Makalah Teori Penuaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TEORI-TEORI PENUAAN



Disusun oleh Nama : Siti Sarkia Fataruba Kelas : siang (ambon) Semester : VII



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES MALUKU HUSADA Ambon 2021/2022



1



Daftar isi Kata pengantar Daftar isi BAB II PENDAHULUAN Latar belakang Rumusan masalah Tujuan penulis Manfaat penulis BAB II PEMBAHASAN Pengertian penuaan Batasan usia lanjut (lansia) Teori penuaan Perubahan perubahan yang terjadi pada usia lanjut BAB II PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA



2



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal manusia telah berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapa terjadi penuaan, namun tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan proses penuaan. Setiap orang akan mengalami enuaan, tetapi penuaan pada setiap individu akan berbeda tergantung faktor herediter, stresor lingkungan, dan sejumlah besar faktor yang lain. Walaupun tidak ada satu teori yang dapat menjelaskan peristiwa fisik, psikologis, dan peristiwa sosial yang kompleks yang terjadi dari waktu ke waktu, suatu pemahaman dari penelitian dan teori-teori yang dihasilkan sangant penting bagi perawat untuk membantu orang lanjut usia memelihara kesehatan fisik dan psikis yang sempurna. Gerontologi, studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit yang berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Perawat yang merencanakan dan memberikan perawatatn pada orang diusianya yang telah lanjut mendukung dan mengembangkan teori yang menjadi dasar untuk asuhan keperawatan selama tahap akhir kehidupan ini. Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikosoaial. Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial mencoba untuk menjelaskan bagaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan perilaku. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari usia lanjut? 2. Bagaimana batasan usia lanjut? 3. Apa saja teori-teori penuaan? 4. Apa saja perubahan-perubahan pada usia lanjut? 5. Apa saja factor-faktor perubahan proses menua? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian dari usia lanjut. 3



2. Untuk mengetahui batasan usia lanjut. 3. Untuk mengetahui teori-teori penuaan. 4. Untuk mengetahui perubahan-perubahan pada usia lanjut. 5. Untuk mengetahui factor-faktor perubahan proses menua. 1.4 Manfaat Penulisan Untuk menambah pengetahuan kelompok tentang teori-teori penuaan, dan sebagai pembelajaran dalam melakukan tindakan keperawatan pada lansia.



4



BAB II PEMBAHASAAN 2.1 Pengertian Penuaan Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2006). Menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994) WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh. Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus secara alamiah. Dimulai sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umunya dialami seluruh makhluk hidup. Menua merupakan proses penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti penurunan daya tahan tubuh. Setiap orang akan mengalami masa tua, akan tetapi penuaan pada tiap seseorang



5



berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor herediter, nutrisi, stress,status kesehatan dan lain-lain (Stanley, 2006). 2.2 Batasan Usia Lanjut (Lansia) Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi : a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia menjadi : a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun) b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun) c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65 tahun) Menurut Undang-UndangNo. 4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Undang-UndangNo. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.



2.3 Teori-Teori Penuaan Teori penuaan secara umummenurut Lilik Ma’rifatul (2011)dapat dibedakan menjadidua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial. 1. Teori Biologi



6



Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Teori biologis juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara berbeda dari waktu kewaktu dan faktor apa yang memengaruhi umur panjang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif biologi dapat memberikan pengetahuan kepada perawat tentang faktor resiko spesifik dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu untuk meminimalkan atau menghindari resiko dan memaksimalkan kesehatan. a. Teori Genetika Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama disebabkan oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori genetike, penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya. Teori genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen. Teori-teori ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak terartur karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti sel. Molekul DNA menjadi bersilangan (crosslink) denga unsur yang lain sehingga mengubah informasi genetik. Adanya crosslink ini mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya mengakibatkan sistem dan organ tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti yang mendukung teoriteori ini termasuk perkembangan radikal bebas, kolagen, dan lipofusin. Selain itu, peningkatan frekuensi kanker dan penyakit autoimun yang dihubungkan dengan bertambahnya umur menyatakan bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat molekular dan selular. b. Teori Radikal Bebas Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan bagian molekul yang sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan ekstraseluler kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengibah bentuk dan sifatnya, molekul ini juga dapat bereaksi dengan 7



lipid yang berada dalam membran sel, mempengaruhi permeabilitasnya atau dapat berikatan dengan organel sel. Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan karena terjadinya akumulasi kerusakan irreversibel akibat senyawa pengoksidasi. Dimana radikal bebas dapat terbentuk dialam, tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. c. Teori Cross Link Teori crosslink dan jaringan ikat menyatakan bahwa molekul kolagen dan elastin, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa yang lama meningkatkan rigiditas sel, crosslink diperkirakan akibat reaksi kimia yang menimbulkan aenyawa antara molekulmolekul yang normalnya terpisah atau secara singkatnya sel-sel tua atau usang, reaksi kimianya menyebakan kurang elastis dan hilangnya fungsi. Contoh crosslink jaringan ikat terkait usia meliputi penurunan kekuatan daya rentang dinding arteri, tanggalnya gigi, tendon kering dan berserat. d. Teori Wear and Tear Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal. Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme yang menyebabkan kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh sistem enzim pelindung pada kondisi normal. Beberapa radikal bebas berhasil lolos dari proses perusakan ini dan berakumulasi didalam struktur biologis yang penting, saat itu kerusakan organ terjadi. Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada pembentukan radikal bebas, sehingga ilmuwan memiliki hipotesis bahwa tingkat kecepatan produksi radikal bebas berhubungan dengan penentuan waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan efeknya pada perpanjangan rentang hidup mungkin berdasarkan pada teori ini. Pembatasan kalori telah terbukti dapat meningkatkan masa hidup pada tikus percobaan. Sepanjang masa hidup, tikustikus tersebut telah mengalami penurunan angka kejadian kemunduran fungsional, dan mengalami lebih sedikit kondisi penyakit yang berkaitan dengan peningkatan umur,



8



berkurangnya kemunduran fungsional tubuh, dan menurunnya insidensi penyakit yang berhubungan dengan penuaan. e. Teori Imunitas Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh. Ketika orang mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami penyakit autoimun seperti artritis reumaoid dan alergi terhadap makanan dan faktor lingkungan yang lain. Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran kelenjar timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring dengan bertambahnya umur, seperti halnya kemampuan tubuh untuk diferensiasi sel T. karena hilangnya diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali sel yang tua dan tidak beraturan sebagai benda asing dan menyerangnya. Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan promosi kesehatan terhadap npelayanan kesehatan, terutama pada saat penuaan terjadi tidak dapat diabaikan. Walaupun semua orang memerlukan pemeriksaan rutin untuk memastikan deteksi dini dan perawatan seawal mungkin, tetapi pada orang lanjut usia kegagalan melindungi sistem imun yang telah mengalami penuaan melalui pemeriksaan kesehatan ini dapat mendorong ke arah kematian awal dan tidak terduga. Selain itu, program imunisasi secara nasional untuk mencegah kejadian dan penyebaran epidemi penyaki, seperti pneumonia dan influenza diantara orang lanjut usia juga mendukung dasar teoritis praktik keperawatan. f. Teori Neuroendokrin Diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun serta interaksi antara sistem saraf dan sistem endokrin menghasilkan persamaan yang luar biasa. Pada kasus selanjutnya para ahli telah memikirkan bahwa penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi yang diatur oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis, tiroid, adrenal, dan reproduksi. Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima, memproses, dan bereaksi terhadap perintah.



Dikenal



sebagai



perlambatan



tingkah 9



laku,



respon



ini



kadang-kadang



diinterpretasikan sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan. Pada umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun dari hal-hal tersebut, tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa seolah-olah mereka tidak kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses pemberian perawatan dengan cara memperlambat instruksi dan menunggu respon mereka. g. Riwayat Lingkungan Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan. Perawat dapat mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang dampak dari aspek ini terhadap penuaan dengan cara mendidik semua kelompok umur tentang hubungan antara faktor lingkungan dan penuaan yang dipercepat. Ilmu pengetahuan baru mulai untuk mengungkap berbagai faktor lingkungan yang dapat memengaruhi penuaan. 2. Teori psikososialogis Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan perubahan psikologis. Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah unik dan memiliki pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan, dan melalui banyak peristiwa. Salama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk menggambarkan bagaimana perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat memengaruhi reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut proses “penuaan yang sukses” contoh dari teori ini termasuk teori kepribadian. a. Teori Kepribadian Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahuntahun akhir kehidupannya yang telah merangsang penelitian yang pantas dipertimbangkan. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Juga mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang dewasa yang memandang kepribadian sebagai ektrovert atau introvert ia 10



berteori bahwa keseimbangan antara keddua hal tersebut adalah penting kesehatan. Didalam konsep intoritas dari Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan dengan memeiliki tujuannya sendiri yaitu untuk mengembangkan kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapat merefleksikan diri sendiri. b. Teori Tugas Perkembangan Beberapa ahli teori sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya dengan tugas yang harus dikuasai pada tahap sepanjang rentang hidup manusia. Hasil penelitian Ericson mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini. Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada kondisis tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa. Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi pada saat ahli gerontologi dan perawat gerontologi memeriksa kembali tugas perkembanagn lansia.



c. Teori Disengagement Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama kali pada awal tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan generasi tua pada generasi muda. Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagian karena penelitian ini dipandang cacat dan karena banyak lansia yang menentang “postulat” yang dibangkitkan oleh teori untuk menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan ikatan atau hubungan. Sebagai 11



contoh, dibawah kerangka kerja teori ini, pensiun wajib menjadi kebijakan sosial yang harus diterima. Dengan meningkatnya rentang waktu kehidupan alami, pensiun pada usia 65 tahun berarti bahwa seorang lanjut usia yang sehat dapat berharap untuk hidup 20 yahun lagi. Bagi banyak individu yang sehat dan produktif, prospek diri suatu langkah yang lebih lambat dan tanggung jawab yang lebih sedikit merupakan hal yang tidak diinginkan. Jelasnya, banyak lansia dapat terus menjadi anggota masyarakat produktif yang baik sampai mereka berusia 80 sampai 90 tahun. d. Teori Aktivitas Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah memvalidasi hubungan positif antara mempertahankan interaksi yang penuh arti dengan oranglain dan kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut. Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang lain. e. Teori Kontinuitas Teori kontinuitas, juga di kenal sebagai suatu teori perkembangan, merupakan suatu kelanjutan dari dua teori sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak berubah walaupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri kepribadian secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut bertambah tua. Seseorang yang menikmati bergabung dengan orang lain dan memiliki kehidupan sosial yang aktif akan terus menikmati gaya hidupnya ini sampai usianya lanjut. Orang yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas mungkin akan menemukan kepuasan dalam melanjutkan gaya hidupnya ini. Lansia yang terbiasa memiliki kendali dalam membuat keputusan mereka sendiri tidak akan dengan mudah menyerahkan peran ini hanya karena usia mereka yang telah lanjut. Selain itu, individu yang telah melakukan manipulasi atau abrasi



12



dalam interaksi interpersonal mereka selama masa mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda didalam masa akhir krhidupannya. f. Teori kebutuhan manusia Banyak teori psikologis yang memberi konsep motivasi dan kebutuhan manusia. Teori Maslow merupakan salah satu contoh yang diberikan pada lansia. Setiap manusia yang berada pada levelpertama akan mengambil prioritas untuk mencapai. Level yang lebih tinggi; aktualisasi diri akan terjadi apabila seseorang dengan yang lebih rendah tingkat kebutuhannya terpenuhi untuk beberapa derajat, maka ia akan terus bergerak di antara tingkat, dan mereka selalu berusaha menuju tingkat yang lebih tinggi. 2.4 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Usia Lanjut Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degenerative yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual 1. Perubahan Fisik a. Sistem Indra b. Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguanpada pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun. c. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastiskering dan berkerut.Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot. d. Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut : Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011).1)Perubahan Fisik e. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah di obserfasi adalah bagian dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.(f)Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan 13



jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. f. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas. 2. Sistem Kardiovaskuler dan Respirasi Perubahan sistem kardiovaskuler dan respirasi mencakup : a. Sistem kardiovaskuler Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa nudedan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat. b. Sistem respirasi Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dankemampuan peregangan toraks berkurang. c. Pencernaan dan Metabolisme Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata : 1) Kehilangan gigi, 2) Indra pengecap menurun, 3) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), 4) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah. d. Sistem perkemihan Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya lajufiltrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal. e. Sistem saraf Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. f. Sistem reproduksi



14



Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur. 3. Perubahan Kognitif 1) Memory (Daya ingat, Ingatan) 2) IQ (Intellegent Quocient) 3) Kemampuan Belajar (Learning) 4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension) 5) Pemecahan Masalah (Problem Solving) 6) Pengambilan Keputusan (Decission Making) 7) Kebijaksanaan (Wisdom) 8) Kinerja (Performance) 9) Motivasi 2.5 Faktor-Faktor Perubahan Proses Menua Faktor-faktor perubahan proses menua dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal pada perubahan proses menua. 1. Faktor internal Pengaruh faktor-faktor internal seperti terjadinya penurunan anatomik, fisiologik dan perubahan psikososial pada proses menua makin besar, penurunan ini akan menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit dimana batas antara penurunan tersebut dengan penyakit seringkali tidak begitu nyata. Penurunan anatomik dan fisiologik dapat meliputi sistem saraf pusat, kardiovaskuler, pernapasan, metabolisme, ekskresi, musculoskeletal serta kondisi psikososial. Kondisi psikososial itu sendiri meliputi perubahan kepribadian yang menjadi faktor predisposisi yaitu gangguan memori, cemas, gangguan tidur, perasaan kurang percaya diri, merasa diri menjadi beban orang lain, merasa rendah diri, putus asa dan dukungan sosial yang kurang. Faktor sosial meliputi perceraian, kematian, berkabung, kemiskinan, berkurangnya interaksi sosial dalam kelompok lansia mempengaruhi terjadinya depresi. Respon perilaku seseorang mempunyai hubungan dengan kontrol sosial yang berkaitan dengan kesehatan. Frekuensi kontak sosial dan tingginya integrasi dan keterikatan sosial dapat mengurangi atau memperberat efek stress pada hipotalamus dan sistim saraf pusat. Hubungan sosial ini dapat 15



mengurangi kerusakan otak dan efek penuaan. Makin banyaknya jumlah jaringan sosial padausialanjut mempunyai hubungan dengan fungsi kognitifatau mengurangi rata-rata penurunan kognitif 39%. 2. Faktor eksternal Faktor eksternal yang berpengaruh pada percepatan proses menua antara lain gaya hidup, faktor lingkungan dan pekerjaan. Gaya hidup yang mempercepat proses penuaan adalah jarang beraktifitas fisik, perokok, kurang tidur dan nutrisi yang tidak teratur. Hal tersebut dapat diatasi dengan strategi pencegahan yang diterapkan secara individual pada usia lanjut yaitudengan menghentikan merokok. Serta faktor lingkungan, dimana lansia manjalani kehidupannya merupakan faktor yang secara langsung dapat berpengaruh pada proses menua karena penurunan kemampuan



BAB III PENUTUP 16



3.1 Kesimpulan Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan. WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh. Teori penuaan secara umummenurut Lilik Ma’rifatul (2011)dapat dibedakan menjadidua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial. Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik dikombinasikan dengan perubahan psikologis. Faktor-faktor perubahan proses menua dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal pada perubahan proses menua. 2.2 Saran Semoga makalah ini, menjadi sumber referensi, baik acuan sebagai pembelajan, maupun sebagai pedoman dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan kepada lanjut usia.



Daftar Pustaka



17



Al Husna, C.H. Teori Proses Menua dan Permasalahannya; Diakses tanggal 14/05/2019 dari http://s1keperawatan.umm.ac.id/files/file/Teori%20Proses%20Menua%20dan %20Permasalahannya.pdf Notoadmodjo, S.2012. Motodologi Penelitian Kesehatan, penerbit, PT RINEKACIPTA, jakarta Pringgoutumo, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi 1 (umum), Edisi 1. Jakarta. Sagung Seto. Watson, R. 2003; Perawatan pada Lansia,Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,



18