Makalah Teori Brownell [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II PEMBAHASAN A.



Pengertian Teori Brownell dan Van Engen W. Brownell mengemukan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar



bermakna dan pengertian. Dia menegaskan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yang bermakna. William Brownell (1935) mengemukakan teori belajar matematika SD dalam bentuk Meaning Theori sebagai alternative dari Drill Theory yang sudah dikembangkan sebelumnya. Teori drill dalam pembelajaran matematika dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1874 – 1949). Van Engen (1949), seorang penganut teori bermakna mangatakan bahwa pada situasi yang bermakna selalu terdapat tiga unsur, yaitu: • Ada suatu kejadian (event), benda (object), atau tindakan (action); • Adanya simbol (lambang/notasi/gambar) yang digunakan sebagai pernyataan yang mewakili unsur perama di atas; • Adanya individu yang menafsirkan simbol-simbol dan mengacu kepada unsur pertama di atas. Menurut Van Engen tujuan pengajaran aritmetika untuk membantu anak memahami suatu sistem simbol yang mewakili suatu himpunan kejadian, dan serentetan kegiatan yang diberi simbol itu harus dialami langsung oleh anak. Van Engen (1953) membedakan makna (meaning) dan mengerti (understanding). Mengerti mengacu pada sesuatu yang dimiliki oleh individu. Individu yang mengerti telah memiliki hubungan sebab akibat, implikasi logis, dan sebaris pemikiran yang menggabungkan dua atau lebih pernyataan secara logis, makna adalah sesuatu yang dibaca dari sebuah simbol oleh seorang anak. Anak menyadari bahwa simbol adalah sesuatu pengganti objek. B.



Penerapan Teori Brownell dan Van Engen dalam Pembelajaran



Matematika SD Dalam penerapan teori Brownell dan Van Engen menerapkan materi Aritmatika atau berhitung yang diberikan pada anak-anak SD yang lebih menitik beratkan hafalan dan mengasah otak. Aplikasi dari bahan yang diajarkan dan bagaimana kaitannya dengan pembelajaran-pembelajaran lainnya. Sedikit sekali dikupas, menurut Brownell anak-anak yang berhasil dalam mengikuti pembelajaran pada waktu itu memiliki kemampuan berhitung yang jauh melebihi anak-anak sekarang. Banyaknya latihan yang diterapkan pada anak dan latihan mengasah otak dengan soal-soal yang panjang dan sangat rumit merupakan pengaruh dari doktrin disiplin formal. Terdapat perkembangan yang menunjukkan bahwa doktrin formal itu memiliki kekeliruan yang cukup



mendasar. Dari penelitian yang dilaksanakan pada abad ke-19 terdapat hasil yang menunjukkan bahwa belajar tidak melalui latihan hafalan dan mengasah otak, namun diperoleh anak melalui bagaimana anak berbuat, berfikir, memperoleh persepsi, dan lain-lain. Menurut teori drill ikatan antara stimulus dan respon akan bias dicapai oleh siswa melalui latihan berulang-ulang atau latihan menghafal. Intisari pengajaran matematika menurut teori drill ini adalah sebagai berikut: 1. Matematika dianalisis sebagai kumpulan fakta/unsure yang berdiri sendiri dan tidak saling berkaitan. 2. Siswa diwajibkan menguasai banyak unsure matematika tanpa perlu memperhatikan pengertiannya. 3. Siswa mempelajari unsur dalam bentuk seperti yang akan digunakan nanti dalam kesempatan lain. 4. Siswa akan mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien melalui pengulangan atau drill. Sedangkan, dalam teori bermakna, makna dari materi yang dipelajari oleh siswa merupakan isu utama dalam pembelajaran matematika. Teori ini juga mengaku pentingnya drill tetapi harus dilakukan apabila konsep, prinsip, atau proses yang dipelajari telah lebih dahulu dipahami oleh siswa. Hal ini dikarenakan bahwa penguasaan seseorang terhadap matematika tidak cukup hanya dilihat dari kemampuan mekanik siswa dalam berhitung saja, tetapi juga dalam aspek praktis dan kemampuan berpikir kuantitatif. Brownell juga menambahkan bahwa dalam belajar matematika, siswa sebaiknya memahami pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari (Subarinah, 2006) C. Impllikasi teori belajar Brownell dan Van Engen Implikasi teori perkembangan kognitif Brownell dalam pembelajaran sebagai berikut: 1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu, guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. 2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. 3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. 4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. 5. Siswa hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan siswa lain. Pengaplikasian teori kognitif



Brownell dalam belajar bergantung pada



akomodasi. Kepada siswa harus diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia



dapat belajar, karena ia tidak dapat belajar dari apa yang telah diketahui saja dengan adanya area baru, siswa akan mengadakan usaha untuk dapat mengakomodasikan. Dengan demikian, dalam teori bermakna yang dikembangkan oleh Brownell bahwa pengajaran operasi hitung akan mudah dipahami oleh siswa apabila makna bilangan dan operasinya diikutsertakan dalam proses operasi. Kita percaya bukan keputusan mengajarkan matematika dengan bermakna saja yang dapat menyebabkan perubahan dalam reformasi pendidikan, tetapi bagaimana cara kita menginterpretasikan istilah pembelajaran matematika yang bermakna yang telah dan akan melanjutkan usaha perbaikan dalam matematika.



D. Materi teori Brownell dan Van Engen 1. Menghitung untung (laba) dan rugi Contoh: ibu membeli sepatu harga Rp. 40.000. lalu dijual lagi seharga Rp. 50.000 a. Berapa rupiah keuntungannya? b. Berapa % untungnya? Jawab: a. untung (rupiah) = penjualan – pembelian



= Rp. 50.000 – Rp. 40.000 = Rp. 10.0000 b. untung



=



10.000 40.000



x 100%



Laba (%) = x = 25% 100%



Seorang pedagang membeli sepotong baju seharga Rp 250.000,00. Kemudian dijual lagi dengan harga Rp 200.000,00. a. berapa rupiah ruginya? b. berapa % kerugiannya? Jawab : a. rugi (%) = pembelian – penjualan = Rp 250.000,00 – Rp 200.000,00 = Rp 50.000,00 b. rugi (%) =



50.000 x 100 2500.000



Rugi (%) =



2. Menghitung Penjualan Adi membeli seragam seharga Rp. 80.000,00. Kemudian djual kembali dengan untung 15%. Berapa rupiah penjualannya? Cara 1 : Laba 15% =



15 x Rp. 80.000 100



= Rp. 12.000,00 Jadi penjualan = Rp. 80.000,00- Rp. 12.000,00



= Rp. 92.000,00



3. Menghitung Pembelian Contoh : 1. ayah menjual sepeda motor seharga Rp 4.500.000,00 dengan harga itu ayah rugi 10%. Berapa rupiah harga pembelian sepeda motor itu? Jawab : -



Pembelian = 100% Rugi = 10% Penjualan = 100% - 10% = 90%



Jadi pembeliannya = Rp 4.500.000,00 :



= Rp 4.500.000,00 x = Rp 5.000.000,00



100 90



90 100