Makalah Sejarah Perkembangan Negara Tradisional Di Kamboja [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN NEGARA TRADISIONAL DI KAMBOJA, VIETNAM, DAN THAILAND Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Tenggara Dosen Pembimbing : Alifi Nur Prasetia Nugroho, S.Pd.,M.Pd.



Disusun Oleh: 1. Agus Setiawan 2. Andini Enggar Pramesti



NIM. 18406241050 NIM. 18406241025



3. Jeanys Ulfi Putri Nurjana



NIM. 18406244001



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2018 KATA PENGANTAR



Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kita semua sehingga pada kesempatan ini kami dapat menyelesaikan makalah sejarah tentang perkembangan negara tradisional di Kamboja, Vietnam, dan Thailand dengan tepat dan baik. Adapun makalah ini kami susun guna memenuhi tugas sejarah Asia Tenggara. Makalah ini disusun secara sistematis dan sesuai dengan fakta keadaan yang terjadi. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Alifi Nur Nugroho S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah sejarah Asia Tenggara. 2. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. kami berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat membantu pembaca untuk mengetahui sejarah tentang perkembangan negara tradisional di kamboja, Vietnam dan Thailand. Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan dan kurang sesuai kami mohon maaf.



Yogyakarta, 19 September 2018



Tim Penyusun



DAFTAR ISI 2



KATA PENGANTAR................................................................................ 2 DAFTAR ISI................................................................................................3 BAB I



PENDAHULUHAN...........................................................4 A. Latar Belakang.........................................................4 B. Rumusan Masalah....................................................2 C. Metode.....................................................................5 D. Tujuan......................................................................5 E. Manfaat....................................................................5



BAB II



ISI........................................................................................7 A. Sejarah negara tradisional di Kamboja......................7 1. Kerajaan Funan.....................................................7 2. Kerajaan Khmer....................................................9 3. Kerajaan Angkor.................................................10 B. Sejarah negara tradisional di Vietnam.....................11 1. Kerajaan Lin-Yi.................................................13 2. Kerajaan Champa...............................................14 3. Kerajaan Annam dan Tonking...........................17 4. Kerajaan Nguyen dan Trinh...............................19 C. Sejarah kerajaan negara tradisional di Thailand......23 1. Kerajaan Sukhotai.............................................23 2. Kerajaan Ayutia................................................24



BAB III



PENUTUP.......................................................................28 A. Kesimpulan............................................................28 B. Daftar Pustaka......................................................29



BAB I



3



PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman prasejarah, perkembangan Asia Tenggara telah dimulai dari masyarakat dan kebudayaan yang beragam dan spesifik. Hal ini sebagai dampak adanya pengaruh budaya India dan Tiongkok. Pada awalnya masyarakat Asia Tenggara memenuhi kehidupan sehari-hari dengan cara berburu dan seiring berjalannya waktu mengalami perubahan dan perkembangan. Mulai dari bercocok tanam, mengolah logam, dan berdagang. Perkembangan negara tradisional di kawasan Indo Cina berawal dari berdirinya kerajan-kerajaan besar yang mempengaruhi tatanan masyarakat pada zaman itu. Contohnya saja seperti negara Kamboja, Vietnam dan Thailand. Mereka mempunyai kerajaan-kerajaan besarnya sendiri. Untuk Kamboja terdapat kerajaan Funan, kerajaan Khmer, dan kerajaan Angkor. Untuk Vietnam terdapat kerajaan Champa dan kerajaan Annam. Sedangkan untuk Thailand terdapat kerajaan Siam. Masing-masing kerajaan mempunyai problematika dan cara penyelesaiannya tersendiri. Adanya problematika inilah yang memicu terjadinya berbagai dampak ekonomi, dampak sosial, dan budaya. Maka dari itu, Kami akan mengulas problematika yang ada dalam kerajaan Kamboja, Vietnam dan Thailand. B. Rumusan Masalah a. Bagaimana asal-usul negara tradisional di kawasan Asia Tenggara khususnya di Kamboja, Vietnam, dan Thailand? b. Bagaimana proses perkembangan kerajaan-kerajaan di kawasan Asia Tenggara khususnya di Kamboja, Vietnam, dan Thailand? c. Apa saja konflik serta peperangan yang terjadi di antara kerajaankerajaan tersebut? d. Bagaimana hubungan antara kerajaan-kerajaan satu dengan yang lainnya dilingkup kawasan negara Kamboja, Vietnam, dan Thailand? 4



C. Metode a. Metode membaca Penulis membaca berbagai sumber tentang perkembangan negara tradisional di Kamboja, Vietnam dan Thailand di buku acuan, agar dapat menemukan data yang akurat. b. Metode pengumpulan data Penulis mengumpulkan data dan memilah-milah data tentang perkembangan negara tradisonal di Kamboja, Vietnam, dan Thailand. D. Tujuan 1. Tujuan umum a. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai sejarah perkembangan negara tradisonal di Kamboja, Vietnam, dan Thailand. b. Untuk menambah pengetahuan dan ilmu mengenai sejarah perkembangan negara tradisional di Kamboja, Vietnam, dan Thailand. 2. Tujuan khusus a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah Asia Tenggara b. Ingin mengulik lebih dalam tentang perkembangan negara tradisional di Kamboja, Vietnam dan Thailand. E. Manfaat 1. Diri sendiri Agar dapat mengetahui lebih dalam dan mendetail tentang sejarah perkembangan negara tradisional di Kamboja, Vietnam, dan Thailand. 2. Pembaca Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang sejarah perkembangan negara tradisonal di Kamboja,Vietnam, dan Thailand.



5



BAB II ISI



6



A. Sejarah Negara Tradisional di Kamboja 1. Kerajaan Funan Funan merupakan kerajaan pertama yang berada di kamboja. Nama funan berasal dari kata bnam atau phnom (dalam bahasa Mon-Khmer, artinya gunung). Menurut berita Cina, Funan terletak di kawasan Kamboja sekarang, yang daerahnya meliputi Kamboja Selatan dan Cho-cina. Untuk pusat kerajaan Funan berada di lembah sungai Mekong. Kerajaan Funan didirikan oleh Kaundinya 1 pada abad 1 M. Ia merupakan putra raja India yang datang ke Funan dari arah selatan melalui jalur laut1. Catatan yan paling awal yaitu pada pertengahan abad 3 M di Funan terdapat batu bertuliskan bahasa sanskerta di Vo-canh yang mengandung unsur-unsur agama Budha dan berhuruf India Selatan. Kepastian sejarah semakin jelas pada abad ke 3M di mana Funan berhubungan dengan Cina. Fan Shin Man yang merupakan penganti Kaudinya adalah pemimpin militer yang kuat. Selama pemerintahannya dilaksanakan pembangunan



kapal-kapal



besar



beserta



angkatan



lautnya.



Kekuasaannya sangat besar meliputi bagian timur Nha-trang, daerah semenanjung melayu sampai daerah Lower Burma. Kerajaan Funan sendiri membawahi kurang lebih 10 kerajaan Vasal. Fan Shin Man meninggal didalam sebuah ekspedisi melawan ChinLin. Ia digantikan oleh Fan Chan, pada pemerintahannya ia lebih memperhatikan bidang komersial daripada ambisi politiknya. Pada saat itu Funan memegang kunci rute perdagangan laut di Asia Tenggara. Hingga tahun 287 M hubungan Funan dengan Cina dan India tetap terjaga dengan baik. Akan tetapi hubungan keduanya menjadi renggang setelah Fan Chan mengadakan persekutuan dengan Fan-



1



Mudji Hartono, Ikhtisar Sejarah Asia Tenggara Kuno, (Yogyakarta: FPIPS IKIP Yogyakarta, 18989), hlm.13.



7



Hsiung dari Lin-Yi untuk menyerang Tonging ( suatu daerah di provinsi Cina )2. Pada pertengahan abad ke 4 M sampai ke 5 M situasi di kerajaan Funan tidak begitu jelas. Sumber Cina mencatat ditahun 357 Kaudinya II memerintah Funan, ia berasal dari India ( Coede,1966,hal.59 ) akan tetapi versi lain mengatakan ia berasal dari P’an-P’an, sebuah Negara di



teluk



Siam



dan



menjadi



raja



pada



tahun



400



M



( B.Harrinson,1966,hal.24 )3. Javavarman mengantikan Kaudinya II yang membuat sejarah Funan menjadi terang kembali. Ia merupakan raja terbesar dan mampu menciptakan perdamaian, menurut sejarah dinasti Ch’i. Maka ia dijuluki “general of the Pacified South, King of Funan”. Kebesarannya diperlihatkan pula pada tingginya kebudayaan. Ia tidak meninggalkan prasasti-prasasti sampai meninggalnya ( 514 )4. Raja Funan yang terakhir yaitu Rudravarman ( 514-550 ), ia berhasil naik tahta setelah berhasil membunuh raja yang sah yaitu Gunavarman. Seperti halnya raja-raja sebelumnya ia mengadakan hubungan diplomatik dengan Cina agar stabilitas politik dalam negeri terjamin. Sepeninggalan Rudravarman suasana daerah Mekong Tengah diliputi berbagai pergolakan yang akhirnya para pemberontak ( Chen-La ) berhasil menduduki Funan, yang berarti riwayat kerajaan Funan berakhir. Meskipun Funan telah runtuh prestisenya masih hidup terus sampai sekarang.



2. Kerajaan Khmer 2



Ibid., hlm.14 Ibid., hlm 15 4 Ibid. 3



8



merupakan pemberontakan



kelanjutan orang-orang



dari



Funan



Chen-La



yang yang



runtuh dipimpin



akibat oleh



Bhavavarman dan Chitrasena. Alasan mereka menyerang Funan tidaklah jelas, menurut Coedes ( 1966,hal.90 ) ada 2 kemungkinan, yaitu : Bhavavarman adalah anggota dari garis keturunan penguasa dan mengambil keuntungan setelah kematian raja Rudravarman. 1. Bhavavarman merupakan cucu dari Rudravarman yang ingin mempertahankan warisan neneknya maka menentang suatu percobaan restorasi garis keturunan5. Dalam pemerintahannya, Chen-La masih melanjutkan politik Funan, termasuk hubungan diplomatik dengan Cina terus terjalin hingga pemerintahan Chitrasena. Langkah awal yang dilakukan Bhavavarman ( 550 an ) adalah konsolidasi wilayah dan ekspansi terhadap vasal-vasalnya. Pada pemerintahan Icanavarman ( 611-635 ), yang berhasil mengabungkan wilayah Chen-La dengan Funan ( Mac Donal,1958,hal.78 )6. Agama Siva merupakan agama Negara dan dasar kesusasteraan diambil dari cerita sanskerta klasik, seperti Ramayana, Mahabarata dan Purana.



Sementara



rakyat



masih



tetap



menganut



kebudayaan



tradisionalnya. Hal itu digolongkan oleh Robert Redfield dengan “The Great Tradition” dari masyarakat bangsawan kota dan “ The Little Tradition” dari kau petani ( HJ. Benda.1969,hal.114 )7. Pada tahun 706 M, Chen-La pecah menjadi dua, yaitu Chen-La Utara dan Chen-La Selatan. Daerah Chen-La utara meliputi daerah lembah Sungai Mekong bagian tengah sampai pegunungan Dangrek; dan Chen-La Selatan ialah daerah Kamboja sekarang meliputi delta Sungai Mekong. Coedes berpendapat bahwa sejarah Kamboja selama 5



Ibid., hlm.16. Ibid., hlm.17. 7 Ibid., hlm.18. 6



9



abad 8 dan awal abad 9 hanya dapat diketahui jika kita tahu apa yang terjadi di Indonesia pada akhir abad 7 ( Coedes,1966,hal.95 )8. Menurut Coedes pengaruh budaya India khususnya Budhis yang telah muncul di Indonesia. Hal itu membuat eksistensi Chen-La bergeser ke kerajaan Angkor yang berdiri tahun 802 M dibawah raja Jayavarman II. 2. Kerajaan Angkor Pada akhir abad 8 di Chen-La Selatan terjadi perebutan supremasi antara dinasti Aninditapura ( Baladityapura ) dengan dinasti Sambhupura. Dengan perkawinan politik konflik tersebut dapat selesai dan Sambhuvarman memindahkan ibukota ke Angkor Borei. Situasi kerajaan yang belum mapan menerima serangan dari Jawa, dan harus mengakui



raja



Sailendra



dari



Jawa



sebagai



yang



dipertuan



( bandingkan dengan : Mac Donal,1969,hal.41 )9. Bangsa Khmer dibawah pimpinan Jayavarman berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Jawa, dan ia dianggap sebagai pendiri Angkor. Di kerajaan Angkor tampak jelas pengaruh India, baik berupa bentuk pemerintahan, ide-ide, atau bangunan-bangunan besar berdasar sususan cakrawala. Jayavarman II menciptakan kepercayaan baru, yakni “ dewa raja kultus”, merupakan bentuk agama Siva yang memusatkan penghormatan kepada lingga sebagai lambing kekuasaan raja yang diberikan oleh Siva kepadanya dengan perantaraan pendeta.Konsensi “ dewa raja kultus “menunjukan bahwa raja merupakan pusat agama sekaligus pusat kegiatan politik.10



Maka ketika itu banyak didirikan candi besar yang menandakan kebesaran kerajaan Angkor. Pada masa pemerintahan Jayavarman ( 802-850 ) merupakan masa transisi dari stil seni pre-angkor ke seni 8



Ibid., hlm.18. Ibid. 10 Ibid., hlm.19. 9



10



Angkor. Ciri-cirinya munculnya stil kulen yang menunjukan pengaruh Cham dan Jawa, dapat disebut juga bentuk awal dari seni pre Angkor ( Coedes,1966,hal.93-97 )11. Pada abad ke 10-13 tampak sekali perkembangan kebudayaan yang sangat menonjol baik Hindu atau Budha, diantaranya banyak kuil dan pagoda megah yang mempunyai nilai budaya yang sangat tinggi, seperti : 1. Kuil Baphon, merupakan bangunan terbesar untuk penghormatan lingga yang didirikan oleh Udayadityavarman ( 1050-1066 ). 2. Angkot Wat, sebuah candi Hindhu yang termegah dan setara candi Borobudur, dibangun oleh Suryavavarman II pada sekitar pertengahan abad 12. 3. Bayon, merupakan kuil Budha berbentuk pyramid yang dibangun oleh Jayavarman VII pada pertengahan kedua abad 12 di tengah kota Angko Thom12. Pada pemerintahan Indravarman III ( awal abad 13 ) agama Budha Theravada dianut secara luas oleh masyarakat, agama ini berasal dari Sailon melalui Birma pada akhir abad 12. Kesederhanan merupakan hal yang paling menonjol dalam agama Budha Therevada, yang berakibat rakyat menjadi tidakbersedia mengakui konsepsi “dewa raja kultus”, sehingga prestise raja merosot. Bagaimanapun pemujaan terhadap raja sebagai dewa mempengaruhi nasib, penderitaan dan kebencian rakyat ( HJ.Benda,1969,hal.121 )13.



Hal itu mendorong agama Budha Theravada dapat diterima oleh rakyat Angkor. Pada awal abad ke 11 stabilitas politik di Angkor 11



Ibid. Ibid., hlm.20. 13 Ibid. 12



11



mengalami goncangan, perebutan kekuasaan dan perang saudara mewarnai jaman itu. Salah satunya terjadi di barat laut dan dipimpin oleh seorang jendral kerajaan Kamvau. Yang lain di timur, juga dihancurkan olehnya14. seesungguhnya Udayadityavarman II mencoba merintis jalan perdamaian, akan tetapi gagal karena ia disingkirkan oleh Jayavarman VI, yaitu antara keluarga Udayadityavarman II dan keluarga Jayavarman VI yang masing-masing menuntut tahta Angkor. Dan konflik itu selesai saat Suryavarman II ( 1113-1150 ) memenangkan perebutan kekuasaan15. Suryavarman II adalah seorang yang ambisius dan haus kekuasaan16. Dia raja yang termasyur sebagai pendiri dan jago perang karena beliau pendiri angkor Watt17. Sepeninggalan Suryavarman II, Dharanindravarman menduduki tahta dengan menyingkirkan Jayavarman VII sebagai pewaris tahta, akan tetapi Jayavarman VII berhasil merebut kembali haknya di Angkor dalam sebuah ekspedisi yang dipimpinnya. Program yang dijalankan Jayavarman terlalu memberatkan bagi rakyat, rakyat yang belum sembuh dari penderitaan akibat pembangunan tempat-tempat suci, bendungan raksasa, serta peperangan. Hal itu sebakai akibat dari raja Indravarman I yang melalukan pembangunan besar-besaran bangunan irigasi di sebelah utara ibu kota Hariharalaya, yakni dinamakan waduk yashodhara18. Raja Angkor yang terakhir adalah Jayavarman Paramesvarman. Pada masa pemerintahannya semua prasasti berbahasa sanskerta lenyap serta syair-syair yang dipahatkan pada batu-batu juga tidak dijumpai. Mungkin karena agama Budha Therevada merupakan agama Negara 14



D.G.E. Hall, sejarah Asia Tenggara, (Surabaya:usaha nasional, 1988), hlm.107. Mudji hartono, op.cit., hlm.22. 16 Mudji Hartono, loc.cit. 17 D.G.E. Hall, op.cit., hlm.109. 18 Mudji Hartono, op.cit., hlm.23. 15



12



dan bahasa sucinya adalah bahasa Pali19. Mengingat peperangan yang berkepanjangan pada tahun 1350an dan serangan dari Siam dan Champa. Sebetulnya tidak tampak tanda-tanda kelemahan bangsa Khmer, mereka masih mampu membalas serangan ke ibu kota bangsa Thai. Sekalipun kemenangan di pihak Siam tahun 1431 Angkor dapat dikuasai, namun harus dipikirkan juga karena jatuhnya Angkor ke Siam karena adanya penghianatan dalam negeri Kamboja. Pendudukan bangsa Siam atas bangsa Khmer dapat diatasi oleh Ponha-yat. Setelah membebaskan diri dari Siam, ia memindahkan ibukota dari Angkor thom ke Basan ( 1432 ) untuk menghindari ancaman serangan balasan dari Siam. Ibu kota berpindah lagi setelah dua tahun di Basan ke Phnom-Penh yang menandai kemunduran kerajaan Angkor20. B. Sejarah tradisional di negara Vietnam



1. Lin-Yi Menurut bahasa sanskerta, Lin-Yi artinya Champa. Nama ini pertama muncul dalam naskah - naskah Cina bersamaan dengan Nama Funan. Lin-Yi adalah kerajaan inti pokok yang di didirikan oleh Ch'iu-lien pada tahun 192 M di selatan kota Hue, Quang-Ham. Ch'iu-lien ialah seorang pengawal yg berhasil memanfaatkan keadaan merosotnya dinasti Ilan Akhir untuk membangun Jihnan21.



Sejarah Lin-Yi baru terasa lengkap pada masa pemerintahan raja Fan Ilsiung(270). Linyi membentuk persekutuan dengan Funan untuk perimbangankekuatan melawan Tonking. Pertempuran ini mwerupakan saingan antar dua kebudayaan



19



Ibid., hlm.23. Ibid, hlm 23-24. 21 Ibid., hlm.25. 20



13



Hindhu dan Cina. Pada abad 14 ini, bangsa Cam akan mumdur selamanya (Ecole Franscaised'Ekstreme- Orient,1981, hal.34)22. Abad ke 5-6 M, Lin-Yi mengalami pergolakan peperangan sosial dan ekonomi melawan Cina,



peristiwa yang dapat dipetik dalam hal ini adalah



penerapan taktik dan strategi yang baik oleh Cambhuvarman (Fan Fan Toho), karena selama ini Lin-Yi selalu menghindari konflik ketika Cina sedang kuat,bahkan ia bersedia memberikan imbalan sebagai tanda takluk. Namun, ketika cina sedang lemah, Lin-YI tidak segan-segan melancarkan serangannya. Kini pada masa pemerintahan Vikraaevarman (553-686) telah tercipta suasana perdamaian dalam bidang kesenian yang berkembang pesat di Ni-son dan di mulainya pemujaan terhadap dewa Wisnu23. Pada pertengahan abad ke 8, bangsa Sailendra menjadi penguasa di laut selatan, ini menjadi kecemasan bagi bangsa Cam. Ketika itulah nama Lin-Yi tidak lagi disebut dalam sumber – sumber Cina , tetapi diganti dengan nama ilouanuang. Peristiwa ini sama seperti bangsa khmer, bangsa Cam mendapat serangan dari Jawa (774) dan di muat pada prasasti berbahasa sanskerta dari Po Magar di Nha-trang. Serangan tentara Jawa dimulai kembali pada tahun 787, juga tidak berhasil karena bangsa Cam di bawah Indravarman sudah sangat kuat maka ancaman dari Jawa pun telah berlalu24. 2. Kerajaan Champa Secara umum Champa tidak lagi dianggap sebagai kerajaan tunggal, tetapi serangkaian kerajaan yang memanjang di sepanjang pesisir Vietnam. Bukti kerajaan ini terlihat semakin jelas sejak abad ke 825. Kira-kira sekitaran tahun 875 muncullah dinasti baru Indrapura yang didirikan oleh Lakshmindra Bhumisvara Gramasvamin atau bergelar Indravarman II. Kerajaan ini disebut dengan nama Chang-cheng. Di Indrapura bangsa Cam mulai masa damai dan dapat mengembangkan 22



Ibid. Ibid., hlm.26. 24 ibid. 25 M.C Ricklefs, dkk., Sejarah Asia Tenggara dari masa prasejarah sampai kontemporer, (Jakarta:komunitas bambu, 2013), hlm. 83. 23



14



kebudayaaanya, saat inilah bangsa Cam menganut agama Budha Mahayana dan raja-raja selanjutnya mulai memperhatikan bidang keagamaan, kesenian, dan filsafat pun mengalami kemajuan. Raja Indravarman III sebagai seorang yang canggih dalam bidang sastra dan filsafat, dalam pemerintahan berlangsung damai dalam kurun waktu 40 tahun26. Namun pada abad 10 bangsa Cam mengalami gempuran hebat dari Dai Co Viet ke Campa, hal ini dikarenakan Paramesvaravarman (Raja Campa) menolak ajakan Le Iloan untuk bersahabat, akibatnya Le Iloan merasa terhina dan akhirnya mengirimkan ekspedisi untuk menghukum Campa. Lalu Paramesvaravarman meninggal dan ibu kota hancur. Kejadian ini pula di alami oleh Indravarman IV, sehingga harus menguasai ke daerah selatan27. Istana Campa kosong, masuklah Luu-Ki-Tong (orang An-nam) dan menyatakan diri resmi sebagai raja Campa Utara yang diakui oleh Cina. Timbulah ketidakpuasan bangsa Campa karena tahtanya di duduki oleh bangsa asing.



Rakyat pun mengadakan pemilihan pemimpin pribumi,



akhirnya Harivarman II dikukuhkan menjadi raja di Vijaya (Binh Dinh). Meskipun tugasnya berat yang dipikul telah berkurang dengan meninggalnya Luu-Ki-Tong, namun Ia pun belum kuat menangani serangan Annam. Perdamaian kedua negara ini dapat dibina, namun tidak berumur panjang dan perselisihan akan tetap terjadi. Untuk menghindari serangan Annam, ibu kota Campa dipindahkan ke Indrapura. Cara ini belum dapat mewujudkan keamanan dan peperangan yang tidak dapat dielakkann28. Annam merupakan musuh bebuyutan bagi Campa. Padahal perdamaian itu sudah dirintis sejak Jaya Simhavarman I namun dirusak oleh Rudravarman III karena mendahului menyerang Annam pada Tahun 1960. Akibatnya harus di terima oleh pnggantinya Indravarman IV dengan 26



Mudji Hartono, op.cit. hlm.28. Ibid. 28 Ibid. 27



15



menyetujui permintaan Annam sebagai pemenang perang yang berupa 3 provinsi di Campa Utara. Hubungan membaik setelah di bina oleh Illarivarman I, tetapi dengan rasa enggan Ia terseret sebuah koalisi yang direncanakan oleh Cina untuk menyerang Annam, serbuan itu gagal maka Harivarman IV mengirim upeti kepada Annam secara teratur hingga abad 13. Lama tak bereaksi dan menjadi tahklukan Annam, kebijakan yang diambil dengan pertimbangan bahwa Campa sedang diserang bangsa Khmer. Campa pun ragu meminta bantuan bangsa Cina karena telah dikecewakan pada masa sebelumnya29. Pada tahun 1177 terdapat tiga kekuatan di dalam pertempuran, yaitu: Campa (Jaya Indravarman IV), Kamboja dan Jayavarman VII yang konsentrasi kekuatannya di Vijaya. Mendekati akhir “perang 100 tahun” antara bangsa Cam dan bangsa Khmer, waktu demi waktu Campa membenahi diri dan sebaliknya Kamboja mengurangi invasinya ke Campa. Sehingga tahun 1220 Campa bersatu kembali dan perang pun berhenti. Kamboja pun tak berniat menyerang Campa kembali karena dihadapkan musuh baru, yaitu: Siam30. Situasi Campa saat itu cukup tenang, stabil, dan persoalan perebutan daerah di bagian utara terselesaikan, dengan cara perkawinan politik Col des Nuages diterima kembali dari raja Tran Anh-ton. Hubungan dengan Annan berubah sejak pemerintahan Jaya Simhavarman IV (Che Chi). Sering terjadinya pemberontakan di kota-kota yang jadi perebutan itu. Dalam watu bersamaan Campa dan Annam terjadi pergantian kekuasaan, Campa diperintah oleh Che Nang dan Annam diperintah oleh Tran Ninh Tohn (1314)31. Dengan demikian, penyebab terjadinya perselisihan adalah di karenakan perebutan daerah. Raja Annam mengangkat Che Anam sebagai pengantinya. Ia adalah mantan pemimpin militer Campa dan Ia membalik menentang keras pemerintahan Annam. 29



Ibid., hlm.30. Ibid. 31 Ibid., hlm.33. 30



16



Hal ini pun membuat Campa bangkit dan merdeka dari Annam (13231326), meskipun harus berterima kasih kepada tentara bangsa Mongol karena telah mebantunya. Pada jaman ini Campa masih diperingatkan agar tetap hati hati dalam menafsirkannya (Ecole Francaise d’ExtremeOrient,1981,hal.50). Kenyataannya Campa terpaksa mengembalikan daerah yg pernah ditaklukkan oleh Che Bong Nga kepada Annam. Pada tahun 1407 Annam kembali menyerang Campa, namun pada saat itu Annam keadaannya belum stabil dan Campa terhindar dari keruntuhan. Annam kembali menguasai Campa penuh pada tahun 1471. Pertemputan itu menewaskan 60.000 orang dan 30.000 orang beserta raja Campa ditawan Annam. Annam telah menganeksasi seluruh Campa ke selatan sampai Tanjung Varella. Annam masih juga belum puas dengan kemenangan itu, sehingga pada tahun 1720, raja terakhir Campa melarikan diri ke Kamboja32. 3. Annam dan Tonking Menurut salah satu teori mengatakan bahwa asal-usul mereka berasal dari percampuran darah Local triben yang berdiam di Tonking dengan ras Mongoloid yang berimisgrasi sejak jaman pre historis. Sedangkan para imigran mulanya menempati lembah Sungai Merah dan Sungai Hitam di Tonking. Mereka itulah pada abad 10 yang menjadi bangsa Annam33.



Asal usul mereka banyak di perdebatkan. Mereka diperkirakan merupakan hasil perkawinan campuran antara suku-suku setempat setelah bermukim di Tonking dan orang-orang Mongoloid34. Eksistensi Negara Man Yueh bergantung pada Cina, apabila Cina sedang lemah, maka akibat inilah terjadinya perubahan dinasti. Gejala ini mengakibatkan pula bangsa Annam tampil dipermukaan, dan membangun



32



Ibid., hlm.35. Ibid., hlm.36. 34 D.G.E. Hall, Op.cit., hlm.179. 33



17



kekuatan saat dinasti Tang Jatuh. Pada tahun (939) inilah bangsa Annam merdeka. Bangsa Annam di pimpin oleh Ngo Quyen setelah lepas dari Cina, Ia mendirikan kerajaan Daico Vietpada tahun 939, dan mulailah dinasti Ngo bersifat nasional. Pemerintahn ini berlangsung sampai tahun 968, namun belum dapat pengakuan dari Cina dan belum berhasil menyatukan rakyatnya karena penguasa – penguasa kecil belum dapat ditundukkan 35. Selama abad 10-13 vietnam diwarnai perebutan kekuasaan dan siklus dinasti yang cepat. Dinasti Dinh (968-979) menggeser kekuasaan dinasti Ngo, dan digantikan dinasti Le I (979-1009). Dinasti Li tampil dan bertahan lebih lama dari dua abad, barukah diganti dinasti Trap, Le II dst36. Pemerintahan Le Hoan atau pendiri dinasti Le I, berhasil memperluas wilayah yang berada di provinsi – provinsi bagian utara Campa setelah mengalahkan Campa (982) daerah itu terdiri dari Hue, Quang-Tri dan Quang-Binh. Inilah yang mennyebabkan konflik antar kedua bangsa. Akibat penaklukan yang terus – menerus Oleh bangsa Vietnam maka mengakibatkan Campa kehilangan sedikit demi sedikit bagian utaranya. Pada abad 11 dan ke 17 hanya sekali saja mendapat tekanan berat dari Campa di bawah pimpinan Che Bong Nga. Kematian Che Bong Nga belum juga menjamin situasi aman untuk negeri Dai Viet. Pada tahun 1400 Jendral Ilo Qui LI melancarkan coun terhadap dinasti Tran. Kaum partisan dinasti Tran bergerak dengan cara meminta bantuan Cina. Tentara Cina yang dikirim oleh Kaisar Yung Lo (dinasti Ming) berhasil menaklukan Hanai dan menjadikan Annam sebagai vasalnya. Politik Cina di Vietnam itu berusaha mendenasionalisasikan rakyat setempat. Masa pendudukan Cina berakhir pada tahun 1428 dengan ditandai jatuhnya Hanai ke tangan Le Lo-i.



35 36



Mudji Hartono, op.cit., hlm.37. Ibid.



18



Le Lo-I menyatakan diri sebagai raja Dai Viet dengan gelar Le Thai To, disinilah dimulainya pemerintahan dinasti Le II. Beliau pandai sekali membalikkan kemarahan Kaisar Ming dengan mengirim utusan beserta tanda ketaklukkannya kepada Cina sebagai atasannya dan peking berpikir bijaksana membiarkan dirinya sendiri dan menyetujui pengakuan formalnya37. Pada awal abad 16 misalnya, aksi politik cukup terkenal yang dilakukan oleh seorang mandarin, beernama Mac Dang Dung, sehingga berhentilah masa pemerintahan dinasti Le II. 4. Keluarga Nguyen dan Trinh Keluarga Nguyen memerintah Vietnam atas nama dinasti Le II setelah



dapat



menguasai



sebagian



besar



wilayah



Vietnam



dan



menyingkirkan Mac Dang Dung. Di kalangan pembesar pembesar terjadi persaingan yang ketat, akibatnya pada tahun 1470 Vietnam diperintah oleh tiga keluarga, yakni yang pertama, keluarga mac berkuasa di Tongking dengan ibu kota Hanoi. Kedua, keluarga Nguye memerintag atas nama raja Le II dengan pusatnya di Quang Tri. Ketiga, keluarga Trinh juga memerintah atas nama raja Le II atas daerah than-hoa, Nghe-an, dan Ilatinh dengan ibu kota di Tay do38. Masing-masing ingin menjadi penguasa tunggal dengan jalan mengadu kekuatan, menghasut dan masih banyak lagi. Akhirnya keluarga Mac di usir dari kedudukannya. Persaingan tinggal dua kekuatan yang masing-masing mewakili pemerintahan dinasti Le II. Peselisihan ini di mulai dari pandangan pihak Nguyen yang menuduh pihak Trinh akan merampas kekuasaan dan menolak membayar pajak serta mengkokohkan daerah selatan. Kejadian itu mempercepat meletusnya perang saudara. Dalam perang saudara tersebut tidak ada yang menang dan tidak ada pula yang kalah. Keduanya memilih jalan perdamaian yang berlangsung selama satu abad.



37 38



D.G.E. Hall, op.cit., hlm.184. Mudji Hartono, op.cit., hlm.40.



19



Di sela-sela masa masa damai antara Nguyen dan trinh bangsa Vetnam mengalami beberapa tantangan, yakni, Annam yang terlibat konflik perebutan tahta kamboja, Annam kedatangan sekitar 3000 pelarian dari dari cina, dan pemberontakan tayson bersaudara39. Nguyen yang melakukan ekspansi ke selatan berhasil menguasi Udong dan saigon. Hal itu membuat keterlibatan Annam di mulai. Sekitar tahun 1673, saigon yang di pimpin oleh raja Ang Non berusaha menjajah kamboja yang saat itu di pimpin oleh Ang sor. Karena angsor kalah, ia meminta bantuan kepada Siam dan berhasil memukul mundur Ang Non. Ang non tidak terima, dia juga meminta bantuan pada Annam dan menyerang lagi sampai pihak Ang sor bersedia mengakui Annam sebagai overlorshipnya. Perang tersebut baru berkahir setelah di kamboja ada pemberontakan besar oleh Tayson bersaudara. Mengenai masalah pelarian dari Cina tidak berdampak besar bagi pemerintahan. dampak terbesarnya dan menjadi masalah berat adalah pemberontakan Tayson bersaudara. Gerakan pemberontakan dimulai dari sektor selatan. Dalam aksinya, mereka melakukan perampokan, kekerasan dan kesadisan terhadap orang-orang pemerintah. Kaum pemberontak mulanya merebut kota Qui-ilhon agar mereka dapat mengontrol daerah Vietnam selatan. Kemudian mereka menguasai Saigon sebagai inti kekuatan dari pihak Nguyen. Singkatnya, setelah kota ini di kuasai, tidak ada lagi pergerakan nguyen yang berarti. Pertahanan terkahir di Saigon di hancurkan dan pengikut Nguyen di binasakan. Hanya sedikit yang selamat mengiringi pelarian salah seorang anggota keluarga nguyen bernama Nguen Anh. Dalam persembunyiannya dia bertemu dengan seorang pendeta kristen asal prancis bernama Pigneau de Bahaine. Dengan bantuan pendeta ini Nguyen Anh berhasil merebut kekuasaannya kembali 40. Keduanya sepakat bekerjasama untuk menumpas pemberontakan. Pemerintah perancis 39 40



Ibid., hlm.42. Ibid., hlm.43.



20



menyetujui usulan mereka dan memberikan kekuasaan penuh kepada Pigneau de Behaine untuk menanganinya. Lalu terjadi perjanjian pada tanggal 20 November 1787 yang isinya, pertama, pihak Perancis menyanggupi pengiriman kapal-kapal, tentara, dan senjata. Kedua, Perancis akan mendapatkan P. Condore dan teluk Tourane41. Sementara



kaum



pemberontak



telah



menguasai



di



Annam,menduduki Indo Cina, daerah Hue di kuasi Trinh. Serangan di lanjutkan ke arah utara. Mereka menguasai Quan-tri, Quan Binh dan Hanoi. Selanjutnya mereka membagi Vietnam menjadi tiga bagian politis, yaitu Van Hue dengan pusat pergerakannya di Tongking dan Annam Utara, Van Thac dengan pusat pergerakan di Annam tengah,dan van Lu berkuasa di Chocin-China42. Penumpasan gerakan pemberontak Tayson bersaudara berhasil dilakukan oleh Nguyen Anh karena dipersiapkan dengan matang dan didukung oleh Siam. Pada tanggal 1 Januari 1820 Nguyen Anh memproklamasikan diri sebagai raja Vietnam di Hue, dengan gelar GiaLong. Ia dianggap sebagai pendiri dinasti Nguyen yang memerintah sampai tahun 194543. Dalam menjalankan pemerintahannya ia dibantu oleh 4 orang Perancis, yaitu : Vannier, Chaigneu, de Forsana dan Despian tapi mereka tidak berbuat banyak di Vietnam. Sepeninggalan Gia-Long, pengantinya : Minh Mang, sangat benci orang barat akibatnya rencanarencana Perancis menjadi terhambat dan membuat 4 orang Perancis kembali ke negerinya karena menganggap tidak ada gunanya tinggal di Vietnam. Secara resmi Hubungan antara Vietnam dengan Perancis dinyatakan putus oleh Minh Mang, Salah satu latar belakang pemutusan hubungan itu adalah soal keagamaan. Ia seorang fanatik Confusianisme dan pemuja kebudayaan Cina, ia melakukan gerakan anti nasrani dengan melakukan pengejaran terhadap mereka. Puncak kekejaman terhadap orang nasrani ada pada pemerintahan Tu Duo ( 1848-1883 ). Pembunuhan 41



Ibid., hlm.44. Ibid. 43 Ibid., hlm.45. 42



21



terhadap pendeta menyebabkan perancis menghujani peluru-peluru besar ke arah pelabuhan Vietnam agar Tu Duo takut dan menghentikan aksinya44. Akhirnya pada tahun 1857 kedua belah pihak mengadakan perundingan, namun ditolak oleh Tu Duo adapun tuntutan Perancis yang ditolak yaitu : a. Bagi kaum nasrani kebebasan agama dijamin b. Perancis diijinkan mendirikan agen dagangnya di Hue c. Perancis mendapatkan kekuasaan untuk menunjuk seorang konsulnya di Hue. Akibat dari penolakan itu membuat tentara gabungan Perancis-Spanyol menyerang Tourane ( 1858 ). Tejadilah petempuran yang pada akhirnya dimenangkan oleh Perancis, bahkan Perancis bisa menguasai wilayahwilayah untuk mempersempit posisi Vietnam. Barulah Tu Duo mau menandatangani perjanjian pada tahun 1862, yang berisi : a. Tu Duo menyerahkan 3 propinsi di Chocin-China bagian timur kepada Perancis. b.



Membayar kerugian perang dengan cara mengangsur.



c. Kebebasan agama dijamin d. Pelabuhan Tourane, Balat dan Kuang An dibuka bagi Perancis45. Dasawarsa



berikutnya



timbul



kekacauan



di



Vietnam



dan



membanjirnya gerombolan bersenjata dari cina ke daerah perbatasan Tonking



Utara,



mereka



adalah



gerombolan



yang



kalah



dalam



pemberontakan Taiping di Cina. Tu Dou meminta bantuan kepada raja muda Tongking akan tetapi tidak didengar dan membuat suasana semakin kacau46. Hal ini membuat Perancis menegarkan kekuasaannya dengan mengirim Garnier ke Hanoi pada tahun 1873 unuk membuka Sungai Merah ( Songkai ) bagi pelayaran umum. Ia membuat mata pencaharian mereka terampas sehingga kaum Mandarin bekerja sama dengan gerombolan bersenjata untuk menghancurkan Perancis. Garnier terbunuh 44



Ibid., hlm.47. Ibid. 46 Ibid. 45



22



dalam peristiwa itu. Kematian itu membuat Tu Duo khawatir dan mengajak berunding Perancis pada tahun 1874 yang berisi : a. Persyaratan terhadap kapal-kapal dan soal perdagangan oleh Perancis diberi keringanan daripada yang lain. b. Perancis diijinkan menempatkan opsir-opsirnya pada posisi penting di Bea cukai Vietnam. Namun Tu Duo mengingkari perjanjian itu setelah mendapat dukungan Cina47. Pada tahun 1881 Perancis mempersiapkan tindakan ofensif ke Tonking, sementara itu wilayah Tonking didatangi oleh gerombolan pelarian pemberontak Pautbay dari Yunnan yang disebut “The Black Flag” dan “The Yellow Flag” . Hal ini dipoliitisir oleh Tu Duo, dan ia memainkan peranan penting, yakni : a. Memberi semangat pada para perampok S. Songkai untuk merampok kapal-kapal milik Perancis b. Meminta bantuan Cina untuk menindas gerombolan perampok48. C. Sejarah tradisonal di negara Thailand. 1. Sukhotai Bangsa Thailand merupakan bangsa pendatang yang berasal dari Cina Selatan.. Mereka terus-terusan didesak oleh Cina sehingga pergi ke selatan menyusuri sungai Mekong, sungai Nam, dan Sungai Irrawadi. Karena hal itu bangsa Thailand tersebar di berbagai daerah. Di daerah delta sungai Irrawadi orang-orang Thailand menaklukkan bangsa pyu, sebagian lainnya memasuki Siam utara dan menaklukkan penduduk setempat. Menjelang berakhirnya pemerintahan Jayavarman VII, Angkor yang sedang mengalami kemunduran berhasil diduduki Thailand



di



bawah



pimpinan



Rama



Kambheng49.



Coedes



47



Ibid., hlm.48. Ibid. 49 Ibid., hlm.50. 48



23



mengungkapkan, bahwa Sukhotai di bawah Rama Kambheng menjadi negeri yang luas dan makmur.50 Secara politis pada saat itu Sukhotai dalam keadaan relatif stabil dan tenang. Wilayahnya yang luas dapat terkontol rapi oleh Rama Kambheng. namun, sesudah kematian Rama Kambheng, Sukhotai mengalami kemerosotan yang cukup serius dan tidak berumur panjang. Hal itu disebabkan karena para penggantinya kurang memperhatikan persoalan politik luar negerinya51. 2. Kerajaan Ayutia Setelah kehancuran kerajaan Sukhotai, mereka dipaksa mengakui kekuasaan negara baru, yaitu kerjaan Ayutia. Kerajaan Ayutia sendiri didirikan oleh Ramadhipati I di daerah lembah sungai menam pada pertengahan abad 14. Coedes membuat periodisasi sejarah kerajaan Ayutia, yaitu yang pertama, antara pertengahan abad 14-16 Siam meluaskan kekuasaan ke timur dan utara. Kedua, Pertengahan ke dua abad 16 adalah masa peperangan dengan Birma. Ketiga, pada abad 17 hubungan Siam dengan bangsa barat terjadi. Keempat, terjadi kemerosotan dan jatuhnya ibu kota ke tangan Birma pada tahun 176752. Sejak



Ayutia berdiri, kerajaan tersebut terus melakukan



konsolidasi wilayah dan mengalami banyak perkembangan di bawah pimpinan Ramadhipati. Ia menciptakan hukum pertama di Siam, seperti hukum perkawinan, pencurian dan kejahatan. Hukum tersebut terus berlaku, bahkan tidak tergeser oleh hukum modern. Sepeninggal Ramadhipati terjadi krisis dinasti daaan keributan yang meresahkan masyarakat. Sedangkan penggantinya, Pamesuen hanya mampu memerintah selama satu tahun karena tidak disenangi rakyatnya. Tahta diserahkan kepada pamannya yakni Plo Ngua mantan gubernur di Suphan. Selama itu sejarah kerajaan Ayutia di warnai 50



Wawan_Darmawan, 8 Maret 2012, “Perkembangan kerajaan di Asia Tenggara” Direktori file UPPI. Vol. 1 No 1, 2012, 16. 51 Ibid., Hlm.51. 52 Ibid., hlm.52.



24



peperangan. Selama 24 tahun, kerajaan Ayutia belum tampak perubahan



penting



dan



program-programnya.



Kebanyakan



penggantinya hanya melanjutkan pemerintahan lama. Baru setelah kekuasaan Boromo Trailokanat bentuk pemerintahan baru mulai diterapkan, yakni sistem sentralisasi. Dalam sistem itu dibedakan antara departemen sipil dan militer. Masing-masing departemen dibagi menjadi beberapa departemen yang lebih kecil. Bagian-bagian departemen kecil itu dikepalai oleh mentri. Sistem pemerintahan itu berjalan sampai abad 19. Selain itu Trailok juga membuat sistem pembagian tanah yang setiap orang berhak memiliki sejumlah tanah sesuai dengan statusnya. Barangkali sistem ini yang mengilhami terbentuknya hukum istana yang disebut Kot Mont’ien Ban dan mulai diberlakukan sejak tahun 1450. Dengan adanya Kot Mon’ien Ban maka di istana ada ketentuan pasti yang menempatkan seseorang didalam derajat tertentu. Selain itu Kot Mon’ien Ban digunakan untuk mengatur upacara, mengatur fungsi para pegawai, menetapkan hukum dan masih banyak lagi. Sejalan dengan pergantian masa beberapa ketentuan tersebut mulai mengalami perubahan. Misalnya pada bidang hukum, terjadi perkembangan sehubungan dengan masuknya pengaruh Birma. Selain itu, Siam juga menerima pengaruh dari Birma yang berupa kalender bernama Chula Sakarat, meskipun Siam sendiri sudah mempunyai kalender sendiri bernama Maha Sakarat. Mengenai kependudukan tentara Birma atas Ayutia dimulai pada tahun 1564, yang melibatkan Laos dan P’itsanulok. Pasalnya raja Chakrapat dan keluarganya dijadikan tawanan perang, maka dari itu pangeran Mahendra yang menggantikannya. Pangeran Mahin berusaha melepaskan diri dari Birma dengan cara menyerang P’itsanulok. Siam sendiri bersekutu dengan Laos



di bawah kekuasaan Settatirat.



Sementara itu raja Chakrapat dibebaskan oleh Bayinaung karena telah menajdi biksu dan di duga tidak akan menentang lagi. Ternyata dugaan



25



itu meleset. Setelah sampai di siam, ia melepaskan baju kuningnya dan ikut bergabung bersama putranya melawan Birma. Hal itu diketahui oleh Birma. Tanpa basa basi Ayutia diserang oleh Bayinaung 53. Settatirat terpaksa malang melintang di Laos sedangkan P Mahin meninggal di perjalanan sebagai tahanan. Untuk mengisis kekosongan kekuasaan di kerajaan Ayutia, Bayinaung mengangkat Maha Dharmaraja dari P’itsanulok. Jika di cerna lebih lanjut, Siam dalam perjalanan sejarahnya mengalami bentrokan bentrokan dengan Birma, Chieng Mai, Laos, dan bangsa lain yang menjadi tetangganya. Mereka saling berusaha menjadi kerajaan terkuat. Mereka begitu berambisi merebut kekuasaan tunggal. Hal itu disebabkan banyak diantara para penguasa bercita-cita menjadi seorang Cakravartain, di balik keuntungan politik terdapat keuntungan ekonomis. Ada yang berpendapat



bahwa



sebab



perang



tardisonal



dikarenakan



memperebutkan gajah putih. Simbol kemakmuran raja –raja budhis Asia Tenggara. Namun dalam kenyataan, kemakmuran itu juga harus dihubungkan dengan bidang ekonomi dan politik yang kongkrit. Seperti misalnya perebutan kekuasaan atas jalan perdagangan darat ke negeri Cina melalu Cieng Mai atau tanah genting Kra yang menghubungkan samudera Hindia dengan teluk Siam dan laut cina selatan54. Siam



baru



mendapatkan



kemerdekaan



dari



Birma



sejak



kepemimpinan Nareshvara yang mulai memerintah pada tahun 1590. Namun karena ambisinya yang besar menyebabkannya mati ditengah perantauan.



Saudaranya,



Ekadasaratha,



yang



mengambil



alih



kekuasaan mencoba mengadakan perubahan kebijakan. Ia tidak ingin mengurusi perang, tetapi ia mulai mencintai perdamaian dengan mengalihkan pada apek ekonomi, khususunya bidang perdagangan55. 53



Ibid., hlm.55. Ibid., hlm.56. 55 Ibid., hlm.57. 54



26



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari makalah di atas penulis dapat menyimpulkan :



27



Bahwa kebudayaan Cina dan India mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan negara tradisional dikawasan Kamboja, Vietnam, dan Thailand. Pengaruh kebudayaan Cina dan India ini meliputi: konsep “Dewa Raja”, seni bangunan, ekonomi, sistem sosial yang berlandaskan Hindu-Budha. Namun karena adanya pengaruh tersebut timbul berbagai konflik yang menyebabkan peperangan antara kerajaan satu dengan lainnya. Banyak dampak yang terjadi dalam konflik peperangan ini. Diantaranya dampak sosial yang meliputi, banyaknya korban akibat perang dan berpengaruh pada stabilitas kondisi masyarakat. Dampak ekonomi yang paling terpuruk dialami oleh Vietnam karena banyak mengeluarkan biaya untuk perang. Kamboja dan Thailand juga mengalami krisis ekonomi namun tidak seburuk yang ada di Vietnam.



28



DAFTAR PUSTAKA Hartono, Mudji.1989.Ikhtisar Sejarah Asia Tenggara Kuno.Yogyakarta:FPIPS IKIP Yogyakarta. Hall, D.G.E.1988.Sejarah Asia Tenggara.Surabaya:Usaha Nasional. Ricklefs, M.C.dkk.2013.Sejarah Asia Tenggara dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer.Depok:Komunitas bambu. Darmawan, Wawan.2012.Perkembangan Kerajaan di Asia Tenggara.Direktori file UPI.Volume



1



nomor



1.



http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/197101011999031WAWAN_DARMAWAN/PERKEMBANGAN_KERAJAAN_di_Asteng.pdf .18 September pukul 11.30 WIB.



29