Manajemen Lingkungan Tambak Udang [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Dwie
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MANAJEMEN LINGKUNGAN TAMBAK UDANG (Makalah Manajemen Lingkungan)



Oleh : Anggi Khoiruddin



1414051034



Indrajati



1414051048



M. Zaenal Hasly



1414051058



Moh. Adnan Syarif



1414051066



JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2016



KATA PENGANTAR



Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga makalah yang berjudul “Manajemen Lingkungan Tambak Udang” ini dapat diselesaikan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan segala kemampuan yang terbatas, makalah ini mencoba menguraikan manajemen lingkungan di daerah tambak udang berdasarkan kunjungan kelokasi dan UKL – UPL dari usaha dan kegiatan budidaya tembak udang oleh supriyono di Desa Hurun RT 02 RW 01 Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Dan dengan adanya makalah ini, kami segenap penyusun berharap membantu para pembaca dan penyusun sendiri dalam memahami cara menerapkan konsep manajemen lingkungan dengan benar. Namun demikian, apabila dalam makalah ini dijumpai kekurangan dan kesalahan baik dalam pengetikan maupun isinya, maka kami segenap penyusun dengan senang hati menerima kritik dan saran dari para pembaca. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada teman-teman angkatan maupun dosen Teknologi Hasil Pertanian yang bersama-sama mewujudkan tercapainya tujuan perkuliahan manajemen lingkungan ini. Semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat adanya.



Bandar Lampung, 18 April 2016 Ketua Kelompok,



1



Mohamad Adnan Syarif 1414051066 DAFTAR ISI



BAB I.



PENDAHULUAN



1.1.Latar Belakang.............................................................................



1.2. Tujuan..........................................................................................



BAB II. TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Kualitas Air..................................................................................



2.2. Salinitas.......................................................................................



2.3. pH................................................................................................



2.4. Alkalinitas.................................................................................... 2.5. Oksigen Terlarut



(Dissolved Oxygen)....................................................................................... 2.6. Biological Oxygen



Demand (BOD).............................................................................................



BAB III. PEMBAHASAN..............................................................................



BAB IV. KESIMPULAN................................................................................



DAFTAR PUSTAKA



2



LAMPIRAN



3



BAB I PENDAHULUAN



1.1.



Latar Belakang



Disadari sepenuhnya bahwa usaha dan kegiatan apalagi yang berhubungan dengan ekspoitasi/pemanfaatan/pengelolaan SDA (Sumber Daya Alam) dan lingkungan hidup jelas mengandung resiko terjadinya perubahan ekosistem yang selanjutnya akan mengakibatkan dampak baik yang berisfat negatif maupun yang positif terhadap fungsi lingkungan hidup yang mengakibatkan lingkungan hidup turun kualitasnya sehingga tidak sesuai dengan peruntukannya lagi. Kawasan pesisir (lingkungan pantai) dikenal sebagai ekosistem yang memiliki potensi sumberdaya hayati yang sangat besar. Berbagai aktivitas perekonomian di kawasan pesisir diantaranya usaha dan kegiatan budidaya tambak udang, pariwisata, industri dan pembangunan berbagai sarana penunjang fisik bagi transportasi laut. Selain di manfaatkan untuk kegiatan ekonomi, wilayah pesisir juga merupakan tempat bermuara berbagai jenis limbah dari berbagai aktivitas manusia baik yang berasal dari kawasan daratan maupun yang berasal dari kawasan pesisir itu sendiri. Hal ini dapat memberikan dampak negatif terhadap kondisi geo-bio-fisika-kimia pesisir yang rentan terhadap berbagai perubahan lingkungan. Usaha dan kegiatan budidaya tambak merupakan suatu kegiatan pemanfaatan lingkungan wilayah pesisir yang mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan ekonomi masyarakat pesisir, penyedia lapangan kerja dan sumber devisa negara yang potensial. Keberlanjutan pemanfaatan wilayan pesisir bagi usaha dan kegiatan budidaya tambak udang sangat di pengaruhi oleh dinamika kualitas lingkungan pesisir sebagai akibat adanya interaksi antar pengguna di wilayah ini, disamping kegiatan budidaya itu sendiri. Pemanfaatan wilayah pesisir yang tidak terkendali dan mengabaikan aspek daya dukung lingkungan sering memberikan dampak negatif terhadap ekosistem perairan 1



terutama ekosistem laut. Dampak tersebut, secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kualitas perairan pesisir, dan pada akhirnya berdampak kepada produktivitas usaha dan kegiatan budidaya tambak udang itu sendiri (Supriyono.2013). Usaha dan kegiatan budidaya tambak udang berpengaruh terhadap ekosistem perairan laut. Pengaruh tersebut di antaranya dapat berasal dari limbah pakan dan buangan metabolisme udang. Limbah pakan dan buangan metabolisme udang yang merupakan nutrien serta berbahan organik dalam jumlah yang berlebih dapat menyebabkan pengayaan (eutrophication), sehinggal dapat menstimulir terjadinya ledakan populasi (blooming) fitoplankton dan mikroba yang bersifat pathogen. Limbah yang berkarakteristik organik dari aktivitas budidaya tambak yang masuk ke peraitan pesisir di karakterisadi oleh peningkatan jumlah TSS (Total Suspended Solid), BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand) serta kandungan Nitrogen dan Phospor (Supriyono.2013). Oleh karena itu, usaha dan kegiatan yang dilaksanakan seharusnya selain berwawasan sosial, ekonomi, teknis juga harus berawasan lingkungan. Sehingga perlu feasibility study (kajian kelayakan) dari segi sosial, ekonomi, teknis dan lingkungan hidup yang diharapkan mendapat keuntungan tanpa mengorbankan eksistensi fungsi lingkungan hidup itu sendiri (Supriyono.2013). Tidak kita pungkiri bahwa setiap usaha dan kegiatan pembangunan manusia akan menimbulkan perubahan terhadap fungsi lingkungan hidup yang signifikan yang dapat berakibat timbulnya dampak negatif dan dampak positif. Dampak negatif yaitu di antaranya polusi (pencemaran) lingkungan hidup dan degradasi (perusakan) lingkungan hidup. Dampak negatif tersebut diantaranya penyebabkan penurunan daya tampung, daya dukung dan kualitas lingkungan hidup sehingga fungsi lingkungan hidup tidak sesuai dengan peruntukannya lagi. Dampak negatif tersebut bisa berdampak kecil, menengah dan besar. Strategi pendekatan pengelolaan yaitu dengan diminamalkan, ditekan dan ditanggulangi sedini mungkin (Supriyono.2013).



2



Usaha dan kegiatan ini tentunya menimbulkan dampak positif yaitu di usaha ekonomi sektor informal. Dengan demikian memicu terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal di daerah tersebut. Dampak tersebut hendaknya di kelola (ditangani) dan di pantau dengan strategi pendekatan sistem yaitu ditingkatkan, dimaksimalkan dan ditumbuh kembangkan. Dengan demikian diharapkan output finalnya adalah terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat di lingkungan terdekat usaha dan kegiatan budidaya tambak udang dan terakomodasinya kepentingan para stake holder (pemangku kepentingan) masyarakat (Supriyono.2013).



1.2. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah manajemen lingkungan tambak udang adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui cara pengelolaan lingkungan hidup dari usaha dan kegiatan budidaya tambak udang 2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari usaha dan kegiatan budidaya tambak udang 3. Mengetahui Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dari usaha dan kegiatan budidaya tambak udang



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Kualitas Air Udang sangat peka terhadap perubahan kualitas air. Kualitas air yang buruk dapat mengakibatkan rendahnya tingkat kelangsungan hidup (survival rate), pertumbuhan dan reproduksi udang. Sebagian besar manajemen kualitas air ditujukan untuk memperbaiki kondisi kimia dan biologi dalam media budidaya (Boyd et al., 2002). Faktor fisika sering tidak dapat dikontrol atau tergantung dengan pemilihan lokasi yang sesuai. Faktor fisika sangat tergantung dengan kondisi geologi dan iklim suatu tempat (Boyd, 1900).



2.2. Salinitas Salinitas dapat didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion terlarut dalam air. Dalam budidaya perairan, salinitas dinyatakan dalam permil (°/oo) atau ppt (part perthousand) atau gram/liter. Tujuh ion utama yaitu : sodium, potasium, kalium, magnesium, klorida, sulfat dan bikarbonat mempunyai kontribusi besar terhadap besarnya salinitas, sedangkan yang lain dianggap kecil. Ion calsium (Ca), potasium (K), dan magnesium (Mg) merupakan ion yang paling penting dalam menopang tingkat kelulushidupan udang. Salinitas suatu perairan dapat ditentukan dengan menghitung jumlah kadar klor yang ada dalam suatu sampel (klorinitas). Sebagian besar petambak membudidayakan udang dalam air payau (15-30 ppt). Meskipun demikian, udang laut mampu hidup pada salinitas dibawah 2 ppt dan di atas 40 ppt (Boyd, 1990).



4



2.3. pH pH didefinisikan sebagai logaritme negatif dari konsentrasi ion hydrogen [H+] yang mempunyai skala antara 0 sampai 14. pH mengindikasikan apakah air tersebut netral, basa atau asam. Air dengan pH dibawah 7 termasuk asam dan diatas 7 termasuk basa. pH merupakan variabel kualitas air yang dinamis dan berfluktuasi sepanjang hari. Pada perairan umum yang tidak dipengaruhi aktivitas biologis yang tinggi, nilai pH jarang mencapai diatas 8,5, tetapi pada tambak ikan atau udang, pH air dapat mencapai 9 atau lebih (Boyd, 2002).



2.4. Alkalinitas Alkalinitas merupakan kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan pH larutan. Alkalinitas merupakan buffer terhadap pengaruh pengasaman. Dalam budidaya perairan, alkalinitas dinyatakan dalam mg/l CaCO3. Penyusun utama alkalinitas adalah anion bikarbonat (HC03 -), karbonat (CO3 2- ), hidroksida (OH-) dan juga ion-ion yang jumlahnya kecil seperti borat (BO3 -), fosfat (P04 3-), silikat (SiO4 4-) dan sebagainya (boyd, 1990). Peranan penting alkalinitas dalam tambak udang antara lain menekan fluktuasi pH pagi dan siang dan penentu kesuburan alami perairan. Tambak dengan alkalinitas tinggi akan mengalami fluktuasi pH harian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tambak dengan nilai alkalinitas rendah (Boyd, 2002). Menurut Davis et al. (2004), penambahan kapur dapat meningkatkan nilai alkalinitas terutama tambak dengan nilai total alkalinitas dibawah 75 ppm.



2.5. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen) Oksigen terlarut merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya udang. Semua organisme akuatik membutuhkan oksigen terlarut untuk metabolisme. Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada suhu dan salinitas. Kelaruran oksigen akan turun jika suhu dan temperatur naik (Boyd, 1990). Hal ini perlu diperhatikan karena dengan adanya kenaikan suhu air, hewan air akan lebih aktif sehingga memerlukan lebih banyak oksigen. Oksigen masuk dalam air melalui



5



beberapa proses. Oksigen dapat terdifusi secara langsung dari atmosfir setelah terjadi kontak antara permukaan air dengan udara yang mengandung oksigen 21% (Boyd, 1990). Fotosintesis tumbuhan air merupakan sumber utama oksigen terlarut dalam air. Sedangkan dalam budidaya udang, penambahan suplai oksigen dilakukan dengan menggunakan aerator. 2.6. Biological Oxygen Demand (BOD) Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organic pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organic ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi (Salmin, 2000).



6



BAB III PEMBAHASAN



Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha dan Kegiatan YangWajib Dilengkapi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, setelah dilakukan kajian dan screening (penapisan) ternyata luas usaha dan kegiatan budidaya tambak udang adalah 6 Ha sehingga < 50 Ha (kurang dari 50 Ha), dengan demikian diambil kesimpulan bahwa usaha dan kegiatan budidaya udang oleh Saudara Supriyono berdampak negatif dalam skala menengah (tidak berdampak penting) sehingga tidak berkewajiban



untuk



menyusun



dokumen



AMDAL.



Namun



demikian



berkewajiban menyusun dokumen kajian kelayakan dari segi lingkungan hidup dalam format Dokumen Acuan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL). Upaya kelola lingkungan hidup pada prinsipnya adalah rencana yang akan dilakukan oleh penanggung ajawab usaha dan kegiatan dalam rangka penanganan (mitigasi/minimasi) terhadap dampak negative maupun penanganan dampak positif yang ditimbulkan akibat usaha dan kegiatan budidaya tambak udang oleh Supriyono yang berlokasi di desa hurun RT 02 RW 01 Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Strategi penanganan terhadap dampak negative yang ditimbulkan akibat usaha dan kegiatan tersebut diantaranya dengan dicegah, diantisipasi, diminimalkan, ditngguangi, dikendalikan dan ditekan sedini mungkin. Sedangkan sebaliknya strategi penanganan terhadap dampak positif yang ditimbulkan akibat usaha dan kegiatan



tersebut



adalah



dengan



ditingkatkan,



dimaksimalkan,



dan



7



ditimbuhkembangan dngan harapan terjadinya pertumbuhan ekonomi local, sehingga final output-nya adalah terjadinya peningkatan kesehjateraan masyarakat di sekitar lokasi usaha dan kegiatan dan terakomodasinya kepentingan para pemangku kepentingan pada tatanan local. Dampak positif yang terjadi diantaranya terbuka peluang penyerapan tenaga kerja local yang layak (berkopetensi), terbuka peluang usaha ekonomi yang bergerak di sector informal maupun sector formal disekitar lokasi kegiatan, meningkatnya PAD (Pendapatan Asli Daerah), terjadinya keseimbangan ekosistem air laut disekitar lokasi kegiatan. Sumber kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak antara lain kegiatan penerimaan tenaga kerja, kegiatan sosial dan perekonomian lokal, aktivitas tenaga kerja pada saat rangkaian proses budidaya tambak udang, persiapan lahan pada saat pengisian air laut pada bak tambak dengan memakai mesin pompa mekanik, proses pembesaran udang (budidaya tambak udang), pemanenan udang dan aktivitas domestik tenaga kerja dan pengunjung. Pada saat penerimaan tenaga kerja diperkirakan dapat memicu adanya tingkat kecemburuan social , untuk mecegah kecemburuan social tersebut maka usaha dan kegiatan tambak udang oleh Supriyono ini memberikan prioritas kesempatan kepada tenaga kerja local (penduduk desa disekitar lokasi kegiatan) yang dianggap layak dan mampu untuk bekerja sama dan bergabung sebagai tenaga kerja dan cara lainnya yaitu memberikan upah kerja yang layak dan sesuai dengan standar upah yang berlaku di pasaran (minimal sesuai dengan UMR). Persiapan lahan pada saat pengisian air laut pada bak tambak dengan menggunakan mesin pompa mekanik dapat memberikan kebisingan bagi warga sekitar oleh karena itu untuk meminimalkan kebisingan kegiatan mesin mekanik pompa air diupayakan pada siang hari untuk meminimalkan kebisingan dan melakukan perencanaan dan pelaksanaan program maintenance terhadap peralatan mesin mekanik pompa air secara berkala dan ketat sehingga dampak kebisingan dapat diminimalkan sedini mungkin.



8



Proses pembesaran udang (budidaya tambak udang) diperkirakan dapat mempengaruhi kualitas air laut, tingkat kebisingan, kualitas udara dan tingkat abrasi untuk meminimalkan pencemaran air laut, kebisingan, penurunan kualitas udara dan abrasi maka disediakan bak tandon inlate dan bak tandon outlet. Bak tandon inlet digunakan untuk pengendapan air laut sebelum diisikan kedalam kolam dan bak tandon outlet digunakan untuk pengendapan air sebelum dibuang kembali ke laut. Bila memungkinkan pada tandon outlet ditanami tanaman air yang berfungsi sebagai pensuplai oksigen terlarut pada saat proses sintesis dan biofilter. Saluran limbah cair pada kolam tandon outlet maupun inlet diupayakan dipisah dengan saluran drainase/SPAH (Saluran Pembuangan Air Hujan). Pengelolaan lingkungan hidup selanjutnya yaitu melakukan perencanaan program prosedur maintenance mesin power genset mesin mekanik kincir air dan lain-lain secara berkala dan ketat sehingga tingkat kebisingan dapat diminimalkan sedini mungkin dari sumbernya. Genset ditempatkan pada ruang pemanen, tertutup dan dilengkapi sarana ventalasi yang proposional serta dilengkapi cerobong asap serta pada bibir pantai disekitar lokasi kegiatan ditanam tanaman bakau/mangrove yang berfungsi memperkecil abrasi, sebagai buffer-zone, green belt dan biofilter. Pada saat pemanenan udang terbagi menjadi dua yaitu pengurasan bak tambak dengan memakai mesin mekanik pompa dan maintenance mesin power genset, mesin mekanik kincir dan mesin mekanik pompa diperkirakan dapat berdampak pada kualitas air laut, kuantitas limbah padat, tingkat kebisingan, tingkat limbah B3 untuk meminimalkan pencemaran air laut, peningkatan kuantitas limbah padat, kebisingan, peningkatan kuantitas limbah B3 yaitu dengan dilakukannya pemberian pakan, suplemen dan vitamin sesuai dengan dosis yang disesuaikan untuk meminimalkam limbah cair yang dihasilkan. Sebelum limbah cair dibuang ke laut lepas, limbah cair di alirkan dan diendapkan dahulu ke tandon outlet melalui proses fisika (pengendapan) dan proses biologi (anaerob, fakultatif, dan aerob) yang diharapkan kualitas effluent sesuai dengan baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan. Limbah padat dapat digunakan untuk mempertinggi dan memperkuat tanggul bak tambak, tanggul tandon inlet dan tanggul tandon outlet



9



serta menempatkan limbah B3 oli bekas dan lain-lain kepada kontraktor yang memperoleh izin resmi dari instansi pemerintah yang berwenang. Aktivitas



domestik



tenaga



kerja



dan



pengunjung



diperkirakan



dapat



mempengaruhi kualitas air tanah dan estetika lingkungan, upaya yang dilakukan untuk meminimalkan pencemaran air tanah dan meminimalkan gangguan estetika lingkungan yaitu dengan cara air limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, WC dan tempat cuci pembuangannya diupayakan melalui pipa tertutup. Dibangun WC (Water Closed), septic tank dan peresapan. Untuk limbah cair sebagai media pertumbuhan dan perkembang biakan mikroorganise pathogen (menyebabkan penyakit/Black Waste Water) seperti urin dan tinja maka disalurkan lewat WC kemudian diolah dengen sarana bidang peresapan kemudian disalurkan ke drainase umum. Saluran limbah cair domestic diupayakan kedap air dan dipisan dengan saluran SPAH (Saluran Pembuangan Air Hujan). Penempatan peresapan limbah cair domestic diupayakan berjarak paling rendah 10 meter dari suber air bersih. Disediakan bak sampah dengan system terpilah (organik, anorganik dan B3) yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku (diantaranya tertutup, kedap air terhindar dari tempat pertumbauhan dan berkambang biakntya vector panyakit, tikus dan lain-lain). Melakukan program 2R yaitu Reduction dan Reuse. Menyediakan dan membangun TPS (Tempat Pembuangan Sementara) sampah yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku disekitar lokasi kegiatan dan merekrut petugas sokli. Selain dilakukannya Upaya Kelola Lingkungan Hidup (UKL) dilakukan juga Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL). Pada prinsipnya tujuan dilakukan rencana program pemantauan lingkungan hidup terhadap usaha dan Kegiatan Budidaya Tambak Udang oleh Saudara SUPRIYONO yang berlokasi di Desa Harun RT 02 RW 01 Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi parameter kualitas lingkungan hidup pada batas wilayah proyek Usaha dan Kegiatan Budidaya



10



Tambak Udang yang berguna sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan pelaksanaan system pengelolaan lingkungan hidup. 2. Untuk mendeteksi sedini mungkin setiap penyimpangan-penyimpangan dari tujuan dan sasaran pelaksanaan system pengolahan lingkungan hidup. 3. Untuk memonitor dan mengevaluasi sejauhmana efektifitas (tingkat keberhasilan) program pengelolaan lingkungan hidup terhadap penanganan dampak positif maupun dampak negative akibat usaha dan kegiatan tesebut apakah telah mentaati semua peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 4. Untuk memantau data komponen dan informasi parameter kualitas lingkungan hidup yang terkena dampak dalam rangka memonitor dan mengevaluasi



sejauhmana



efektifitas



(tingkat



keberhasilan)



program



pengelolaan lingkungan hidup serta sebagai dasar kebijakan perbaikan pengelolaan lingkungan hidup. Dalam kegiatan penerimaan tenaga kerja dampak negatif yang dapat terjadi yaitu meningkatnya kecemburuan sosial oleh karena itu upaya pemantauan lingkungan yang dilakukan adalah memonitor dan mengevaluasi tingkat kecemburuan sosial serta memonitor dan mengevaluasi sejauh mana efektifitas keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup di dalam menangani dampak kecemburuan sosial. Metode yang digunakan dalam pemantauan yaitu dengan wawancara langsung dengan sebagian masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang diduga terkena dampak. Dalam kegiatan sosial dan perekonomian lokal dampak yang diduga akan muncul yaitu pertumbuhan ekonomi lokal seperti tingkat pendapatan ekonomi masyarakat di sekitar lokasi kegiatan upaya pemantauan lingkungan yang dilakukan yaitu dengan memonitor dan mengevaluasi sejauh mana pelaksanaan program CSR (Corporate/Company Social Responsibility) dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal. Upaya pemantauan lingkungan ini dilakukan dengan melakukan



11



pendataan tentang pertumbuhan dan perkembangan ekonomi lokal sektor riil formal maupun informal di sekitar lokasi kegiatan. Derajat keselamatan dan kesehatan tenaga kerja juga di pantau dalam aktivitas tenaga kerja pada saat rangkaian tambak udang dengan tujuan memonitor dan mengevaluasi derajat keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dengan cara wawancara langsung dengan para pekerja yang diduga terkena dampak kecelakaan kerja dan terjangkitnya penyakit akibat kerja. Persiapan lahan pada saat pengisian air laut pada bak tambak dengan memakai mesin pompa mekanik dapat menimbulkan kebisingan oleh karena itu upaya pemantauan lingkungan yang dilakukan adalah dengan cara pengamatan langsung melalui indera pendengaran dan melakukan wawancara langsung dengan para pekerja disekitar lokasi kegiatan yang diduga terkena dampak gangguan indera pendengaran akibat kebisingan. Upaya pemantauan lingkungan pada saat proses pembesaran udang (budidaya tambak udang) yang berdampak pada kualitas air laut dilakukan dengan cara pemantauan yang dilakukan dengan mengambil sampel dan menganalisa effluent pada saluran outlet (terluar) pada bak tandon outlet dengan bekerja sama dengan institusi laboratorium lingkungan resmi kemudia dibandingkan dengan baku mutu sebagaimana yang dipersyaratkan dalam peraturan Gubernur Lampung Nomor : 07 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan Kegiatan di Provinsi Lampung maksimal setiap 1 kali per semester. Pada saluran outlet bak tandon outlet dipasang/dibangun alat/bangunan pengukur debit untuk mengetahui beban limbah cair yang di hasilkan. Dampak lainnya yaitu kualitas udara yang dilakukan upaya pemantauan lingkungan dengan cara pengamatan secara visual tentang timbulan emisi polutan gas buang (asap) dari sumber tidak bergerak. Dampak yang terakhir yaitu tingkat abrasi yang dilakukan upaya pemantauan dengan cara pengamatan secara visual tentang kecenderungan mengikisnya/ tergerusnya lahan/tanah pada lingkungan pantai di sekitar lokasi kegiatan dan mengikisnya/tergerusnya tanggul tandon inlet, tanggul tandon outlet dan tanggul kolam tambak.



12



Pada saat pemanenan komoditas uang yaitu pengurasan bak tambak dengan memakai mesin pompa mekanik dan maintenance mesin power genset, mesin mekanik kincir, mesin mekanik pompa dan lain-lain dapat menyebabkan pencemaran air laut, peningkatan kuantitas limbah padat, kebisingan dan peningkatan kuantitas limbah B3. Upaya pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan untuk kuantitas limbah padat yaitu dengan cara pengamatan secara visual tentang kecenderungan peningkatan timbulan kuantitas limbah padat dalam hal ini limbah padat sisa pakan dan limbah padat feses udang. Pada kuantitas limbah B3 upaya pemantauan lingkungan hidup yang di lakukan adalah pengamatan secara visual tentang kecenderungan peningkatan timbulan limbah B3 oli bekas, accu bekas dan lain-lain yang tidak dikelola dan dipantau dengan baik dan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sumber kegiatan terakhir yang diperkirakan berdampak yaitu aktivitas domestik tenaga kerja dan pengunjung yang akan mengakibatkan pencemaran air tanah dan terganggunnya estetika lingkungan. Upaya pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan untuk memantau kualitas air tanah yaitu dengan cara mengambil sampel dan menganalisa kualitas air sumur pada lokasi kegiatan dengan bekerja sama dengan institusi laboratorium lingkungan resmi maksimal 6 bulan sekali, kemudian dibandingkan dengan baku mutu air bersih sebagaimana yang di persyaratkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Upaya pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan untuk memantau tingkat estetika lingkungan dilakukan dengan cara pengamatan secara visual tentang kecenderungan peningkatan volume timbulan limbah padat domestik/sampah (solid waste) disekitar lokasi kegiatan dari segi karakteristik, jumlah dan penangangan yang dilakukan.



13



BAB IV KESIMPULAN



Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan yang telah dijelaskan adalah sebagai berikut. 1. Dampak yang ditimbulkan dari usaha dan kegiatan tambak udang merupakan dampak yang tergolong menengah sehingga tidak perlu membuat dokumen AMDAL 2. Sumber kegiatan yang menimbulkan dampak negatif maupun positif di kelola dan di pantau sesuai dengan UKL dan UPL yang ditetapkan 3. Komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak adalah tingkat kecemburuan sosial, tingkat pendapatan ekonomi masyarakat di sekitar lokasi kegiatan, derajat keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, tingkat kebisingan, kualitas air laut, air tanah dan udara, kuantitas limbah B3, tingkat abrasi dan Estetika lingkungan.



14



DAFTAR PUSTAKA



Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Pond for Aquiculture. Department of Fisheries and Allied Aquacultures. Auburn University. USA Boyd, C. E., Wood C. W., Thunjai T. 2002. Aquaculture Pond Bottom Soil Quality Management. Oregon State University. Oregon. Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara Karang dan Teluk Banten.P3O – LIPI. Supriyono. 2013. Usaha dan Kegiatan Budidaya Tambak Udang. Dokumen UKL – UPL. Lampung



15



LAMPIRAN



16



17