Makalah Teori Revenue [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH REVENUE



DISUSUN Oleh Kelompok :



1. Fitya Nuryasyfi Achmad



(A31116012)



2. Dhea Cinthia Fara Andela



(A31116014)



3. Andi Amaliah A.



(A31116308)



4. Nur Hazimah Alimuddin



(A31116321)



5. Nurmasari Bahar



(A31116326)



PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018/2019



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Akuntasi memang sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan karena dengan Akuntansi kita bisa memantau kinerja perusahaan dan kondisi perusahaan yang kita jalani, apakah memperoleh laba atau menderita kerugian.dengan akuntansi kitapun dapat memperoleh informasi yang nantinya berguna untuk pemakainya,baik itu pihak ekstern maupun intern. Dengan adanya informasi ini kita juga bisa membayar pajak kepada pemerintah demi kesejahteraan sosial. Semua informasi dia tas terkait halnya dengan sebareba banyak pendapatan yang kita peroleh dari kegiatan perusahaan kita, ker]ana pendapatan adalah sesuatu yang sangat penting dalam setiap perusahaan. Tanpa ada pendapatan mustahil akan didapat penghasilan atau earnings . Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dikenal atau disebut penjualan, penghasilan jasa(fees ), bunga, dividen, royalti dan sewa. Menurut PSAK nomor 23 paragraf 6 adalah sebagai berikut: Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Namun demikian, Konsep mengenai pendapatan belum dapat dirumuskan dengan jelas dalam literatur akuntansi, karenapendapatan ini sangat erat kaitannya dengan pengukuran, penetapan waktu dalam konteks sistem pembukuan berpasangan. Sehubungan dengan hal diatas, pengertian pendapatan dapat berbeda-beda tergantung dari sudut mana pendapatan ini dipandang. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan pendapatan? 2. Jelaskan karakteristik-karakteristik pendapatan! 3. Bagaimana pembentukan dan realisasi pendapatan? 4. Jelaskan pengakuan untuk pendapatan! C. TUJUAN 1. Memahami dengan jelas apa yang dimaksud dengan pendapatan 2. Dapat mengetahui karakteristik-karakteristik yang ada pada pendapatan 3. Memahami bagaimana pembentukan dan realisasi pendapatan 4. Dapat mengetahui bagaimana pendapatan itu diakui dalam akuntansi BAB II PEMBAHASAN



A. DEFINISI PENDAPATAN Dalam SFAC No. 6 FASB mendefinisikan pendapatan dan untung sebagai berikut : Pendapatan adalah arus masuk atau perangkat tambahan lain aset dari suatu entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi barang, jasa render, atau kegiatan lainnya yang merupakan operasi yang sedang berlangsung oleh entitas besar atau pusat (prg. 78) Keuntungan adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi perifer atau insidental dari suatu entitas dan dari semua transaksi lain dan peristiwa lain dan keadaan yang mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi oleh pemilik (prg 82). Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002), IAI mengadopsi definisi pendapatan dari IASC yang menempatkan pendapatan (revenue) sebagai unsur penghasilan (income) sebagai berikut : Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus masuk atau perangkat tambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan dengan peserta ekuitas (hlm. 17) Keuntungan merupakan item lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin, atau tidak mungkin, timbul dalam perjalanan dari aktivitas normal perusahaan. Keuntungan merupakan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian tidak berbeda di alam dari pendapatan. Oleh karena itu, mereka tidak dianggap sebagai merupakan elemen yang terpisah dalam kerangka kerja ini (hlm. 18)



B. KARAKTERISTIK PENDAPATAN Dari beberapa definisi di atas dapat didaftar karakteristik karakteristik atau kata kata kunci yang membentuk pengertian pendapatan dan untung. Yang membentuk pengertian pendapatan dan untung adalah :



1. Kenaikan Aset Paton dan Litleton (1970:47) menyebutkan bahwa aset dapat bertambah karena berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut: a. Transaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor. b. Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset tetap, surat berharga, segmen bisnis, dan anak perusahaan. c. Hadiah, donasi atau temuan



d. Revaluasi aset yang telah ada. e. Penyediaan dan/atau penyerahan produk (barang dan jasa) Untuk disebut sebagai pendapatan, aliran aset masuk adalah jumlah rupiah kotor. FASB mengisyaratkan jumlah kotor dengan menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah rupiah yang datang dari penyerahan produk atau pelaksanaan jasa. (IASC) menunjuk jumlah kotor dengan menyebutkan bahwa jumlah rupiah pendapatan dapat berupa penjualan, imbalan jasa, bunga, dividen, royalitas, dan sewa. Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan aset merupakan pendefinisian dengan konsep aliran masuk. Konsep ini mempunyai kelemahan karena pendapatan dianggap baru ada setelah transaksi penjualan terjadi.dengan kata lain pendapatan timbul karena peristiwa atau transaksi pada saat tertentu dan bukan karena proses selama suatu periode. Kelemahan lain adalah definisi ini mengacaukan pengukuran dan penentuan saat pengakuan dengan proses penciptaan pendapatan 2. Operasi Utama Berlanjut Kenaikan aset harus berasal dari kegiatan operasi dan bukan kegiatan investasi dan pendanaan. Kegiatan operasi ini diwujudkan dalam bentuk memproduksi dan mengirimkan berbagai barang kepada pelanggan atau menyerahkan atau melaksanakan berbagai jasa. Pengertian operasi utama menunjukkan kegiatan sebagaimana pengertian operasi dalam klasifikasi kegiatan yang membentuk statemen aliran kas yaitu, operasi, investasi, dan pendanaan. Akan tetapi, pendapatan atau untung yang tidak berasal dari operasi utama dengan sendirinya lalu dapat disebut sebagai pos nonoperasi. a. Operasi dan Non-operasi Produk yang dihasilkan secara tidak rutin atau insidential sering dianggap sebagai pos pendapatan “non-operasi” dan dipisahkan penyajiannya. Paton dan Litleton (1970) berpendapat bahwa pemisahan laba atau rugi sebagai pos operasi dan non-operasi hanya dapat dibenarkan kalau laba atau rugi sebagai pos operasi tesebut benar benar luar biasa dan berkaitan dengan tujuan perusahaan utama hanya secara sangat kebetulan saja. Jadi, istilah “non-operasi” kurang deskriptif untuk mengklasifikasikan beberapa pendapatan atau untung yang sebenarnya masuk dalam pengertian operasi dalam arti luas. Bila tidak bersifat luar biasa, pos-pos tersebut lebih tepat dilaporkan sebagai pendapatan lain-lain dan untung (other revenue and gains). 3. Penurunan Kewajiban



Hal ini terjadi bila suatu entitas telah mengalami kenaikan aset sebelumnya misalnya menerima pembayarn di muka dari pelanggan penerimaan ini bukan merupakan pendapatan karena perusahaan belum melakukan prestasi yang menimbulkan hak penuh atas aset yang diterima. Oleh karena itu, jumlah rupiah yang diterima biasanya diperlukan sebagai pendapatan tekterhak atau pendapatan tangguhan yang statusnya adalah kewajiban sampaiada prestasi dari perusahaan berupa pengirimkan barang atau pelaksanaan jasa. 4. Suatu Entitas Pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan aset bukannya kenaikan ekuitas bersih. Jadi, aset yang masuk itulah yang disebut pendapatan. Aset tersebut dikuasai oleh perusahaan. Akan tetapi, karena hubungan perusahaan dengan pemilik merupakan hubungan utang-piutang, pada saat aset naik sebagai pendapatan utang perusahaan kepada pemilik juga naik dengan jumlah yang sama. Hal ini mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefinisian. Karena pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan aset bukan kenaikan ekuitas. 5. Produk Perusahaan Paton dan Littleton menyatakan bahwa pendapatan adalah produk perusahaan. Di sini pendapatan didefinisikan secara fisis bukan moneter. Definisi ini juga netral terhadap saat pengakuan. Aliran aset dari pelanggan berfungsi hanya sebagai pengukur tetapi bukan pendapatan itu sendiri; produk fisik yang dihasilkan oleh kegiatan usaha itulah pendapatan. Pengertian semacam ini sesuai dengan konsep upaya dan capaian (efford and accomplishment) yaitu pendapatan merupakan capaian upaya produktif perusahaan. Produk merupakan capaian dari tiap kegiatan produktif. Ada dua aliran yang berkaitan dengan pendapatan yaitu aliran fisik dan moneter.Pendapatan merupakan aliran masuk aset (unit moneter dan hal tersebut berkaitan dengan aliran fisis berupa penyerahan produk (output) perusahaan. Dalam hal ini, Kam (1990, hlm. 237) mempertanyakan apakah pendapatan itu objek atau kejadian. Untuk menjawab hali tersebut, Kam merinci lebih lanjut kedua aliran tersebut yaitu: a. Aliran fisis berupa :  Kejadian memproduksi dan menjual produk  Objek, yaitu produk fisis itu sendiri. b. Aliran moneter berupa :  Kejadian menaiknya nilai aset perusahaan karena produksi atau penjualan produk ke konsumer.



 Objek, yaitu jumlah rupiah aset atau produk yang dihasilkan atau dijual. 6. Pertukaran Ini dikarenakan pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat dalam sistem pembukuan. Satuan moneter yang paling objektif adalah kalau jumlah rupiah tersebut merupakan hasil transaksi atau pertukaran antara pihak independen. 7. Berbagai bentuk dan Nama Pendapatan adalah konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos dengan berbagai bentuk dan nama apapun. Pendapatan untuk perusahaan perdagangan misalnya disebut dengan penjualan. FASB membedakan antara untung dan pendapatan karena adanya karakteristik sumber yang dapat dibedakan dengan operasi utama. Karakteristik sumber dari untung itu sendiri adalah : a. Periferal dan insidental: misalnya penjualan investasi dalam surat-surat berharga, penjualan aset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatuh tempo. b. Transfer nontimbal-balik (nonreciprocal transfer) dengan pihak lain : misalnya hadiah dan donasi (bagi organisasi nonprofit) dan penerimaan ganti rugi pemenangan tuntutan perkara hukum. c. Penahanan aset (holding asset) : misalnya kenaikan harga sekuritas investasi, kenaikan nilai tukar valuta asing, dan kenaikan karena penahanan sediaan (holding gains) d. Faktor lingkungan : misalnya ganti rugi asuransii musibah alam yang melebihi kos aset yang rusak.



C. PEMBENTUKAN dan REALISASI PENDAPATAN Pengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah secara resmi ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statemen keuangan. Pengertian atau definisi pendapatan harus dipisahkan dengan pengakuan pendapatan bahkan pengertian pendapatan sebenarnya juga harus dipisahkan dengan pengukuran pendapatan. Dengan demikian, suatu jumlah yang memenuhi definisi pendapatan tidak dengan sendirinya jumlah tersebut diakui (dicatat secara resmi) sebagai pendapatan. Pengakuan pendapatan tidak boleh menyimpang dari landasan konseptual. Oleh karena itu, secara konseptual pendapatan hanya dapat diakui kalau memenuhi kualitas keterukuran (measurability), dan keterandalan (reliability). Kualitas tersebut harus diopersionalkan dalam bentuk kriteria pengakuan pendapatan. Sebagai produk perusahaan,



kriteria keterukuran berkaitan dengan masalah berapa jumlah rupiah produk tersebut dan kriteria keterandalan berkaitan dengan masalah apakah jumlah tersebut objektif serta dapat diuji kebenarannya. Untuk menjabarkan kriteria kualitas informasi menjadi kriteria pengakuan pendapatan, perlu dipahami dua konsep penting yaitu pembentukan pendapatan dan realisasi pendapatan. 1. Pembentukan Pendapatan (Earning Process) Pembentukan pendapatan adalah suatu konsep yang berkaitan dengan masalah kapan dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul dan menjadi ada. Konsep ini menyatakan bahwa pendapatan terbentuk, terhimpun atau terhal bersamaan dan dengan melekat pada seluruh atau totalitas proses berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan sebagai hasil transaksi tertentu. Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar upaya dan hasil capaian serta kontiuitas usaha. Biaya merepresentasikan upaya dan pendapatan merepresentasikan capaian. Pendekatan ini juga dilandasi oleh konsep homogenesitas kos yaitu bahwa semua tahap kegiatan atau unsur di dalamnya (direpresentasikan) mempunyai kedudukan atau arti penting yang sama dalam menghasilkan pendapatan (Paton dan Littleton 1970 : 67 dalam Suwardjono, 2005 : 364). Implikasi dari konsep ini adalah semua tahap kegiatan memberi sumbangan dalam penciptaan pendapatan yang secara proporsional sama dengan besarnta kos. Jadi, begitu kos suatu objek biaya terjadi, pendapatan dapat dianggap terbentuk sehingga laba juga terbentuk. 2. Realisasi Pendapatan Kosep realisasi pendapatan: Menurut konsep ini, pendapatan baru dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat terjadi kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen untuk membayar produk baik produk telah selesai dan diserahkan atau belum dibuat sama sekali. Berdasarkan konsep, pendapatan sebenarnya terjadi akibat transaksi tertentu yaitu transaksi penjualan atau kontrak sehingga sebelum transaksi atau kontrak tersebut terjadi pendapatan belum terjadi atau terbentuk. Konsep realisasi lebih berkaitan dengan masalah pengukuran pendapatan secara objektif dan lebih bersifat kriteria pengakuan daripada bersifat makna pendapatan. Konsep realisasi atau pendekatan transaksi lebih menekankan kejadian yang dapat menandai pengakuan pendapatan yaitu :



a. Kejadian perubahan produk menjadi potensi jasa lain melalui proses penjualan yang sah atau semacamnya. b. Penguatan atau validassi transaksi penjualana tersebut dengan diperolehnya aset lancar. Dari kedua kejadian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses realisasi merupakan koonfirmasi proses penghimpunan dana.



D. PENGAKUAN PENDAPATAN Kriteria Pengakuan Pendapatan Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesei diproduksi dan penjualan benar-benar telah terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa pengakuan suatu jumlah rupiah dalam akuntansi harus didasarkan pada konsep dasar keterukuran dan reliabilitas; jumlah rupiah harus cukup pasti dan ditentukan secara objektif oleh pihak independen. FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan (dan untung) yang keduanya harus dipenuhi yaitu (SFAC No. 5, prg. 83): 1. Terealisasi atau cukup pasti terealisasi Pendapatan dikatakan terealisasi bilamana produk telah terjual atau ditukarkan dengan kas atau klai atas kas. Dan dikatakan cukup pasti terealisasi bilamana aset berkaitan yang diterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas yang cukup pasti jumlahnya. 2. Terbentuk atau terhak Pendapatan dikatakan dapat terbentuk bila mana perusahaan telah melakukan secara substansial kegiatan yang harus dilakukan untuk dapat menghaki manfaat atau nilai yang melekat pada pendapatan. Walaupun kedua kriteria harus dipenuhi, bobot pentingnya untuk suatu kegiatan tertentu dapat berbeda artinya dalam keadaan tertentu perhimpun menjadi lebih kritis daripada realisasi dan sebaliknya. Terbentuknya pendapatan, tidak selalu harus mendahului



realisasi



pendapatan,



dapat



terjadi



pendapatan



sebelum



realisasi



terbentuk.Kam (1990) mengemukakan kriteria pengakuan secara teknis. Pendapatan baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut : a. Keterukuran nilai asset (measurability of asset value) b. Adanya suatu transaksi (existence of a transaction) c. Proses perhimpunan secara substansial telah selesai



 Saat Pengakuan Pendapatan Masalah kapan suatu pendapatan dapat diakui berkaitan dengan saat (timing) pengakuan pendapatan itu sendiri. Ada beberapa gagasan mengenai hal ini : a. Pada Saat Kontrak Penjualan Dapat terjadi ketika perusahaan telah menandatangani kontrak perusahaan dan bahkan sudah menerima kas untuk seluruh nilai kontrak tetapi perusahaan belum mulai memproduksi barang. Pendapatan sudah terealisasi tetapi belum terbentuk karena hanya satu kriteria yang terpenuhi dan tidak dapat diakui sebagai pendapatan. Sementara itu, pembayaran dimuka harus diakui sebagai kewajiban sampai barang atau jasa diserahkan kepada pembeli, biasanya dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Pada umumnya, perlakuan semacam ini berlaku untuk perusahaan yang memproduksi barang konsumsi dan jarak antara penandatangan kontrak dan penyerahan barang cukup pendek (kurang dari satu tahun). b. Selama proses produksi secara bertahap Dalam industri tertentu, pembuatan produk memerlukan waktu yang cukup lama. Misalnya dalam industri konstruksi bangunan.Biasanya produk semacam itu diperlakukan sebagai projek dan dilaksankan atas dasar kontrak sehingga pendapatan terealisasi untuk seluruh periode kontrak tetapi mungkin belum cukup terbentuk pada akhir tiap periode akuntansi. Dalam hal ini, pengakuan pendapatan dapat dilakukan secara bertahap (per periode akuntansi) sejalan dengan kemajuan proses produksi atau sekaligus pada saat projek selesai dilakukan. Yang pertama disebut metode persentase penyelesaian, sedangkan yang terakhir disebut metode kontrak selesai. Permasalahan teoritis yang kemudian dapat terjadi jika seluruh pendapatan diakui dengan memakai metode kontrak selesai, akan terjadi kemungkinan terjadi ketidakseimbangan volume pendapatan dan kegiatan produksi antar tahun. Masalah juga timbul kalau perusahaan tidak memperlakukan tiap kontrak sebagai projek dan mengakui pendapatan pada saat produk diserahkan tanpa mengakumulasi kos yang berkaitan dengan produk sehingga penandingan yang tepat tidak tercapai. Suatu alternatif untuk memecahkan masalah di atas adalah penggunaan projek atau angkatan produksi sebagai wadah atau takaran penentuan dan pelaporan laba bukannya periode waktu. Sebagai alternatif lain, perusahaan dapat mengakui pendapatan secara bertahap dan tetap menggunakan periode sebagai takaran penghitung laba.



Masalah yang yang timbul dari pengakuan selama proses produksi ini adalah : 1) Akresi. Yaitu pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau prose alamiah lainnya. Perdefinisi, akresi memenuhi pengertian pendapatan karena aset jelas telah bertambah dan banyaknya tambahan fisis tersebut dapat ditentukan secara objektif. Tapi yang terjadi sekarang adalah pendapatan sudah terbentuk tapi belum terealisasi. Untuk merealisasikan pertambahan tersebut nilai tersebut, proses produksi masih diperlukan dan masih diikuti dengan perubahan aset menjadi aset lancar baru. Oleh karena itu, tidak selayaknya karesi dianggap sebagai pendapatan. 2) Apresiasi. Yaitu, selisih “nilai pasar wajar” aset perusahaan dengan kos (atau nilai buku aset terdepresiasi). Dibandingkan akresi, apresiasi lebih kurang memenuhi definisi pendapatan karena tidak berkaitan langsung dengan operasi perusahaan tetapi lebih berkaitan dengan kondisi pasar. 3) Penghematan Kos. Penghematan kos sering dikenal dengan potongan pembelian. Hal ini bukanlah suatu pendapatan, kalau pembelian dilakukan dengan cara bijaksana, yang terjadi yang terjadi hanyalah bahwa kos akan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan pembelian biasa. Memang benar bahwa efisiensi dan keberuntungan dalam pembelian akan mempunnyai pengaruh terhadap labayang akhirnya diperoleh. Akan tetapi, diperolehnya laba tersebut masih menunggu realisasi penjualan. c. Pada saat produk selesai Pengakuan semacam ini setara dengan pengakuan pendapatan metode kontrak selesai. Pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai diproduksi dapat dianggap layak untuk industri ekstraktif (pertambangan) termasuk pertanian. Bahan dasar hasil produksi biasanya memiliki harga yang sudah pasti. Kondisi ini memungkinkan untuk menaksir dengan cukup tepat nilai jual yang dapat direalisasi suatu sediaan barang jadi ada pada tanggal tertentu, sehingga kedua kriteria pengakuan dianggap dapat terpenuhi. d. Pada saat penjualan Pengakuan ini merupakan dasar yang paling umum karena pada saat penjualan kriteria penghimpunan dan realisasi telah terpenuhi. Kriteria terealisasi telah terpenuhi karena telah ada kesepakatan pihak lain untuk membayar jumlah rupiah pendapatan secara objektif. Dengan demikian, saat penjualan merupakan saat yang kritis dalam operasi perusahaan. Transaksi penjualan mengakibatkan masuknya aset baru ke dalam perusahaan (kas atau piutang) untuk:



 Menutup kos (potensi jasa) yang terserap untuk melaksanakan kegiatan produksi yang berkulminasi dengan penyerahan produk.  Menyediakan dana sebagai imbalan untuk pembayaran pajak kepada pemerintah, bunga kepada kreditor, dan dividen kepada pemegang saham. Kendati saat penjualan menjadi standar umum pengakuan pendapatan, terdapat beberapa hal yang sering diajukan sebagai keberatan terhadap dasar tersebut. Hal pertama yaitu berkaitan dengan kepastian pengukuran pendapatan akibat kos purna jual dan masalah kedua adalah adanya kemungkinan retur barang. Akhirnya kemungkinan akan ada piutang tak tertagih, sehingga piutang tidak dapat dijadikan bukti terealisasinya pendapatan. Masalah pengakuan saat penjualan : 1) Kembalian dan potongan tunai FASB menyatakan bahwa suatu perusahaan menjual produknya dengan hak mengembalikan maka pendapatan dapat diakui pada saat penjualana kalau syaratsyarat berikut terpenuhi (SFAS No. 48 prg.6) :  Harga jual cukup pasti  Pembeli sudah membayar kepada penjual  Kewajiban membayar oleh pembeli tidak berubah dalam hal terjadi penculikan atau kerusakan fisis produk.  Pembeli benar-benar ada secara substantif  Penjual tidak mempunyai kewajiban yang material untuk melakukan tindakan di masa datang yang secara langsung menjadikan pembeli mampu menjual produk bersangkutan  Jumlah rupiah kembalian dapat ditaksir secara layak. Adanya potongan tunai tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat penjualan. 2) Kos purna-jual Masalah yang paling pelik dan sulit adalah masalah yang bersangkutan dengan penyesuaian yang diperlukan untuk mengakui pengaruh kegiatan yang mungkin akan terjadi setelah penjualan dan harus dibebankan terhadap penjualan tersebut. Prosedur yang umum dilakukan untuk mengantisipasi kos semacam itu adalah mendebit jumlah rupiah yang sama ke dalam satu akun cadangan melalui penyesuaian akhir tahun.



3) Kerugian piutang Keberatan lain terhadap dasar penjualan adalah pendapat yang menyatakan bahwa piutang bukanlah merupakan bukti yang efektif terhadap realisasi pendapatan. Alasannya, piutang bukan merupakan sarana yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran sehingga kurang tepat digunakan sebagai pengukur pendapatan. Masalah kerugian piutang dapat diatasi dengan perlakuan yang sama seperti kos purna jual, yaitu dengan membentuk cadangan kerugian piutang. Dengan demikian pendapatan disajikan dalam statemen sejumlah piutang yang benar-benar dapat direalisasi. 4) Transaksi penjualan Secara teknis, transaksi penjualan adalah transaksi pertukaran aset secara aktual bukan transaksi kontrak itu sendiri. Penjualan dikatakan telah terjadi secara teknis bila produk (dan risiko yang melekat) telah ditransfer ke pembeli dan sebagai penghargaan penjual mendapat kas atau klaim atas kas. 5) Pada saat kas terkumpul Pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan pengakuan pendapatan berdasarkan asas kas. Penerapan pengakuan berdasarkan kas paling banyak dijumpai pada perusahaan jasa dan perusahaan yang melakukan penjualan secara angsuran. Pengakuan dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan yang barang atau jasanya telah diserahkan/dilaksanakn tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala dalam waktu yang cukup panjang.  Saat Pengakuan Penjualan Jasa Pengakuan pendapatan dari penjualan jasa secara umum mengikuti pemikiran yang melandasi pengakuan pendapatan untuk penjualan barang. Masalah teoritis yang dihadapi lebih banyak menyangkut kriteria realisasi daripada pembentukan pendapatan.Yang sering sulit ditentukan adalah mengenali kejadian atau kegiatan yang menandai bahwa penyerahan jasa telah terjadi dan selesai. AICPA memberikan kaidah pengakuan umum untuk penjualan jasa sebagai berikut:  Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan atau tindakan, pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan tersebut telah dilakukan.



 Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkain pekerjaan atau tindakan secara bertahap, pendapatan harus diakui selama periode pelaksanaan pekerjaan secara proporsional.  Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan atau tindakan secara bertahap, pendapatan dapat diakui pada saat seluruh pekerjaan telah selesai dilaksanakan bila kondisi berikut terpenuhi: 1) Proporsi jasa yang dilaksanakan pada tahap akhir pekerjaan begitu kritisnya sehingga seluruh pekerjaan tidak dapat dikatakan selesai sebelum tahap akhir dilaksanakan. 2) Jasa harus diberikan dalam beberapa tahap yang tidak dapat ditetukan di muka selama waktu yang tidak pasti dan tidak ada cara yang cukup layak untuk menentukan tingkat penyelesaian pekerjaan.  Terdapat tingkat ketidak pastian yang tinggi berkenaan dengan ketertagihan atau kolektabilitas pendapatan jasa, pendapatan baru diakui setelah kas terkumpul.  Pedoman Umum Pengakuan Pendapatan FASB meringkas pedomam umum dalam SFAC No. 5 paragraf 84 sebagai berikut:  Kriteria terbentuk dan terealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk diserahkan kepada konsumen.  Kalau kontrak penjualan atau penerimaan kas mendahului produksi atau pengiriman barang, pendapatan dapat diakui pada saat terhak dan pengiriman.  Kalau produk dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan dapat diakui secara bertahap dengan metode persentase penyelesaian pada saat sudah terbentuk asalkan dapat diukur secara andal.  Kalau jasa diberikan atau hak untuk menggunakan aset berlangsung secara terusmenerus selama suatu periode dengan kontrak harga yang pasti, pendapatan dapat diakui bersamaan dengan berjalannya waktu.  Kalau produk atau aset lain dapat segera terealisasi karena dapat dijual dengan harga yang cukup pasti tanpa biaya tambahan berarti, pendapatan dan untung rugi dapat diakui pada saat selesainya produksi atau pada saat harga aset tersebut berubah.  Kalau produk, jasa atau aset lain ditukarkan dengan aset non moneter yang tidak segera dapat dikonversi menjadi kas, pendapatan atau untung rugi dapat diakui pada



saat telah terhak atau transaksi telah selesai asalkan nilai wajar aset non moneter yang dapat ditentukan dengan layak.  Kalau ketertagihan aset yang diterima untuk produk, jasa, atau aset lain meragukan, pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.



Prosedur Pengakuan Kebijakan akuntansi perusahaan harus menetapkan kejadian atau kegiatan internal apa yang dapat digunkan sebagai pemicu pencatatan ke dalam sistem akuntansi.



Penyajian Masalah penyajian berkaitan dengan penyajian pendapatan adalah memisahkan antara pendapatan dan untung dan pemisahan berbagai sifat untung menjadi pos biasa dan luar biasa dan cara menuangkannya dalam statemen laba rugi. 1. Pengertian Pendaptan (revenue) itu sendiri didefinisikan sebagi pendapatan yang timbul dari aktivitas normal suatu entitas—baik perseorang atau badan usaha yang melakukan aktivitas usaha—dalam berbagai varian, mungkin disebut: a. Penjualan; b. Fee; c. Bunga; d. Dividend; e. Royalti Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul selama dalam aktivitas normal entitas dan dikenal dengan bermacam-macam sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen dan royalti. 2. Ruang lingkup a. penjualan barang; b. penjualan jasa; dan c. penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen. 3. Istilah penting/ definisi



Nilai wajar adalah jumlah darimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas yang diselesaikan antara pihak-pihak yang berpengetahuan, berkeinginan dalam transaksi yang wajar. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk kotor dari imbalan ekonomis selama periode yang ditimbulkan dalam rangkaian aktivitas biasa dari suatu entitas apabila arus masuk menimbulkan kenaikan dalam ekuitas selain dari kenaikan yang terkait dari iuran peserta ekuitas. Nilai wajar adalah jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction). Pendapatan(income) adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. 4. Pengukuran pendapatan Pendapatan diukur atas dasar jumlah nilai wajar yang diterima atau ditagihkan dengan memperhitungkan jumlah potongan perdagangan dan volume rabat yang diperbolehkan suatu entitas. Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. 5. Pengidentifikasian transaksi Dalam kondisi yang umum, kriteria standar pengakuan diterapkan terhadap setiap transaksi. Akan tetapi, dalam transaksi yang lebih kompleks, kriteria perlu diterapkan kepada kompomem suatu transaksi.Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. 6. Pendapatan atas penjualan barang Pendapatan (revenue) dari penjualan barang harus diakui hanya bilamana seluruh kondisi ini terpenuhi : a. Risiko dan imbalan yang signifikan dari kepemilikan atas barang tersebut yang telah ditransfer oleh entitas kepada pembeli. b. Entitas tidak memiliki kendali yang efektif atas banrang sudah dijual atau tidak memiliki keterlibatan menajerial yang berkelanjutan hingga suatu tingkatan yang biasanya berhubungan denga kepemilikan. c. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal d. kemungkinan besar imbalan secara ekonomi yang terkait dengan transaksi yang akan mengalir kepada entitas tersebut; dan



e. biaya yang terjadi atau akan terjadi dalam kaitan dengan transaksi dapat diukur dengan andal 7. Pendapatan dari penyerahan jasa Pendapatan (revenue) dari penyerahan jasa harus diakui melalui rujukan kepada tahap penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan bilamana: a. Jumlah pendapatan (revenue) dapat diukur dengan andal. b. Kemungkinan bahwa imbalan ekonomis yang terkait dengan trasaksi akan mengalir ke dalam entitas. c. Tahapan penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur dengan andal. d. Biaya yang terjadi atas transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transakasi dapat diukur dengan andal Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil transaksi dapat diestimasi dengan andal jika seluruh kondisi berikut ini dipenuhi: a. jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal; b. kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut dapat diperoleh entitas; c. tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal; dan d. biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. 8. Bunga, royalti, dan dividen Pendapatan (revenue) yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak ketiga dan menghasilkan bunga, royalti dan deviden baru diakui bilamana : a. Dimungkinkan bahwa imbalan ekonomis yang terkait dengan transaksi akan mengalir kepada entitas. b. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal



Pendapatan (revenue) harus diakui atas dasar sebagai berikut: a. Bunga harus diakui dengan menggunakan metode bunga efektif (IAS 39) b. Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan syarat perjanjian yang relevan



c. Dividen harus diakui bilamana pemegang saham berhak menerima pembayaran. Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui atas dasar yang dijelaskan dalam paragraf 30, jika : a. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh entitas; dan b. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.



Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut: a. Bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif b. Royalti diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan; dan c. Dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.



9. Pengungkapan Pengungkapan berikut harus dilakukan : a. Kebijakan akuntansi yang diadopsi untuk pengakuan pendapatan (revenue) termasuk metode yang diadopsi untuk menentukan tahapan penyelesaian dan transaksi yang terkait dengan penyerahan jasa. b. Jumlah dari setiap kategori dari pendapatan yang signifikan yang diakui selama periode berjalan , termasuk pendapatan(revenue) yang berasal dari:  penjualan barang;  penjualan jasa;  bunga; royalti dan dividen. c. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa termasuk di dalam setiap kategori pendapatan yang signifikan Entitas mengungkapkan: a. Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang melibatkan pemberian jasa; b. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari:  penjualan barang;  penjualan jasa;  bunga;



 royalti;  dividen; c. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan.



BAB III PENUTUP KESIMPULAN Dalam SFAC No. 6 FASB mendefinisikan pendapatan dan untung sebagai berikut : Pendapatan adalah arus masuk atau perangkat tambahan lain aset dari suatu entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi barang, jasa render, atau kegiatan lainnya yang merupakan operasi yang sedang berlangsung oleh entitas besar atau pusat (prg. 78) Keuntungan adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi perifer atau insidental dari suatu entitas dan dari semua transaksi lain dan peristiwa lain dan keadaan yang mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi oleh pemilik (prg 82). Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002), IAI mengadopsi definisi pendapatan dari IASC yang menempatkan pendapatan (revenue) sebagai unsur penghasilan (income) sebagai berikut : Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus masuk atau perangkat tambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan dengan peserta ekuitas (hlm. 17) Keuntungan merupakan item lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin, atau tidak mungkin, timbul dalam perjalanan dari aktivitas normal perusahaan. Keuntungan merupakan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian tidak berbeda di alam dari pendapatan. Oleh karena itu, mereka tidak dianggap sebagai merupakan elemen yang terpisah dalam kerangka kerja ini (hlm. 18)



DAFTAR PUSAKA



C. Rollin Niswonger, Carl S. Warren dan Philip E. Fess, (1992), Prinsip-prinsip Akuntansi (terjemahan), Alih Bahasa : AlfonsusSirait, Jilid I, Edisi 16, PenerbitErlangga, Jakarta, Hal. 56-57. Dyckman, Dukes dan Davis (1999), Akuntansi KeuanganMenengah I (terjemahan), Jilid I, Edisi 3, Alih Bahasa : Munir Ali, Jakarta: Erlangga. Eldon S. Hendriksen,(1997), Teori Akuntansi, (terjemahan), Alih Bahasa : Wimliyono, Edisi 4. Jakarta,Erlangga. Harahap, SofyanSyafri, (2001), Teori Akuntansi, Peneribit Raja GrafindoPersada. Jakarta IkatanAkuntan Indonesia, (2002), Standar Akuntansi Keuangan, PenerbitSalembaEmpat, Jakarta. M. Munandar (1981), Pokok-pokok Intermediate Accounting, Penerbit Liberty, Yogyakarta. Suwardjono, (1989), Teori Akuntansi, Penerbit BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Soemarsono. SR, (2000) Akuntansi SuatuPengantar, Jilid 2, Edisi 4, Jakarta PT. RinekaCipta. Tuanakotta, Theodorus M., (2000), Teori LembagaPenerbitFakultasEkonomiUniversitas Indonesia, Jakarta.



Akuntansi,



ZakiBaridwan, (1997) Intermediate Accounting, BPFE. Yogyakarta, Yogyakarta. ------------- and Michael F. Van Breda, (2000), TeoriAkunting, (terjemahan) Buku I, EdisiKelima, PenerbitInteraksara, Jakarta, hal. 374.