Makalah Terapi Okupasi & Rehabilitasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN JIWA II TERAPI OKUPASI DAN REHABILITASI



DISUSUN OLEH: KELOMPOK 9



1. Suleha



P2116217



2. Syarifatun Nisaa Jamal



P2116218



Dosen Pembimbing: Emmi Wahyuni, S.Kep., Ners., M.Kep



JURUSAN ILMU KEPERAWATAN STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR 2021



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karuniaNya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “terapi okupasi dan rehabilitasi” dengan baik. Dengan keterbatasan pengetahuan yang ada, kami tidak akan dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada 1. Dosen mata kuliah Keperawatan jiwa II, ibu Emmi Wahyuni, S.Kep., Ners., M.Kep yang senantiasa memberikan apresiasi berupa saran, kritik dan bimbingan demi kesempurnaan penulisan. 1. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat yang tinggi.



Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkat, imbalan, serta karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuannya yang tidak ternilai. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan di kemudian hari. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri, pembaca, serta masyarakat luas terutama dalam hal menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.



Makassar, 05 Januari 2022



Penulis



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...............................................................................................................2 DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..3 BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3 1.1



Terapi Okupasi............................................................................................................5



A.



Definisi.................................................................................................................................5



B. Intervensi.........................................................................................................................5 C. Indikasi Terapi Okupasi..................................................................................................7 D. Kontraindikasi Terapi Okupasi.......................................................................................8 E. Fungsi dan Tujuan Terapi Okupasi.................................................................................8 F.



Perbedaan Terapi Okupasi Dan Rehabilitasi Medis........................................................9



G. Proses Terapi Okupasi...................................................................................................10 H. Pelaksanaan...................................................................................................................12 I.



Waktu............................................................................................................................13



J.



Peranan Terapi Okupasi/ Pekerjaan Dalam Pengobatan...............................................13



3.1



Terapi Rehabilitasi.....................................................................................................17



A. Definisi....................................................................................................................................17 B.



Model Terapi Rehabilitasi................................................................................................18



C. Tujuan dari Terapi Rehabilitas......................................................................................19 D. Tim yang Menangani Rehabilitasi................................................................................19 E. Kegiatan Pelaksana.......................................................................................................19 F.



Fungsi Perawat Dalam Terapi Rehabilitas....................................................................20



G. Tahap-Tahap Rehabilitasi Pasien Gangguan Jiwa........................................................20 BAB III PENUTUP..................................................................................................................21 A. KESIMPULAN.............................................................................................................21 B. SARAN.........................................................................................................................21 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptive dikostrukkan sebagai tahapan mulai adanya factor predisposisi, factor presipitasi dalam bentuk stressor pencetus, kemampuan penilaian terhadap stressor, sumber koping yang dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping yang dipilih oleh seorang individu. Dari sini kemudian baru menentukan apakah perilaku individu tersebut adaptif atau maladaptive. Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap apa yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan perilaku terjadi. Perbedaan pandangan tersebut tertuang dalam bentuk model konseptual kesehatan jiwa. Pandangan model psikoanalisa berbeda dengan pandangan model social, model perilaku, model eksistensial, model medical, berbeda pula dengan model stress – adaptasi. Masing-masing model memiliki pendekatan unik dalam terapi gangguan jiwa, antara lain dengan menggunakan pendekatan berdasarkan terapi modalitas, terapi okupasi, terapi rehabilitasi. Sebagian besar orang beranggapan bahwa rehabilitasi merupakan kegiatan exyramural dari pengobatan pasien mental sehingga selalu diorentasikan pada pekerjaan dan masalah-masalah social saja, hal tersebut tentunya kurang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan psikiatri modern. Dengan adanya kemajuan dibidang psiko-farmaka dimana telah ditemukan berbagai jenis obat yang dapat mempercepat hilangnya/kurang gejala-gejala psikiatrik, maka bentuk pelayanan rehabilitasi juga harus disesuaikan dengan kemajuan tersebut maka perlu disusun kegiatan yang diberikan pada para rehabilitan yang sesuai ketika mereka dirawat di Rumah Sakit Jiwa.Upaya Rehabilitasi pasien mental di Indonesia mula dirintis pada tahun 1969 dan berkembang sampai sekarang ini. MenurutL.E.Hinsie dan RJ.Cambell pengertian rehabilitasi dalam psychiatric Dictionary adalah segala tindakan fisik, penyesuaian psikososial dan latihan vokasional sebaga iusaha untuk memper oleh fungsi dan penyesuaian diri secara maksimal dan untuk mempersiapkan pasien secara fisik, mental,dan vokasional untuk suatu kehidupan penuh sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuan yang ditunjukkan kearah mencapai perbaikan fisik sebesar-besarnya, penempatan vokasional sehinggah dapat bekerja dengan kapasitas maksimal, penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan dan sosial secara memuaskan sehingga dapat berfungsi sebagai warga masyarakat yang berguna. Perawat secara holistik harus bisa mengintegrasikan prinsip mind-body-spirit dan modalitas (cara menyatakan sikap terhadap suatu situasi) dalam kehidupan sehari-hari dan praktek keperawatannya. Terapi komplementer menjadi salah satu cara bagi perawat untuk



menciptakan lingkungan yang terapeutik dengan menggunakan diri sendiri sebagai alat atau media penyembuh dalam rangka menolong orang lain dari masalah kesehatan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari terapi okupasi dan rehabilitasi ? 2. Apa tujuan dari terapi okupasi dan rehabilitasi ? 3. Bagaimana proses terapi okupasi ? 4. Apa perbedaan terapi okupasi dan rehabilitasi ? 5. Apa saja model terapi rehabilitasi ? 6. Bagaimana fungsi perawat dalam terapi rehanilitasi ? 7. Apa saja tahap-tahap rehabilitasi pada pasien gangguan jiwa ? 1.3 Tujuan 1.3.1



Tujuan Umum Diharapkan mahasiswa mampu untuk mengetahui bagaimana terapi okupasi, dan rehabilitasi serta cara untuk



menerapkan terapi okupasi dan rehabilitasi di



keperawatan jiwa. 1.3.2



Tujuan Khusus 1. Mahasiswa dapat memahami definisi terapi okupasi dan rehabilitasi 2. Mahasiswa dapat memahami tujuan terapi okupasi dan rehabilitasi 3. Mahasiswa dapat memahami proses okupasi 4. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan terapi okupasi dan rehabilitasi 5. Mahasiswa dapat mengetahui model terapi rehabilitasi 6. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi perawat dalam terapi rehabilitasi 7. Mahasiswa dapat mengetahui tahap-tahap rehabilitasi pada pasien gangguan jiwa



1.4 Manfaat 1. Menambah pengetahuan dan informasi mengenai terapi okupasi dan rehabilitasi 2. Mengetahui bagaimana terapi okupasi dan rehabilitasi pada pasien dengan gangguan jiwa.



BAB II PEMBAHASAN



1.1 Terapi Okupasi A. Definisi Terapi okupasi berasal dari kata Occupational Theraphy. Occupational berarti suatu pekerjaan, theraphy berarti pengobatan. Jadi, Terapi Okupasi adalah perpaduan antara seni dan ilmu pengetahuan untuk mengarahkan penderita kepada aktivitas selektif, agar kesehatan dapat ditingkatkan dan dipertahankan, serta mencegah kecacatan melalui kegiatan dan kesibukkan kerja untuk penderita cacat mental maupun fisik (American Occupatioanal Therapist Association). Terapis okupasi membantu individu yang mengalami gangguan dalam fungsi motorik, sensorik, kognitif juga fungsi sosial yang menyebabkan individu tersebut mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas untuk mengisi waktu luang. Tujuan dari pelatihan terapi okupasi adalah untuk mengembalikan fungsi penderita semaksimal mungkin, dari kondisi abnormal ke normal yang dikerahkan pada kecacatan fisik maupun mental, dengan memberikan aktivitas yang terencana dengan memperhatikan kondisi penderita sehingga penderita diharapkan dapat mandiri di dalam keluarga maupun masyarakat. B. Intervensi Intervensi yang diberikan menggunakan modalitas aktivitas yang telah dianalisis dan diadaptasi yang kemudian diprogramkan untuk anak sesuai dengan kebutuhan khususnya. Secra garis besar intervensi difokuskan pada hal-hal berikut. 1. Kemampuan (abilities) a. Keseimbangan dan reaksi postur (balance and postural reactions). b. Peregangan otot dan kekuatan otot (muscle tone and muscle strength). c. Kesadaran anggota tubuh (body awareness). d. Kemampuan keteraampilan motorik halus (fine motor skill) seperti memegang/melepas, keterampilan manipulasi gerak jari, missal penggunaan pensil, gunting, keterampilan menulis, dan lain-lain



e. Kemampuan keterampilan motorik kasar (gross motor skill) seperti lari, lompat, anik-turun tangga, jongkok jalan, dan lain-lain f. Mengenal bentuk, mengingat bentuk (visual perception) g. Merespon stimulus, membedakan input sensori (sensory integration) h. Perilaku termasuk level kesadaran, atensi, problem solving skill, dan lain-lain 2. Keterampilan (skill) a. Aktivitas sehari-hari (activity daily living) seperti makan, minum, berpakaian, mandi, dan lain-lain b. Pre-academic skill c. Keterampilan sosial d. Keterampilan bermain 3. Faktor lingkungan a. Lingkungan fisik b. Situasi kelurga c. Duukungan dari komunitas 4. Okupasi Terapis sebagai Konsultan Okupasi terapis sebagai konsultan pada area berikut ini. a. Program intervensi awal b. Pengaturan rumah, sekolah, dan area bermain c. Lingkungan dan adaptasi mainan atau media belajar d. Alat bantu e. Strategis perilaku Anak-anak sekolah yang mengalami hal-hal berikut ini perlu penanganan terapi okupasi. 1. Keterlambatan motorik kasar seperti lari, lompat, jongkok, main bola, dan lain-lain 2. Keterampilan motorik halus seperti keterampilan memegang pensil, hasil tulisan tidak rata tebal tipisnya, an lain-lain 3. Hiperaktif atau hipoaktif 4. Tidak mampu menjaga proses berbahasa 5. Tidak mampuu menjaga dan mengatur posisi saat belajar 6. Gangguan persepsi visual serti tidak lengkap dalam menyalin tulian 7. Gangguan atensi dan konsentrasi



8. Menarik diri 9. Kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya 10. Keterlambatan dalam bermain 11. Tidak disiplin



Untuk mencapai tujuan tersebut didalam terapi okupasi memiliki dan prinsip kerja, yaitu sebagai berikut. 1. Supportive



Occupational



Therapy,



yaitu



menolong



penderita



untuk



menghilangkan dari perasaan cemas, takut, dan memotivasi penderita untuk lebih giat didalam melakukan latihan. 2. Fungsional Occupationa Therapy, anatara lain untuk pengaturan posisi (bagi anak Cerebral Palsy), meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan kerja , meningkatkan motorik kasar (gross motor) maupun mototik halus, (fine motor) serta meningkatkan konsentrasi dan koordinasi gerak maupun sikap. C. Indikasi Terapi Okupasi Menurut Nasir & Muhith (2011) terdapat sembilan indikasi terapi okupasi: a. Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena kesulitankesulitan



yang



dihadapi



dalam



pengintegrasian



perkembangan



psikososialnya. b. Kelainan tingkah laku yang terlihat dalam kesulitannya dalam berkomunikasi dengan orang lain. c. Tingkah laku yang tidak wajar dalam mengekpresikan perasaan atau kebutuhan yang primitif d. Ketidak mampuan menginterprestasikan rangsangan sehingga reaksinya terhadap rangsangan tersebut tidak wajar pula. e. Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang yang mengalami kemunduran f. Mereka yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui suatu aktifitas daripada dengan percakapan. g. Mereka yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dengan cara mempraktikkannya daripada dengan membayangkannya.



h. Pasien cacat tumbuh yang mengalami gangguan dalam kepribadiannya dan sebagainya. D. Kontraindikasi Terapi Okupasi Menurut Styoadi & Kushariyadi (2011) terapis perlu memahami tujuan dari terapi kerja yang akan diberikan. Ada dua kontraindikasi yang perlu diperhatikan berkaitan dengan tujuan dari terapi, yaitu kondisi fisik dan kondisi psikologi klien. Kondisi fisik yang perlu diperhatikan antara lain: 1) Inflamasi 2) Nyeri yang hebat 3) Baru mengalami patah tulang 4) Kelelahan yang signifikan E. Fungsi dan Tujuan Terapi Okupasi Terapi okupasi adalah medis yang terarah bagi pasien fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas sebagai media terapi dalam rangka memulihkan kembali fungsi seseorang sehingga dia dapat mandiri semaksimal mungkin. Aktivitas tersebut adalah berbagai macam kegiatan yang direncanakan dan disesuaikan dengan tujuan terapi. Pasien yang dikirimkan oleh dokter, untuk mendapatkan terapi okupasi adalah dengan maksud berikut : 1. Terapi khusus untuk pasien mental/jiwa a. Menciptakan



suatu



kondisi



tertentu



sehingga



pasien



dapat



mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya, b. Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara wajar dan produktif, c. Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaannya, d. Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnosis dan penetapan terapi lainnya. 2. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak sendi, kekuatan otot, dan koordinasi gerakan, 3. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, belajar menggunakan fasilitas umum (telepon, televisi, dan lain-lain), baik dengan maupun tanpa alat bantu, mandi yang bersih, dan lain-lain,



4. Membantu pasien untuk menyesuaikan diri dengan pekerjaan rutin dirumahnya, dan memberi saran penyederhanaan (siplifikasi) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan sehari-hari, 5. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara, dan meningkatkan kemampuan yang masih ada, 6. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien sebagai langkah dalam pre-cocational training. Berdasarkan aktivitas ini akan dapat diketahui kemampuan mental dan fisik, kebiasaan kerja, sosialisasi, minat, potensi dan lainnya dari si pasien dalam mengarahkan pada pekerjaan yang tepat dalam latihan kerja, 7. Membantu penderita untuk menerima kenyataan dan menggunakan waktu selama masa rawat dengan berguna, 8. Mengarahkan minat dan hobi agar dapat digunakan setelah kembali ke keluarganya. Program terapi okupasi adalah bagian dari pelayanan medis untuk tujuan rehabilitasi total seorang pasien malalui kerja sama dengan petugas lain di rumah sakit. Dalam pelaksanaan terapi okupasi kelihatannya akan banyak overlapping dengan terapi lainnya sehingga dibutuhkan adalanya kerja sama yang terkoordinir dan terpadu. F. Perbedaan Terapi Okupasi Dan Rehabilitasi Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang untuk melaksanakan sesuatu tugas tertentu yang telah ditentukan dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuan, dan meningkatkan kemampuan, serta mempermudah belajar keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Selain itu, juga untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi dan/atau memperbaiki ketidak normalan (kecacatan), serta memelihara atau meningkatkan derajat kesehatan. Terapi okupasi lebih dititikberatkan pada pengenalan kemampuan yang masih pada seseorang, kemudian memelihara atau meningkatkannya sehingga dia mampu mengatasi masalah-masalah yang diharapkannya. Terapi okupasi menggunakan okupasi (pekerjaan atau kegiatan sebagai media). Tugas pekerjaan atau kegiatan yang dipilihkan adalah berdasarkan pemlihan terapis disesuaikan dengan tujuan terapis itu sendiri. Jadi bukan hanya sekedar untuk membuat seseorang sibuk. Tujuan



utama terapi okupasi adalah membentuk seseorang agar mampu berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri pada pertolongan oranglain. Sedangkan rehabilitasi adalah suatu usaha yang terkoordinasi yang terdiri atas usaha medis sosial, edukasional, dan vokasional, untuk melatih kembali seseorang untuk mencapai kemampuan fungsional pada taraf setinggi mungkin sedangkan rehabilitas medis adalah usaha-usaha yang dilakukan secara medis khususnya untuk mengurangi infaliditas atau mencegah infaliditas yang ada (Nasir & Muhith, 2011). G. Proses Terapi Okupasi Dokter yang mengirimkan pasien untuk terapi okupasi akan menyertakan juga data mengenai pasien yang berupa diagnosis, masalahnya dan juga akan menyatakan apa yang perlu diperbuat dengan pasien tersebut. Apakah untuk mendapatkan data yang lebih banyak untuk keperluan diagnosis, terapi atau rehabilitasi. Setelah pasien berada di unit terapi okupasi, maka terapis akan bertindak sebagai berikut. 1. Koleksi Data Data biasa didapatkan dari karu rujukan atau status pasien yang disertakan pertama kali pasien mengunjungi unit terapi okupasional. Jika dengan mengadakan wawancara dengan pasien atau keluarganya, atau dengan mengadakan kunjungan rumah. Data ini diperlukan untuk menyusun rencana terapi bagi pasien. Proses ini dapat berlangsung beberapa hari sesuai dengan kebutuhan. 2. Analisa data dan identifikasi masalah Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan sementara tentang masalah atau kesulitan pasien. Hal ini dapat berupa masalah di lingkungan atau pasien itu sendiri. 3. Penentuan Tujuan Dari masalah dan latar belakang pasien, maka dapat disusun daftar tujuan terapi sesuai dengan prioritas, baik jangka pendek maupun jangka panjangnya. 4. Penentuan aktivitas



Setelah tujuan terapi ditetapkan, maka dipilihlah aktivitas yang dapat mencapai tujuan terapi tersebut. Dalam proses ini pasien dapat diikutsertakan dalam menentukan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga pasien merasa ikut bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaanya. Dalam hal ini harus diingat bahwa aktivitas tersebut tidak akan menyembuhkan penyakit, namun hanya sebagai media untuk dapat mengerti masalahnya dan mencoba mengatasinya dengan bimbingan terapis. Pasien juga harus diberitahu alasanalasan mengapa dia harus mengerjakan aktivitas tersebut sehingga dia sadar dan diharapkan akan mengerjakannya dengan aktif. 5. Evaluasi Evaluasi harus dilaksanakan secara teratur dan terencana sesuai dengan tujuan terapi. Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program terapi selanjutnya sesuai dengan perkembangan pasien yang ada. Hasil evaluasi yang didapatkan dapat dipergunakan untuk merencanakan hal-hal mengenai penyesuaian jenis aktivitas yang akan diberikan. Namun, dalam hal tertentu penyesuaian aktivitas dapat dilakukan setelah beerapa waktu melihat bahwa tidak ada kemajuan atau kurang efektif terhadap pasien. Hal-hal yang perlu dievaluasi antara lain sebagai berikut: A. Kemampuan membuat keputusan B. Tingkah laku selama bekerja C. Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama dia dan yang mempunyai kebutuhan sendiri. D. Kerja sama E. Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan lain-lain) F. Inisiatif dan tanggung jawab G. Kemampuan untuk diajak atau mengajak berunding H. Menyatakan perasaan tanpa agresi I. Kompetisi tanpa permusuhan J. Menerima kritik dari atasan atau teman sekerja K. Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah bertanggung jawaba atas pendapatnya tersebut L. Menyadari keadaan dirinya dan menerimanya



M. Wajar dalam penampilan N. Orientasi tempat,waktu,situasi dan orang lain O. Kemampuan menerima instruksi dan mengingatnya P. Kemampuan bekerja tanpa terus-menerus diawasi Q. Kerapian bekerja R. Kemampuan merencanakan suatu pekerjaan S. Toleransi terhadap frustasi T. Lambat atau cepat U. Dan lain sebagainya yang dianggap perlu



H. Pelaksanaan Metode Terapi okupasi dapat dilakukan baik secara individual maupun berkelompok, tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi, dan lain-lain. a. Metode Individual dilaksanakan untuk : 



Pasien baru yang bertujuan untuk mendpatkan lebih banyak informasi dan sekaligus untuk evaluasi pasien







Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan cukup baik di dalam suatu kelompok sehingga dianggap akan mengganggu kelancaran suatu kelompok bila dia dimasukkan dalam kelompok tersebut







Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar terapis dapat mengevaluasi pasien lebih efektif



b. Metode Kelompok dilakukan untuk pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah atau hampir bersamaan atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk tujuan tertentu bagi beberapa pasien sekaligus. Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara individual maupun kelompok, maka terapis harus mempersiapan terlebih dahulu segala sesuatunya yang menyangkut pelaksanaan kegiatan tersebut. Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan dan menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau mereka lebih mengerti dan berusaha untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan dengan jenis aktivitas yang akan dilakukan, dan kemampuan terapis mengawasi



I. Waktu Okupasi terapi dilakukan antara 1-2 jam setiap sesi baik yang individu amupun kelompok setiap hari, dua kali atau tiga kali seminggu tergantung tujuan terapi, tersedianya tenaga dan fasilitas dan sebagainya. Sesi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu 1/2 - 1jam untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan dan 1 – 11/2 jam untuk diskusi. Dalam diskusi ini dibicarakan mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut, antara lain kesulitan yang dihadapi, kesan mengarahkan diskusi tersebut kearah yang sesuai dengan tujuan terapi. Terminasi Keikutsertaan seorang pasien dalam kegiatan okupasiterapi dapat diakhiri dengan dasar bahwa pasien : a. Dianggap telah mampu megatasi persoalannya b. Dianggap tidaka akan berkembang lagi c. Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum okupasiterapi J. Peranan Terapi Okupasi/ Pekerjaan Dalam Pengobatan Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui aktivitas manusia dihubungkan dengan lingkungan, kemudian mempelajarinya, mencoba keterampilan atau pengetahuan, mengekpresikan perasaan, memenuhi kebutuhan fisik maupun emosi, mengembangkan kemampuan, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup. Potensi tersebutlah yang digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan terapi okupasi, baik bagi penderita fisik maupun mental. Aktivitas dalam terapi okupasi digunakan sebagai media baik untuk evaluasi, diagnosis, terapi, maupun rehabilitasi. Dengan mengamati dan mengevaluasi pasien saat mengerjakan suatu aktivitas dan menilai hasil pekerjaan dapat ditentukan arah terapi okupasi tidak untuk menyembuhkan, tetapi sebagai media. Diskusi yang terarah setelah penyelesaian suatu aktivitas adalah sangat penting karena dalam kesempatan tersebut terapis dapat mengarahkan pasien dan pasien dapat belajar mengenal dan mengatasi persoalan. Aktivitas yang dilakukan pasien diharapkan dapat menjadi tempat untuk berkomunikasi lebih baik dalam mengekpresikan dirinya. Kemampuan pasien akan dapat diketahui baik oleh terapi maupun oleh pasien itu sendiri melalui aktivitas yang dilakukan pasien. Alat-alat atau bahan-bahan yang digunakan dalam melakukan suatu aktivitas, pasien akan didekatkan dengan kenyataan terutama dalam



hal kemapuan dan kelemahannya. Aktivitas dalam kelompok akan merangsang terjadinya interaksi di antara anggota yang berguna dalam meningkatkan sosialiasasi dalam meningkatkan kemampuandiri masing-masing dalam hal keefisienannya untuk berhubungan dengan orang lain. aktitivitas yang dilakukan meliputi aktivitas yang digunakan dalam terapi okupasi dimana sangat dipengaruhi oleh konteks terapi secara keseluruhan, lingkungan, sumber yang tersedia, dan juga oleh kemampuan si terapissendiri (pengetahuan, keterampilan, minat, dan kreativitasnya). Adapunhal-hal yang mempengaruhi aktivitas dalam terapi okupasi antara lain sebagai berikut. 1. Jenis, jenis aktivitas dalam terapi okupasi adalah sebagai berikut : a. Latihan gerak badan b. Olahraga c. Permainan d. Kerajinan tangan e. Kesehatan, kebersihan, dan kerapihan pribadi f. Pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan sehari-hari) g. Praktik pre-vokasional h. Seni (tari, musik, lukis, drama dan lain-lain) i. Rekreasi (tamasya, nonton bioskop/drama, pesta ulang tahun, dan lain-lain) j. Diskusi dengan topik tertentu (berita surat kabar, majalah, televisi, radio atau keadaan lingkungan) k. Dan lain-lain 2. Karakteristik aktivitas, aktivitas dalam terapi okupasi segala macam aktivitas yang dapat menyibukkan seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu media untuk belajar dan berkembang, sekaligus sebagai sumber kepuasan emosional maupun fisik. Oleh karena itu setiap aktivitas yang digunakan dalam terapi okupasi harus mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas. Jadi bukan hanya sekedar menyibukkan pasien b. Mempunyai arti tertentu bagi pasien, artinya dikenal oleh atau ada hubungan dengan pasien c. Pasien harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan tersebut, dan apa kegunaannya terhadap upaya penyembuhan penyakitnya



d. Harus dapat melibatkan pasien secara aktif maupun minimal e. Dapat mencegah lebih beratnya kecacatan atau kondisi pasien, bahkan harusdapat meningkatkan atau setidak-tidaknya memelihara kondisinya f. Harus dapat memberi dorongan agar si pasien mau berlatih lebih git sehingga dapat mandiri g. Harus sesuai dengan minat, atau setidaknya tidak dibenci olehnya h. Harus daat dimodifikasi untuk tujuan peningkatan atau penyesuaian dengan kemampuan pasien Faktor yang perlu diperhatiakan dalam memilih aktivitas adalah sebagai berikut : a. Apakah bahan yang digunakan merupakan yang mudah dikontrol, ulet, kasar, kotor, halus, dan sebagainya b. Apakah aktivitas rumit atau tidak c. Apakah perlu dipersiapkan sebelum dilaksanakan d. Cara pemberian instruksi bagaimana e. Bagaimana kira-kira setelah hasil selesai f. Apakah perlu pasien membuat keputusan g. Apakah perlu konsentrasi h. Interaksi yangmungkin terjadi apakah menguntungkan i. Apakah diperlukan kemampuan berkomunikasi j. Berapa lama dapat diselesaikan k. Apakah dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat disesuaikan dengan kemampuan dan ketrampilan pasien l. Dan sebagainya 3. Analisis aktivitas, Untuk dpat mengenal karakteristik maupun potensi atau aktivitas dalam rangka perencanaan terapi, maka aktivitas tersebut harus dianalisis terlebih dahulu. Hal – hal yang perlu dianalisis adalag sebagai berikut. a. Jenis aktivitas. b. Maksud dan tujuan penggunaan aktivitas tersebut (sesuai dengan tujuan terapi). c. Bahan yang digunakan: 



Khusus atau tidak







Karakteristik bahan: 1) Mudah ditekuk atau tidak 2) Mudah dikontrol atau tidak 3) Menimbulkan kekotoran atau tidak 4) Licin atau tidak







Rangsangan yang dapat ditimbulkan: 1) Taktil, 2) Pendengaran 3) Pembauan 4) Penglihatan 5) Perabaaan 6) Gerakan sendi 7) Dan sebagainya







Warna







Maca – macamnya dan namanya







banyaknya



d. Bagian – bagian aktivitas 



Banyaknya bagian







Rumit atau sederhana







Apakah membutuhkan pengulangan







Apakah membutuhkan perhitungan matimatika



e. Persiapan pelaksanaan: 



Apakah harus disiapkan terlebih dahulu







Apakah harus ada contoh atau cukup dengan lisan







Apakah bahan tersedia atau harus dicari terlebih dahulu







Apakah ruangan untuk melaksanakan harus diatur



f. Pelaksanaan, apakaj dalam pelaksanaan tugas ini perlu adannya: 



Konsentrasi







Ketangkasan







Rasa social di antara pasien







Kemampuan mengatasi masalah







Kemampuan bekerja sendiri







Toleransi terhadap frustasi







Kemampuan mengikuti instruksi







Kemampuan membuat keputusan



g. Apakah aktivitas tersebut dapat merangsang timbulnya interaksi di antara mereka h. Apakah



aktifitas



tersebut



membutuhkan



konsentasi,



ketangkasan,



insiatif,pernilaian, ingatan, komprehensi, dan lain- lain. i. Apakah aktifitas tersebut melibatkan imajinasi, kreaktivitas, pelampiasan emosi, dan lain – lain. j. Apakah ada kontraindikasi untuk pasien tertentu. Dlam hal ini harus bertindak hati







hati



karena



sekelilingnya(misalnya



dapat untuk



berbahaya pasien



bagi



denganparanoid



pasien sangat



maupun riskan



memberikan benda tajam) k. Hal yang penting adalah apakah disukai olh pasien.



2.1 Terapi Rehabilitasi A. Definisi Pasien psikiatri juga sama dengan penyakit fisik dalam kecendrungannya untuk menjadi menahun sehingga memerlukan perawatan kontinu di rumah sakit atau di rumah. Rehabilitasi mencakup semua terapi psikiatri non-akut dan terutama untuk mencegah terjadinya penyakit yang menahun. Unit psikiatri social MRC memperlihatkan bahwa dalam rumah sakit, dimana ada kemiskinan sosial (misalnya keadaan sekeliling yang menjemukan, staf tidak aktif, hanya memiliki sedikit pakaian pribadi, kenyamanan pasien kurang diperhatikan), pasien secara klinik sangat buruk. Lebih lama mereka dalam keadaan seperti itu di rumah sakit maka akan semakin parah gejalanya. Teori yang berperan dalam rehabilitasi salah satunya yaitu teori psikologi. B. Model Terapi Rehabilitasi Model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk membantu seseorang melepaskan diri dari kecanduan dan mengubah perilaku menjadi lebih baik adalah sebagai berikut :



1. Model Terapi Moral Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta biasanya dilakukan dengan pendekatan agama/moral yang menekankan tentang dosa dan kelemahan individu. Model terapi seperti ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan moralitas di tempat asalnya, karena model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik dan buruk yang diajarkan oleh agama. Model terapi ini men jadi landasan utama pembenaran kekuatan hukum untuk berperang melawan narkoba. 2.



Model Terapi Sosial Model ini memakai konsep dari program terapi komunitas, dimana adiksi terhadap obat-obatan dipandang sebagai fenomena penyimpangan social. Tujuan dari model terapi ini adalah mengarahkan perilaku menyimpang tersebut kearah perilaku



social



yang



lebih



mempertanggungjawabkan



layak,



sehingga



melatih



seseorang



untuk



kesalahan satu orang menjadi tanggung jawab



bersama-sama. Inilah yang menjadi keunikan dari model terapi ini, yaitu memfungsikan komununitas sedemikian rupa sebagai agen perubahan. 3.



Model Terapi Psikologis Model ini diadaptasi dari teori psikologis Mc Lellin, dkk yang menyebutkan bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena terjadi konflik sehingga pecandu memakai obat pilihannya untuk meringankan atau melepaskan beban psikologis itu. Model



terapi ini



mementingkan penyembuhan emosional dari pecandu narkoba yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat dikendalikan maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis model terapi ini biasanya dilakukan pada konseling pribadi 4. Model Terapi Budaya Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil sosialisasi seumur hidup dalam lingkungan social atau kebudayaan tertentu. Dalam hal ini keluarga seperti juga lingkungan dapat dikategorikan sebagai ‘’lingkungan sosial dan



kebudayaan



tertentu’’.



Dasar



pemikirannya



adalah



bahwa



praktik



penyalahgunaan narkoba oleh anggota keluarga tertentu adalah hasil akumulasi dari semua permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang bersangkutan sehingga



model ini banyak menekankan pada proses terapi untuk kalangan anggota keluarga dari para pecandu narkoba tersebut. C. Tujuan dari Terapi Rehabilitas 1. Mengembalikan kemampuan individu setelah terjadinya gangguan kepada kondisi/tingkatan fungsi yang optimum 2. Mencegah kecacatan yang lebih besar 3. Memelihara kemampuan yang ada/dimiliki oleh pasien 4. Membantu pasien untuk menggunakan kemampuannya. Rehabilitasi untuk proses jangka panjang dimana memerlukan program dan sarana yang mencukupi. Keberhasilan dari program rehabilitasi tergantung kepada besarnya motivasi belajar,pola hidup sebelum dan sesudah sakit dan dukungan dari orang-orang yag memiliki arti bagi pasien. D. Tim yang Menangani Rehabilitasi Tim yang menangani rehabilitasi yaitu tim kesehatan mental yang terdiri dari dokter, perawat, psikologi, petugas sosial dan petugas terapi okupasional E. Kegiatan Pelaksana Kegiatan pelaksana rehabilitasi dilakukan di dalam rumah sakit,luar rumah sakit (panti, pusat rehabilitasi), dimulai sejak hari pertama pasien dirawat F. Fungsi Perawat Dalam Terapi Rehabilitas 1. Menjaga komplikasi dari akibat gangguan/penyakit diderita pasien 2. Membatasi besarnya gangguan semaksimal mungkin 3. Merencanakan dan melaksanakan program rehabilitasi G. Tahap-Tahap Rehabilitasi Pasien Gangguan Jiwa 1. Tahap persiapan itu usaha mempersiapkan pasien dengan menjalankan kegiatan terapi okupasional, seleksi, evaluasi, dan latihan kerja dalam berbagai jenis pekerjaan 2. Tahap penyaluran/penempatan



merupakan usaha pemulangan pasien ke keluarga,tempat kerja atau masyarakat dan instansi lain yang berfungsi sebagai pengganti keluarga,disamping usaha resosialisasi. 3. Tahap pengawasan merupakan tindakan lanjut setelah pasien di salurkan ke masyarakat, dengan mengadakan kunjungan rumah (visit home) kunjungan tempat kerja (job visit) dan menyelenggarakan perawatan lanjut (after care), untuk mengetahui perkembangan pasien,permasalahan yang dihadapi serta cara-cara pemecahannya. Sejak tahun 1978 di Indonesia program rehabilitasi dilakukan berdasarkan kerja



sama



lintas



sektoral



melibatkan



3



departemen



yaitu



Departemen



Kesehatan,Sosial dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui satu program bersama yang membahas tentang Penyelenggarakan Usaha Rehabiltasi pasien mental



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Terapi okupasi membantu individu yang mengalami gangguan dalam fungsi motorik, sensorik, kognitif juga fungsi sosial yang menyebabkan individu tersebut mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas untuk mengisi waktu luang. Tujuan okupasi adalah untuk mengembalikan fungsi penderita semaksimal mungkin, dari kondisi abnormal ke normal yang dikerahkan pada kecacatan fisik maupun mental, dengan memberikan aktivitas yang terencana dengan memperhatikan kondisi penderita sehingga penderita diharapkan dapat mandiri di dalam keluarga maupun masyarakat. Terapi Rehabilitasi mencakup semua terapi psikiatri non-akut dan terutama untuk mencegah terjadinya penyakit yang menahun. Rehabilitasi untuk proses jangka panjang dimana memerlukan program dan sarana yang mencukupi. Keberhasilan dari program rehabilitasi tergantung kepada besarnya motivasi belajar.



B. SARAN 1. Bagi keluarga pasien a. Berikan dukungan atau support dalam terapi okupasi kepada klien. b. Dapatkan tim yang jelas tentang tujuan dan tindakan terapi dari tim medis. c. Kenali gejala-gejala yang timbul dan segera memerlukan perawatan medis. 2. Bagi perawat atau tim medis lainnya a. Tetapkan intervensi terapi okupasi sesuai dengan hasil pengkajian. b. Berikan informasi yang jelas kepada keluarga maupun klien tentang tujuan dan tindakan yang akan dilakukan. c. Berikan penyuluhan mengenai penyebab, gejala, pengobatan dan pencegahan.



DAFTAR PUSTAKA Setyoadi, Kushariyadi (2011). Terapi Modalitas Keperawatn pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta. Salemba Medika terapi okupasi dan rehabilitasi oleh Amelia Rina (2011, http ://ameliarina.blogspot.com, diakses 06 Maret,2017)