Makalah Thypus Abdominalis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPUS ABDOMINALIS”



NAMA ANGGOTA 1. Devina Catur Aprilianti



(201401002)



2. Hotlin Maristela Gultom



(201401007)



3. Hendrikus Sarimanila



(201301013)



PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN STIKES ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA 2015-2016



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Paien Thypus Abdominalis”. Untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian tugas di STIKES St. Vincentius a Paulo Surabaya. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungan dan bimbingan secara moral maupun spiritual sehingga tersusunlah makalah ini kepada Bapak/Ibu dosen maupun teman-teman semua. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata -kata yang digunakan. Oleh karena itu, kami memohon maaf apabila ada kesalahan kata ataupun penulisan dalam makalah ini. Kami meminta saran dan kritik yang membangun sehingga makalah ini dapat lebih baik.



Surabaya, 22 Agustus 2015



Penulis



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surverlans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian Demam Thypoid di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun 1994 terjadi peninggkatan frekuensi menjadi 15,4 per 10.000 penduduk. Dari survey berbagai rumah sakit di Indonesia dari tahun 1981 sampai dengan 1986 memperlihatkan peningkatan jumlah penderita sekitar 35,8% yaitu dari 19,596 menjadi 26,606 kasus. (Aru W.Sudoyo, dkk, 2007; 1752). Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa angka kejadian Thypus Abdominalis masih sangat tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai factor antara lain : pengetahuan tentang kesehatan diri dan lingkungan yang masih relative rendah, penyediaan air bersih yang tidak memadai keluarga dengan hygiene sanitasi yang rendah, permasalahan pada identifikasi dan penatalaksanaan karier, keterlambatan membuat diagnosis yang pasti, patogenesis dan factor virulensi yang belum dimengerti sepenuhnya serta belum tersedianya vaksin efektif aman dan murah menurut Pang dalam (Soegeng Soegijanto, 2002; 2). Typhoid atau dapat juga disebut sebagai Thypus Abdominalis atau demam enterik (enteric fever) adalah suatu penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan (terutama usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaraan.(Ngastiyah, 2005; 236). Thypus Abdominalis disebabkan oleh masuknya kuman Salmonella Typhi (S.typhi) dan Salmonella Paretyphi (S.paratyphi) kedalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi oleh kuman (Aru W.Sudoyo, dkk, 2007).



Untuk itu, penanganan yang tepat sangat diperlukan untuk menurunkan angka morbiditas Thypus Abdominalis. Penanganan dilingkungan dengan cara menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya hidup sehat melalui upaya promotif dan preventif. Selain itu, penanganan dirumah sakit melalaui upaya kuratif dan rehabilitative juga sangat diperlukan yaitu dengan cara perawatan yang baik seperti tirah baring, memberikan makanan yang lunak untuk mengurangi dan mencegah pendarahan pada usus, serta pemberian obat-obatan antibiotik (Mansjoer Arif, 2002). 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa definisi dari typus abdominalis? 1.2.2 Bagaimana etiologi, patofisiologi dan manifestasi klinis dari typus abdominalis? 1.2.3 Bagaimana pemeriksaan penunjang, komplikasi dan penatalaksanaan medis dari typus abdominalis? 1.2.4 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan typus abdominalis?



1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui definisi dari typus abdominalis. 1.3.2 Mengetahui etiologic, patogenesis dari typus abdominalis. 1.3.3 Mengetahui patofisiologi dari typus abdominalis. 1.3.4 Mengetahui manifestasi klinis dari typus abdominalis. 1.3.5 Mengetahui pemeriksaan penunjang typus abdominalis. 1.3.6 Mengetahui komplikasi dari typus abdominalis. 1.3.7 Mengetahui penatalaksanaan medis typus abdominalis. 1.3.8 Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan typus abdominalis.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Thypus Abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan, dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2002). Demam typoid atau sering disebut dengan tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang berpotensi menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh Salmonella Thypi (Arif Muttaqin,2011: 488). 2.2 Etiologi Salmonella thypi sama dengan Salmonela yang lain adalah bakteri gramnegatif, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella thypi juga dapat memperoleh plasmid factor-R yang ebrkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic. 2.3 Patogenesis Salmonella thypi merupakan basil gram (-). Transmisi salmonella thypi ke dalam tubuh manusia dapat melalui (Hornick, 1978) hal-hal berikut: 2.3.1 Transmisi oral, melalui makanan yang terkontaminasi kuman salmonella thypi



2.3.2 Transmisi dari tangan ke mulut, dimana tangan yang tidak higienis yang mempunyai salmonella thypi langsung bersentuhan dengan makanan yang dimakan. 2.3.3 Transmisi kotoran, dimana kotoran individu yang mempunyai basil salmonella thypi ke sungai atau dekat dengan sumber air yang digunakan sebagai air minum yang kemudian langsung diminum tanpa di masak. 2.4 Patofisiologi - kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer) dan mencapai sel-sel retikulo endoteleal, hati, limpa dan organ-organ lainnya. - proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikuloendoteleal



melepaskan



kuman



ke



dalam



peredaran



darah



dan



menimbulkan bakterimia kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus dan kandung empedu - pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plak peyer. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar, kelenjar-kelenjar mesentrial dan limpa membesar. - gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus.



2.5 Manifestasi klinis 1. gejala pada anak: inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari. 2. demam meninggi sampai akhir minggu pertama. 3. demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani akan menyebabkan syok, stupor dan koma. 4. ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari. 5. nyeri kepala, nyeri perut. 6. kembung, mual, muntah, diare, konstipasi 7. bradikardi, nyeri otot. 8. epistaksis 9. lidah yang berselaput (kotor ditengah dan ujung merah serta tremor). 10. hepatomegaly, splenomegaly, metoroismus. 11. gangguan mental berupa somnolen. 2.6 Pemeriksaan penunjang 1. Uji Widal (pemeriksaan serologis) Untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody (agglutinin). Respons antibody yang dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antibody O dan H. 2. Pemeriksaan darah Untuk mengidentfikasi adanya anemia karena asupan makanan yang terbatas, malabsorbsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum, dan penghancuran sel darah merah dalam peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah leukosit antara 3000-4000/mm3 (Arif Mutaqqin, 2011: 492). 3. Pemeriksaan urine



Didapatkan proteinuria ringan (