Makalah Suppos Kanker Anus [PDF]

  • Author / Uploaded
  • nunna
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dalam tubuh manusia, sukar disembuhkan dan bersifat fatal. Secara global angka kejadian kanker sekitar 5-20 % dan sebagai penyebab kematian utama termasuk stroke dan penyakit jantung. Di Indonesia kanker merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan stroke. Pengobatan kanker memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga keluarga maupun pemerintah sangat berat memikul beban tersebut. Penyebab terjadinya kanker belum diketahui dengan pasti, namun yang pasti adanya faktor genetik (herediter) dan dicetuskan oleh faktor lingkungan. Banyak faktor lingkungan yang diduga kuat sebagai faktor pencetus kanker seperti rokok, alkohol, radiasi, bahan kimia, pola makan, dan banyak lagi. Bila faktor pencetus tersebut dapat dikendalikan maka kanker dapat dicegah, setidaknya dapat menurunkan angka kejadian kanker. Tidak ada pengobatan kanker yang memuaskan, pengobatan kanker bertujuan untuk mengontrol pertumbuhan atau mematikan sel kanker tanpa mengganggu kelangsungan hidup dan fungsi sel sehat lainnya. Jenis pengobatan kanker yang digunakan sampai sekarang ini adalah pembedahan, penyinaran (radioterapi), obat-obatan pembunuh sel kanker (kemoterapi), obat yang meningkatkan daya tahan tubuh (imunoterapi), pengobatan dengan hormon dan pengobatan dengan tumbuhan. Namun angka kematian masih sangat tinggi. Kanker menjadi masalah kesehatan secara global karena angka kematiannya sangat tinggi, namun bila diketahui secara dini kanker dapat dicegah. Namun sering kali baru diketahui pada fase lanjut sehingga sukar ditangani. Selain menyebabkan penderitaan pada pasiennya keluarga juga sangat menderita oleh karena itu penanganan kanker hendaknya secara terpadu dan holistik. Sayangnya penanganan kanker di Indonesia khususnya di Bali masih belum memenuhi harapan.



1|TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID



1.2 Rumusan Masalah 1. Jelaskan defenisi, penyebab dari kanker anus ? 2. Bagaimana gejala dan diagnosis dari kanker anus ? 3. Bagaimna pengobatan dari kanker anus ? 4. Apa yang dimaksud dengan suppositoria ? 5. Sebutkan macam macam dan bahan dasar dari suppositoria ! 6. Sebutkan keuntungan dan kerugian sediaan suppositoria ! 7. Bagaimana cara kerja pembuatan suppositoria untuk kanker anus ?



1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui tentang kanker anus dan penyebabnya 2. Untuk mengetahui gejala dan diagnosis dari kanker anus 3. Unruk mengetahui pengobatan untuk kanker anus 4. Untuk mengetahui tentang sediaan suppositoria 5. Untuk mengetahui macam macam dan bahan dasar dari suppositoria 6. Unruk mengetahui keuntungan dan kerugian dari sediaan suppositoria 7. Untuk mengetahui pembuatan suppositoria untuk kanker anus



2|TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1



Defenisi Kanker Anus Kanker Anus adalah kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan selsel keganasan (kanker) di dalam anus. Anus adalah bagian ujung dari usus besar, setelah rektum, dimana materi-materi feses melaluinya untuk keluar dari dalam tubuh. Dekat dengan pembukaan anus terdapat dua buah otot seperti cincin, yang dikenal dengan otot sfingter yang membuka dan menutup yang dapat menyebabkan keluarnya materi feses ketika membuka. Seperti bagian lain dari tubuh, anus juga rentan terhadap infeksi dan penyakit, salah satunya adalah kanker anus.



2.1.1 Penyebab Kanker Anus Mereka yang beresiko terhadap penyakit kanker anus adalah 



Pria/ wanita berusia diatas 50 tahun







Pasien yang terinfeksi HPV (human papilomavirus)







Sering bergonta ganti pasangan (seks)







Sering melakukan anal seks (hubungan seks melalui anus)







Penderita anus fitula







Perokok







Sering terjadi peradangan pada dubur/anus



2.1.2 Gejala Kanker Anus Gejala kanker dubur tidak unik, gejala yang muncul bisa jadi hanya seperti wasir. Meskipun kanker dubur relatif sederhana didiagnosa, namun seringkali diagnosis yang dilakukan terlambat. Adapun gejalanya adalah 



Perubahan kebiasaan buang air besar seperti diare, sembelit, atau penipisan feses.



3|TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID







Adanya benjolan disekitar anus. Benjolan tersebut agak menyerupai wasir/ ambeien







Nyeri punggung bagian bawah. Gejala yang ini biasanya muncul pada wanita dikarenakan tumor memberikan tekaanan pada vagina.







Pendarahan dari anus







Keluarnya cairan seperti jelly dari anus







Nyeri disekitar anus







Gatal gatal pada anus







Keluarnya lendir dari anus







Perut terasa kembung



2.1.3 Diagnosis Kanker Anus Untuk melakukan pengujian dan pemeriksaan dalam medeteksi kanker anus, dapat dilakukan beberapa prosedur seperti 



Pemeriksaan riwayat penyakit, yaitu pemeriksaan terhadap riwayat penyakit yang pernah diderita pasien serta tindakan pengobatan yang telah dilakukan.







Pemeriksaa



dubur/anus,



dimana



perawat/dokter



akan



melakukan



pemeriksaan dengan cara memasukkan jari ke dalam dubur untuk mendeteksi adanya benjolan yang mencurigakan pada dubur. 



Anoskopi, dimana dokter akan memeriksa anus dan rektum dengan jarak yang lebih dekat dengan bantuan Anoscope. Anoscope akan dilumasi dan dimasukkan ke dalam anus untuk mengetahui apa yang terjadi pada anus bagian dalam. Jika ternyata ditemukan area yang mencurigakan, maka dokter akan mengambil contoh jaringan dari area tersebut untuk kemudian diselidiki lebih dalam dengan menggunakan mikroskop.







Endo-anal (endorectal ultrasound), dimana sebuah alat yang memancarkan energi gelombang suara dimasukkan ke dalam anus. Setelah itu, alat ini akan membuat gema yang akan di tranformasi menjadi sonogram.







CT Scan (computed tomography scan). Metode ini akan menyoroti bagian dalam tubuh secara detail yang akan diambil dari beberapa sudut. Mesin X-ray akan terhubung ke monitor yang menampikan gambar. Pada



4|TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID



beberapa kasus, dibutuhkan bantuan Dye, yaitu sejenis zat warna yang akan disuntikan pada pembuluh darah pasien dengan tujuan agar tampilan gambar yang di-scan terlihat lebih jelas. 



X-ray atau yang juga dikenal sebagai foto rontgen, merupakan sejenis radiasi elektromagnetik yang mampu mengambil gambar foto tubuh manusia bagian dalam.



. 2.1.4



Pengobatan Kanker Anus Ada beberapa metode utama pengobatan kanker dubur: terapi radiasi, kemoterapi dan pembedahan. 1. Terapi Radiasi Terapi radiasi menggunakan energy radiasi tingkat tinggi jenis tertentu untuk mengecilkan tumor atau menghilangkan sel-sel kanker. Terapi radiasi bekerja dengan cara merusak DNA sel kanker dan membuat sel kanker tidak dapat berkembang biak. Meskipun terapi radiasi dapat merusak sel-sel sehat di dekatnya, sel-sel kanker sangat sensitif terhadap radiasi dan biasanya mati ketika diobati. Sel-sel sehat yang rusak selama radiasi akan pulih kembali. Dua jenis utama terapi radiasi adalah radiasi eksternal dan internal, atau disebut juga “brachytherapy.” Radiasi eksternal jauh lebih umum daripada radiasi internal dalam mengobati kanker dubur. 2. Kemoterapi Kemoterapi dapat dilakukan untuk terapi kanker dubur dan terkadang dibutuhkan kombinasi dengan terapi radiasi. Obat Kemoterapi bekerja dengan menghmbuhan sel-sel kanker yang pembelahannya sangat cepat, namun ada beberpa sel normal yang juga memiliki sifat membelah sangat cepat juga seperti sel-sel folikel rambut dan tentu saja kemoterapi juga mempengaruhi selsel ini. Oleh karena itulah pada orang yang menjalani kemoterapi akan mengalami kerontokan rambut. Namun kerontokan ini akan segera pulih manakala kemoterapi sudah selesai.



5|TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID



3. Bedah Pembedahan dilakukan untuk mengangkat tumor, metode ini merupakan yang paling umum untuk mengobati kanker dubur namun pada beberapa orang metode ini masih menjadi pertimbangan. Operasi juga dapat dikombinasi dengan terapi radiasi dan atau kemoterapi. Hal ini dilakukan agar pengobatan memberikan hasil yang lebih optimal. 4. Pengobatan Menggunakan Supppositoria Untuk Kanker Anus Kanker anus sebenarnya di Indonesia sangat jarang sekali terjadi, namun adakalanya jika sampai terjadi penyakit kanker seperti ini dibutuhkan pencetus baru yakni obat dalam bentuk sediaan suppositoria untuk kanker anus. Sehingga terdapat formulasi baru yang dapat digunakan sebagai obat anti kanker ini. Memang membutuhkan waktu yang lama untuk penelitian formulasi baru seperti ini, tetapi alangkah lebih baik jika formulasi seperti ini dapat dijalankan. Karena suppositoria seperti ini akan sangat dibutuhkan bagi penderitanya.



2.2



5- Fluorouracil (5- FU)



5- Fluorouracil merupakan bahan obat indeks yakni, obat yang diubah atau dipengaruhi efek farmakologinya oleh obat/bahan lain. Obat 5- FU bekerja dengan merusak RNA atau DNA, semakin cepat sel sel membagi semakin besar kemampuan obat membunuh sel, sehinggan menyebabkan kanker menyusut dan apoptis (kematian sel). Fluorouracil termasuk kategori obat kanker antimetabolit. Fluorouracil diklasifikasikan sebagai analog primidin



karena mengganggu



sintesis DNA dan RNA dengan meniru blok bangunan yang diperlukan untuk sintesis.



6|TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID



Kegunaan 5 FU yaitu untuk kanker kolon dan dubur, kanker payudara, kanker gastrointestinal, kanker kepala dan leher. Tidak diketahui primer ( sel skuamosa), tumor neuroendokrin, kanker thymus, kanker serviks, kanker kandung kemih, kanker Hepatobiliary.



2.3



Suppositoria 



Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau uretra.







Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, Supositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torepedo dapat melarut, melunak atau meleleh pada subu tubuh.



2.3.1 Macam macam Suppositoria Berdasarkan tempat pemberiannya suppositoria dibagi menjadi: a. Suppositoria untuk rectum (rectal) Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya suppositoria rektum panjangnya ± 32 mm (1,5 inchi), dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk peluru, torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan, dan beratnya 2 gram. b. Suppositoria untuk vagina (vaginal) Suppositoria untuk vagina disebut juga pessarium biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai kompendik resmi beratnya 5 gram apabila basisnya oleum cacao. c. Suppositoria untuk saluran urin (uretra) Suppositoria untuk untuk saluran urin juga disebut bougie, bentuknya rampiung seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan kesaluran urin pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria bergaris tengah 3-6 mm dengan panjang ± 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao beratnya ± 4 gram. suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria,



7|TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID



panjang ± 70 mm dan beratnya 2 gram, inipun bila oleum cacao sebagai basisnya. d. Suppositoia untuk hidung dan telinga Suppositoia untuk hidung dan telinga yang disebut juga kerucut telinga, keduanya berbentuk sama dengan suppositoria saluran urin hanya ukuran panjangnya lebih kecil, biasanya 32 mm. suppositoria telinga umunya diolah dengan suatu basis gelatin yang mengandung gliserin. Seperti dinyatakan sebelumnya, suppositoria untuk obat hidung dan telinga sekarang jarang digunakan. 2.3.2



Bahan Dasar Suppositoria  Persyaratan Bahan Dasar Suppositoria Yang Ideal : -



Melebur pada temperatur rektal



-



Tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi dan sensitisasi



-



Dapat bercampur (kompatibel) dengan berbagai obat



-



Tidak berbentuk metastabil



-



Mudah dilepas dari cetakan



-



Memiliki sifat pembasahan dan emulsifikasi



-



Bilangan airnya tinggi



-



Stabil secara fisika dan kimia selama penyimpanan



-



Dapat dibentuk dengan tangan, mesin, kompresi atau ekstrusi



 Penggolongan bahan dasar suppositoria : a. Bahan dasar berlemak : oleum cacao Lemak coklat merupakan trigliserida berwarna kekuninagan, memiliki bau yang khas dan bersifat polimorf (mepunyai banyak bentuk krital). Jika dipanaskan pada suhu sektiras 30°C akan mulai mencair dan biasanya meleleh sekitar 34°-35°C, sedangkan dibawah 30°C berupa massa semipadat. Jika suhu pemanasannya tinggi, lemak coklat akan mencai sempurna seperti minyak dan akan kehilangan semua inti Kristal metastabil.  Keuntungan oleum cacao : -



Dapat melebur pada suhu tubuh



-



Dapat memadat pada suhu kamar



8|TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID



 Kerugian oleum cacao : -



Tidak dapat bercampur dengan cairan sekresi (cairan pengeluaran).



-



Titik leburnya tidak menentu, kadang naik dan kadang turun apabila ditambahkan dengan bahan tertentu.



b.



Meleleh pada udara yang panas



PEG (Polietilenglikol) PEG merupakan etilenglikol terpolimerisasi dengan bobot molekul antara 300-6000. Dipasaran terdapat PEG 400 (carbowax 400). PEG 1000 (carbowax 1000), PEG 1500 (carbowax 1500), PEG 4000 (carbowax 4000), dan PEG 6000 (carbowax 6000). PEG di bawah 1000 berbentuk cair, sedangkan di atas 1000 berbentuk padat lunak seperti malam. Formula PEG yang dipakai sebagai berikut : 1. Bahan dasar tidak berair PEG 4000 4% (25%) dan PEG 1000 96% (75%) 2. Bahan dasar berair PEG 1540 30%, PEG 6000 50% dan aqua+obat 20% Titik lebur PEG antara 35°-63°C, tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan sekresi tubuh.  Keuntungan menggunakan PEG sebagai basis supositoria, antara lain: -



Tidak mengiritasi atau merangsang



-



Tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibandingkan dengan oleum cacao



-



Tetap kontak dengan lapisan mukosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh



 Kerugian jika digunakan sebagai basis supositoria, antara lain : -



Menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan, sehingga timbul rasa yang menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan supositoria ke dalam air dahulu sebelum digunakan.



9|TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID



-



Dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga mengahambat pelepasan obat.



Pembuatan supositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan dasar, lalu dituangkan ke dalam cetakan seperti pembuatan supositoria dengan bahan dasar lemak coklat. 2.3.3



Tujuan Penggunaan Suppositoria a. Supositoria dipakai unjtuk pengobtan local,baik di dalam rectum,vagina,atau uretra,seperti pada penyakit haemorroid/wasir/ambeien,dan infeksi lainnya. b. Cara rectal juga digunakan untuk distribusi sistemik,karena dapat diserap oleh membran mukosa dalam rectum . c. Jika penggunaan obat secara oral tidak memungkinkan,misalnya pada pasien yang mudah muntah atau pasien yang tidak sadarkan diri. d. Aksi kerja awal akan cepat diperoleh,karena obat diabsorpsi melalui mukosa rectum dan langsung masuk dalam sirkulasi darah. e. Agar terhindar dari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati.



2.3.4



Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Suppositoria a. Faktor fisiologis, antara lain pelepasan obat dari basis atau bahan dasar, difusi obat melalui mukosa, deteoksifikasi atau metabolisme, distribusi di cairan jaringan, dan terjadinya ikatan protein di dalam darah atau cairan jaringan. b. Faktor fisika kimia obat dan basis antara lain kelarutan obat, kadar obat dalam basis, ukuran partikel, dan basis suppositoria (Syamsuni, 2005).



2.3.5



Keuntungan dan Kerugian Sediaan Suppositoria Keuntungan : a. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung b. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan c. Langsung dapat masuk ke saluran pembuluh darah sehingga akan memberikan efek yang lebih cepat dibanding obat per oral d. Bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar 10 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D



e. Menghindari biotransformasi hati / sirkulasi portal f. Bila obat ditujukan untuk efek lokal Kerugian :



2.3.6



a.



Cara pakai tidak menyenangkan



b.



Absorbsi obat seringkali tidak teratur / sukar diramalkan



c.



Tidak dapat disimpan dalam suhu ruangan



d.



Tidak semua obat bisa dibuat suppositoria



Metode Pembuatan Suppositoria Suppositoria dapat dibuat dengan beberapa metode yaitu pencetakan dengan tangan, pencetakan kompresi, dan pencetakan dengan penuangan. 1. Pencetakan dengan tangan (manual) Pencetakan dengan tangan (manual) merupakan metode paling sederhana, praktis dan ekonomis untuk memproduksi sejumlah kecil suppositoria. Caranya dengan menggerus bahan pembawa / basis sedikit demi sedikit dengan zat aktif, di dalam mortir hingga homogen. Kemudian massa suppositoria yang mengandung zat aktif digulung menjadi bentuk silinder lalu dipotong-potong sesuai diameter dan panjangnya. Zat aktif dicampurkan dalam bentuk serbuk halus atau dilarutkan dalam air. Untuk mencegah melekatnya bahan pembawa pada tangan, dapat digunakan talk. 2. Pencetakan dengan kompresi / cetak kempa / cold compression Pada pencetakan dengan kompresi, suppositoria dibuat dengan mencetak massa yang dingin ke dalam cetakan dengan bentuk yang diinginkan. Alat kompresi ini terdapat dalam berbagai kapasitas yaitu 1,2 dan 5 g. Dengan metode kompresi, dihasilkan suppositoria yang lebih baik dibandingkan cara pertama, karena metode ini dapat mencegah sedimentasi padatan yang larut dalam bahan pembawa suppositoria. Umumnya metode ini digunakan dalam skala besar produksi dan digunakan untuk membuat suppositoria dengan pembawa lemak coklat / oleum cacao. Beberapa basis yang dapat digunakan adalah campuran PEG 1450 – heksametriol-1,2,6 6% dan 12% polietilen oksida 4000.



11 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D



3. Pencetakan dengan penuangan / cetak tuang / fusion Metode pencetakan dengan penuangan sering juga digunakan untuk pembuatan skala industri. Teknik ini juga sering disebut sebagai teknik pelelehan. Cara ini dapat dipakai untuk membuat suppositoria dengan hampir semua pembawa. Cetakannya dapat digunakan untuk membuat 6 - 600 suppositoria. Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode ini ialah melelehkan bahan pembawa dalam penangas air hingga homogen, membasahi cetakan dengan lubrikan untuk mencegah melekatnya suppositoria pada dinding cetakan, menuang hasil leburan menjadi suppo, selanjutnya pendinginan bertahap (pada awalnya di suhu kamar, lalu pada lemari pendingin bersuhu 7-10 0C, lalu melepaskan suppo dari cetakan. Cetakan yang umum digunakan sekarang terbuat dari baja tahan karat, aluminium, tembaga atau plastik. Cetakan yang dipisah dalam sekat-sekat, umumnya dapat dibuka secara membujur. Pada waktu leburan dituangkan cetakan ditutup dan kemudian dibuka lagi saat akan mengeluarkan suppositoria yang sudah dingin. Tergantung pada formulasinya, cetakan suppo mungkin memerlukan lubrikan sebelum leburan dimasukkan ke dalamnya, supaya memudahkan terlepasnya suppo dari cetakan. Bahan-bahan yang mungkin menimbulkan iritasi terhadap membran mukosa seharusnya tidak digunakan sebagai lubrikan. Metode yang sering digunakan pada pembuatan suppositoria baik skala kecil maupun skala industri adalah pencetakan dengan penuangan. 2.3.7



Quality Control Suppository 1. Appearance (penampilan permukaan & bentuk) untuk mengevaluasi adanya keretakan, migrasi bahan aktif, bau, warna 2.



Keseragaman bobot



- timbang 20 suppo sendiri sendiri (w1-w20) - timbang 20 suppo bersamaan (W) - hitung rata-rata W/20



12 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D



Evaluasi : tdk lebih 2 suppo berbeda dengan berat rata-rata > 5%, dan tidak ada satu suppo yang berbeda dengan rata-rata > 10% 3.



Test Jarak Leleh (Melting Range Test)







Menunjukkan waktu yang diperlukan suppo untuk leleh bila dicelup dalam air yang dipertahankan suhunya 37C







Menggunakan USP Tablet Disintegrating Apparatus



4. Liquefaction time / softening time







Mengukur waktu suppo menjadi lunak dalam kondisi in vitro 37C







Alat yang digunakan adalah U tube dan celophan tube



5.



Breaking test (Hardness)



13 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D







untuk mengukur kerapuhan suppositorisa







camber dengan dinding ganda digunakan untuk tempat uji suppositoria







air pada suhu 37° dipompa melalui dinding ganda







suppositoria mendukung cakram yang menempel pada batang







pada ujung lain dari batang terdiri dari cakram lain yang bobotnya diterapkan



6.



Uji Disolusi suppo Dapat menggunakan perangkat uji disolusi basket atau menggunakan tube dialisis



7. Uji stabilitas Suppositoria 



Lemak coklat dalam penyimpanan dapat terbentuk seperti serbuk putih di permukaannya, diatasi dengan disimpan di suhu dingin yang seragam dan mengemas dalam aluminium foil







Suppo dari lemak coklat semakin keras dalam penyimpanan karena terjadi transisi menjadi bentuk kristal yang stabil







Softening time dapat digunakan untuk uji stabilitas







Apabila suppo disimpan pada suhu tinggi dibawah titik lelehnya setelah produksi proses kadaluarsa akan lebih cepat.



14 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D



BAB III PRA FORMULASI



3.1



Formula untuk suppositoria kanker anus R/ 5- Fluorouracil



20 %



Polyetilen glikol 80 % No



Nama bahan



Fungsi



1.



5-Fluorouracil (5 FU)



Zat aktif



2.



Poly etilen glikol



Zat



Penimbangan bahan (mg) 20 %



dasar 80 %



suppositoria



3.2



Monografi atau Uraian Bahan  5- Fluorouracil Pemerian : serbuk hablur, putih, hingga hampir putih, praktis tidak berbau, terurai pada suhu lebih kurang 282° Kelarutan : Agak sukar larut dalam air; sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter  Macrogolum atau Polietilen glikol (Menurut FI Edisi IV Tahun 2010 Halaman 508) Pemerian



:



Umumnya ditentukan dengan bilangan yang menunjukkan bobot molekul rata-rata menambahn kelarutan dalam air, tekanan uap, higroskopisitas, dan mengurangi kelarutan dalam pelarut organik, suhu beku, berat jenis, suhu nyala dan naiknya kekentalan. Bentuk cair umumnya jernih dan berkabut, cairan kental, tidak berwarna atau praktis tidak berwarna, agak higroskopis, bau khas lemah. Bobot jenis pada suhu 250 lebih kurang 1,12. Bentuk padat biasanya praktis tidak berbau 15 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D



dan tidak berasa, putih, licin seperti plastik mempunyai konsistensi seperti malam, serpihan butiran atau serbuk putih gading. Kelarutan



:



Bentuk cair bercampur dengan air, bentuk padat mudah larut dalam air, larut dalam aseton, dalam etanol 95%, dalam kloroform, dalam etil asetat dan dalam toluena, tidak larut dalam eter dan dalam heksana.



3.3



Uji Bahan Aktif 1. Titik lebur Titik lebur adalah suhu di mana zat yang kita uji pertama kali melebur atau meleleh seluruhnya yang ditunjukan pada saat fase padat cepat hilang. Dalam analisa farmasi titik lebur untuk menetapkan karakteristik senyawa dan identifikasi adanya pengotor. Untuk uji titik lebur di butuhkan alat pengukuran titik lebur yaitu, Metting Point Apparatus (MPA) alat ini digunakan untuk melihat atau mengukur besarnya titik lebur suatu zat. 2. Bobot jenis Bobot jenis adalah perbandingan bobot jenis udara pada suhu 25 terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot jenis dengan bobot air dalam piknometer. Lalu dinyatakan lain dalam monografi keduanya ditetapkan pada suhu 25 . (FI IV hal 1302). Bobot jenis dapat digunakan untuk :  Mengetahui kepekaan suatu zat  Mengetahui kemurniaan suatu zat  Mengetahui jenis zat



Alat yang digunakan untuk mengukur bobot jenis. Piknometer untuk menentukan bobot jenis zat padat dan zat cair. Zat padat berbeda dengan zat cair, zat padat memiliki pori dan rongga sehingga berat jenis tidak dapat terdefenisi dengan jelas. Berat jenis sejati merupakan berat jenis yang dihitung tanpa pori atau rongga ruang. Sedangkan berat jenis nyata merupakan berat jenis yang di hitung sekaligus degan porinya sehingga



16 | T E K N O L O G I S E D I A A N S O L I D



nyata