ke Indonesia Berikut merupakan teori-terori masuknya kebudayaan Hindu ke Indonesia: a.



Teori Brahmana Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para



kaum brahmana. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa di Nusantara untuk mengajarkan agama kepada raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah J.C. Van Leur. Dia perpendapat bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia di bawa oleh kaum brahmana, karena hanya kaum brahmana yang berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Pendapatnya ini juga berdasarkan pada pengamatannya terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia, terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa,dimana bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa itu hanya dimengerti oleh para brahmana. b.



Teori Ksatria Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para



kaum Ksatria atau para prajurit. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah F.D.K. Bosch. Menurut Teori ksatria, jaman dulu di India sering terjadi perang. Kemudian para prajurit yang kalah banyak yang pergi meninggalkan India. Banyak diantara mereka pergi ke wilayah nusantara. Mereka inilah yang kemudian menyebarkan agama dan kebudayaan hindu di wilayah nusantara. 5



c.



Teori Waisya Teori ini mengatakan bahwa agama Hindu yang masuk ke Indonesia di bawa oleh para



pedagang India yang berdagang di Indonesia dan kemudian mengajarkan ajaran agama Hindu kependuduk setempat. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah N.J. Krom. Menurut NJ. Krom, proses terjadinya hubungan antara India dan Indonesia karena adanya hubungan perdagangan, sehingga orang-orang India yang datang ke Indonesia sebagian besar adalah para pedagang. Perdagangan yang terjadi pada saat itu menggunakan jalur laut dan teknologi perkapalan yang masih banyak tergantung pada angin musim. Hal ini mengakibatkan dalam proses tersebut, para pedagang India harus menetap dalam kurun waktu tertentu sampai datangnya angin musim yang memungkinkan mereka untuk melanjutkan perjalanan. Selama mereka menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Mulai dari sini pengaruh kebudayaan Hindu menyebar dan menyerap dalam kehidupan masyarakat Indonesia. d.



Teori Sudra Teori ini mengatakan bahwa kebudayaan Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para



kaum sudra,dalam hal ini adalah kaum-kaum terbawah. Tokoh yang mengemukakan pendapat tersebut adalah Von Van Faber. Von Van Faber ini menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta sudra. Alasannya karena mereka dianggap sebagai orang-orang buangan dan hanya hidup sebagai budak sehingga mereka datang ke Indonesia dengan tujuan untuk mengubah kehidupannya.



2.1.2 Masuknya kebudayaan Buddha ke Indonesia Informasi paling tua tentang keberadaan Buddhisme di Indonesia yang pada waktu itu belum begitu meluas juga didapat dari pengelana China bernama Fa Hsien (+/-337 – 422 M), yang sekembalinya dari Ceylon (Sri Lanka) ke China pada tahun 414 Masehi terpaksa mendarat di negeri yang bernama Ye-Po-Ti karena kapalnya rusak. Sekarang tidak terlalu jelas apakah Ye-Po-Ti itu Jawa atau Sumatera. Ia menemukan banyak orang-orang yang beragama Hindu dan sebagian masih animisme. Namun demikian, sepertinya kondisi mulai berubah sesudah abad kelima kerena penyebaran agama Budha yang dilakukan Fa Hsien.



6



2.2



Kerajaan-kerajaan pada Masa Hindu-Buddha



2.2.1 Kerajaan Kutai Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Yupa atau prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa di Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambat hewan yang akan dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha. Aswawarman adalah Anak Raja Kudungga.Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman. Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur. Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya. Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara. 2.2.2 Kerajaan Tarumanegara Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal adalah Purnawarman. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. 7



Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti batu yang ditemukan. Lima di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara. a.



Prasasti yang ditemukan



1.



Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor.



2.



Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari Kerajaan Traumanegara



3.



Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.



4.



Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor ditemukan pada aliran Ci Aruteun, seratus meter dari pertemuan sungai teureup, Bogor



5.



Prasasti Telapak Gajah



6.



Prasasti Jambu di daerah Bogor,



2.2.3 Kerjaan Kalingga Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat yang berkarakter. Kerajaan ini berada di antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabadabad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya. 8



Terdapat kisah yang berkembang di Jawa Tengah utara mengenai seorang Maharani legendaris yang menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kebenaran dengan keras tanpa pandang bulu. Kisah legenda ini bercerita mengenai Ratu Shima yang mendidik rakyatnya agar selalu berlaku jujur dan menindak keras kejahatan pencurian. Ia menerapkan hukuman yang keras yaitu pemotongan tangan bagi siapa saja yang mencuri. Pada suatu ketika seorang raja dari seberang lautan mendengar mengenai kemashuran rakyat kerajaan Kalingga yang terkenal jujur dan taat hukum. Untuk mengujinya ia meletakkan sekantung uang emas di persimpangan jalan dekat pasar. Tak ada sorang pun rakyat Kalingga ya



2.2.4 Kerajaan Sriwijaya Kata 'Sriwijaya' berasal dari dua suku kata yaitu 'Sri' yang berarti bercahaya atau gemilang dan 'Wijaya' yang berarti kemenangan.Jadi Sriwijaya berarti kemenangan yang gemilang. Sriwijaya juga disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebut Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts’i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh.Bangsa Arab menyebut Zabaj atau Sribuza dan Khmer menyebut Malayu.Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang ada 3 pulau Sabadeibei yang berkaitan dengan Sriwijaya. Masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya berada pada abad 9-10 Masehi dimana Kerajaan Sriwijaya menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan bea dan cukai atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India. Kemunduran yang berakhirnya Kerajaan Sriwijaya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: a.



Pada tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, soerang dari dinasti Cholda di Koromande, India Selatan. Dari dua serangan tersebut membuat luluh lantah armada perang Sriwijaya dan membuat perdagangan di wilayah Asia-tenggara jatuh pada Raja Chola. Namun Kerajaan Sriwijaya masih berdiri.



b.



Melemahnya kekuatan militer Sriwijaya, membuat beberapa daerah taklukannya melepaskan diri sampai muncul Dharmasraya dan Pagaruyung sebagai kekuatan baru 9



yang kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat. c.



Melemahnya Sriwijaya juga diakibatkan oleh faktor ekonomi. Para pedagang yang melakukan aktivitas perdagangan di Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang karena daerha-daerah strategis yang dulu merupakan daerah taklukan Sriwijaya jatuh ke tangan raja-raja sekitarnya.



d.



Munculnya kerajaan-kerajaan yang kuat seperti Dharmasraya yang sampai menguasai Sriwijaya seutuhnya serta Kerajaan Singhasari yang tercatat melakukan sebuah ekspedisi yang bernama ekspedisi Pamalayu. Ada dua jenis sumber sejarah yang menggambarkan keberadaan Kerajaan Sriwijaya,



yaitu Sumber berita asing dan prasasti. 1.



Sumber Berita Asing



a.



Berita dari Cina Dalam perjalanannya untuk menimba ilmu agama Buddha di India, I-Tsing



pendetadari Cina, singgah di Shi-li-fo-shih (Sriwijaya) selama enam bulan dan mempelajari paramasastra atau tata bahasa Sanskerta. Kemudian, bersama guru Buddhis, Sakyakirti, ia menyalin kitab Hastadandasastra ke dalam bahasa Cina. Kesimpulan I-Tsing mengenai Sriwijaya adalah negara ini telah maju dalam bidang agama Buddha. b.



Berita Arab menyebutkan adanya negara Zabag (Sriwijaya). Ibu Hordadheh mengatakan bahwa Raja Zabag banyak menghasilkan emas.Setiap



tahunnya emas yang dihasilkan seberat 206 kg. Berita lain disebutkan oleh Alberuni. Ia mengatakan bahwa Zabag lebih dekat dengan Cina daripada India. Negara ini terletak di daerah yang disebut Swarnadwipa (Pulau Emas) karena banyak menghasilkan emas. 2.



Sumber Prasasti



a.



Prasasti Kedukan Bukit (605S/683M) di Palembang. Isinya: Dapunta Hyang mengadakan ekspansi 8 hari dengan membawa 20.000 tentara, kemudian berhasil menaklukkan dan menguasai beberapa daerah. Dengan kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur.



b.



Prasasti Talang Tuo (606 S/684M) di sebelah barat Palembang. Isinya tentang pembuatan sebuah Taman Sriksetra oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran semua makhluk.



c.



Prasasti Kota Kapur (608 S/686 M) di Bangka.



d.



Prasasti Karang Birahi (608 S/686 M) di Jambi. Keduanya berisi permohonan kepada Dewa untuk keselamatan rakyat dan kerajaan Sriwijaya. 10



e.



Prasasti Talang Batu (tidak berangka tahun) di Palembang. Isinya kutukan-kutukan terhadap mereka yang melakukan kejahatan dan melanggar perintah raja.



f.



Prasasti Palas di Pasemah, Lampung Selatan. Isinya Lampung Selatan telah diduduki oleh Sriwijaya.



g.



Prasasti Ligor (679 S/775 M) di tanah genting Kra. Isinya Sriwijaya diperintah oleh Darmaseta. Dari abad ke-7 sampai ke-13 Masehi, Kerajaan Sriwijaya pernah di pimpin oleh raja-



raja di bawah ini, yaitu: 1.



Dapunta Hyang Sri Jayanasa



13.



Sumatrabhumi



2.



Sri Indravarman



14.



Sangramavijayottungga



3.



Rudra Vikraman



15.



Rajendra Dewa Kulottungga



4.



Maharaja



16.



Rajendra II



WisnuDharmmatunggadewa



17.



Rajendra III



5.



Dharanindra Sanggramadhananjaya



18.



Srimat Trailokyaraja Maulibhusana



6.



Samaragrawira



7.



Samaratungga



8.



Balaputradewa



9.



Sri Udayadityavarman



10.



Hie-tche (Haji)



Pratapaparakrama Rajendra



11.



Sri Cudamanivarmadeva



Maulimali Warmadewa



12.



Sri Maravijayottungga



Warmadewa 19.



Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa



20.



Srimat Sri Udayadityawarma



2.2.5 Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gununggunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo.Itulah sebabnya daerah ini sangat subur. Kerajaan Mataram Kuno atau juga yang sering disebut Kerajaan Medang merupakan kerajaan yang bercorak agraris.Tercatat terdapat 3 Wangsa (dinasti) yang pernah menguasai Kerjaan Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isana.Wangsa Sanjaya merupakan pemuluk Agama Hindu beraliran Syiwa sedangkan 11



Wangsa Syailendra merupakan pengikut agama Budah, Wangsa Isana sendiri merupakan Wangsa baru yang didirikan oleh Mpu Sindok. Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang juga merupakan pendiri Wangsa Sanjya yang menganut agama Hindu.Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha beraliran Mahayana.Saat itulah Wangsa Sayilendra berkuasa.Pada saat itu baik agama Hindu dan Budha berkembang bersama di Kerajaan Mataram Kuno. Mereka yang beragama Hindu tinggal di Jawa Tengah bagian utara, dan mereka yang menganut agama Buddha berada di wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Wangsa Sanjaya kembali memegang tangku kepemerintahan setelah anak Raja Samaratungga, Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan yang menganut agama Hindu.Pernikahan tersebut membuat Rakai Pikatan maju sebagai Raja dan memulai kembali Wangsa Sanjaya.Rakai Pikatan juga berhasil menyingkirkan seorang anggota Wangsa



Sailendra



bernama



Balaputradewa



yang



merupakan



saudara



Pramodawardhani.Balaputradewa kemudian mengungsi ke Kerajaan Sriwijaya yang kemduian menjadi Raja disana. Wangsa Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa.Berakhirnya Kepemerintahan Sumba Dyah Wawa masih diperdebatkan.Terdapat teori yang mengatakan bahwa pada saat itu terjadi becana alam yang membuat pusat Kerajaan Mataram Hancur.Mpu Sindok pun tampil menggantikan Rakai Sumba Dyah Wawa sebagai raja dan memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dan membangun wangsa baru bernama Wangsa Isana. Pusat Kerajaan Mataram Kuno pada awal berdirinya diperkirakan terletak di daerah Mataram (dekat Yogyakarta sekarang).Kemudian pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dipindah ke Mamrati (daerah Kedu).Lalu, pada masa pemerintahan Dyah Balitung sudah pindah lagi ke Poh Pitu (masih di sekitar Kedu).Kemudian pada zaman Dyah Wawa diperkirakan kembali ke daerah Mataram.Mpu Sindok kemudian memindahkan istana Medang ke wilayah Jawa Timur sekarang. Kapan tepatnya berdirinya Kerajaan Mataram Kuno masih belum jelas, namun menurut Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa nama kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang memerintah di pulau Jawa sebelum dirinya.Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal dengan Bratasena yang merupakan raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari Kerajaan Tarumanegara).



12



Kekuasaan Sanna digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan kemudian melarikan diri ke Kerjaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari Tarusbawa, Raja Sunda.Tarusbawa kemudian mengambil Sanjaya yang merupakan keponakan dari Sanna sebagai menantunya.Setelah naik tahta, Sanjaya pun berniat untuk menguasai Kerajaan Galuh kembali.Setelah berhasil menguasai Kerajaan Sunda, Galuh dan Kalingga, Sanjaya memutuskan untuk membuat kerajaan baru yaitu Kerajaan Mataram Kuno. Dari prasasti yang dikeluarkan oleh Sanjaya pada yaitu Prasasti Canggal, bisa dipastikan Kerajaan Mataram Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7 dengan rajanya yang pertama adalah Sanjaya dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Hancurnya Kerajaan Mataram Kuno dipicu permusuhan antara Jawa dan Sumatra yang dimulai saat pengusiaran Balaputradewa oleh Rakai Pikatan.Balaputradewa yang kemudian menjadi Raka Sriwijaya menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan.Perselisihan antara kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan turun-temurun pada generasi selanjutnya.Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia Tenggara. Rasa permusuhan Wangsa Sailendra terhadap Jawa terus berlanjut bahkan ketika Wangsa Isana berkuasa.Sewaktu Mpu Sindok memulai periode Jawa Timur, pasukan Sriwijaya datang menyerangnya.Pertempuran terjadi di daerah Anjukladang (sekarang Nganjuk, Jawa Timur) yang dimenangkan oleh pihak Mpu Sindok. Runtuhnya Kerajaan Mataram ketika Raja Dharmawangsa Teguh yang merupakan cicit Mpu Sindok memimpin.Waktu itu permusuhan antara Mataram Kuno dan Sriwijaya sedang memanas. Tercatat Sriwijaya pernah menggempur Mataram Kuno tetapi pertempuran tersebut dimenangkan oleh Dharmawangsa. Dharmawangsa juga pernah melayangkan serangan ke ibu kota Sriwijaya. Pada tahun 1006 (atau 1016) Dharmawangsa lengah. Ketika ia mengadakan pesta perkawinan putrinya, istana Medang di Wwatan diserbu oleh Aji Wurawari dari Lwaram yang diperkirakan sebagai sekutu Kerajaan Sriwijaya. Dalam peristiwa tersebut, Dharmawangsa tewas. Terdapat dua sumber utama yang menunjukan berdirnya Kerajaan Mataram Kuno, yaiut berbentuk Prasasti dan Candi-candi yang dapat kita temui samapi sekarang ini. Adapun untuk Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya: 1.



Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping itu juga diceritakan bawa yang 13



menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna). 2.



Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).



3.



Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah rajaraja Mataram yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.



4.



Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya. Selain Prasasti, Kerajaan Mataram Kuno juga banyak meninggalkan bangunan candi



yang masih ada hingga sekarang. Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan tentu saja yang paling kolosal adalah Candi Borobudur. Kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh raja-raja dinataranya sebagai berikut: 1.



Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram



8.



Rakai Watuhumalang



Kuno



9.



Rakai Watukura Dyah Balitung



Rakai Panangkaran, awal



10.



Mpu Daksa



berkuasanya Wangsa Sailendra



11.



Rakai Layang Dyah Tulodong



3.



Rakai Panunggalan alias Dharanindra



12.



Rakai Sumba Dyah Wawa



4.



Rakai Warak alias Samaragrawira



13.



Mpu Sindok, awal periode Jawa



5.



Rakai Garung alias Samaratungga



6.



Rakai Pikatan suami



2.



Timur 14.



Pramodawardhani, awal kebangkitan



7.



Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya



Wangsa Sanjaya



15.



Makuthawangsawardhana



Rakai Kayuwangi alias Dyah



16.



Dharmawangsa Teguh, Kerajaan



Lokapala



Mataram Kuno berakhir



14



2.2.6 Kerajaan Kediri Kehidupan politik pada bagian awal di kerajaan Kediri di tandai dengan perang saudara antara samarawijaya yang berkuasa di panjalu dan panji garasakan yang berkuasa di jenggala.pada tahum 1052 M terjadi peperangan perebutan kekuasaan di antara kedua belah pihak.Tahun 1059 M yang memerintah adalah samarotsaha.Tahun 1140 M tampil kerajaan panjalu sebagai rajanya jayawangsa.di kenal dengan kerajaan Kediri dengan ibu kotanya di Daha.Tahun 1117 M Baweswara tampil sebagai raja Kediri.Prasasti yang ditemukan ,antara lain prasasti padlegan (1117 M ) dan panumbangan (1120 M ). Pada tahun 1133 tampil raja yang sangat terkenal, yakni raja jayabaya.meninggalkan 3 prasasti penting yakni prasasti Hantang atau Ngantang (1135 M ), Talan (1136 M ) dan prasasti desa jepun (1144 M ). Perkembangan politik, social dan ekonomi yaitu pada tahun 1135 M jayabaya berhasil memadamkan kekacauan itu,jayabaya mulai menata dan mengembangkan kerajaannya. Kehidupan kerajaan Kediri menjadi teratur.rakyat hidup makmur.mata pencaharian yang penting adalah pertanian dengam hasil utamanya padi. Barang perdagangan di Kediri antara lain emas, perak, gading, kayu cendana ,dan pinang. Di Kediri di kenal adanya wayang panji. Beberapa karya sastra yang terkenal ,sebagai berikut: 1.



Kitab Baratayuda



2.



KitabKresnayana



3.



Kitab Smaradahana



4.



Kitab Lubdaka



2.2.7 Kerajaan Singasari Setelah berakhirnya Keraan Kediri, kemudian berkembang Kerajaan Singhasari. Pusat Kerajaan Singhasari kira-kira terletak di dekat kota Malang, Jawa Timur. Berikut raja-raja yang memerintah Singhasari. 1.



Ken Arok (1222 – 1227 M)



2.



Anusapati



3.



Tohjoyo (1248 )



4.



Ronggowuni (1248- 1268 )



5.



Kertanegara (1268 – 1292 ) Kertanegara menginginkan wilayah singhasari hingga meliputi seluruh nusantara.



Beberapa daerah berhasi ditaklukkan, misalnya Bali, Kalimantan barat daya, Maluku, Sunda dan Pahang. Pada tahun 1275 M Raja kertanegara mengirimkan ekspedisi pamalayu di 15



bawah pimpinan Mahesa Anabrang ( kebo Anabrang ). Dalam perkembangan politik dan pemerintahan, Kertanegara telah membentuk badan badan pelaksana.raja sebagai penguasa tertinggi.kemudian raja mengangkat tim penasihat yang terdiri atas Rakryan I Hino,Rakryan I sirikan, dan Rakryan I Halu.cita cita kertanrgara diganti.sebagai contoh ,patih Raganata (Kebo Arema ) diganti oleh Aragani dan banysk wide di pindahkan ke Madura,menjadi Bupati Sumenep dengan nama Wiraraja. Kehidupan Agama pada masa pemerintahan kertanegara, agama hindu maupun maupun Buddha berkembang dengan baik. Bahkan terjadi Sinkrisme antara agama hindu dan Buddha, menjadi bentuk syiwa-Buddha. Contoh, berkembangnya aliran Tantrayana. Kertanegara penganut aliran tantrayana



2.2.8 Kerajaan Majapahit Setelah singhasari jatuh, berdirilah kerajaan Majapahit yang berpusat di jawa timur , antara abad ke-14.- ke-15M. Ia mempunyai tugas untuk melanjutkan kemegahan singhasari yang saat itu sudah hanpir runtuh.Raden Wijaya seorang pengusaha Madura, Raden wijaya membuka hutan di wilayah yanf disebut dalam kitab pararaton sebagai “hutannya orang atrik”. Dinamai majapahit karna diambil dari buah maja dan rasa”pahit”. Pada masa pemerintahanya Raden wijaya mengalami pemberontakan yang dilakukan oleh sahabat sahabatnya yang pernah mendukung perjuangan dalam mendirikan majapahit.Diantara pemberontakan tersebut,yang dianggap paling berbahaya adalah pemberontakan kuti.pada saat itu pasuka kuti berhasi menduduki ibu kota Negara. Jayanegara terpaksa menyingkir ke desa Badander di bawah perlindungan pasukan Bhayangkars pimpinan Gajah maja.Gajah mada di angkat sebagai patih kahuripan (1319 – 1321 M ) dan patih Kediri (1322 – 1330 M ) Tribhuwana berkuasa di majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Lalu di teruskan oleh putranya hayam wuruk. Hayam wuruk di sebut juga rajasanagara. Ia memerintah majapahit dari tahun 1350 hingga 1389 M. Lalu



majapahit



mengalami



kemajuan



di



berbagai



bidang



menurut



Kakawin



Nagarakertagama pupuh XII-XV, daerah kekuasaan majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan nusa tenggara, Maluku, papua, Tumasik (singapua) dan sebagian kepulauan Filipina. Majapahit juga memiliki hubungan dengan campa, kamboja, siam, dan Vietnam, bahkan mengirim duta dutanya ke tiongkok. Majapahit telah mengembangkan system pemerintahan yang teratur, Raja memegang kekuasaan tertinggi. Dalam melaksanakan pemerintahan, raja dibantu oleh berbagai badan atau pejabat berikut. 16



1.



Rakryan Mahamantri Katrini,di jabat oleh puta raja ,terdiri atas Rakryan I Hino, Rakryan I Sirikan ,dan Rakryan I Halu.



2.



Dewan pelaksana terdiri atas Rakryan Mapatih atau Patih Mangkabumi,Rakryan Demung, Rakryan Rangga dan Rakryan Kanuruhan Kelima pejabat ini di kenal sebagai Sang panca ring Wilwatika. Di majapahit di kenal ada dua Dharmadyaksa sebagai berikut. a. Dharmadyaksa ring kasaiwan,mengurusi agama syiwa ( Hindu ) b. Dharmadyaksa ring kasagotan, mengurusi agama Buddha.



2.2.9 Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warma Dewa Dalam sejarah Bali, nama Buleleng mulai terkenal setelah kekuasaan majapahit. Pada waktu di jawa berkembang kerajaan kerajaan islam, di bali juga berkembang sejumlah kerajaan. Misalnya kerajaan Gelgel Ngurak, Klungkung, dan buleleng yang didirikan oleh Gusti ngurak panji sakti, dan selanjutmya muncul kerajann yang lain. Pada zaman kuno, sebenarnya Buleleng sudah berkembang.Pada masa perkembangan kerajaan Dinasti Warmadewa,Buleleng di perkirakan menjadi salah satu daerah kekuasaan tiDinasti Warmadewa.Letaknya ada di tepi pantaiBuleleng menjadi pysat perdagangan laut.Hasil pertanian dari pedalaman diangkut oleh darat menuju Buleleng.Barang hasil pertanian seperti kapas ,beras , kemiri , dan bawang di angkut atau di perdagangkan ke pulau lain (d daerah seberang ).Perdagangan di daerah seberang berkembang pesat pada masa Dinasti Warmadewa.Hal ini di buktikan adanya kata kata pada prasasti yang disimpan Di desa Sembirang tahun 1065 M. Kata kata yang dimaksud berbunyi, “mengkana ya hana banyaga sakeng sabrangjong, bahitra , rumunduk I manasa … : Dengan perkembangan perdagangan laut antar pulau di Zaman kuno secara ekonomis Buleleng memiliki peranan bagi perkembangan kerajaan kerajaan di Bali misalnya pada masa kerajaan Dinasti Warmadewa.



2.2.10 Kerajaan Kota Kapur Hasil penelitian arkeologi yang di lakukan di kota kapur, pulau Bangka, pada tahun 1994, ada suatu petunjuk kemungkinan adanya pusat kekuasaan di daerah sebelum munculnya Kerajaan Sriwijaya. Kekuasaan ini meninggalkan temuan arkeologi berupa sisa sisa bangunan candi hindu ( Waisnawa ) di buat dari batu bersama dengan arca arca batu, ada dua buah arca Wisnu dengan gaya seperti arca Wisnu yang ditemukan di lembang 17



Mekhing, semenanjung malaka, dan Cibuaya, Jawa Barat yang berasal dari masa sekitar abad ke – 5 dan ke -7 Masehi. Ditemukan sebuah inskripsi batu dari kerajaan sriwijaya yang berangka tahun 608 saka (=686 Masehi), ditemukan pula peninggalan peninggalan di antaranya sebuah arca Wisnu dan sebuah arca Durga Mahisasuramardhini. Temuan lain yang penting dari situs kota kapur ini adalah peninggalan berupa benteng pertahanan yang kokoh berbentuk dua buah tanggul sejajar terbuat dari timbunan tanah, masing masing panjangnya sekitar 350 meter dan 1200 meter dengan ketinggian sekitar 2 – 3 meter. Penanggalan dari tanggul benteng ini menunjukkan masa antara tahun 530 M sampai 870 M. Penguasa pulau Bangka oleh sriwijaya ini di tandai dengan dipancangannya inskripsi Sriwijaya di kota kapur yang berangka tahun 680 Saka (=686 Masehi), yang isinya mengidentifikasikan dikuasainya wilayah ini oleh sriwijaya.Pada tahun 686 sejak dikuasainya pulau Bangka oleh sriwijaya maka berakhirlah kekuasaan awal yang ada di pulau Bangka.



2.3



Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Perdagangan Jalur jalur perdagangan yang berkembang di Nusantara sangat ditentuan oleh



kepentingan ekonomi pada saat itu dan perkembangan rute perdagangan dalam setiap masa yang berbeda beda. Pada masa praaksara hegemoni budaya dominan dating dari pendukung budaya Austronosia di Asia Tenggara Daratan, ada dua kekuatan peradapan besar yaitu, cina di utara dan india di bagian barat daya. Keduanya merupakan dua kekuatan super power pada masanya dan mempunyai pengaruh amat besar terhadap penduduk di kepulauan Indonesia. Pada nasa itu, Selat malaka merupakan jalur penting dalam pelayaran dan perdagangan bagi pedagang yang melintas Bandar Bandar penting di sekitar Samudra Indonesia dan Teluk Persia. Jalur ini merupakan pintu gerbang pelayaran yang dikenal dengan nama “Jalur sutra”. Penanaman ini digunakan sejak abad ke – 1 M hingga abad ke – 16 M, dengan komoditas kainsutera yang di bawa dari cina untuk di perdagangkan di wilayah lain. Kebudayaan india dan vina ketika itu jelas sangat berpengaruh terhadap masyarakat di sekitar selat malaka.Pertumbuhan jaringan dagang internasional dan antar pulau telah melahirkan kekuatan politik baru di nusantara seperti ditunjukan oleh D. G. E. Hall, bersumber dari catatan pengunjung cina yang dating ke Sumatra. Dua Negara di Sumatra di sebutkan Molo-lo-yeu (Melayu ) di pantai timur, tepatnya di jambi sekarang di muara sungai Batanghati. Di selatam terdapat Che – li – fo – che , pengucapan cara cina untuk kata bahasa sanskerta. Kerajaan utama yang disebutkan di atas berkembang dalam periode yang berbeda 18



beda kekuasaan mereka mampu mengontrol sejumlah wilayah nusantara melalui berbagai bentuk media. Kerajaan kerajaan tersebut berkembang menjadi kerajaan besar yang menjadi representasi pusat pusat kekuasaan yang kuat dan mengontrol kerajaan kerajaan yang lebih kecil di nusantara. Keuntungan yang di peroleh dari pusat kekuasaan antara lain, berupa pengakuan simbiolik seperti kesitaan dan pembayaran upeti berupa barang barang yang digunakan untuk kepentingan kerajaan, serta barang barang yang digunakan untuk kepentingan kerajaan, serta barang barang yang dapat di perdagangkan internasional. Kerajaan kerajaan kecil lalu melepaskan diri dari ikatan politik dengan kerajaan kerajaan besar lama dan beralih loyalitasnya dengan kerajaan lain memiliki kemampuan mengontrol dan lebih bisa yang memiliki kemampuan mengontrol dan lebih bisa melindungi kepintingan mereka. Sehingga negeri kepulauan yang di persatukan oleh kekuatan politik dan perdagangan.



2.4



Akulturasi Kebudayaan Nusantara dan Hindu Buddha Akulturasi kebudayaan yaitu suatu proses percampuran antara unsur kebudayaan yang



satu dengan kebudayaan yang lain, sehingga membentuk kebudayaan baru. Kebudayaan baru yang merupakan hasil dari campuran itu memiliki kepribadian/ciri khas masing-masing sehingga untuk berakulturasi maisng-masing kebudayaan harus seimbang. Contoh hasil akulturasi antara kebudayaan Hindu Buddha dengan kebudayaan Indonesia asli sebagai berikut. 1.



Seni bangunan



2.



Seni rupa dan seni ukir



3.



Seni pertunjukkan



4.



Seni sastra dan aksara



5.



Sistem kepercayaan



6.



Sistem pemerintahan



7.



Arsitektur Interaksi antara budaya Nusantara dengan budaya dominan Hindu-Buddha



menunjukkan jika budaya Indonesia bukanlah penerima yang pasif melainkan aktif. Sehingga terjadi upaya seleksi tanpa perlu merendah, bahkan mengucilkan budaya asli nenek moyang yang sebelumnya. Proses inilah yang dinamakan dengan proses “akulturasi budaya”. Bangsa Indonesia juga melahirkan beberapa modifikasi local yang genius, yaitu semacam kritik dan mempertanyakan budaya yang lama serta memperbarui dan memperkuat sehingga mampu menghasilkan peradaban tinggi. 19



BAB III PENUTUP



20



3.1



Kesimpulan Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa:



1.



Berkembang kebudayaan india (Hindu – Budha) di tandai dengan berdirinya berbagai kerajaan yang bercorak Hindu – Budha seperti; a. Kerajaan Kutai



g. Kerajaan Singhasari



b. Kerajaan Tarumanegara



h. Kerajaan Majapahit



c. Kerajaan Kalingga



i. Kerajaan Buleleng dan Kerajaan



d. Kerajaan Sriwijaya e. Kerajaan Mataran Kuno



Dinasti Warma Dewa j. Kerajaan Kota Kapur



f. Kerajaan Kediri 2.



Jalur jalur perdagangan yang berkembang di Nusantara sangat ditentuan oleh kepentingan ekonomi dan perkembangan rute perdagangan di masa yang berbeda beda. Pada masa praaksara hegemoni budaya dominan dating dari pendukung budaya Austronosia di Asia Tenggara Daratan, ada dua kekuatan peradapan besar yaitu, cina di utara dan india di bagian barat daya. Pada masa itu, Selat malaka merupakan jalur penting dalam pelayaran dan perdagangan bagi pedagang yang melintas Bandar penting di sekitar Samudra Indonesia dan Teluk Persia. Jalur ini merupakan pintu gerbang pelayaran yang dikenal dengan nama “Jalur sutra”.



3.



Interaksi antara budaya Nusantara dengan budaya dominan Hindu-Buddha menunjukkan jika budaya Indonesia bukanlah penerima yang pasif melainkan aktif. Sehingga terjadi upaya seleksi tanpa perlu merendah, bahkan mengucilkan budaya asli nenek moyang yang sebelumnya. Proses inilah yang dinamakan dengan proses “akulturasi budaya”. Bangsa Indonesia juga melahirkan beberapa modifikasi local yang genius, yaitu semacam kritik dan mempertanyakan budaya yang lama serta memperbarui dan memperkuat sehingga mampu menghasilkan peradaban tinggi.



3.2



Saran



3.2.1 Penulis Penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna seperti tidak member penjelasan lebih rinci tentang raja-raja yang memerintah di setiap kerajaan sehingga untuk makalah selajutkan diharapkan penulisan member penjelasan lebih rinci.



21



3.2.2 Pembaca Sebagai pembaca yang merupakan generasi muda hendaknya melestarikan budaya dan peninggalan sejarah. Sebagai Negara yang mempunyai posisi strategis yang sering mendapat pengaruh kebudayaan asing hendaknya kita mampu memfilter sehingga kebudayaan asli Indonesia itu sendiri tidak hilang serta mampu menerapkan nilai-nilai budaya yang positif agar bangsa kita ini menjadi bangsa yang berkarakter.



22



DAFTAR PUSTAKA



Gunawan, Restu dkk. 2016. Buku Siswa: Sejarah Indonesia Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidkan dan Kebudayaan. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_pada_era_keraajaan_Hindu_Buddha Poesponegoro, Marwati Djoened, dkk. 2010. Sejarah Nasional Indonesia Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka. Suwardono. 2013. Sjarah Islam MasaHidu Buddha. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Zulkifli, dkk. 2009. Konsep Dasar IPS. Pekanbaru: Cendikia Insani.



23