Makalah Seminar DHF Kel 5 Salinan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEBUTUHAN DASAR MANUSIA CAIRAN DAN ELEKTROLIT DENGAN DIAGNOSA MEDIS DHF PADA An. A Disusun Guna Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi Dosen Pembimbing Akademik : Aisyah Dzil Kamalah.,M.Kep Clinical Instruction : Henny Fahdiyah.,S.Kep.,Ns



Disusun oleh : Kelompok 5 1. 2. 3. 4. 5.



Dea Andre Setiawan A Ade Apriliana Seka Arwandani Novita R Hibatul Aliyah Diyan Nofita



(202102040100) (202102040015) (202102040018) (202102040051) (202102040045)



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN 2021



MAKALAH SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEBUTUHAN DASAR MANUSIA CAIRAN DAN ELEKTROLIT DENGAN DIAGNOSA MEDIS DHF Pada An. A



BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang Kebutuhan cairan sangat diperlukan dalam tubuh karena berguna untuk mengangkut zat kedalam sel, sisa metabolism, zat pelarut elektrolit dan non elektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan. Disamping kebutuhan cairan, kebutuhan elektrolit (natrium,



kalium,



klorida,fosfat)



sangat



penting



untuk



menjaga



keseimbangan asam dan basa, kondisi saraf, kontraksi muscular dan osmolaritas. Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan distribusi ke seluruh tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolitberarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke seluruh tubuh (Sutanto & Fitriana, 2017). Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabakan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah (Ambarwarti dan Nasution, 2012). Demam berdarah dengue adalah penyakit demam berat yang sering mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein. Sekarang diduga mempunyai dasar imunopatologis (Nelson, 2012).



B. Tujuan penulisan 1. Tujuan umum mampu memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan pada anak dengan demam berdarah dengue. 2. Tujuan khusus a) Melakukan pengkajian keperawatan pada anak dengan demam berdarah dengue. b) Menegakkan diagnosa keperawatan pada anak dengan demam berdarah dengue. c) Membuat intervensi keperawatan pada anak dengan demam berdarah dengue. d) Melaksanakan implementasi dari intervensi keperawatan pada anak dengan demam berdarah dengue. e) Melakukan evaluasi keperawatan berdasarkan implementasi yang telah dibuat pada anak dengan demam berdarah dengue.



BAB II : KONSEP DASAR A. Pengertian Kebutuhan cairan sangat diperlukan dalam tubuh karena berguna untuk mengangkut zat kedalam sel, sisa metabolism, zat pelarut elektrolit dan non elektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan. Disamping kebutuhan cairan, kebutuhan elektrolit (natrium,



kalium,



klorida,fosfat)



sangat



penting



untuk



menjaga



keseimbangan asam dan basa, kondisi saraf, kontraksi muscular dan osmolaritas. Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan distribusi ke seluruh tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolitberarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke seluruh tubuh (Sutanto & Fitriana, 2017).



B. Anatomi dan Fisiologi 1. Anatomi ginjal Ginjal terbagi atas 3 bagian yaitu : a. Kulit ginjal (korteks), terdapat jutaan nefron yang terdiru dari badan malphigi yang tersusun dari glomerulus bowman, selain itu terdapat tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal dan tubulus kolektivus b. Medula, terdiri dari beberapa kerucut (piramida) serta terdapat lengkung henle yang menghubungkan tubulus kontortus proksimal dan tubulus distal. c. Rongga ginjal (pelvis), merupakan tempat bermuaranya tubulus yaitu tempat penampungan urine sementara yang akan dialirjan menuju kandung kemih melelui ureter dan dikeluarkan dari tubulus melalui uretra C. Tinjauan Medis 1. Tanda gejala devsit volume cairan dan elektrolit : a. Penurunan



tekanan



darah



atau



hipotensi,



tubuh



yang



mengalami penurunan volume cairan tubuh menyebabkan tekanan darah menurun karena isi / volume cairan intravaskuler menurun. b. Takipnea dan takikardia, c. Pulsasi nadi melemah, d. Faitigue atau kelemahan e. Rasa kehausan f. Membrane mukosa kering g. Oliguria



h. Penurunan turgor kulit 2. Tanda gejala kelebihan volume cairan a. Peningkatan tekanan darah atau hipertensi b. Takipnea c. Takikardia d. Pulsasi nadi yang tidak teratur (Patrisia dkk, 2020)



D. Faktor Yang Mempengaruhi a. Usia 1) Bayi Proporsi air dalam tubuh bayi lebig besar dari pada proporsi air dalam tubuh anak usia sekolah, remaja, atau dewasa. Namun bayi memiliki risiko ebih tinggi untuk mengalami kekurangan cairan atau hiperosmolar karena per kilogram berat tubuhnya akan kehilangan air yang ebih besar secara proporsional. 2) Anak-anak Respons anak terhadap penyakit adalah demam yang dapat meningkatkan kecepatan kehilangan air. 3) Remaja Perubahan keseimbangan cairan remaja perempuan ebih besar karena adanya perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus menstruasi. 4) Lansia Risiko lansia untuk mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit mungkin berhubungan dengan penurunan fungsi ginja dan ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urine.



Selain itu jumlah total air tubuh menurun seiring dengan peningkatan usia, penggunaan diuretik atau laksatif. b. Ukuran Tubuh Lemak tidak mengandung air, karena itu orang gemuk memiliki proporsi air tubuh lebih sedikit. Wanita memiliki lebih banyak cadangan lemak di dalam payudara dan paha, sehingga jumlah total air tubuh wanita lebih kecil. c.Temperatur Lingkungan Lingkungan yang panas menyebabkan berkeringat, akibatnya tubuh kehilangan cairan, sehingga kehilangan natrium dan klorida. d.Gaya Hidup 1)



Diit Diit



cairan,



karbohidrat,



garam, lemak,



kalium, dan



kalsium,



protein,



magnesium,



membantu



tubuh



mempertahankan status cairan, elektrolit, dan asam basa. Intake nutrisi tidak adekuat menyebabkan serum albumin menurun sehingga cairan interstitiil tidak ke pembuluh darah, yang disebut udem. 2)



Stres Stres meningkatkan kadar aldosteron dan glu kokortikoid, sehingga menyebabkan retensi natrium dan garam. Selain itu, peningkatan sekresi ADH akan menurunkan haluaran urine, sehingga meningkatkan volume cairan.



3)



Olahraga Olahraga menyebabkan peningkatan kehilangan air melalui keringat,



dan



mempertahankan



mekanisme keseimbangan



rasa



haus



membantu



cairan dan elektrolit



dengan meningkatkan asupan cairan (Patrisia dkk, 2020).



E. Mekanisme / Proses Kerja 1. Terdapat beberapa penyebab terjadinya devisit volume cairan antara lain : a. Kehilangan cairan melalui traktus gastrointestinal yang menyebabkan lklien muntah dan diare yang berlebihan b. Kondisi diuresis berlebihan yang membuat tubuh kelhilangan cairan natrium dalam tubuh, keringat berlebihan, penyakit diabetes insipidius, penyakit yang mengenai organ ginjal, dan diabetes ketosidosis juga menjadi penyebab terjadinya devisist cairan tubuh 2. Penyebab kelebihan volume cairan a. Kondisi penyakit seperti gagal jantung b. Penyakit atau kelainan ginjal c. Penyakit sirosis d. Luka bakar e. Makan makanan kadar garam tinggi (Patrisia dkk, 2020) F. Keluhan Yang Sering Muncul Keluhan yang sering muncul devisit volume cairan dan elektrolit : - Faitigue atau kelemahan, Rasa kehausan, Membrane mukosa kering, Oliguria, Penurunan turgor kulit. Keluhan yang sering muncul kelebihan volume cairan dan elektrolit : -Peningkatan tekanan darah atau hipertensi, Takipnea, Takikardia, Pulsasi nadi yang tidak teratur.



G. Pengkajian Keperawatan a. Riwayat Keperawatan Pengkajan riwayat keperawatan dalam pemenuhan cairan dan elektrolit ditujukan/difokuskan pada:



Faktor risiko terjadinya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa : 1) Usia: sangat muda, sangat tua 2) Penyakit kronik: kanker, penyakit kardiovaskular (gagal jantung kongestif), penyakit endokrin (cushing, DM), malnutrisi,



PPOK,



penyakit



ginjal



(gagal



ginjal



prorogresif), perubahan tingkat kesadaran. 3) Trauma:



cedera



akibat



kecelakaan,



cedera



kepala,



combostio. 4) Terapi: diuretik, steroid, terapi IV, nutrisi parental total. 5) Kehilangan melalui saluran gastrointestinal: gastroenteritis, pengisapan nasogastrik, fistula. a. Riwayat keluhan: kepala sakit/pusing/pening, rasa baal dan kesemutan. b. Pola intake: jumlah dan tipe cairan yang biasa dikonsumsi, riwayat anoreksia, kram abdomen, rasa haus yang berlebihan. c. Pola eliminasi: kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik dalam jumlah maupun frekuensi berkemih, bagaimana karakteristik urine, apakah tubuh banyak mengeluarkan cairan? b. Pemeriksaan Fisik Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemeriksaan fisik meliputi: a.Keadaan umum: iritabilitas, letargi, bingung, disorientasi. b.Berat badan Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui risiko terkena gangguan cairan dan elektrolit. Dengan demikian, retensi cairan dapat dideteksi lebih dini karena 2,5-5 kg cairan tertahan di dalam tubuh sebelum muncul edema. Perubahan dapat turun, naik, atau stabil. c.intake dan Output cairan



Intake cairan meliputi per oral, selang NGT, dan parenteral. Output cairan meliputi urine, feses, muntah, pengisapan gaster, drainage selang paska bedah, maupun IWL. Apakah balance cairan seimbang, positif atau negatif. Kaji volume, warna, dan konsentrasi urine d.Pada Bayi Fontanela cekung jika kekurangan volüme cairan, dan menonjol jika kelebihan cairan. e.Mata Cekung, konjungtiva kering, ait mata berkurang atau tidak, ada edema periorbital, papile edema f.tenggorokan dan mulut Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah dan kering, saliva menurun, lidah di bagian longitudinal mengerut g.Sistem kardiovaskular: 1)



Inspeksi: a) Vena leher: JVP/ jugularis vena pressur datar atau distensi b) Central venus preşşure (CVP) abnormal c) Bagian tubuh yang tertekan, pengisian vena lambat



2)



Palpasi: a) Edama: lihat adanya pitting edema pada punggung, sakrum, dan tungkai (pre tibia, maleolus medialis, punggung kaki) b) Denyut nadi: frekuensi, kekuatan c) Pengisian kapiler



3)



Auskultasi: a) Tekanan darah: ukur pada posisi tidur dan düdük, lihat perbedaannya, stabil, meningkat, atau menurun. b) Bunyi jantung: adakah bunyi tambahan



h. Sistem pernapasan: dispnea, frekuensi, şuara abnormal (creckles)



i. Sistem gastrointestinal: 1)



Inspeksi : abdomen cekung/distensi, muntah, diare



2)



Auskultasi: hiperperistaltik disertai diare, atau hipoperiataltik



j. Sistem ginjal: oliguria atau anuria, diuresis, berat jenis urine meningkat k. Sistem neuromuskular : 1)



Inspeksi



: kram otot, tetani, koma, tremor



2)



Palpasi



: hipotonisit, hipertonisitas



3)



Perkusi



: refleks tendon dalam (menurun/tidak ada,



hiperaktif/meningkat) l. Kulit 1)



Suhu Tubuh



: Meningkat/Menurun



2)



Inspeksi



: Kering, Kemerahan



3)



Palpasi



: Turgor kulit tidak elastik, kulit dingin dan



lembab. H. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul 1) Hipovolemi behubungan dengan kehilangan cairan aktif 2) Resiko ketidak seimbangan elektrolit berhubungan dengan diare 3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban / sering BAB nyeri. I. Intervensi keperawatan Diagnosa keperawatan



Tujuan dan kriteria hasil



Hipovolemi behubungan



NOC :



dengan cairan aktif



kehilangan



Setetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan status keseimbangan cairan



Rencana tindakan



1. Monitor intake dan output harian 2. Monitor vital sign 3. Monitor status hidrasi pasien



pasien normal dengan kriteria hasil : 1. Mempertahankan intake output 2. Tekanan darah, nadi, suhu normal 3. Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab



4. Monitor respon pasien terhadap pemberian cairan 5. Dukung keluarga untuk membantu pasien makan 6. Klaborasi dengan dokter pemberian obat anti pasmilitik 7. Anjurkan makan porsi kecil tapi sering 8. Anjurkan pemberian asi



Resiko



ketidak



seimbangan NOC :



elektrolit berhubungan dengan diare



1. Identifikasi kemungkinan



Setetelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan resiko ketidak seimbangan elektrolit dapat teratasi dengan kriteria hasil : 1. Bebas dari edema, efusi 2. Kadar elektrolit dalam tubuh dalam batas normal 3. Tanda tanda vital dalam batas normal



penyebab ketidakseimbangan elektrolit 2. Monitor kadar elektrolit serum 3. Monitor mual, muntah, diare 4. Monitor tanda dan gejala hypokalemia / hyperkalemia 5. Monitor tanda dan gejala hyponatremia / hypernatremia 6. Monitor tanda dan gejala hipokalesmia / hiperkalesmia



7. Monitor tanda gejala hipomagnesia / hipermagnesia Gangguan berhubungan



integritas



kulit dengan



kelembaban / sering BAB nyeri



NOC :



1. Monitor kulit adanya



Setetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan integritas kulit baik dengan kriteria hasil :



kemerahan 2. Monitor tanda gejala infeksi 3. Oleskan lotion / salep pada daerah yang tertekan



1. Mampu mempertahankan kelembaban kulit



4. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering



2. Tidak ada luka / lesi pada kulit



BAB III : TINJAUAN KASUS A. Pengkajian  Pasien An. A umur 1 tahun berjenis kelamin laki-laki dengan gangguan kebutuhan dasar manusia cairan dan elektrolir dengan diagnosa DHF di ruang dahlia RSUD DR. H. SOEWONDO. Faktor sosial ekonomi dan budaya pasien, ibu pasien mengatakan keluarga termasuk dalam keluarga menengah keatas dan ibu pasien mengatakan keluarga tidak menganut budaya yang dapat mempengaruhi masalah kesehatan. Faktor lingukangan pasien merupakan faktor utama penyebab masalah kesehatan pada pasien saat ini, pasien berada dilingkungan yang kurang bersih, lingkungan rumah dekat dengan selokan yang kurang terawat dan dekat dengan kebun pohon pisang yang menyebabkan nyamuk di area rumah banyak. Ibu pasien mengatakan beberapa minggu terakhir tetangga disekitar rumah juga banyak yang mengalami penyakit yang sama, yaitu DHF.



Riwayat kesehatan sekarang pada pasien An. A, ibu pasien mengatakan anak sudah panas sejak satu minggu yang lalu, sudah dibawaa di bidan terdekat dan panasnya masih naik turun. Pada malam senin pasien panas dan mengeluarkan bintik-bintik merah di bagian ekstremitas bawah. Pada hari senin tanggal 27 september 2021 pukul 05.00 WIB, pasien dibawa ke IGD RSUD DR. H. SOEWONDO KENDAL, sampai IGD dicek suhu dan hasilnya 38,7, kemudian dipasang infus RL dengan jumlah 12tpm, dan diberi paracetamol. Kemudian pasien dibawa ke ruang dahlia pada pukul 08.00 WIB, sampai diruangan dilakukan pengecekan tanda-tanda vital dengan hasil Suhu : 37,6, RR : 22x/menit, Nadi : 105x/menit, SpO2 : 97%. Keluhan utama An.A pada saat dilakukan pengkajian yaitu ibu pasien mengatakan anak demam dan terlihat bintik-bintik merah diseluruh badan. Riwayat penyakit dahulu pasien yaitu, ibu pasien mengatakan An. A hanya mempunyai riwayat saki batuk, pilek dan demam biasa, dan ibu pasien mengatakan anak belum pernah dirawat di Rumah sakit, jika pasien sakit hanya diperiksakan di pelayanan ksehatan terdekat. Ibu pasien mengatakan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit yang serius. Pengakjian pola gordon pada pola nutrisi dan metabolik pasien sebelum sakit, ibu pasien mengatakan anak minum susu formula 3-5x botol setiap harinya, ibu mengatakan anak makan bubur tim yang terdiri dari sayur dan daging 2x dalam sehari. Selama sakit ibu pasien mengatakan, anak susah makan dan tidak mau minum susu , hanya mau minum air putih. Pola eliminasi pasien sebelum sakit, ibu pasien mengatakan BAK lancar dalam sehari mengganti diapres 2x dalam sehari dan BAB 1x dalam sehari. Selama sakit ibu pasien mengatakan BAK lancar, namun dalam sehari belum tentu BAB. Pola aktivitas dan latihan pasien sebelum sakit, ibu pasien mengatakan anak aktiv, sedang berlatih berjalan dan suka mengajak ngobrol, selama sakit ibu pasien mengatakan pasien hanya rewel dan tidur. Pola tidur dan istirahat pasien sebelum sakit, ibu pasien mengatakan anak biasanya tidur kurang lebih 11 jam dalam sehari, dan selama sakit ibu pasien mengatakan anak susah tidur , tidur kurang dari 9jam dan pasien hanya rewel, dan mau tidur jika digendong ibunya. 



Pemeriksaan fisik pada pasien, penampilan umum dengan nilai GCS : E4 M6 V5 dengan kesadaran composmentis, dengan hasil tanda-tanda vital, suhu : 37,6tekanan darah : 90/60 mmhg, RR : 22x/menit, nadi : 105x/menit, Sp02 : 97%, BB : 7,7 kg, TB : 71 cm. Pemeriksaan fisik yang menunjukan nilai yang abnormal yaitu pada kulit, terlihat petekie bintik-bintik merah diseluruh tubuh, kulit tampak merah, dan kulit teraba hangat. Kemudian pemeriksaan pada ekstremitas didapatkan hasil terdapat udeme pada ekstremitas bawah.  Untuk mengetahui masalah yang dialami pasien untu data penunjang dilakukan pemeriksaan darah rutin yang menunjukan hasil laboratorium pada tanggal 27 september 2021 menunjukan hasil yang abnormal hasil trombosit yaitu 79 dengan rentang nilai normal 150-440 dan hasil dari pemeriksaan rendah yang dapat mengakibatkan munculnya bintik-bintik merah pada seluruh tubuh. Dan hasil pemeriksaan Dengue (+).  Analisa data pada hari senin tanggal 27 september 2021 dengan data subjektif, ibu pasien mengatakan anaknya demam yang naik turun. Dengan data objektif , Suhu: 37,6Nadi : 105x/menit, RR : 22x/menit, Sp02 : 97% dan hasil trombosit 79, akral teraba hangat. Dan muncul masala hipertermi dengan etiologi proses penyakit. Analisa data kedua dengan data subjektif, ibu pasien mengatakan anak mimisan 3x dengan data objektif, terlihat bintik-bintik merah diseluruh tubuh, hasil lab trombosit hasil 79 dan terdapat udeme di ekstremitas bawah yang dapat memunculkan masalah resiko perdarahan dengan etiologi trombositopenia. Hasil analisa ke 3 dengan data subjektif, ibu pasien mengatakan selama sakit anan tidurnya kurang dari 9jam dan jika malam anak susah tidur. Dengan data objektif, pasien terkihat rewel dan gelisah. Yang dapat memunculkan masalah gangguan pola tidur dengan etiologi hambatan lingkungan.  B. Diagnosa Keperawatan 1. Hipertermia b.d proses penyakit d.d kulit merah, akral hangat 2. Ganggaun pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d ibu pasien mengatakan anak sulit tidur 3. Resiko perdarahan b.d trombositopenia d.d bintik-bintik merah di seluruh tubuh.



  C. Rencana Keperawatan Data pada tanggal 27 september 2021, pada diagnosa pertama, dengan data subjektif, ibu pasien mengatakan anaknya demam yang naik turun. Dengan data objektif , Suhu: 37,6Nadi : 105x/menit, RR : 22x/menit, Sp02 : 97% dan hasil trombosit 79, akral teraba hangat dengan diagnosa hipertemi, penejelasan keilmuan hipertermi adalah suhu tubuh meningkat diatas rentan tubuh normal. Dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan keadaan pasien membaik dengan kriteria hasil: suhu tubuh membaik dengan nilai (5) dan kulit merah menurun dengan nilai (1).  Intervensi keperawatan pada diagnosa hipertermi monitor suhu tubuh dengan rasional untuk mengetahui suhu tubuh pasien, longgarkan atau lepaskan pakain dengan rasional untuk menurunkan suhu tubuh, berikan cairan



oral



dan berikan



kompres



hangatdengan



rasional



untuk



menurunkan suhu tubuh, edukasi cara kompres hangat dengan rasional untuk menambah pengetahuan keluarga, kolaborasi dalam pemberian obat paracetamol dan cairan elektrolit denga rasional untuk membantu proses penyembuhan.  Pada diagnosa ketiga dengan data objektif, pasien terkihat rewel dan gelisah. Yang dapat memunculkan masalah gangguan pola tidur dengan etiologi hambatan lingkungan. Dengan diagnosa gangguan pola tidur dengan penjelasan keilmuan  gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal. Dengan tujuan setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan pola tidur pasien membaik dengan kriteria hasil, keluhan sulit tidur menurun dengan nilai (1). Intervensi keperawatan : identifikasi pola aktivitas dan tidur dengan rasional untuk mengetahu pola tidur pasien, pengaturan posisi nyaman dengan rasional untuk memberi kenyamanan pada pasien, modifikasi lingkungan dengan rasional untuk faktor pendukung agar lingkungan nyaman, anjurkan ibu pasien untuk menepati kebiasaan waktu tidur anak dengan rasional untuk menjaga pola tidur. Pada diagnosa ketiga, dengan data subjektif, ibu pasien mengatakan anak mimisan 3x dengan data objektif, terlihat bintik-bintik merah diseluruh



tubuh, hasil lab trombosit hasil 79 dan terdapat udeme di ekstremitas bawah yang dapat memunculkan masalah resiko perdarahan dengan etiologi trombositopenia. Dengan diagnosa resiko perdarahan dengan penjasan keilmuan perdarahan adalah resiko mengalami kehilangan darah baik internal maupun eksternal, dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi perdarahan dengan kriteria hasil : trombosit dapat meningkat, bintuk-bintik merah dapat berkurang. Intervensi keperawatan observasi tanda dan gejala perdarahan dengan rasional untuk mengetahui tanda dan gejala perdarahan, anjurkan untuk banyak minum dengan rasional untuk memenuhui kebutuhan cairan dalam tubuh, berikan informasi tentang tanda dan gejala perdarahan dengan rasional untuk menambah pengetahuan keluarga, kolaborasi dalam pemberian infus pupm cairan RL 24cc/jam.   D. Implementasi Keperawatan  1. Senin, tanggal 27 September 2021 Diagnosa pertama di lakukan tindakan mengobservasi suhu tubuh dengan hasil S=37,6◦C, kulit merah dan akral hangat, kemudian memberikan injeksi paracetamol, Kemudian tindakan selanjutnya dengan melonggarkan pakaian, mengedukasi teknik relaksasi napas dalam, menganjurkan untuk minum yang banyakserta mengedukasi cara kompres hangat. Diagnosa kedua dilakukan tindakan mengidentifikasi pola tidur dan aktifitas serta mengidentifikasi penganggu tidur, membina hubungan baik dengan pasien dan keluarga sepertimemperkenalkan diri dan tujuan, mengajak pasien bermain untuk mengalihkan perhatian pasien karena pasien takut dengan perawat dan dokter. Di dapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan anak bisa tidur jika di gendong. Kemudian tindakan selanjutnya mengatur posisi yang nyaman, melakukan modifikasi lingkungan  Diagnosa



ketiga



dilakukan



tindakan



mengobservasi tanda



dan



gejala pendarahan di dapatkan hasil terlihat petekie di seluruh tubuh, trombosit = 79 kemudian menganti cairan infus pump ringer laktat 24cc/jam. Kemudian menganjurkan untuk banyak minum, dengan hasil anak tampak



menghabiskan susu formula 100ml. Kemudian tindakan selanjutnya memberikan injeksi ranitidin 5mg, obat ranitidin 8mg masuk per intravena, tidak ada sumbatan, tidak terjadi reaksi alergi.Memonitor tanda tanda vital dengan dengan hasil N= 105 x/menit. S= 37,6 c, RR= 22x/menit.   2. Selasa, tanggal 28 September 2021 Diagnosa pertama di lakukan tindakan memonitorsuhu tubuh dan tandatanda vital dengan hasil S=37,3◦C,N= 105 x/menit RR= 22x/menit, kulit merah dan akral hangat. selamjutnya, menganjurkan orang tua memberikan pasien untuk minum yang banyak,mengedukasi cara kompres hangat, dan memberikan injeksi paracetamol 800mg.  Diagnosa kedua dilakukan tindakan mengidentifikasi pola tidur dan aktifirtas serta mengidentifikasi penganggu tidur di dapatkan data ibu pasien mengatakan anak bisa tidur jika di gendong. Kemudian tindakan selanjutnya mengatur



posisis



yang



nyaman,



melakukan



modifikasi



lingkungan dengan respon didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan anak tidur jika di gendong dan mengatakan ruangannya nyaman. Diagnosa



ketiga



dilakukan



tindakan



mengobservasi tanda



tanda



perdarahan di dapatkan hasil terlihat petekie di seluruh tubuh, trombosit = 50  



kemudian



menganti



cairan



infus



pump



ringer



laktat



24cc/jam. Menganjurkan untuk banyak minum, dengan hasil data objektif anak tampak menghabiskan susu formula 100ml.    3. Rabu, tanggal 29 September 2021 Diagnosa pertama di lakukan tindakan mengobservasi suhu tubuh dengan hasil S=37,3◦C, kulit merah dan akral hangat, kemudian memberikan injeksi paracetamol, Kemudian tindakan selanjutnya dengan melonggarkan pakaian, mengedukasi teknik relaksasi napas dalam, menganjurkan untuk minum yang banyak. Dengan respon ibu klien mengatakan anak rewel jika di kompres dan ibu mengatakan anak sulit untuk minum pasien juga terlihat rewel. 



Diagnosa ke Dua dilakukan tindakan mengidentifikasi pola tidur dan aktifirtas serta mengidentifikasi penganggu tidur di dapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan anak bisa tidur jika di gendong. Kemudian tindakan selanjutnya



mengatur



posisi



yang



nyaman,



melakukan



modifikasi



lingkungan dengan respon didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan anak tidur jika di gendong dan mengatakan ruangannya nyaman. Diagnosa ke Tiga dilakukan tindakan mengobservasi pendarahan di dapatkan data objektif terlihat petekie di seluruh tubuh, trombosit = 114 kemudian menganti cairan infus pump ringer laktat 24cc/jam. Kemudian menganjurkan untuk banyak minum, dengan hasil data objektif anak tampak menghabiskan susu formula 100ml.   



E. Evaluasi 1. Senin, tanggal 27 September 2021 Diagnosa 1 : ibu pasien mengatakan anaknya masih demam, S:37,4oC Akral teraba hangat, RR : 28x/menit Spo2:



98%. Masalah



hipertermi



belum



N : 118x/menit



teratasi,



intervensi



dilanjutkan. Diagnosa II : Ibu pasien mengatakan selama sakit anak tidurnya kurang