Makalah Sistem Pernafasan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SISTEM PERNAPASAN



Disusun oleh : Friesca Farahdea (195060700111049) Maulidia Nur Saleha (195060700111055) Silvia Hendarti (195060701111046) Pramesti Earli Asyanti (195060719111001)



Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Tahun 2020



KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah biologi yang berjudul Sistem Pernafasan ini tepat waktu. Kami bersyukur atas kelancaran dan kemudahan yang diberikan oleh-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah biologi ini.Makalah Sistem Pernafasan ini membahas tentang sistem pernafasan dan studi kasus mengenai keterkaitan virus corona terhadap penyakit pneumonia, SARS,dan MERS yang diharapkan dapat bermanfaat bagi yang membaca dan mempelajari makalah ini termasuk penyusun. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Prof.Dr.Ir. Qomariyatus Sholihah, Amd.Hyp,ST.,M.Kes.IPU., selaku dosen mata kuliah Biologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.Kami menyadari bahwa makalah yang telah kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna, seperti kata pepatah “Tiada Gading Yang tak Retak” , segala kesempurnaan hanyalah milik Allah. Dengan demikian kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini kedepannya.



Malang, 24 Februari 2020



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ...........................................................................................i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Tujuan................................................................................................. 4 1.3 Manfaat ............................................................................................... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5 2.1 Definisi Sistem Pernapasan ................................................................. 5 2.2 Organ Sistem Pernapasan .................................................................... 6 2.3 Mekanisme Sistem Pernapasan ............................................................ 8 2.4 Gangguan Sistem Pernapasan ............................................................ 16 BAB III ISI ........................................................................................................ 23 3.1 Deskripsi Studi Kasus ....................................................................... 23 3.2 Definisi Kasus ................................................................................... 24 3.3 Coronavirus ...................................................................................... 25 3.4 Aspek Klinis ..................................................................................... 27 3.5 Manajemen Klinis ............................................................................ 27 BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 30 4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 30 4.2 Saran................................................................................................. 30 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 32 INDEKS............................................................................................................. 34



ii



BAB I PEMBUKAAN 1.1 LATAR BELAKANG Sistem pernapasan adalah sistem yang sangat berpengaruh dalam proses metabolisme tubuh dan sangat penting untuk kehidupan manusia. Selain itu, sistem pernafasan adalah sistem organ yang memenuhi oksigen dalam tubuh. Fungsi dari pernafasan adalah menjamin ketersiadiaan oksigen bagi kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh serta mengeluarkan karbondioksida hasil metabolisme sel (Somantri, 2008). Proses sistem pernapasan yaitu dimulai dari pengambilan oksigen (O2) dari udara bebas pada saat menarik napas. Selanjutnya oksigen tersebut melewati saluran napas (bronkus) dan hingga ke dinding alveoli (kantong udara). Pada saat di alveoli, oksigen akan ditransfer ke pembuluh darah yang didalamnya terdapat aliran sel-sel darah merah untuk dibawa ke selsel di berbagai organ didalam tubuh sebagai energy dalam proses metabolisme tubuh.Setelah terjadi metabolisme, sisa-sisa metabolisme terutama karbondioksida (CO2) akan ditransfer darah untuk dibuang kembali ke udara luar (bebas) melalui paru-paru pada saat membuang napas. (Saminan, 2016) Saluran-saluran udara yang dilalui oleh oksigen dan karbon dioksida, bukanlah sekadar terowongan lalu lintas udara. Saluran-saluran tersebut memiliki peran sebagai salah satu front terdepan mekanisme pertahanan dalam tubuh manusia. Paru-paru mempunyai permukaan yang terekspos pada dunia luar, yang wilayahnya jauh lebih luas daripada bagian tubuh lain, termasuk kulit. Sehingga saluran pernapasan harus memiliki fungsi untuk mengusir kotoran, debu, tungau, dan bakteri yang berasal dari benda-benda asing yang dapat merugikan lainnya. Mantel lender yang sudah mengental atau biasa disebut dahak di saluran pernapasan maka akan mengalami penghambatan aliran udara keluar yang mencakup semua penyakit saluran napas yang ciri-cirinya seperti penyumbatan (obstruksi) bronki disertai pengembangan mukosa (uden) dan sekresi dahak (Spuntum) berlebihan. Selama manusia bernapas biasa, sebagian kerja yang diproduksi oleh otot-otot respirasi digunakan untuk mengembangkan paru-paru. Sebagian kecil, beberapa persen dari total yang di proses digunakan dalam mengatasi airway resistance. Tetapi pada pernapasan yang sangat berat, bila udara harus 1



mengalir melalui saluran napas dengan kecepatan sangat tinggi dengan proporsi kerja yang lebih besar digunakan dalam mengata airway resitance. Compliance work



dan tissue



resistance work akan dikembangkan oleh penyakit-penyakit yang mengakibatkan fibrosis paru, sedangkan airway resistance work akan bertambah oleh berbagai penyakit yang menimbulkan sempitnya saluran napas. (Saminan, 2016) Secara garis besar sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur yaitu pernapasan dalam (internal) dan pernapasan luar (eksternal). Pernapasan luar adalah proses pertukaran gas antara darah dan atmosfer sedangkan pernapasan internal adalah proses pertukaran gas antara darah sirkulasi dan sel jaringan. Pernapasan dalam berlangsung didalam sistem tubuh. Struktur utama dalam sistem pernafasan adalah saluran udara pernapasan, yang terdiri dari pernapasan atas dan bawah , serta paru.Saluran pernapasan atau tractus respiratorius adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi untuk lintasan dan menjadi tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan. Saluran pernapasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus.Dalam proses bernapas, udara melewati beberapa organ pernapasan, mulai dari hidung, faring, dan laring, organ-organ tersebut merupakan termasuk pernapasan atas. Lalu, untuk pernapasan bagian bawah meliputi trakea, bronkus dan terakhir menuju paru-paru. Saluran napas di trakea merupakan jalur keluar masuknya udara menuju paru-paru. Pada orang dewasa berkisar umur 20 tahun keatas, panjang trakea sekitar 9-11 cm tergantung panjang pendeknya trakea pada setiap individu, kurang lebih 2 cm diameter trakea di setiap individu. (Sri Pujiyanto, 2008) (Molenaar, 2014) Sistem pernapasan memegang banyak peranan penting yang secara garis besar dibagi menjadi 2 fungsi yaitu respirasi dan non-respirasi.Respirasi adalah proses pembakaran (oksigen) zat-zat makanan (glukosa) di dalam sel-sel tubuh dengan memerlukan oksigen dan enzim. Sedangkan, fungsi respirasi pada pembahasan kali ini memiliki arti proses memasukan oksigen dari luar tubuh ke bagian dalam tubuh yang digunakan dalam proses lebih lanjut dalam metabolisme sel. Karena fungsinya tersebut, sistem pada bagian ini selalu terpapar terhadap dunia luar sehingga sistem ini rentan untuk mengalami gangguan.Secara garis besar gangguan pada sistem respirasi dibagi dalam 2 kelompok,yaitu penyakit paru restriktif dan paru obstruktif yang gangguan tersebut masih banyak dibagi dalam beberapa kelompok kecil. Namun meskipun gangguan pada sistem respirasi sangat 2



rentan terhadap manusia, tingkat kewaspadaan warga Indonesia masih relatif rendah. Mungkin disebabkan oleh gejala-gejala yang dianggap biasa atau sepele seperti sesak nafas dan batuk oleh masyarakat. (Saminan, 2016)Gangguan sistem pernapasan adalah penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas. Gangguan saluran pernapasan lebih sering menyerang sistem organ tubuh manusia daripada organ tubuh lain, dikarenakan saluran pernapasan sangat rentan terhadap penyakit atau bakteri. Infeksi yang biasa dialami pada tubuh manusia yaitu mulai flu biasa dengan gejala ringan sampai infeksi yang sudah lebih parah yaitu pneumonia berat.Gangguan pernapasan tersebut disebabkan oleh beberapa banyak hal seperti polusi, keadaan lingkungan yang kotor atau kurang sehat, asap rokok, dan makanan yang dikonsumsi. (Vivi, 2018) Dewasa ini, terdapat virus yang menyerang sistem pernapasan manusia, virus tersebut bernama Coronavirus (CoV). Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari penyakit gejala ringan samapi berat. Terdapat dua jenis coronavirus yang diketahui mengakibatkan penyakit yang menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Novel coronavirus (nCoV) adalah virus jenis baru yang belum pernah ditemukan virus ini didalam tubuh manusia. Virus corona adalah zoonoziz (ditularkan antara hewan dengan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak (civets cats) ke manusia dan MERS-CoV dari unta ke manusia. Beberapa coronavirus dikenal hanya beredar pada hewan saja dan tidak menginfeksi manusia. (Novie, 2016) Virus Corona pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, China. Pasar Huanan, Wuhan merupakan tempat penyebaran utama virus ini. Awal mula kemunculan virus ini diduga berasalsatwa liar yang diperjualbelikan secara non-ilegal. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dialami masyarakat yang terjangkit infeksi sebagian besar yaitu demam, dengan kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru-paru.manifestasi klinis biasanya terjadi dalam 2 hari sampai 14 hari setelah terkena paparan virus tersebut. Menurut hasil penyelidikan awal, penyakit ini umumnya ditemukan yang memiliki riwayat bekerja, menangani, atau pengunjung yang sering berkunjung ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan. Sampai saat ini, penyebab penularan masih belum diketahui secara pasti. (drg. Vensya, 2019) 3



1.2 TUJUAN Berikut adalah tujuan dari makalah ini a. Untuk mengetahui sistem pernapasan manusia b. Untuk mengetahui tentang mekanisme sistem pernapasan c. Untuk mengetahui gangguan-gangguan yang terjadi pada sistem pernapasan



1.3 MANFAAT Berikut adalah manfaat dari makalah ini a. Mengetahui sistem pernapasan manusia b. Mengetahui mekanisme sistem pernapasan manusia c. Mengetahui gangguan-gangguan yang terjadi pada sistem pernapasan



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI SISTEM PERNAPASAN Respirasi atau sistem pernafasan adalah peristiwa dimana terjadi pengambilan oksigen (O2) kemudian pengeluaran karbondioksida hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Proses pernafasan dimulai dengan pergerakan udara dari luar yang mengandung oksigen (O2) ke dalam paru-paru dan menghembuskan udara yang banyak mengandung karbodioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi ke luar dari tubuh,serta pertukaran karbodioksida antara darah dan atmosfer (Syaifuddin, 1996). Sel tubuh membawa oksigen dari respirasi sel untuk memproduksi ATP atau energi yang akan dibutuhkan manusia untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.Sistem respirasi dibagi menjadi dua yaitu sistem respirasi atas dan system respirasi bawah.Bagian organ yang bekerja pada sistem respirasi atas adalah bagian luar rongga yaitu, hidung , rongga hidung, faring, laring, dan trakea atas. Sedangkan bagian organ yang bekerja pada sistem respirasi atas adalah bagian dalam rongga dada yaitu trakea bawah dan paru-paru ,termasuk pembuluh bronchial dan alveoli serta membran pleura dan otot respirasi. Respirasi dibagi menjadi dua yaitu respirasi luar dan dalam. Respirasi luar yaitu pertukaran antara oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara. Sedangkan respirasi dalam yaitu pertukaran oksigen dan karbondioksida dari aliran darah ke sel-sel tubuh.(Gregory,2017) Cara pengambilan nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dibagi menjadi dua yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Proses pernafasan dada terjadi dengan adanya kontraksi atau mengerutnya otot antar tulang rusuk luar kemudian tulang rusuk terangkat ke atas sehingga rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.Sedangkan proses pernafasan perut terjadi ketika otot diafragma perut mengalami kontraksi sehingga diafragma menjadi datar. Kemudian volume rongga menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada sehingga udara masuk ke paru-paru.



5



2.2 ORGAN SISTEM PERNAPASAN a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis) Hidung terdiri dari bagian eksternal dan bagian internal. Pada hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang yang berupa tulang dan hyaline kartilago yang terbungkus oleh otot



dan



kulit.



Hidung



bagian



eksternal



ini



berfungsi



untuk



menghangatkan,melembabkan,dan menyaring udara yang masuk,mendeteksi stimulasi olfaktori atau indra pembau, serta memodifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi yang besar dan bergema. Hidung bagian internal berupa ruangan besar pada anterior tengkorak atau inferior pada tulang hidung yang dibatas oleh otot dan membrane mukosa. Udara dari luar masuk melalui rongga hidung. Rongga hidung memiliki selaput lendir yang didalamnya ada kelenjar minyak atau kelenjar sebasea dan kelenjar keringat atau kelenjar sudorifera yang akan menangkap benda asing yang dibawa oleh udara yang masuk saluran pernafasan. Rongga hidung juga memiliki rambut pendek dan tebal yang akan menyaring partikel kotoran yang masuk . Selain itu, rongga hidung juga memiliki konka yang didalamnya ada banyak kapiler darah yang akan menghangatkan udara yang masuk. Di sebelah belakang rongga hidung terhubung oleh nasofaring melalui dua lubang yaitu choanae. Permukaan rongga hidung memiliki rambut-rambut halus dan selaput lendir untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.(Gregory,2017) b. Faring (tenggorokan) Faring berupa saluran yang berbentuk corong yang berukuran panjang 13 cm. Dindingnya tesusun oleh otot rangka dan dibatasi membrane mukosa. Proses respirasi pada faring dimulai dari masuknya udara yang datang dari rongga hidung.Ada dua saluran pada faring yaitu saluran pernafasan (nasofarings) yang berada di bagian depan dan saluran perncernaan (orofarings) yang berada di bagian belakang. Pada bagian belakang faring terdapat pita suara (pita vocalis) yang berada di laring atau tekak. Ketika udara masuk faring , pita suara akan bergetar dan menghasilkan suara. (Gregory,2017) c. Batang tenggorokan (trakea) Tenggorokan adalah saluran udara yang berupa pipa berukuran kurang lebih 10 centimeter.Tenggorokan terletak di sebagian besar leher dan sebagian lainnya berada di rongga dada (torak). Tenggorokan berongga silia. Dalam proses respirasi , silia-silia tersebut menyaring benda-benda asing yang dibawa udara masuk ke saluran 6



pernafasan.Trakea bercabang menjadi dua cabang bronkus . Bronkus akan bercabangcabang Bronkiolus di dalam paru-paru. Pada ujung Bronkiolus terdapat gelembunggelembung kecil yang bernama Alveolus. Alveolus berfungsi sebagai tempat pertukaran udara antara oksigen dan karbondioksia. Alveolus akan menyerap oksigen dari udara yang melalui bronkiolus dan mengalirkan ke dalam darah.Sedangkan karbondioksida mengalir dari darah ke Alveolus untuk dihembuskan keluar.(Gregory, 2017) d. Bronkus Bronkus merupakan saluran nafas yang terbentuk dari belahan dua trakea.Struktur bronkus sama seperti trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.Arah bronkus ke bawah dan samping menuju paru-paru dan bercabang menjadi dua ,yaitu bronkus kanan atau bronkus primer dan bronkus kiri yang menuju paru-paru. Bronkus kanan berdiameter lumen lebih lebar daripada lumen bronkus kiri,ukuran lebih pendek dan posisi lebih vertikal. Bronkus kiri memiliki ukuran lebih panjang dan diameter lumennya lebih sempit.Cabang utama bronkus kanan dan kiri memiliki cabang bronkus lobaris,kemudian menjadi lobus segmentalis. Bronkus lobaris bercabang lagi menjadi bronkus yang lebih kecil dengan ujung cabangnya yang disebut bronkiolu. Bronkus berfungsi untuk menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru. Bronkus primer bercabang menjadi 3 cabang bronkus lobaris atau bronkus sekunder. Bronkus sebelah kiri bercabang menjadi 2 cabang bronkiolus. Di ujung cabang-cabang yang paling kecil terdapat gelembung-gelembung alveolus yang dindingnya mengandung kapiler darah. Di kapilerkapiler darah ini terjadi difusi oksigen dan udara ke dalam darah.(Novia,2013) e. Bronkiolus Bronkiolus memasuki lobulus paru dan memiliki 5 sampai 7 cabang bronkiolus terminalis. Bronkiolus terminalis adalah saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli. Garis tengah bronkiolus kurang lebih 1 mm. Bronkiolus dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara dimulai dari bronkus sampai bronkiolus terminalis merupakan saluran penghantar udara karena menyalurkan udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.(Novia,2013). f. Alveolus Alveolus berupa gelembung-gelembung udara yang terdiri atas satu lapis sel epitelium pipih. Dinding alveolus tipis,lembap,dan lekat dengan kapiler-kapiler darah. Darah pada 7



alveolus hampir bersentuhan langsung dengan udara. Alveolus memperluas daerah permukaan yang berperan dalam pertukaran gas oksigen dari udara bebas ke sel-sel darah dan karbon dioksida dari sel-sel darh ke udara. Proses pertukaran gas pada alveolus terjadi di permukaan membran alveolaris. Darah yang kaya karbondioksida dipompa dari seluruh tubuh ke dalam pembuluh darah alveolaris dimana melalui difusi ,melepaskan karbon dioksida dan menyerap oksigen.(dr.Kadek Agus Heryana Putra,Sp.An,2016) g. Pangkal tenggorokan (laring) Laring atau kotak suara merupakan penghubung untuk faring dan trakea. Pada laring , terdapat pita suara dan katup epiglotis yang memisahkan saluran makanan dengan saluran udara. Laring terletak di belakang faring. Laring tersusun atas 9 susunan tulang rawan atau kartilago yang berbentuk kotak. Fungsi utama laring adalah untuk melindungi jalan nafas atau udara dari faring ke saluran napas lainnya dan sebagai tempat keluar masuknya udara . Faring juga merupakan pembentuk suara atau penghasil sebagian besar suara untuk berbicara dan bernyanyi.(Gregory,2017) h. Paru-paru (pulmo) Ada dua bagian paru-paru ,yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) dan paru-paru kiri(pulmo sinister). Paru-paru kanan terdiri atas 3 lobus yaitu,lobus atas ,tengah, dan bawah,sedangkan paru-paru kiri terdiri atas 2 lobus, yaitu lobus bawah dan atas. Paru-paru dibungkus oleh 2 selaput pleura yang tipis. Pleura bagian dalam yang menyelimuti paruparu secara langsung disebut pleura dalam (pelura viscelaris) dan pleura bagian luar yang menyelimuti rongga dada disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun atas bronkiolus, alveolus, jaringan elastik dan pembuluh darah. Dalam proses respirasi, paruparu mengendalikan pernafasan secara kimiawi oleh kadar CO2 serta darah dan dikontrol oleh syaraf.(Novia,2013)



2.3 MEKANISME SISTEM PERNAPASAN Saliran pernapasan pada manusia terdiri dari rongga hidung, faring, laring, trakhea, bronkus, bronkiolus, dan alveolus. Pernapasan pada manusia dapat dibagi menjadi dua, yaotu pernapasan dalam dan pernapasan luar, hal ini ditinjau dari tempat terjadinya petukaran gas. Pernapasan dalam adalah proses pernapasan pada manusia yang melibatkan pertukaran oksigen dan karbondioksida antar sel jaringan tubuh dan darah dalam kapiler. 8



Sedangkan pernapasan luar adalah proses pernapasan pada manusia yang melibatkan pertukaran udara antara darah dalam kapiler dan udara dalam alveolus. (dr. Tjokorda, 2017) a. Jika ditinjau dari organ-organ yang terlibat dalam sistem pernafasan, mekanisme pernafasan dibedakan menjadi dua yaitu, pernafasan dada dan pernafasan perut. (a) Pernapasan Dada Pada saat terjadinya pernafasan dada, otot dalam tubuh yang berperan penting adalah otot antar tulang rusuk. Otot tulang rusuk sendiri dibedakan menjadi dua yaitu otot tulang rusuk luar yang berfungsi untuk mengangkat tulang-tulang rusuk dan otot tulang rusuk dalam yang berfungsi untuk mengembalikan posisi tulang rusuk ke semula. Pernafasan dada terjadi saat otot antar tulang rusuk berkontraksi sehingga menyebabkan tulang rusuk terangkat dan rongga dada membesar. Terjadinya pengembangan rongga dada menyebabkan paru-paru mengembang karena tekanan dalam rongga dada mengecil. Pada saat paru-paru mengembang, udara akan masuk karena tekanan udara di luar lebih besar daripada tekanan di dalam paru-paru. Sebaliknya, ekpirasi pernapasan dada terjadi ketika tulang rusuk turun saat otot antar tulang rusuk berelaksasi, akibatnya volume rongga dada mengecil dan tekanan di dalam paru-paru membesar. Pada saat keadaan ini paru-paru mengempis sehingga udara keluar. (dr. Tjokorda, 2017) (b) Pernapasan Perut Pernapasan perut terjadi saat otot diafragma berkontraksi. Hal ini menyebabkan paru-paru mengembang dan rongga dada membesar sehingga udara dapat masuk ke dalam paru-paru. Sebaliknya, ketika otot diafragma berelaksasi diafragma akan kembali ke keadaan semula. Hal ini menyebabkan rongga dada mengecil dan paru-paru mengempis. Akibatnya udara akan keluar dari paru-paru. (dr. Tjokorda, 2017) b. Volume dan kapasitas paru-paru Kapasitas paru-paru adalah kemampuan penampugan udara di dalam paru-paru pada saat melakukan pernapasan. Pada paru-paru manusia volume dibedakan menjadi empat volume paru utama yaitu:



9



(a) Volume tidal Volume tidal adalah volume udara yang dapat masuk dan keluar ke dalam paruparu manusia pada saat melakukan pernapasan biasa. Pada rata-rata orang dewasa volume tidal normalnya adalah 500 cc. (Arief, 2016) (b) Volume cadangan ekpirasi Volume cadangan ekspirasi adalah volume udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru-paru secara maskimal setelah melakukan ekspirasi normal. Besarnya volume cadangan ekspirasi mencapai 1100 cc. (Arief, 2016) (c) Volume cadangan inspirasi Volume cadangan inspirasi adalah volume udara yang masih dapat dimasukkan ke dalam par-paru secara maksimal setelah melakukan inpirasi normal. Besarnya volume cadangan inpirasi mencapai 3000 cc. (Arief, 2016) (d) Volume residu Volume residu adalah volume udara yang tetap berada di dalam paru-paru setealh melakukan ekspirasi dengan maksimal. Volume residu besarnya mencapai 1200 cc. (Arief, 2016) c. Kapasitas Paru-Paru merupakan volume dari beberapa gabungan volume paruparu.Kapasitas paru dibagi menjadi: (a) Kapasitas inpirasi Kapasitas inpirasi adalah jumlah udara yang dapat dihirup sampai paru-paru mengembang dengan maksimum setelah melakukan ekspirasi normal. Total dari kapasitas inpirasi mencapai 3500 cc, didapat dari jumlah volume tidak ditambah dengan volume cadangan inspirasi. (Wirya, 2016) (b) Kapasitas residu fungsional Kapasitas residu fungsional adalah jumlah total udara yang tersisa di dalam paruparu setelah melakukan ekpirasi normal. Total kapasitas residu fungsional mencapai 2300 cc, yaitu jumlah hasil volume residu di tambah dengan volume cadangan ekpirasi. Kapasitas residu fungsional pada pria berbeda dengan wanita. Pada pria kapasitas residu fungsional mencapai 2200 cc sedangkan pada wanita mencapai 1800 cc. (Wirya, 2016)



10



(c) Kapasitas vital Kapasitas vital disebut juga dengan jumlah udara maksimum yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan sebanyak-banyaknya setelah mengisi paru-paru secara maksimum. Total kapasitas vital mencapai 4600 cc yang didapat dari jumalh total volume cadangan inspirasi dengan volume tidal serta volume cadangan ekspirasi. Kapasitas vital pada pria berbeda dengan wanita. Pada pria mencapai 4800 cc sedangkan pada wanita mencapai 3100 cc. (Wirya, 2016) (d) Kapasitas paru-paru total Kapasitas paru-paru total adalah volume maksimal yang dapat mengembangkan paru-paru hingga maksimal setalah melakukan inspirasi dengan kuat. Kapasitas paruparu total mencapai 5800cc. Total ini didapat dari jumlah kapasitas vital dengan volume residu. Kapasitas paru-paru total pria mencapai 6000 cc sedangakan pada wanita mencapai 4200 cc. (Wirya, 2016) d. Terdapat dua mekanisme neural terpisah bagi pengaturan pernafasan. (a) Mekanisme yang berperan pada kendali pernafasan volunter. Sistem pernapasan volunter terdapat pada corteks cerebri yang mengirimkan impuls ke neuron motorik melalui traktus kortikospinal. Corteks cerebri berperan penting dalam mengendalikan pernapasan seperti menahan napas pada saat berbicara dan makan. Kontrol volunter pernapasan menghantarkan impuls pada neuron motorik respiratordari medulla spinalis yang mengakomodasi kegiatan berbicara dan makan sehingga manusia dapat mengatur pernapasan saat berbicara dan makan. (Gregory, 2017) (b) Mekanisme yang mengendalikan pernafasan otomatis. Sistem pengendalian pernapasan otomatis ini terletak di medulla oblongata yang berperan dalam pernapasan automatik atau spontan dan terletak pada batang otak, pons yang terdiri dari 2 pusat pernapasan yaitu apeneutik terletak pada dipormasio retikularis pons bagian bawah untuk mengkoordinasi antara inspirasi dan ekspirasi, serta terdapat eferen dari sistem otomatis ini dikeluarkan di rami alba spinalis yang terdapat pada antara bagian lateral dan ventral jaras kortikospinal. Impuls inspirasi yang telah diteruskan oleh serat saraf akan berkumpul pada neuron motoric N. Phrenicus pada kornu ventral C3-C5serta neuron motorik intercostales externa yang 11



terletak pada sepanjang segmen torocal medulla. Kemudian impuls ekspirasi akan dibawa oleh serat saraf yang sepanjang segmen toracal medulla bersatu pada neuron motorik intercostales interna. (Gregory, 2017)Apabila neuron inspirasi telah diaktifkan, maka otot ekspirasi akan dihambat oleh neuron motorik, dan begitu pula sebaliknya. Jaras descendens merupakan peran utama pada persarafan timbal balik yang dibantu dengan reaksi refleks spinal. Otot agonis akan terangsang sehingga akan menghambat otot antagonis karena kerja impuls yang melalui jaras descendens. Pada inhibisi timbalbalik terdapat beberapa aktifitas kecil pada akson N.Phrencus dalam jangka waktu singkat setelah proses inspirasi. Pernafasan yang halus akan dihasilkan dari keluaran pasca inspirasi yang diredam daya rekoil elastik jaringan paru. (Gregory, 2017) e. Pengendalian kimiawi pernafasan Volume pernapasan yang terdapat pada manusia berbanding lurus dengan laju metabolisme, dan penghubung yang menghubungkan anatara ventilasi dan metabolisme bukanlah O2 melainkan CO2. Mekanisme dari pengaturan kimiawi pernapasan sendiri sedemikian rupa akan menyesuaikan dengan ventilasi sehingga PCO2 alveoli akan bertahan tetap pada keadaan normal. Pada saat PO2 mengalami penurunan pada tingkat yang tinggi, maka PO2 akan ditingkatkan oleh H+ yang berlebih. Adanya peningkatan PCO2 ataupun konsentrasi H+ yang terjadi pada arteri atau oleh penurunan PO2 akan merangsang reseptor yang ada pada glomus karotikum dan aortikum. Selanjutnya, respon penurunan PO2 akan menghilang setelah terjadinya denevasi kemoreseptor karotikum kemudian dengan adanya denervasi glomus karotikum ini, pada pusat pernafasan akan terjadi penekanan langsung yang disebabkan dari efek utama hipoksia. Hal ini juga mengakibatkan respon perubahan konsentrasi darah arteri dengan pH yang berkisar antara 7,3-7,5 juga akan menghilang, walaupun perubahan tersebut dapat menimbulkan efek. (dr. Tjokorda, 2017) (a) Kemoreseptor dalam batang otak Kemoreseptor yang ada pada batang otak adalah kemoreseptor yang berperan dalam perantara terjadinya hiperventilasi. Kemoreseptor ini bekerja pada saat terjadinya peningkatan PCO2 darah arteri setelah glomus karotikum dan aortikum didenervasi. Reseptor ini terletak pada permukaan ventral medulla oblongata dan terletak terpisah dari neuron respirasi baik dorsal maupun ventral. Kemoreseptor batang otak juga memantau cairan interstisiel otak dan konsentrasi H+ yang berada 12



didalam LCS . H+ dan HCO3- memiliki kecepatan yang lebih lambat jika diandingkan dengan H+ pada saat menembus membran, termasuk sawar darah otak. Kemudian CO2 yang telah memasuki otak akan segera dihidrasi oleh LCS. Konsentrasi H+ lokal akan meningkat ketika H2CO3 berdisosiasi, dan cairan konsentrasi H+ akan setara dengan PCO2 darah arteri. (dr. Tjokorda, 2017) (b) Respons pernafasan terhadap kekurangan oksigen Terjadinya peningkatan volume pernafasan semenit disebabkan karena terjadinya penurunan kandungan O2 udara inspirasi. Perangsangan pada pernafasan akan ringan selama PO2 masih berada diatas 60 mmHg, sedangkan saat PO turun lebih rendah akan mengakibatkan perangsangan ventilasi yang kuat. Adanya



penurunan PO2 arteri



hingga mencapai dibawah 100 mmHg akan menghasilkan peningkatan lepas muatan dari kemoreseptor karotikum dan aortikum.kenaikan ventilasi tidak ditimbulkan oleh peningkatan pelepasan impuls sebelum PO2 turun menjadi lebih rendah dari 60mmHg, hal ini terjadi pada individu normal karena Hb merupakan asam yang lebih lemah jika dibandingkan dengan HbO2, hal ini menyebabkan hemoglobin kurang tersaturasi dan PO2 darah arteri berkurang sehngga akan terjadi sedikit penurnan H+dalam darah arteri yang menghambat pernafasan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efek perangsangan hipoksia tidak akan terjadi sebelum rangsang hiposia cukup kuat untuk melawan efek inhibisi dari penurunan konsentrasi H+ dan PCO2 darah arteri. (dr. Tjokorda, 2017) (c) Pengaruh H+ pada respons CO2 Pada pernafasan ,pengaruh perangsangan H+ dan CO2 bersifat aditif dan saling berkaitan dengan kompleks, serta berbeda halnya dari CO2 dan O2. Sekitar 60% kemungkinan dapat terjadi karena pengaruh CO2 pada konsentrasi H+ cairan interstitial otak. Dan 40%



respons CO2 dicegah apabila ventilasi terhadap CO2



dihilangkan saat terjadinya peningkatan H+ darah arteri. (dr. Tjokorda, 2017) f. Pengangkutan oksigen ke jaringan Didalam tubuh manusia terdapat sistem pengangkutan oksigen yang terdiri atas sistem kardiovaskuler dan siste paru-paru. Jumlah oksigen yang diterima oleh paru bergantung pada pengangkutan oksigen yang menuju jaringan tertentu, begitu juga dengan adanya pertukaran gas yang terjadi dalam paru dan aliran darah yang menuju jaringan serta 13



kapaitas darah yang mengangkut oksige. Semua hal tersebut akan bergantung dengan pengangkutan oksigen menju jaringan tertentu yang berada dalam tubuh. Jumlah oksigen yang larut, afinitas hemoglobin terhadap oksigen, serta jumlah hemoglobin dalam darah akan menentukan jumlah oksigen yang ada didalam darah. (Gregory, 2017) (a) Reaksi hemoglobin dan oksigen Pada sistem pernafasan, hemoglobin akakn berperan sebagai penkatan O2 dan membawa O2. Hemoglobin merupakan protein yang terbentuk dari bebrapa sub unit, yang masing-masing dari sub unit tersebut mengandung gugus heme dan melekat pada sebuah rantai polipeptida. Pada umumnya, hemoglobin mengandung 2 rantai alfa dan dua rantai beta, hal ini biasa ditemuka pada seseorang dewasa normal. Heme sendiri merupakan gabungan kompleks yang dibentuk dari satu atom besi fero dan suatu porfirin. Setiap satu molekul O2 akan diikat oleh keempat atom besi secara reversibel. Hal ini akan menyebabkan atom besi akan tetap berada dalam bentuk yang sama yaitu fero, sehingga seaksi pengikatan O2 bukan merupakan oksidasi, namun reaksi pengikatan ini merupakan reaksi oksigenisasi. Pada reaksi yang terjadi antara pengikatan hemoglobin dengan O2 biasa ditulis sebagai Hb + O2 ↔ HbO2. Molekul hemoglobin dapat dinyatakan sebagai Hb4 karena pada setiap molekulnya mengandung empat unit Hb, dan saat bereaksi dengan O2 akan membentuk Hb4O8. Hb4 + O2 ↔ Hb4O2 Hb4O2 + O2 ↔ Hb4O4 Hb4O4 + O2 ↔ Hb4O6 Hb4O6 + O2 ↔ Hb4O8 Reaksi yang terjadi tersebut berlangsung secara cepat, membutuhkan waktu kurang dari 0,01 detik. (Gregory, 2017) (b) Pertukaran oksigen dan carbondioksida dalam sistem pernapasan Oksigen yang dibutuhkan manusia akan masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi alveolus dengan difusi. Setetah itu, hemoglobin akan mengikat sebagian besar oksigen untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh. Hemoglobin adalah senyawa yang tersusun dari hemin dan mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein, hemoglobin merupakan senyawa yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit.



14



Pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat ditinjau menurut persamaan reaksi berikut ini : Hb4 + O2 4 Hb O2(oksihemoglobin) memiliki warna merah jernih (Gregory, 2017) Reaksi pengikatan oksigen oleh hemoglobin diatas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2), perbedaan kadar O2 dalam jaringan. Tekanan O2 dalam udara inspirasi dipengaruhi oleh proses difusi oksigen ke dalam arteri demikian juga difusi CO2 dari arteri. Tekanan oksigen yang berada di lingkungan lebih tinggi dari pada tekanan oksigen yang berada dalam alveolus paru-paru. Hal itu menyebabkan oksigen dapat masuk ke paru-paru secara difusi.Selanjutnya, O2 akan mengalir melalui vena pulmonalis dan menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir melalui arteri sistemik menuju ke jaringan tubuh, selain itu O2 ini akan dipergunakan di dalam jaringan. CO2 akan mengalir melalui vena dari jaringan menuju ke jantung. Tekanan CO2 di jaringan, lebih tinggi dibandingkan vena. Dari jantung, CO2 mengalir melalui arteri pulmonalis. CO2 akan dilepaskan ke udara bebas melalui arteri pulmonalis. (Gregory, 2017) Pengangkutan C02 keluar dari tubuh, pada umumnya berlangsung menurut reaksi kimia berikut: a) 02 + H20 Þ (karbonat anhidrase) H2CO3 Pada umumnya setiap liternya, darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO2 yang dapat mempengaruhi perubahan pH pada darah menjadi 4,5. Hal tersebut disebabkan karena terbentuknya asam karbonat. Ada 3 proses yang dapat dilaksanaka dalam pengangkutan CO2 yakni karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase. Proses ini memerlukan 7% dari seluruh C. (Gregory, 2017) b) Karbomino hemoglobin yang mengikat karbo dioksida pada hemoglobin. Reaksi ini membutuhkan 23% dari seluruh CO2. (Gregory, 2017) c) Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai pertukaran klorida yang membutuhkan 70% dari seluruh CO2. Reaksinya adalah sebagai berikut. (Gregory, 2017) CO2 + H2O Þ H2CO3 Þ H+ + HCO-3



15



Gejala asidosis dapat disebabkan karena adanya gangguan terhadap pengangkutan CO2 karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut terjadi karena keadaan Pneumoni. Begitupun sebaliknya, gejala akalosis akan muncul ketika terjadi akumulasi garam basa dalam darah. (Gregory, 2017)



2.4 GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN a. Gangguan pada Saluran Pernapasan (a) Disebabkan oleh infeksi a) Faringitis Faringitis merupakan gangguan pada system pernapasan yang berupa terjadinya infeksi pada mukosa dan struktur limfa pada faring. Faringitis biasa disebabkan oleh virus dan bakteri . Virus penyebab faringitis yaitu adeno virus, ECHO virus, influenza dan herpes. Sedangkan bakteri penyebab faringitis yaitu bakteri Sreptokokus β haemolitikus group A. Selain itu juga bisa disebabkan oleh faktor faktor lain yang mendukung seperti misalnya asap, uap, dan zat kimia. Penyakit faringitis dapat menular melalui semburan ludah si penderita. Gejala gejala yang timbul dari seseorang yang mengidap penyakit ini yaitu seperti lemas, anoreksia, temperature tubuh naik, sulit menelan, suara serak, kaku dan nyeri pada otot leher, faring merah, tonsil membesar, dan leukosit tinggi. Untuk mendiagnosa pasien yang mengalami penyakit ini dapat dilakukan pemeriksaan pada suhu tubuh. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan pada beberapa organ tubuh seperti tenggorrokan, sinus, telinga, hidung, paru-paru, dan leher. Dalam pengobatan faringitis yang disebabkan oleh bakteri, pasien dapat diberi terapi penisilin. Jika pasien tersebut alergi terhadap penisilin maka sebagai penggantinya yaitu diberi obat bernama eritromisin.sedangkan dalam pengobatan faringitis yang disebabkan oleh virus maka penderita diberikan aspiria, acetominipher. Selain dengan pemberian obat diatas, pasien juga dianjurkan untuk beristirahat yang cukup, mengonsumsi cairan yang banyak, tidak minum minuman dingin dan minuman yang mengandung alcohol, berkumur menggunakan cairan NaCL setiap 2 sampai 3 jam sekali untuk mengurangi rasa nyeri pada tenggorokan (N.Minasari,2008) 16



b) Difteri Difteri merupakan penyakit pada system pernapasan yang disebabkan oleh bakteri basil gram positif Corynebacterium diphteriae. Penularan penyakit ini yaitu melalui kontak dengan karier atau pasien yang terinfeksi melalui berbagai cara sepert batuk, bersin, maupun kontak langsung saat berbicara. Difteri biasanya menyerang organ pernapasan seperti hidung, faring, dan laring.Difteri diawali dengan masuknya bakteri Corynebacterium diphteriae yang terinkubasi selama 24 hari yang nantinya akan menghasilkan toksin. Dengan berjalannya waktu produksi toksin ini akan memicu timbulnya eksudat pseudomembran dengan komponen fibrin. Pseudomembran ini awalnya berwarna putih lama kelamaan berwarna abu abu gelap disertai bintik hjau yang menunjukkan nekrosis. Toksin yang dihasilkan akan di distribusikan ke seluruh tubuh melalui darah dan limfa akbanya organ atau jaringan tubuh dapat mengalami kerusakan. Pada difteri hidung, biasanya ditandai dengan adanya secret hidung mukopurulen. Difteri ini merupakan difteri ringan karena kemampuan absorpsi sistematik toksin yang buruk dan dapat diatasi dengan terapi anti-toksin dan antibiotik. Sedangkan pada difteri faring gejala awal yang Nampak yaitu seperti malaise, nyeri tenggorokan, anoreksia, dan demam. Dalam jangka waktu 2-3 hari akan terbentuk membrane yang berwarna putih kebiruan (pseudomembrane) yang akan meluas sehingga menyebabkan obstruksi saluran pernapasan. Apabila toksin ini diserap oleh tubuh dalam jumlah besar maka akan mengakibatkan lemas atau bahkan kematian. Difteri laring terjadi akibat perluasan dari difteri faring. Difteri laring juga sama berbahayanya dengan difteri faring. Penderita difteri dapat diobati



dengan



pemberian



serum



antioksidan



difteri



(ADS)



dan



antibiotik.(Ricky.Suanders,Suarca.I Kadek,2019) c) Tonsillitis Tonsillitis merupakan gangguan system pernapasan yang terjadi karena perkembangan infeksi pada tonsil sebelumnya yang umumnya disebabkan oleh virus herpes simplex, Group A beta-hemolyticus Streptococcus pyogenes 17



(GABHS), Epstein-Barr virus (EBV), sitomegalovirus, adenovirus, dan virus campak. Tonsillitis disebabkan oleh bakteri disebut juga peradangan local primer. Infeksi pada tonsil akan mengakibatkan nyeri saat menelan atau seperti ada yang mengganjal saat menelan. Gejala gejala yang dirasakan penderita tonsillitis yaitu seperti rasa nyeri atau bahkan sakit di tenggorokan dan susah untuk menelan. Selain itu juga rasa tidak enak badan, nyeri kepala demam, nyeri otot dan persendian. Gejala lainnya yaitu pembesaran tonsil disertai dengan permukaannya yang tidak rata sehingga mengakibatkan tenggorokan kering dan napas terasa bau. Tonsillitis dapat diobati dengan cara seperti memberikan antibiotik golongan penisilin



sekurang



kurangnya



selama



10



hari.



(Ricky.Suanders,Suarca.I



Kadek,2019) d) Bronchitis Bronkitis adalah gangguan infeksi pada bronkus. Secara umum bronchitis ini dibagi menjadi dua jenis aitu bronchitis akut dan bronchitis kronis. Bronchitis akut disebabkan oleh infeksi mikroorganisme. Bronchitis akut menyerang organ trakea. Sedangkan bronchitis kronis disebabkan sekresi mucus yang berlebian pada saluran pernapasan dan biasanya disertai dengan batuk. Jika dilihat dari penyebab terjadinya bronchitis dibagi menjadi dua yaitu bronchitis infeksiosa dan bronchitis iritatif. Bronkitis ineksiosa yaitu bronchitis yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Sedangkan bronchitis iritatif yaitu bronchitis yang disebabkan oleh zat atau benda dari luar yang bersifat iridatif misalnya debu, asap, polusi udara, serta rokok.Gejala awal yang timbul dari penderita penyakit brnkitis yaitu seperti batuk yang memiliki lender kental dan terjadi secara terus meneurs, sesak napas, dan suara napas berbunyi yang dikarenakan adanya penyempitan saluran napas. Untuk penatalaksanaan fisioterapi dapat dilakukan berbagai cara berikut seperti sinar infra merah dan chest fisioterapi ( menggunakan tekhnik tapotement, batuk efektif, dan breathing exercise). (Ricky.Suanders,Suarca.I Kadek,2019) (b) Disebabkan oleh non-bakteri a) Rhinitis alergi Rhinitis alergi merupakan penyakit yang disebabkan adanya reaksi alergi pada penderita atopi. Rhinitis dibagi menjadi dua macam berdasarkan sifat 18



berlangsungnya, yaitu intermiten apabila gajala gejala muncul kurang dari 4 hari/minggu dan persiten apabla gejala gejala muncul lebih dari 4 hari/minggu. Sedangkan berdasarkan level keparahannya rhinitis dibagi menjadi dua yaitu rhinitis ringan apabila tidak diemukan gangguan pada tidur, aktifitas harian, dan hal hal lain yang mengganggu dan rhinitis sedang atau berat apabila sampai mengganggu hal hal tersebut. Faktor utama yang terjadi yaitu genetic. Pada rhinitis yang menyerang anak –anak biasanya disertai dengan alergi lain misalnya urtikaria dan gangguan pencernaan. Allergen yang menjadi penyebab rhinitis musiman yaitu serbuk sari atau jamur. Sedangkan allergen pada rhinitis tahunan yaitu debu dan tungau. Gejala gejala klinis yang dialami penderita rhinitis yaitu diantaranya bersin bersin berulang ulang. Bersin dianggap sebuah penyakit apabila terjadi selama 5 kali secara berturut turut. Gejala lainnya yaitu keluar ingus yang cair dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal,dan lubang hidung bengkak. Tanda lainnya yang sebenarnya bukan menjadi ciri khas dari rhinitis yaitu misalnya batuk, sakt kepala, masalah penciuma.pengobatan penderita peyakit ini dapat dilakukan dengan cara berikut seperi dengan melakukan terapi dengan allergen penyebabnya dan eliminasi dan simptomatis. (Ricky.Suanders,Suarca.I Kadek,2019) b) Asma Asma merupakan penyakit inflamasi saluran pernapasan dimana aliran udara dalam saluran pernapasan terganggu. Faktor terbesar yang mempengaruhi perkembangan asma yaitu atopi. Pada manusia faktor penyebab dari asma yaitu debu dan tugau. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor lingkunganseperti perokok aktif maupun pasif. Asma diawali dengan penyempitan saluran pernapasan yang disebabkan oleh kontraksi otot polos, edema pada saluran pernapasan, penebalan dinding slauran pernapasan, dan hipersekresi mucus. Selain hal hal diatas, asma juga dipengaruhi oeh faktor genetic, obesitas, dan jenis kelamin.Gejala gejala yang diderita oleh penderita asma yaitu seperti sesak napas, batuk, dan suara napas terdengar. Pengobatan penderita asma dapat dilakukan dengan cara cara berikut ini seperti pemberian pemahaman mengenai asma, menilai waktu berlangsungnya asma, mengenali dan mengendalikan faktor penyebab, dan memberikan obat 19



jangka panjang dengan mempertimbangkan tiga faktor yaitu medikasi, tahapan pengobatan, dan penanggulangan asma. (Setiawan Kayan,2018) b. Gangguan pada Alveolus atau Paru Paru (a) Disebabkan oleh infeksi a) Pneumonia Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru paru distal yang mengakibatkan onsoidasi jaringan dan ganggua pertukaran gas. Pneumonia dibagi menjadi dua yaitu pneumonia komunitas dan pneumonia nosocomial. Pneumonia kounitas merupakan penuonia yag terjadi dilura rumah sakit dengangan pneumonia nosocomial terjadi lebih dari 2 hari dirawat di rumah sakit selain itu penuomonia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan area paru yang terinfeksi seperti lobar, multilobar, bronchial, dan intertisial. Pneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Umumnya pneumonia komunitas dibsebabkan oleh



bakteri



gram



positif



seperti



Streptococcus



pneumonia,



Mycoplasmapneumonia, Hemophilus influenza, Legionella pneumonia, Chlamydia pneumonia, anaerob oral, adenovirus, dan influenza tipe Adan B. Sedangkan pneumonia nosocomial disebabkan oleh bakteri gram negatif seperti E.coli, Klebsiella pneumonia, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan anaerob oral. Penyerangan pneumonia berhubungan dengan 3 faktor berikut yaitu imunitas, mikroorganisme yang menyerang dan lingkungan. Pada tubuh yang sakit terjadi ketidakseimbangan antara imunitas dan lingkungan sehingga mikrooorganisme dapat tumbuh pada paru paru. Umumnya mikroorganisme dapat menyebar dengan kolonisasi. Bakter berukuran o.5-2 mikron dapat mencapai bronkusul terminal atau alveolus melalui udara selanjutnya terjadi infeksi pada bagain paru paru. Mikroorganisme yang masuk bersama dengan secret bronkus ke alveoli menyebabkan edema atau reaksi radang seluruh alveoli sehingga terjadi perlawanan fagositoseis oleh antibody.Gejala-gejala yang timbul yaitu sperti demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik yang menghasilkan lender atau tidak, baik yang menghasilkan darah atau tidak), sakit dada, dan sesak napas. Penyakit ini dapat diobati dengan melakukan beberapa cara berikut yaitu memberikan 20



antibiotik



tertentu terhadap



mikroorganisme



penginfeksi.



(Artini,I



Gusti



Ayu.Baharirama,Made Virgo,2017) b) Tuberkolosis (TBC) Tuberculosis merupakan penyakit yang menyerang paru paru atau organ lainnya yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini ditularkan oleh penderita TB BTA positif melalui percikan dahak saat batuk atau bersin. Bakteri yang masuk pada paru paru akan berkembang dan membentuk koloni di paru paru. Lokasi pertama disebut Fokus Primer GOHN lalu menyebar melalu saluran limfe.Gejala gejala penyakit yang dirasakan yaitu seperti batuk selama lebih dari 3 minggu dapat disertai dengan darah, demam yang tidak terlalu tinggi dan biasanya berlangsung lama, penurunan nafsu makan, sesak napas, dan sakit dada.(Suharyo,2013) c) SARS-CoV (Severe Acute Respiratory Syndrome-Corrona Virus) SARS merupakan suatu penyakit yang menyerang paru paru, dimana terjadi sebuah peradangan yang diakibatkan oleh virus. SARS ditularkan umumnya melalui binatang. Salah satu virus yang dapat menyebabkan penyait ini yaitu virus corona Penyakit ini digambarkan merupakan salah satu jenis penyakit pneumonia. Cara penularan penyakit ini yaitu melalui kontak langsung dengan penderitanya dengan percikan batuk atau bersin dan penularan melalui udara. Kemunculan penyakit ini dapat didiagnosis melalui hasil CXR dimana nantinya terdapat lubang lubang di paru-paru.Gejala gejala yang dialami penderita penyakit ini yaitu demam, diatas 38 derajat celcius, sesak napas, myalgia, lethargy, gejala gastrointestinal, batuk, dan radang tenggorokan. Gejala lainnya yang mungkin timbul ayitu sakit kepala, otot kaku, diare, bintik btintik merah pada kulit, dan badan terasa lemas.(Julius,2002) d) MERS-CoV (Middle-East Respiratory Syndrome-Corona Virus) MERS merupakan penyakit yang menyerang system pernapasan baik ringan maupun berat. Salah satu penyebab dari penyakit ini yaitu virus corona yang juga sama halnya dengan penyebab penyakit SARS.penyebaran virus ini diduga dibawa oleh salah satu jenis kelelelawar di Timur Tengah. Sampai saat ini belum ada vaksin yang dapat menumpaskan penyakit ini. Selain pada kelelawar virus ii juga 21



dapat dibawa oleh unta. Penularan penyakit ini yaitu melalui kontak langsung seperti percikan dahak saat bersin atau batuk selain itu jug aterjai penularan tidak langsung melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus. Gejala yang dialami penderita MERS adalah seperti demam, sesak napas, yang bersifat aku dan biasanya penderita memiliki ko-morbid seperti diabetes, penyakit ginjal kronik., penyait jantung kronik, hipertensi, dan penyakit paru kronik. (Andila Ramadhani,2015) (b) Disebabkan oleh non-bakteri a) Emfisma Paru-Paru Emfisma adalah suatu penyakit dimana paru paru mengalami pelebaran abnormal disertai kerusakan dindingnya. Penyebab utama emfisma yaitu merokok. Kondisi emfisma ditandai dengan keterbatasan aliran udara akibat napas kecil dan kerusakan parenkim paru. Berdasarkan strukturnya emfisma dibagi menjadi 4 yaitu,emfisma sentrilobular, emfisma paraseptal, emfisma panlobular, dan emfisma irregular.Gejala gejala yang dirasakan penderita emfisema yaitu seperti batuk, napas menjadi pendek, cepat lelah, berat badan turun, bibir dan kuku menjadi biru. Sedangkan pengobatannya sendiri yaitu melalui obat obatan, terapi rehabilitasi paru, dan operasi. (Amira,2019) b) Hipoksia Hipoksia merupakan keadaan dimana terjadi kekurangan pengikatan oksigen dalam sel, yang mengakibatkan kerusakan sel. Berdasarkan sebabnya hipoksia dibagi menjadi 4 kelompok yaitu hipoksia hipoksik apabila kurangnya oksigen yang masuk ke dalam paru paru, hipoksia anemic apabila darah tidak membawa oksigen yang cukup, hipoksia stagnan apabila darah tidak mampu membawa oksigen ke jaringan, hipoksia histotokik apabila jaringan tidak mampu menyerap oksigen.Akibat dari hipoksia ini antara lain yaitu mengantuk, apatis, kurang focus, lambat berpikir, dan menurunnya kapasitas kerja. Sedangkan hipoksia akut dapat mengakibatkan beberapa gangguan seperti pada pertimbnagan, inkoordinasi motoric, dan alkoholisme akut.(Silvia,2009)



22



BAB III ISI 3.1 DESKRIPSI STUDI KASUS Dewasa ini, seluruh penjuru dunia sedang dihebohkan dengan virus yang menyebabkan terjadinya gangguan terhadap sistem pernapasan. Orang-orang yang tidak menunjukkan gejala nampaknya dapat menularkan coronavirus baru yang telah menyebabkan wabah di China.Seorang wanita yang berasal dari Shanghai melakukan perjalanan ke Jerman untuk tujuan bisnis pada tanggal 19-22 Januari 2020 tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit, termasuk diantaranya batuk dan demam. Dia baru merasa sakit akan melakukan penerbangan kembali ke China, dan selanjutnya dikonfirmasi wanita tersebut memiliki virus yang sementara dikenal sebagai 2019-nCoV pada 26 Januari lalu. (WHO, 2019).Namun, pada 24 Januari, seorang pengusaha Jerman berusia 33 tahun yang mengadakan pertemuan dengan wanita tersebut pada 20-21 Januari, menderita sakit tenggorokan, kedinginan, dan sakit otot disertai deman dan batuk yang muncul pada hari berikutnya. Dia mulai merasa lebih baik dan mulai kembali bekerja pada 27 Januari.Setelahnya wanitu itu terkonfirmasi bahwa memilki virus tersebut di Tiongkok, detektif penyakit mulai bekerja, dengan memeriksa orang-orang yang telah berhubungan dengan wanita itu – termasuk pengusaha Jerman, yang pada saat itu telah pulih kembali dari menderita sakit dan tampak sehat selama pemeriksaan di Munich. Namun, hasil tes menunjukkan bahwa ia memiliki virus tersebut.Rekan kerja wanita tersebut tanggal 28 Januari dinyatakan positif terkena virus tersebut. Satu dari ketiga pasien tersebut yang memiliki kontak langsung dengan wanita dari Shanghai, dua diantaranya hanya berhubungan dengan pengusaha Jerman. (Widya, 2020) Jerman merupakan salah satu negara dari empat negara yaitu Vietnam, Jepang, dan Amerika Serikat yang dikabarkan terkena infeksi virus lokal luar China. Sebagian besar kasus di luar China teridentifikasi terkena virus di Tiongkok lalu melakukan perjalanan ke negara lain.Sampai saat ini, beberapa perdebatan apakah penularan virus corona asimptomatik. Petinggi kesehatan di China, pada akhir Januari lalu, mengatakan bahwa mereka telah melihat bukti penyebaran virus macam itu, tetapi petinggi kesehatan AS di



23



WHO telah berulang kali mengatakan bahwa pertanyaan itu yang masih dicoba untuk mereka jawab. (Widya, 2020) 3.2 DEFINISI KASUS Corona vorus pertama kali diisolasi dari virus bronkitis yang terdapat pada unggas pada tahun 1937. Virus ini mampu menghancurkan unggas secara pesat. Sekitar 70 tahun belakangan ini para ilmuwan telah menemukan penelitian bahwa coronavirus dapat menginfeksi manusia dan hewan (kucing, tikus, anjimg, kalkun, kuda, babi, dan hewan ternak lainnya). Baru-baru ini, pihak berenang telah mengidentifikasi bahwa virus tersebut mulai berkembang pada kawasan Cina dan bahkan sudah menyebar ke negara-negara lain. Pada tahun 2020, wabah corona telah menyebar hingga ke 25 negara hingga menginfeksi lebih dari 20 ribu orag di seluruh dunia. Telah diketahui bahwa virus corona telah menimbulkan korban jiwa mencapai 425 orang per 3 Februari 2020. Pada 30 Januari lalu WHO menyatakan bahwa penyebaran virus corona patut untuk menjadi perhatian internasional. Dengan demikian WHO mampu mendesak oranisasi di seluruh dunia dan pemerintah untuk mengantisipasi penybaran virus corona. Penyakit infeksi yang disebabkan virus corona ini dinilai sangat mengancam kesehatan manusia dan mirip dengan penyakit pneumonia selain itu corona virus juga dapat menybabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti SARS dan MERS. Tanda gejalan umum pada infeksi viru ini adalah demam, batuk dan sesak napas bahkan sampai gangguan pernapasan akut. (Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, 2020) Pada akhir Desember 2019, terdeteksi kasus pneumonia di Kota Wuhan yang etiloginya tidak diketahui, hal ini dilaporkan oleh WHO China Country Office. Kemudian pada tanggal 7 Januari, coronavirus jenis baru telah terdentifikasi dari kasus pneumonia tersebut. Virus tersebut merupakan jenis (novel coronavirus, 2019 –nCov) . Penyebaran kasus nCov berlangsung dengan pesat bahlan telah menyebar hingga luar wilayah Wuhan dan negara lain. Peningkatan jumlah kasus corona tersebut diidentifikasi telah menyebar secara global hingga tercapai 1320 kasus ke 10 negara dengan 41 kematian hingga pada tanggal 26 Januari. Rincian kasus tersebut dikonfirmasi telah mencapai 1297 kasus di Cina (termasuk Hongkong, Taiwan, dan Makau) dengan 41 kematian (39 kematian di Provinsi Hubei, 1 kematian di Provinsi Heilongjang), jepang (3 kasus), Thailand (4 kasus), Korea Selatan (2 kasus), Vietnam (2 kasus), Singapura (3 kasus), USA (2 kasus Nepal (1 kasus), 24



Prancis (3 kasus), Australia (3 kasus). Diantara kasus yang ada, telah diidentifikasi bahwa ada beberapa tenaga kerja yang tlah terinfeksi. Hingga 24 Januari 2020, WHO menyampikan bahwa penularan virus tersebut terjadi secara terbatas antara manusia dengan manusia. Tanda-tanda yang ditimbulkan virus tesebu dapat dilihat dengan adanya demam, kesulitan bernapas. Sebagian besar kasus di Wuhan memiliki riwayat bekerja, menangani, atau pengunjung yang sering berkunjung ke pasar. Sampai saat ini, penyebab utamanya belum diketahui secara pasti. (Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, 2020)



3.3 CORONAVIRUS Coronavirus adalah jenis virus yang biasanya mempengaruhi saluran pernapasan mamalia, termasuk manusia. Mereka mereka terkait dengan pilek, pneumonia, dan sindrom pernapasan akut yang parah (SARS) dan juga dapat mempengaruhi usus.Coronavirus pertama kali diisolasi pada tahun 1937 dari virus bronkitis infeksi pada unggas yang memiliki kemampuan untuk menghancurkan stok unggas secara serius. Virus ini memiliki kadar infeksi 15 hingga 30 persen flu biasa.(Nanshan, 2019) Dari data geneteic sequencing, tampaknya ada salah satu yang menularkan ke manusia lalu, diikuti dari manusia ke manusia. Virus baru ini 79,5% dari urutan genetik dengan SARS-CoV dan meiliki 96,2% homologi menjadi virus kelelawar. Selain itu, 2019-nCoV berbagi reseptor entri dengan sel yang sama ACE2 dengan SARS-CoV. Penularan dari objek apapun itu masih belum jelas yaitu hewan mana yang merupakan spesies peralihan antara kelelawar dan manusia.Virus corona sebelumnya hanya ditemukan di hewan saja, tidak ditemukan pada manusia. Penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV ditularkan dari kucing luwak ( Civet Cats) ke manusia. Sedangkan MERS-CoV dari unta ke manusia. Coronavirus memang hanya dikenal beredar di hewan saja, belum sampai menginfeksi pada manusia.WHO telah mengumumkan bahwa nCoV saat ini belum bisa dikategorikan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC), namun kasus ini memiliki resiko tinggi di China ataupun global.Umumnya gejala-gejala awal yang terjadi di pasien yang terinfeksi adalah 90% kasusnya yaitu demam, batuk kering, Distress pernapasan, dan juga terdapatnya sel darah putih yang rendah. (Daniel, 2020) Namun, untuk saat ini,dibandingkan dengan 2 coronavirus zoonosis lainnya yang terjadi dalam 20 tahun terakhir (SARS pada 2002 dan sindrom pernapasan Timur Tengah 25



MERS pada 2012), 2019-nCoV sepertinya memilki infektivitas yang lebih besar (misalnya, R0 yang lebib tinggi) dan tingkat kematian kasus yang lebih rendah.Masa inkubasi virus ini dilaporkan 5.2 hari (95% Cl, 4, 1-7, 0),6 meskipun bisa diprediksi sealama 14 hari. Penularan pada kasus ini pun masih kurang jelas kapan dimulainya, meskipun kasus yang telah dilaporkan menunjukkan fase penularan selama ini tanpa gejala, kemungkinan sebagian besar kasus sekunder berasal dari individu yang memiliki gejala-gejala tersebut.Sebagian besar tanda-tanda gejala klinis yang dilaporkan adalah demam dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru-paru.menurut hasil penyelidikan epidemiologi awal, sebagian besar kasus di Wuhan memiliki riwayat bekerja atau pengunjung yang sering berkunjung ke pasar grosir makanan laut Huanan yang dikaitkan secara epidemiologis. Beberapa pasien diantaranya juga memiliki gejala lain seperti mialgia, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan diare.Usia rata-rata pasien adalah antara 49 dan 56 tahun. Kasus pada anak-anak masih jarang terjadi. Meskipun sebagian besar kasus tampaknya ringan, semua pasien yang dirawat di rumah sakit menderita pneumonia dengan infiltrat pada rontgen dada dan opasitas glass ground pada tomografi komputer yang dikomputasi. (Carlos, 2020) Sekitar sepertiga pasien tersebut kemudian ditelusuri menderita sindrom gangguan pernapasan akut dan memerlukan perawatan di unit perawatan intensif. Terutama untuk pasien dengan kondisi komorbiditas seperti diabetes atau hipertensi. Ketika seorang pasien datang dengan gejala demam dan pernapasan (khususnya batuk kering). Dokter harus mengindentifikasi riwayat pasien tersebut dengan detail. Jika pasien tersebut sebelumnya melakukan perjalanan ke Hubei dalam 14 hari terakhir, maka mereka harus dianggap sebgaai orang yang masuk dalam penyelidikan (PUI).Standar pencegahan awal penyebaran infeksi tersebut termasuk mencuci tangan secara teratur, menutupi mulut dan hidung ketika batuk dan bersin, memasak daging dan telur dengan seksama. Hindari kontak dekat dengan siapapun yang menunjukkan gejala-gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin. (Daniel, 2020)



26



3.4 ASPEK KLINIS Virus Corona (Coronavirus (CoV)) adalah virus RNA besar yang berselubung yang menyerang sistem pernafasan juga dapat mempengaruhi usus . Dua jenis coronavirus yang sudah teridentifikasi ,yaitu Middle Easr Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).



Coronavirus berbentuk mahkota yang



strukturny seperti tancapan paku-paku yang terbuat dari S glikoprotein. Struktur ini akan terikat pada se inang yang dapat menyebabkan virus dapat masuk ke dalam sel inang. Virus ini merupakan virus RNA strand positif terbesar.Coronavirus ini berkembang biak pada reseptor yang terdapat di saluran pernapasan. Di tubuh manusia hanya terdapat beberapa reseptor tempat virus berkembang yakni saluran pernapasan dan saluran cerna. Dirtinjau dari beberapa laporan, masa inkubasi virus corona mencapai 14 hari dan setelah itu akan timbul gejala-gejala, namun pada beberapa penelitian masa inkubasi virus korona dapat mencapai 24 hari yang tidak ditandai dengan munculnya gejala-gejala. (Hidayah, 2020) Gejala klinis yang ditimbulkan akibat terinfeksi virus corona adalah flu seperti hidung yang selalu berair. Beberapa pasien terinfeksi virus corona juga mengeluhkan sakit kepala, memiliki dahak, hingga diare. Ada juga yang merasa nyeri tenggorokan, infeksi saluran napas berat atau pneumonia dan sesak napas. Pada beberapa orang yang terinfeksi virus corona dan mengalami pneumonia akan menyebabkan pertukaran oksigen bisa terganggu sehingga bisa terjadi gagal napas yang berujung kematian. Pada paru-paru seseorang yang terinfeksi virus corona terdapat bercak putih yang meluas ke bagian bawah paru-paru yang biasa disebut ground glass opacity atau pengisian parsial rung udara di paru-paru. Untuk mendeteksi lebih jelas dapat dilakukan menggunakan sinat X. Hasil sinar X pertama akan memperlihatkan adanya bercak putih di paru-paru . Setelah 3 hari hasil sinar X pertama, sinat X yang kedua akan menampakkan bercak putih yang tampak yang lebih jelas. (Hidayah, 2020)



3.5 MANAJEMEN KLINIS Berdasarkan pedmoan rekomendasi dari WHO terdapat manajemen klinis yang ditujukan kepada tenaga kerja klinis untuk pasien yang mengidap ISPA akibat iveksi virus corona. Infeksi ini dapat mengakibatkan penyakit ringan sampai berat seperti pneumonia, 27



SARS, dan MERS. Pasien dengan gejala ringan maka rawat inap tidak diperlukan, berbeda dengan pasien yang terkena penyakit berat maka perlu tindakan-tindakan khusus di rumah sakit. Sampai saat ini belum ditemukan obat spesifik penyembuh infeksi virus corona. Akan tetapi, dapat dilakukan tindakan pencegahan dan tindakan segera atau yang disebut dengan manajemen klinis ketika seorang pasien terjangkit virus ini. Manajemen klinis juga berfungsi untuk mencegah perburukan kondisi pasien. Tatalaksana pasien di rumah sakit dibagi menjadi beberapa jenis berikut ini. a. Terapi Suportif Dini dan Pemantauan (a) Pasien ISPA berat, distress pernapasan, dan hipoksemia diberikan suplementasi oksigen. (b) Pasien dengan ISPA berat tanpa mengalami syok maka diberi tindakan berupa manajemen cariran konservatif misalnya cairan intravena. Pemberian cairan ini harus dilakukan secara hati hati. (c) Pemberian antibiotik empiric secepatnya berdasarkan diagnosis klinis(pneumonia komunitas dan nosocomial), epidemiologi, peta kuman dan pedoman pengobatan. (d) Untuk pengobatan pneumonia maka jangan memberikan kortikoseroid sistemik secara sering karena dapat menyebabkan efek samping yang serius seperti terjadinya replikasi virus yang berkelanjutan. (e) Perlu diperhatikan terapi mana yang akan lanjut dan man ayang harus berhenti tergantung dnegan kondisi pasien. b. Pengumpulan Spesimen Untuk Diagnosis Laboratorium Pasien virus corona dengan perawatan klinis apabila telah melewati hasil pemerikasaan Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dua kali berturut turut selama 2-4 hari maka dapat keluar dari rumah sakit c. Manajemen Gagal Napas Hipoksemi dan ARDS Gagal napas terjadi apabila pasien dengan distress pernapasan mengalami kegagalan terapi oksigen standar. (a) Pemberian HFNO (High-Flow Nasal Oxygen) pada pasien hipoksemi tertentu dengan pengawasan yang ketat karena apabila terjadi perburukan atau tidak terjadi perbaikan maka akan dilakukan intubasi segera. Sedangkan penggunaan NIV(NonInvasif Ventilasi) tidak direkomen dasikan pada pasien penderita penyakit ini. 28



(b) Melakukan tindakan intubasi endotrakeal pada pasien ARDS oleh tenaga medis terlatih (c) Melakukan ventilasi mekanik menggunakan volume tidal sesuai dengan berat badan. Tindakan ini sangat direkomendasikan untuk pasien ARDS dan disarankan untuk pasien gagal napas karean sepsis. (d) Melakukan ventilasi dengan prone position>12 jam perhari pada pasien penderita ARDS berat. (e) Manajemen cairan konservatif untuk pasien ARDS tanpa hipoperfusi jaringan sehingga dapat mempersingkat penggunaan ventilator. (f) Menggunakan PEEP lebih tinggi pada paasien RDS sedang atau berat. (g) Tidak dianjurkan menggunakan obat pelumpuh otot pada pasien ARDS sedang atau berat. (h) Menggunakan ECLS (Expertise in Extra Corporal Life Support) pada pasien ARDS (i) Menghindari terputusnya hubungan ventilasi mekanik dengan pasien karena dapat mengakibatkan terputusnya PEEP. d. Manajemen Syok Septik Syok septik terjadi apabila hipotensi yang menetap sehingga diperlukan beberapa tindakan dibawah. (a) Pemberian resusitasi. Pada dewasa diberikan cairan kristaloid isotonic 30 ml/kg sedangkan pada anak anak diberikan bolus secara cepat (b) Tidak diperbolehkan menggunakan resusitasi kristaloid hipotonik, kanji, atau gelatin . (c) Hentikan pemberian resusitasi apabila tidak terjadi respond an muncul tanda-tanda kelebihan cairan karena dapat mengakibatkan sesak napas. (d) Pemberian vasopressor ketika syok tetap berlangsung meskipun sudah diberikan resusitusi yang cukup. Jika kateter vena sentral tidak tersedia, maka dapat melalui intravena perifer. (e) Pertimbangkan pemberian obat inotrope seperti dobutamine jika perfusi tetap buruk dan terjadi disfungsi jantung.(Sitohang,drg.Vensya.M.Epid.,2019)



29



BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan,dapat disimpulkan sebagi berikut : a. Sistem pernafasan atau respirasi adalah suatu sistem dimana manusia menghirup udara dan mengeluarkan karbondioksida. Proses respirasi dibagi menjadi 2 yaitu :respirasi luar yaitu pertukaran antara oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara dan respirasi dalam yaitu pertukaran oksigen dan karbondioksida dari aliran darah ke sel-sel tubuh. b. Proses pernafasan dibagi menjadi 3 proses dasar ,yaitu inspirasi dan ekspirasi, pertukaran gas antara paru-paru dan darah, serta respirasi internal.



Ada dua cara



pengambilan pernafasan , yaitu pernafasan dada yaitu pernafasan dengan adanya peran otot-otot tulang dan pernafasan perut yaitu pernafasan dengan adanya peran otot diafragma.Dalam menjalankan proses pernafasan, sistem pernafasan memiliki berbagai organ yang saling bekerja sama dalam menghirup udara dan mengeluarkan karbondiroksida. Respirasi bertujuan untuk memperoleh energi.



Proses pernafasan



dimulai dari hidung ,tenggorokan, bronkus, bronkiolus, dan alveolus yang memproses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida yang dibantu oleh darah. c. Contoh penyakit pada sistem pernafasan seperti flu,asthma,bronkitis,pneumonia,kanker paru-paru ,dan lain-lain.Salah satu gangguan yang terjadi di sistem pernafasan adalah virus corona. Virus



corona adalah virus yang menyerang sistem pernafasan dan



berbahaya.Virus berdampak terhadap penyakit pneumonia, SARS , dan MERS. Jadi , coronavirus19 yang berada di China ini mirip satu keluarga dengan SARS dan MERS serta virus Corona tetapi genomnya berbeda. Disinyalir mutasi dari virus corona yang awalnya menginfeksi kelelawar.



4.2 SARAN Sistem pernafasan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia karena salah satu energi yang dibutuhkan oleh manusia diperoleh dari proses pernafasan. Sehingga 30



organ-organ pernafasan perlu dijaga kesehatannya. Ada berbagai upaya menjaga sistem pernafasan seperti : a. Olahraga rutin dan teratur Dengan olahraga yang rutin dan teratur,paru-paru akan dapat bekerja dengan baik,fungsi otak meningkat,energi meningkat dan tubuh juga menjadi lebih kuat terhadap berbagai macam virus b. Menjaga asupan makanan yang sehat dan bergizi Makanan yang mengandung antioksidan sangat baik untuk menjaga dan memperbaiki organ pernafasan seperti sayur dan buah. Menyikapi adanya virus corona memerlukan perhatian dari pemerintah dan masyarakat karena membutuhkan penanggulangan dan penanganan yang tepat agar tidak berkembang dan menyebar lebih luas dengan cara : a. Menjaga kesehatan organ sistem pernafasan terutama paru-paru. b. Menjaga lingkungan seperti mencegah adanya polusi udara dengan cara penanaman pohon di lingkungan sekitar.



31



DAFTAR PUSTAKA



Setiawan,Kayan.2018,Asma Bronkial,Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,RSUP Sanglah Denpasar. Suharyo,2013,Determinasi Penyakit Tuberkulosis di Daerah Pedesaan, Program Stud Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro, Indonesia Saunders,Ricky.Suarca,I Kadek.Diagnosis dan Tatalaksana Difteri.SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Wangaya,Denpasar,Bali. Silvia,2009,Aktivitas Spesifik Hipoksia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ramadani,Andila .2015,Implementasi Surveilans Middle East Respiratory Syndroe-Corona Virus dan Ebola di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Surabaya Wilayah Kerja Juanda,Bagian Epidemiologi da Biostatistika



Kependudukan Fakultas



Kesehatan



Masyarakat Universitas Jember. Amira Permatasari Tarigan,2019, Jurnal Respirologi Indonesia, Perhimpunan Dokter ParuParu Indonesia Surjawidjaja,Julius E.Mei-Agustus 2003,Sindrom Pernapasan Akut Parah (severe acute respiratory syndrom/SARS): suatu epidemi baru yang sangat virulen.Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Artini,I Gusti Ayu.Baharirama,Made Virgo.Maret 2017.Vol 6 No.3.Pola Pemberian Antibiotika Untuk Pasien Community Acquired Pneumonia Anak di Instalasi Rawat Inap RSUD Buleleng Tahun 2013. E-Jurnal Medika. Program Studi Dokter Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Isbaniah,dr.Fathiyah,Sp.(K),Saputro,dr.



Dimas



Dwi,Sp.A.,Sitompul,dr.Pompini



Agustina,Sp.P(K),Manalu ,dr.Rudy,SpAn.,Setyawaty,Dr.dr.Vivi,Mbiomed.,Puspandari,dr.Nelly,Sp.MK,Puspa,Kartika Dewi,S.Si.Apt.,Anjari,S.Kom,SH.,Handayani,Dwi,S.Sos.,Purba,Theresia



Rhabina



Noviandari,MKM.,Supriyanto,Kadar,SKM.,Esrawati,drh.Maya.,Hermana,dr. Rian.,Wulandari,dr.Endang drh.Endang



Widuri.,Hapsari,dr.



Ratna



Budi



,MKM.,Prasetyowati,



Burni,M,Kes.,Dinihari,dr.Triya



Novita,M.Kes.,Irwanda,dr.Mirza,Sp.KP.,Septiawati,dr.Chita,MKM.,dr.Irawati,M.Kes.,Aziz a,dr.Listiana,Sp.KP.,Aqmarina,Adistikah,SKM.,Ihasan,Maulidiah,SKM.,Wisdhanorita,And 32



ini,SKM,M.Epid.,Putri,Luci Rahmadani,SKM.,Nasir,dr.A.Muchtar,M.Epid.,Ibrahim,SKM.,Kursianto,SKM,M.SI.,Rosid a,Mariana Eka,SKM,Syafri,Perimisdilla,SKM.,Surianti,Rina,SKM.,Suharto,SKM.,Mendra,Leni,SST., Fajria,Dwi Annisa,SKM.,2020,Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus (2019-nCoV),Kementrian Kesehatan RI,Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.Jakarta. Sitohang,drg.Vensya.M.Epid.,2019,Novel Corona Virus (2019-nCoV),Direktur Surbeilans dan Karantina Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI. Saminan,2016,Efek Obstruksi Pada Saluran Pernapasan Terhadap Daya Kembang Paru. Rahayu,Agustin



E.B.,Muninggar,Jodelin,Ayub,Made



R.S.S.N,2016,Menentukan



Karakteristik Dinaika Fluida pada Laju Aliran Pernapasan Upper Respiratory Airway Para Perokok Aktif,Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Matematika,Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matmatika,Universitas Kristen Satya Wacana,Salatiga. Marunduh,S.R.,Rampengan,J.J.V.,Molenaar,Ray E.,2014,Forced Expiratory Volume in One (FEV-1) Pada Penduduk yang Tinggal di Dataran Tinggi,Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado,Manado. Fernandez,Gregory



James,Saturti,dr.Tjokorda



Istri



Anom,SpPd.,2017,Sistem



Pernapasan,Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,RSUP Sanglah. Fatahillah,Arif,Suharto,Putra,Andhi Septian Hadi,Agustrus 2017,Analisis Sirkulasi Udara Pada Sistem Pernafasan Manusia Menggunakan Metode Volume Hingga,Pendidikan Matematika Universitas Jember N.Minasari,2008, Infeksi Laring Faring, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan



33



INDEKS Acetominipher, 16 Adenovirus, 15, 17, 19 Airway resisitance, 1, 2 Alkoholisme, 21 Alpha tumor faktor, 26 Alveoli, 1, 5, 7, 12, 20, Atmosfer, 2, 5 Anoreksia, 16, 17 Anterior, 6 Aortikum, 12, 13 ATP, 5 Bakteri, 15, 16 17, 18, 19, 20, 21, 26, Bradikinin, 26 Bronkiolus, 2, 7, 8 Bronkus, 1, 2, 7, 8, 17, 18 Chest fisioterapi, 18 Choanae, 6 Compliance work, 1 Coronavirus, 3 , 20, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29 Cortex cerebri, 11 Diabetes, 21, 25 Difteri, 16, 14 Difusi, 8, 14, Disfungsi, 30 Distress pernapasan, 24, 29 Dobutamine, 30



Eferen, 11 Emfisema, 21 Empiric, 29 Endotrakeal, 30 Energy, 1 Enzim, 2, 15 Epidemi, 17 Epidemiologi, 25, 29 Eritromisin, 16 Etilogi, 3, 23 Fagositoseis, 20 Faring, 2, 5, 6, 8, 15, 16, 17 Faringitis, 15, 16, Front, 1 Gelatin, 30 Glikoprotein, 25 Haemolitikus, 15 Hemoglobin, 13, 14, 15 Herpes, 15, 17 Hipotonik, 30 Hipoksemia, 27, 29 Imunitas, 19 Infeksi, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29 Inferior, 6 Infiltrat, 4, 25, 27 Inflamasi, 18, 26 Influenza, 15, 19 Inhibisi, 11, 13 34



Ebola, 28 Inkubasi, 16, 24, 26



Mekanisme, 8, 9, 11, 12



Intercostales, 11



MERS, 20, 21, 23, 24, 25, 28, 29



Intercostales interna, 11



Metabolisme, 1, 2, 12



Interstisial, 12, 13, 17



Morbiditas, 3, 25



Irreguler, 21



Mortalitas, 3



Kanji, 30



Motorik, 11, 21



Kapiler, 6, 7, 8, 9, 14



Mukosa, 1, 6, 15



Karbondioksida, 1, 5, 7, 8, 9



Myalgia, 20



Kardiovaskuler, 13



Nasofaring, 6



Kartilago, 6, 8



Nekrosis, 16



Klinis, 3, 18, 25, 26, 29,



Neuron, 11, 12



Konka, 6



Noninflamasi, 26



Kortikospinal, 11



Nosocomial, 19, 29



Kristaloid, 30



Obesitas, 19



Kronik, 21



Obstruksi, 1, 17



Laring, 2, 5, 6, 8, 16, 17



Obstruktif, 2



Leukosit, 16, 27 Leukopenia, 27



Oksigen, 1, 2, 5, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 21, 26, 29,



Leuktorien, 26



Olfaktori, 6



Lethargy, 20



Pandemi, 27



Lobar, 7, 8, 19



Panlobular, 21



Lobaris, 7, 8



Paraseptal, 21



Lobus segmentalis, 7



Penisilin, 16, 17



Malaise, 17, 26



Pneumonia, 3, 19, 20, 23, 24, 25, 26, 29



Malnutrisi, 26



Polipeptida, 13



Manifestasi, 3



Pons, 11, 12, 13



Mantel lender, 1



Porfirin, 14 Prodromal, 27 35



Medulla oblongata, 11, 12 Proporsi, 1



Vaskuler, 13



Protozoa, 19



Vasopressor, 30



Pseudomembran, 16, 17, 19



Ventilator, 30



Radiologis, 27 Resonansi, 6



Virus, 3, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29



Respirasi, 1, 2, 5, 6, 7, 8, 12



Volume residu, 10, 11



Reversibel, 14



Volume tidal, 9, 10, 11



Rhinitis, 18



Volunter, 11



Rontgen, 3 SARS, 3, 20, 23, 24, 25, 26, 27, Sebasea, 6 Sel, 1, 2, 5, 7, 9, 14, 24, 26 Septik, 30 Silia, 7 Sinus, 16 Sitomegalovirus, 17 Sudorifera, 6 Spuntum, 1 Sreptokus, 17, 19 Thromboxan, 26 Tractus respiratorus, 2 Toksin, 16, 17 Tonsil, 16, 17 Torocal medulla, 11 Tuberkolosis, 20 Tungau, 1, 18 Urtikaria, 18 36



Vaksin, 21, 28



37



SOAL



1. Bagaimana tahapan coronavirus bisa menularkan virusnya? Jawab : Coronavirus menularkan virusnya melalui kontak fisik dengan pasien yang terinfeksi dengan gejala demam, sesak napas, batuk kering dan juga distress pernapasan. Namun, pasien terinfeksi juga setelah mengalami gangguan tersebut bisa sehat kembali, tetapi,virus dalam tubuh pasien masih berkembang.



2. Bagaimana mekanisme pernapasan manusia pada saat berbicara dan makan sehingga dapat stabil? Jawab : Mekanisme pernapasan menggunakan sistem volunter yang melibatkan kerja corteks cerebri dan medulla spinalis. Corteks cerebri akan mengirimkan impuls ke neuron motorik melalui traktus kortikospinal. Corteks cerebri berperan penting dalam mengendalikan pernapasan seperti menahan napas pada saat berbicara dan makan. Kemudian kontrol volunter pernapasan akan menghantarkan impuls pada neuron motorik respiratordari medulla spinalis yang mengakomodasi kegiatan berbicara dan makan sehingga manusia dapat mengatur pernapasan saat berbicara dan makan.



1



Bab I



Bab II



Bab I



Bab II



Bab II



Bab II



Bab II



Bab II



Bab III.



Bab III



Bab III Bab III



Bab III Bab IV



Kata pengantar



Keterangan : 700 x 3%= 21 996 x 2%= 20 41/9178 x 100%= 0.44%