Makalah Structural Family Therapy-13f1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH STRUCTURAL FAMILY THERAPY Konseling Keluarga dan Perkawinan (13F1) Dosen Pengampu : Malida Fatimah, S. Psi., M. Cons



Disusun Oleh : 17081709 Risti Kurniati



18081478 Mega Gus Naedy



18081033 Amalian Desarli Lumamuly



18081505 Meylan Agatha



18081247 Anggun Wulandari



18081516 Febyola Stefani



18081258 Novita K. M. Gala Pakan



18081731 Clara Mitha



18081387 Fadhilah Parinduri



18081805 Pirdausia Pagalla



18081395 Wiwid Lia Tiarti



18081808 Adhittya Sobhitarini



18081447 Inri L Bukasiang



18081848 Rahmawati



18081448 Widya Anjelita Hutapea



18081903 Christine Natalia D.G



18081472 Rani Amelia



18081913 Wulandari



18081474 Sriyanti R.



18081914 Emiya Narita Yohana Br Sembiring PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI



UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 2021 Kata Pengantar



1



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Makalah Kesehatan Reproduksi ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen Pengampu : Malida Fatimah, S. Psi., M. Cons



pada Konseling Keluarga dan



Perkawinan (13F1). Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Structural Family Therapy bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Malida Fatimah, S. Psi., M. Cons, selaku Dosen Pengampu : Malida Fatimah, S. Psi., M. Cons yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang Penulis tekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



[Yogyakarta, 30 Mei 2021]



Penulis



Daftar Isi Daftar Isi Kata Pengantar............................................................................................................................i Daftar Isi....................................................................................................................................ii 2



BAB I.........................................................................................................................................2 A. Latar Belakang................................................................................................................2 B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2 C. Tujuan.............................................................................................................................3 BAB II........................................................................................................................................3 A. Sejarah Structural Family Therapy.................................................................................3 B. Tujuan Structural Family Therapy..................................................................................4 C. Prinsip-Prinsip Structural Family Therapy.....................................................................5 D. Teknik-teknik dalam structural model............................................................................6 BAB III.......................................................................................................................................8 Kesimpulan.............................................................................................................................8 Daftar Pustaka............................................................................................................................9



BAB I A. Latar Belakang Keluarga memiliki arti khusus dan arti umum. Secara khusus, keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa (biasanya berlainan jenis) yang hidup bersama dengan atau tanpa anak –anak. Berdasar pengertian ini, Pujosuwarno (1994) berpendapat ada empat unsur penting dalam keluarga, yaitu : a) keluarga 3



adalah persekutuan hidup antara pria dan wanita yang paling mendasar dan terkecil, b) persekutuan hidup ini paling sedikit terdiri dari dua orang dewasa yang berlawanan jenis, c) persekutuan terbentuk berdasar atas ikatan darah, perkawinan atau adopsi, d) adakalanya keluarga hanya terdiri dari laki – laki dan perempuan dewasa saja tanpa anak – anak atau dengan anak – anak. Secara umum, keluarga adalah institusi sosial yang paling dasar. Artinya dalam keluarga terjadi interaksi antar anggota yang mendalam sehingga kebutuhan akan kasih sayang, dihargai dan diterima apa adanya dapat terpenuhi. Anggota keluarga, yang biasanya terdiri dari ayah, ibu dan anak; dapat merasa aman dan nyaman hidup bersama di dalam keluarga. Interaksi antar anggota keluarga juga diarahkan untuk pembentukan nilai-nilai kehidupan, terutama oleh orangtua kepada anak-anak. Beberapa nilai kehidupan penting yang perlu dikembangkan dalam diri anak adalah kejujuran, kepedulian, keadilan, dan integritas. Namun sayang tidak semua orang tua dapat menjalankan fungsinya dalam mendidik anak maupun fungsi -fungsi yang lain sehingga keluarga menjadi bermasalah. Ada dua pola disfungsi keluarga, yaitu ikatan keluarga tumpang tindih atau ikatannya kacau serta tidak ada ikatan antar anggota keluarga satu sama lain. Keluarga yang tidak berfungsi memerlukan terapi. Salah satu terapi keluarga yang efektif, relative praktis dan sederhana pelaksanaannya adalah struktural family therapy. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu Structural Family Therapy? 2. Apa tujuan dari Structural Family Therapy? 3. Apa saja prinsip-prinsip Structural Family Therapy 4. Bagaimana teknik-teknik dalam Structural Therapy?



C. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa itu Structural Family Therapy 2. Untuk mengetahui tujuan dari Structural Family Therapy 3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Structural Therapy 4. Untuk mengetahui teknik apa saya yang ada dalam Structural Therapy 4



BAB II A. Sejarah Structural Family Therapy Teori Keluarga Struktural dicetuskan oleh Minuchin pada tahun 1960-an. Teori ini berfokus pada konteks dalam keluarga daripada pada masalah dan solusi individual. Sebagaimana teori-teori struktural dalam konteks keilmuan yang lain, teori ini menggunakan metafora-metafora spasial dan organisasional, serta melibatkan arahan aktif sang terapis. Structural family therapy ( SFT ) adalah metode psikoterapi yang dikembangkan oleh Salvador Minuchin yang membahas masalah dalam fungsi dalam keluarga. Terapis keluarga struktural berusaha untuk masuk, atau "bergabung" pada sistem keluarga dalam terapi untuk memahami aturan tak terlihat yang mengatur fungsinya, memetakan hubungan antara anggota keluarga atau antara bagian dari keluarga, dan pada akhirnya mengganggu hubungan disfungsional dalam keluarga , menyebabkannya stabil menjadi pola yang lebih sehat. Minuchin berpendapat bahwa patologi tidak terletak pada individu, tetapi dalam sistem keluarga. SFT menggunakan, tidak hanya terminologi sistem khusus, tetapi juga sarana untuk menggambarkan parameter keluarga kunci secara diagram . Fokusnya adalah pada struktur keluarga, termasuk berbagai substrukturnya. Dalam hal ini, Minuchin adalah pengikut teori sistem dan komunikasi , karena strukturnya ditentukan oleh transaksi di antara sistem yang saling terkait di dalam keluarga. Dia menganut gagasan sistem keutuhan dan keseimbangan, keduanya penting untuk gagasannya tentang perubahan. Ciri penting SFT adalah bahwa terapis benar-benar masuk, atau "bergabung", dengan sistem keluarga sebagai katalisator untuk perubahan positif. Tujuan Minuchin adalah untuk mempromosikan restrukturisasi sistem keluarga dengan cara yang lebih sehat, yang dilakukannya dengan memasuki berbagai subsistem keluarga, "terus-menerus menyebabkan pergolakan dengan campur tangan dengan cara yang akan menghasilkan situasi tidak stabil yang memerlukan perubahan dan restrukturisasi organisasi keluarga. Perubahan terapeutik tidak dapat terjadi kecuali beberapa kerangka acuan yang sudah ada dimodifikasi, fleksibilitas diperkenalkan dan cara-cara baru untuk berfungsi dikembangkan. ". Untuk mempercepat perubahan tersebut, Minuchin memanipulasi format sesi terapi, menyusun subsistem yang diinginkan dengan mengisolasi mereka dari sisa keluarga, 5



baik dengan menggunakan ruang dan posisi (tempat duduk) di dalam ruangan, atau dengan substruktur yang diinginkan meninggalkan ruangan (tetapi tetap terlibat dengan melihat dari belakang cermin satu arah). Tujuan dari intervensi tersebut seringkali untuk menyebabkan ketidakseimbangan sistem keluarga, untuk membantu mereka melihat pola disfungsional dan tetap terbuka untuk restrukturisasi. Ia percaya bahwa perubahan harus bertahap dan diambil dalam langkah-langkah yang dapat dicerna agar dapat berguna dan bertahan lama. Karena struktur cenderung mengabadikan diri, terutama bila ada umpan balik negatif, Minuchin menegaskan bahwa perubahan terapeutik cenderung dipertahankan di luar batas sesi terapi. Terapi struktural menggunakan pemetaan keluarga untuk bergabung dan mengakomodasi pengaturan keluarga. Selain itu, area ini berkaitan dengan aturan, pola, dan struktur keluarga. Minuchin menjelaskan enam bidang pengamatan yang diidentifikasi dalam struktur keluarga. Area tersebut meliputi pola transaksional, fleksibilitas, resonansi, konteks, tahap perkembangan keluarga, dan menjaga interaksi keluarga. Sebagai referensi, metode intervensi didasarkan pada arahan yang memberi makan gejala dengan memberikan serangkaian instruksi untuk menekankan komunikasi.



Model



tersebut



juga



mengkonseptualisasikan



masalah



dengan



menemukan strategi yang tepat untuk memahami masalah dengan jelas. B. Tujuan Structural Family Therapy Terapi struktural bertujuan untuk mengubah struktur disfungsional dengan mendorong pertumbuhan dan dorongan pada individu untuk membangun dukungan keluarga.



C. Prinsip-Prinsip Structural Family Therapy Prinsip yang pertama untuk mengubah system interaksi dalam keluarga, sebab akan menjadi sumber masalah adalah interaksi antar keluarga. Ketika system interaksi antar anggota dalam keluaraga berubah, maka posisi atau kedudukan anggota keluarga akan ikut menyesuaikan diri dan mengalami perubahan juga. Perubahan ini dialami oleh setiap individu dalam keluarga dan akan memberikan pengaruh terhadap perubahan perilaku dan proses dinamika intrapribadi setiap anggota keluarga sehingga pada gilirannya akan mengubah pula system interaksi antar anggota keluarga menjadi lebih efektif. 6



Prinsip kedua adalah keseimbangan yang mengatakan bahwa suatu system secara perlahan-lahan akan mengalami perubahan dan berubah menjadi lebih rumit, kemudian akan kembali menjadi stabil secara perlahan-lahan pula. Prinsip keseimbangan adalah salah satu sasaran SFT. Keadaan sistem keluarga yang tetap kacau dan rumit menunjukkan bahwa keluarga dalam kondisi tidak berfungsi dan masih memerlukan terapi. Prinsip ketiga adalah pentingnya konteks masa kini. Sosial konteks keluarga dapat meliputi keluarga inti. Keluarga yang diperluas (extended family), teman, lingkungan sekolah, maupun lingkungan fisik yang berinteraksi dengan klien dan keluarganya. Konteks masa kini menunjuk pada diri (self) klien, yaitu menunjuk pada ekspresi karakteristik diri klien sekarang ; bukan perilaku dan emosi yang di ekspresikan factor genetic biologis. Prinsip keempat adalah setiap keluarga memiliki struktur. Menurut Minuchin, structural keluarga adalah tuntutan dan fungsi yang dijalankan oleh setiap anggota keluarga dalam berinteraksi. Struktur ini tampak samar-samar, bahkan tidak terlihat ketika keluarga dalam keadaan seimbang. Struktur menjadi nyata bila timbul gejolak dan masalah dalam keluarga. Secara operasional, struktur berarti jarak antar anggota keluarga, dapat bersifat dekat atau jauh. Funsional atau ketidakberfungsian dalam kedekatan



atau



kejauhan



antar



anggota



keluarga



dipengaruhi



aleh



tahap



perkembangan psikologis anggota keluarga. Misal jarak orangtua deangan anak saat berusia 3-7 tahun relative lebih dekat alih-alih jarak orangtua dengan remaja berusia 13-18 tahun. D. Teknik-teknik dalam structural model Pada prakteknya structural model menerapkan sejumlah teknik dalam pengaplikasiannya, akan tetapi sama seperti terapi-terapi lain structural model therapy ini juga menerapkan assesmen sebagai langkah awal untuk mengetahui permasalahan yang ada. Selain melakukan assesmen terhadap permalahan yang ada, terapis juga melakukan structural assessment guna mengetahui subsystems, boundaries dan roles yang terbentuk dalam keluarga. Minuchin (1974) dalam Bartram (1996) mendefinisikan Subsystem sebagai sebuah aturan yang mendefinisikan siapa dan bagaimana orang berpartisipasi; boundaries didefinisikan sebagai seberapa 7



dekatnya anggota keluarga dan seberapa fleksibel aturan yang diterapkan (shpungin, 2012); sedangkan roles merupakan pola berulang yang senantiasa individu terapkan ketika berinteraksi dengan yang lain, pola ini berkaitan dengan tugas yang diemban oleh individu dalam keluarganya (shpungin, 2012). Hasil asesmen ini nantinya akan disajikan dalam bentuk pemetaan keluarga (family mapping), sehingga akan terlihat jelas interaksi antaranggota keluarga terutama yang mengalami disfungsi [ CITATION San11 \l 1033 ]. Setelah mengetahui hal-hal di atas terapis dapat terbantu dengan



menerapkan teknik-teknik dalam konselingnya. Teknik-teknik structural model diantaranya adalah sebagai berikut (Hadfiel, 2000): 1. Joining Joining merupakan salah satu teknik utama dalam intervensi structural model. Teknik ini menyoroti akan pentingnya hubungan empatik yang dikembangkan terapis guna memodifikasi fungsi keluarga Minuchin (1974) dalam (Hadfiel, 2000). Fase ini perlu dibangun selama assesmen mengingat joining merupakan syarat dilakukannya restrukturisasi (Minuchin, 1993 dalam Hadfiel, 2000). Terdapat beberapa cara agar proses joining ini dapat dilakukan dengan lancar, diantaranya adalah dengan tracking yaitu pencarian informasi oleh terapis dengan pertanyaan terbuka guna mendapatkan ketertarikan dan kekhawatiran anggota keluarga (Gladding, 1991c); mimesis atau meniru karakteristik anggota keluarga yang ada, sehingga akan tercipta kedekatan dengan orang yang bersangkutan. Seperti ketika dihadapkan dengan orang yang religius maka terapis harus bersikap seolah-olah ia memiliki spriritualitas yang tinggi (Minuchin, 1993 dalam Hadfiel, 2000); confirmation, hal ini melibatkan penggunaan kata afektif untuk mencerminkan perasaan yang dapat diekspresikan atau tidak terekspresikan dari anggota keluarga itu (Gladding, 1991c); Cara lain agar proses joining dapat berjalan lancar ialah melalui akomodasi. Dengan akomodasi terapis nantinya akan membuat penyesuaian pribadi untuk mencapai aliansi terapeutik (Gladding, 1998a) dalam Hadfiel (2000). 2. Menetapkan boundary eskipun memiliki hubungan akrab merupakan suatu hal yang diharapkan berlangsung



dalam



suatu



keluarga. 8



Perlu



diketahui



pula



bahwa



mempertahankan batas atau jarak yang jelas antar subsistem juga krusial pengaruhnya pada fungsi keluarga yang sehat (Hadfiel, 2000). Pada keluarga yang boundary-nya dirasa terlalu kaku atau terlalu fleksibel terapis akan mencoba



membuat



batas-batas



otonom



namun



diperlukan



untuk



memungkinkan pertumbuhan keluarga (Jones, 1980) dalam Hadfiek (2000). Pembuatan batas ini dapat dilakukan secara fisik atau verbal. Secara fisik dapat dilakukan dengan menggunakan anggota tubuhnya untuk melarang suatu tindakan, sedangkan secara verbal dapat dilakukan dengan pemberian instruksi. Terdapat 3 macam tipe umum dari boundaries yaitu (Gladding, 1991c): a. Clear: direpresentasikan dengan garis horizontal yang terputus-putus (---) b. Rigid: direpresentasikan dengan garis yang solid (___) c. Diffuse: direpresentasikan dengan titik-titik(…) 3. Enactment Konsep ini mengacu pada cara terapis keluarga membangun skenario interpersonal dalam sesi di mana interaksi disfungsional di antara anggota keluarga dimainkan (Minuchin & Fishman, 1981) dalam Hadfiel (2000). Tujuan dari dilakukannya hal ini ialah untuk memberikan keluarga pengalaman akan realitas yang berbeda (Hadfiel, 2000). 4. Restructuring Secara sederhana restructuring memuat pengertian mengubah struktur dalam keluarga (Hadfiel, 2000).



Alasan dilakukannya hal ini ialah membuat



keluarga lebih fungsional dengan mengubah pola hierki dan interaksi yang ada (Gladding, 1991c).



5. Reframing Melibatkan pemeriksaan terhadap situasi dari perspertif baru, sehingga maknanya berubah. Terapis dapat menafsirkan kekhawatiran keluarga dengan cara yang berbeda, sehingga keluarga dapat melihat perspektif luar (Karpel &



9



Strauss, 1983) dalam Hadfiel (2000). Reframing memungkinkan terapis dan keluarga untuk fokus pada hal positif dan juga menantang hal yang negatif (Minuchin et al., 1998) dalam Hadfiel (2000).



BAB III Kesimpulan Structural family therapy ( SFT ) adalah metode psikoterapi yang dikembangkan oleh Salvador Minuchin yang membahas masalah dalam fungsi dalam keluarga. Terapis keluarga struktural berusaha untuk masuk, atau "bergabung" pada sistem keluarga dalam terapi untuk memahami aturan tak terlihat yang mengatur fungsinya, memetakan hubungan antara anggota keluarga atau antara bagian dari keluarga, dan pada akhirnya mengganggu hubungan disfungsional dalam keluarga , menyebabkannya stabil menjadi pola yang lebih sehat. Tujuan dari model ini adalah Terapi struktural bertujuan untuk mengubah struktur disfungsional dengan mendorong pertumbuhan dan dorongan pada individu untuk membangun dukungan keluarga. Teknik-teknik structural model diantaranya adalah joining, menetapkan boundary, enactment, restructuring, dan reframing.



Daftar Pustaka Bartram, M. (1996). Clarifying Subsystem Boundaries in Grandfamilies. Contemporary Family Therapy, 18(2), 267-277. Gehart, DR; Tuttle, AR (2003). Perencanaan Perawatan Berbasis Teori untuk Pernikahan dan Terapis Keluarga Mengintegrasikan Teori dan Praktik. Pacific Grove, CA: Brooks/Cole/Thomson



10



Hadfiel, K. (2000). A Structural Family Therapy Approach to Counselling Families. University of Manitoba: Faculty of Social Work. Madanes, Cloe. (1981). Terapi Keluarga Strategis. Seri Ilmu Sosial dan Perilaku. Jossey Bass. ISBN 9780875894874 Minuchin, S. (1974). Keluarga dan Terapi Keluarga. Harvard University Press. ISBN 9780674292369 Sandjaja, S. S. (2011). Terapi Keluarga Struktural. Metamorfosis.



11