Marginal Efficiency of Capital Dan Marginal Efficiency of Investment [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Marginal Efficiency of Capital dan Marginal Efficiency of Investment



Menurut Rosyidi (2006 : 196), secara keseluruhan yang mempengaruhi volume Investasi ada dua yaitu suku bunga dan marginal efficiency of capital (MEC). MEC menyatakan besarnya keuntungan yang akan diperoleh dengan ditanamnya modal, sedangkan suku bunga adalah tingkat harga dari uang, yaitu berapa persenkah dari sejumlah uang tertentu, yang harus dikembalikan atau dibayarkan karena dipakainya uang itu. Kedua kekuatan itu yakni MEC dan suku bunga merupakan dua kekuatan yang senantiasa tarik-menarik serta saling berpengaruh dalam menentukan volume Investasi. Marginal Efficiency of Capital adalah tingkat pengembalian dari suatu proyek investasi. Angka MEC ini adalah angka yang menyamakan harga investasi dengan nilai sekarang (present value) dari semua penerimaan yang diharapkan dari pengoperasian suatu proyek investasi ditambah dengan nilai sekarang dari nilai sisa (residu) untuk investasi tersebut. Boediono (1990) menyatakan bahwa dalam teori makro Keynes, keputusan investasi dilakukan apa tidak tergantung pada perbandingan antara besarnya keuntungan yang diharapkan (yang dinyatakan dalam presantase satuan waktu) dan biaya pengunaan dana atau tingkat bunga. Secara ringkas dalam teori Keynes, tingkat keuntungan yang diharapkan ini disebut dengan istilah Marginal Effenciency of Capital. Tiga patokan untuk menentukan bahwa investasi dilakukan atau tidak yaitu : 1. Jika keuntungan yang diharapkan (MEC) lebih besar daripada tingkat bunga maka investasi di laksanakan. 2. Jika MEC lebih kecil daripada tingkat bunga maka investasi tidak dilakasanakan. 3. Jika MEC = tingkat bunga maka investasi bisa dilaksanakan dan bisa juga tidak.



Dari uraian di atas, diketahui bahwa beberapa besar tingkat pengeluaran investasi yang diharapkan oleh para investor tersebut ditentukan oleh dua hal yaitu tingkat suku bunga yang berlaku dan marginal efficiency of capital atau fungsi investasi. Tiga hal yang perlu diperhatikan mengenai fungsi investasi yaitu : 1. Fungsi tersebut mempunyai slope yang negatif, artinya semakin rendah tingkat bunga semakin besar pula tingkat pengeluaran investasi yang diinginkan. 2. Dalam kenyataan fungsi tersebut sulit untuk diperoleh sebab posisinya sangat labil (mudah berubah dalam jangka waktu yang sangat singkat). Kelebihan fungsi investasi ini akan segara dapat dipahami karena posisinya sangat tergantung pada nilai MEC dari proyek-proyek yang ada dan bahwa MEC adalah keuntungan yang diharapkan dari investor. 3. Yang perlu ditekankan adalah hubungan teori Keynes dengan kenyataan, khususnya masalah tersedianya dana investasi. Gambar 2. Kurva Permintaan Investasi (Secara Keseluruhan)



Kurva MEC mengandung asumsi bahwa industri barang modal mampu menawarkan peralatan dalam jumlah tidak terbatas dengan biaya konstan. Salah satu kelemahan penurunan kurva MEC adalah harga barang modal (tingkat bunga) diasumsikan tetap. Jika permintaan akan barang modal secara nasional meningkat, tingkat bunga akan naik. Akibatnya, kenaikan permintaan investasi tidak sebesar yang digambarkan kurva MEC. Kurva yang lebih relevan untuk menjelaskan hal tersebut adalah kurva Marginal Efficiency of Investment (MEI). Kurva ini menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat investasi dalam suatu perekonomian serta memperhitungkan perubahan harga barang modal. Dengan kata lain hubungan antar tingkat bunga dan investasi adalah negatif. Hal ini didasarkan temuan Keynes yang menyebut hubungan tingkat bunga dan investasi dengan tiga istilah, yaitu Interest Investment Effect (IIE), Keynesian Effect, dan Marginal Efficiency of Capital (MEC) atau Marginal Efficiency of Investment (MEI) Perbandingan kurva MEC dan MEI dapat dilihat pada Kurva dibawah ini :



MEC akan sama dengan MEI pada tingkat bunga tertentu, ketika pembelian barang modal hanya untuk menggantikan barang modal yang sudah tidak dapat dipakai lagi. Dalam Kurva diatas, kondisi tersebut dimisalkan terjadi pada tingkat bunga 30% per tahun. Jika tingkat bunga pinjaman turun menjadi 20%, permintaan akan investasi total dengan asumsi setiap perusahaan berpikir bahwa perusahaan yang lain tidak akan menambah barang modal, adalah 10%. Akan tetapi, karena semua perusahaan ingin meningkatkan stok barang modal, harga barang modal naik. Kenaikan harga barang



modal menyebabkan ada rencana investasi yang harus dibatalkan karena tidak layak lagi.