MATERI PKL Stater [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB III PEMBAHASAN PERAWATAN DAN PERBAIKAN DINAMO STARTER DIBENGKEL ACH. SUWARSONO



3.1 Pengertian Dinamo Starter Dinamo starter atau motor starter adalah merupakan salah satu komponen mesin kendaraan yang berfungsi untuk memutar mesin untuk pertama kali. Dinamo starter atau motor stater merubah energi listrik menjadi energi gerak untuk memutar crankshaft mesin atau poros mesin melalui fly wheel atau roda gila. Prinsip kerja dinamo starter atau cara kerja dinamo starter untuk mobil bensin maupun mobil diesel adalah sama. 3.2 Fungsi Dan Cara Kerja Dinamo Starter Sistem Starter Mobil merupakan suatu mesin atau engine tidak dapat mulai hidup (start) dengan sendirinya, maka mesin tersebut memerlukan tenaga dari luar untuk memutarkan poros engkol dan membantu untuk menghidupkan. Dari beberapa cara yang sudah ada pada saat ini, mobil pada umumnya menggunakan siatu motor listrik, digabungkan dengan magnetic switch (solenoid) yang memindahkan gigi pinion yang berputar ke ring gear yang dipasangkan pada bagian luar dari fly wheel (roda gila), sehingga ketika ring gear dapat berputar maka secara otomatis poros engkol pun juga ikut berputar. Suatu motor starter harus dapat menghasilkan momen yang besar dari tenaga yang kecil yang tersedia pada baterai atau aki Sistem starter adalah bagian dari sistem pada kendaraan yang berfungsi untuk memberikan putaran awal untuk engine agar dapat menjalankan siklus kerjanya. Dengan memutar fly wheel, dan poros engkol dapat berputar, sehingga engine mendapat putaran awal dan selanjutnya dapat bekerja memberikan putaran dengan sendirinya melalui siklus pembakaran pada ruang bakar.



Gambar



 Pada saat Kunci Kontak ON



Gambar 1 Pada saat kunci kontak ON listrik dari terminal positif baterai akan mengalir menuju ke terminal B pada switch magnet dari motor starter. Listrik akan dialirkan ke hold in coil pada switch magnet sehingga akan timbul kemagnetan pada hold in coil. Kemagnetan pada hold in coil ini akan membuat kontak plate akan tertarik dan terdorong maju karena gaya magnet dari hold in coil tersebut dan membuat Terminal C dan terminal B pada switch magnet akan saling terhubung. Dengan terhubungnya terminal C dan terminal B oleh kontak plate, maka aliran listrik dari positif aki akan mengalir juga menuju terminal B. Sementara di saat kontak plate maju tertarik, kontak plate juga akan menarik drive lever yang mengakibatkan starter clutch terdorong dan mendorong pinion gear untuk berhubungan dengan fly whell. Aliran listrik di terminal B akan diteruskan ke field coil, sehingga field coil akan menjadi magnet. Aliran listrik juga akan diteruskan ke armature, sehingga armature pun ikut menjadi magnet. Kemagnetan antara field in coil dan armature ini akan membuat armature coil berputar, sehingga pinion gear pun akan ikut berputar. Dengan berputarnya pinion gear ini akan membuat flywheel pun ikut berputar.



Gambar



 Pada Saat Kunci Kontak OFF



Gamabar 2 Pada saat kunci kontak off, maka aliran listrik ke terminal B pada switch magnet dari motor starter pun akan terputus yang mengakibatkan kemagnetan pada hold in coil hilang. Dengan hilangnya kemagnetan pada field in coil maka kontak plate akan tertarik kembali ke posisi semula oleh karena tekanan dari per yang ada pada switch magnet. Kembalinya kontak plate pada posisi semula ini akan membuat drive lever akan kembali ke posisi semula yang berakibat starter clutch dan pinion gear kembali ke posisi semula dan memutuskan hubungan dengan flywheell. Sehingga flywheel yang berputar karena hasil tenaga dari pembakaran pada ruang bakar, tidak akan membuat motor starter berputar, yang dapat membuat motor starter menjadi rusak.  JENIS – JENIS MOTOR STARTER PADA MOBIL 1. Motor starter tipe konvensional Jenis motor starter yang pertama dan paling umum diketahui adalah motor starter tipe konvensional. Motor starter tipe konvensional ini adalah tipe motor starter yang paling sederhana dari segi komponen dan cara kerjanya. Motor starter tipe konvensional hanya memiliki satu buah gear saja yaitu gigi pinion (pinion gear) yang akan langsung memutarkan fly wheel saat swtich starter di on kan. Ya, pada motor starter tipe konvensional ini, gigi pinion ini langsung terhubung dengan poros armature, sehingga ketika armature berputar maka gigi pinion juga akan langsung memutarkan fly wheel. Konstruksinya yang cukup sederhana menjadi salah satu kelebihan yang dimiliki oleh motor starter tipe konvensional ini dibandingkan dengan tipe motor starter yang lainnya. Meskipun begitu, momen yang putar yang tidak terlalu besar menjadikannya kurang cocok digunakan pada mesin-mesin yang besar dan lebih berat. 2. Motor starter tipe reduksi Tipe motor starter yang selanjutnya adalah motor starter tipe reduksi. Motor starter tipe reduksi adalah motor starter yang akan meningkatkan momen putar pada pinion



gear dengan mereduksi putaran poros armature melalui susunan roda-roda gigi yang ada. Pada motor starter tipe reduksi ini terdapat roda-roda gigi yang saling mereduksi sehingga dapat menurunkan putaran pinion gear, namun begitu, penurunan putaran yang terjadi akan meningkatkan tenaga putar / momen putar yang lebih besar dibandingkan dengan motor starter tipe konvensional. Konstruksi dan komponen motor starter tipe reduksi ini lebih rumit dibandingkan dengan motor starter tipe konvensional. Poros armature pada tidak langsung terhubung dengan pinion gear, namun terlebih dahulu terhubung dengan roda-roda gigi reduksi tambahan yang kemudian saling terhubung untuk memutarkan pinion gearnya. 3. Motor starter tipe planetary gear Tipe motor starter yang terakhir adalah motor starter tipe planetary gear. Motor starter tipe planetary gear adalah tipe motor starter yang menggunakan roda gigi (gear) yang dibentuk seperti susunan planet pada tata surya. Roda gigi planetary merupakan roda gigi yang tersusun dari sun gear, planetary gear dan ring gear. Gear pada poros armature berfungsi sebagai sun gear, kemudian sun gear ini di kelilingi oleh planetary gear yang akan memutarkan ring gear. Ring gear terhubung langsung dengan pinion gear. Oleh karenanya, konstruksi dari motor starter tipe planetary gear ini juga terbilang cukup rumit dan sebanding dengan motor starter tipe reduksi. Komponen planetary gear terletak diantara armature dengan pinion gear. Fungsi dari planetary gear ini adalah untuk mereduksi putaran poros armature sehingga muncul momen puntir yang lebih besar. Momen puntir yang besar tadi akan digunakan untuk memutar fly wheel. Ketika fly wheel berputar lebih cepat, maka putaran pada motor starter juga akan bertambah. 3.3 KOMPONEN-KOMPONEN DAN FUNGSI MOTOR STARTER :  Komponen utama pada sistem starter : 1. Saklar starter berfungsi mengalirkan arus listrik ke relay starter. 2. Relay starter berfungsi mengalirkan arus yang besar ke motor starter. 3. Motor starter berfungsi merubah tenaga listrik menjadi momen putar. 4. Batteray Berfungsi sebagai sumber arus listrik  Komponen Motor Starter 1. Field Coil (Kumparan Medan) Terbuat dari tembaga yang dililitkan pada core motor starter berfungsi untuk membangkitkan medan magnet, akan tetapi pada beberapa jenis sepeda motor biasanya pada motor starter sudah dilengkapi dengan magnet permanen jadi tidak diperlukan field coil (kumparan medan) untuk membangkitkan medan magnet. 2. Armature (jangkar) Berfungsi merubah energy listrik menjadi energy mekanik, dalam bentuk gerak putar atau sebagai penghasil momen putar.



Pada armature terdapat komutator yang bersentuhan langsung dengan brush yang berfungsi sebagai terminal kumparan armature (jalan masuknya arus dari brush). 3. Yoke dan Pole Core Yoke (rumahan starter) berfungsi sebagai tempat untuk mengikatkan pole core. Yoke terbuat dari logam yang berbentuk silinder. Sedangkan pole core berfungsi untuk menopang field coil dan memperkuat medan magnet yang ditimbulkan field coil. 4. Brush (Sikat) Brush terbuat dari tembaga lunak, dan berfungsi untuk meneruskan arus listrik dari field coil ke armature coil langsung ke massa melalui komutator. Umumnya sarter memiliki empat buah brush, yang dikelompokkan menjadi dua. - Dua buah disebut dengan brush positif. - Dua buah disebut dengan brush negatif. 5. Sarter Clutch Sarter clutch berfugsi untuk memindahkan momen punter saft kepada roda penerus, sehingga dapat berputar.Sarter clutch juga berfungsi sebagai pengamandari armature coil bilamana roda penerus cenderung memutarkan pinion gear 6. Sakelar Magnet (Magnetic Switch) Saklar magnet digunakan untuk menghubungkan dan melepaskan pinion gear ke/dari roda penerus, sekaligus mengalirkan arus listrik yang besar pada sirkuit motor starter melalui teminal utama. 7. Armetur Brake Armature brake berfungsi sebagai pengereman putaran armature setelah lepas dari perkaitan dengan roda penerus. 8. Driver Lever Drive lever berfungsi untuk mendorong pinion gear kea rah posisi berkaitan dengan roda penerus. Dan melepas perkaitan pinion gear dari perkaitan roda penerus.



Gambar 3



 KERUSAKAN-KERUSAKAN PADA MOTOR STARTER : 1. Mesin bergerak pelan tetapi tidak mau hidup. 2. Mesin bergerak pada putaran tinggi tetapi tidak hidup. 3. Pluger selenoid bergetar. 4. Roda gigi pinion bergeser pelan setelah mes



3.4 Perawatan Dan Perbaikan Motor Starter Mobil Perawatan dan perbaikan perlu dilakukan pada motor starter jika terjadi kerusakan atau gangguan pada motor starter. Pemeriksaan dan perbaikan yang dilakukan pada motor starter reduksi, planetary maupun konvensional secara umum sama. Pemeriksaan yang harus dilakukan adalah pemeriksaan pada armature, pemeriksaan pada yoke, pemeriksaan pada sikat dan pemegang sikat dan pemeriksaan pada kopling starter.  Pemeriksaan Baterai



Gambar 4 1. Memeriksa jumlah cairan baterai. Permukaan cairan baterai harus berada di antara batas atas dan batas bawah. Apabila cairan baterai berkurang, tambahkan air suling sampai batas atas tinggi permukaan yang diperbolehkan. 2. Memeriksa berat jenis cairan baterai. Berat jenis cairan baterai ideal adalah 1,260. Apabila kurang, maka baterai perlu distrum (charged), sedangkan apabila berat jenis cairan baterai berlebihan maka tambahkan air suling sampai mencapai berat jenis ideal. 3. Pemeriksaan pipa/slang ventilasi baterai. Perhatikan kerusakan pipa/slang ventilasi dari kebocoran, tersumbat maupun kesalahan letak/jalur pemasangannya.



 Pemeriksaan Relay Starter (Magnetic Switch)



Gambar 5 1. Menekan tombol starter pada saat kunci kontak posisi ON. Kumparan relay starter normal jika terdengar bunyi “Klik” dari dalam unit relay starter. 2. Apabila tidak ada bunyi “Klik”, lakukan pemeriksaan lanjut : 3. Mengukur tegangan yang keluar dari kumparan relay starter, menuju ke tombol starter. Spesifikasi : Harus ada tegangan sekitar 12 V pada saat kunci Kontak posisi ON. 4. Apabila tidak ada tegangan, lepaskan relay starter dari rangkaian, kemudian periksa kontinuitas kumparan relay starter. Spesifikasi : Harus ada kontinuitas.  Pemeriksaan Motor Starter



Gambar 6 1. Ukur run out atau kelengkungan pada komutator menggunakan v block dan DI (dial indication). Ganti komutator jika kelengkungannya



melebihi standart. Nilai standart = 0.02 mm, limit = 0.05 mm (lihat buku pedoman perbaikan jika jenis atau model starternya berbeda) 2. Pemeriksaan segmen komutator dari keausan dan ukur kedalaman dari segmen mika dengan jangka sorong. Nilai standart = 0.7-0.9 mm, limit = 0.2 mm. jika kedalaman segmen ini lebih kecil dari standart tetapi lebih besar dari limit komutator dapat di bubut dan jika kurang dari limit ganti komutator 3. Ukur diameter luar komutator. Standart 35 mm, limit 34 mm menggunakan jangka sorong. jika diameter luar kurang dari limit, ganti komutator (lihat buku pedoman perbaikan jika jenis atau model starter nya berbeda) 4. Lakukan pengujian dengan glow tester. Pasang armature pada alat tersebut dan dekatkan bilah gergaji besi disekitar inti armature. Bila gergaji akan bergetar jika hubungan pendek, ganti jika ada hubungan arus pendek. 5. Gunakan OHM meter, ukur hubungan antara komutator dengan bodi armature. Jika terdapat hubungan berarti terjadi hubungan massa, dan ganti armature. 6. Gunakan ohm meter, ukur hubungan antara komutator, lakukan untuk semua komutator. Semua segmen komutator harus berhubungan, ganti armature jika tidak berhubungan. 7. Gunakan ohm meter, ukur hubungan antara ujung kumparan medan dengan bodi, harus tidak ada hubungan dan ganti jika berhubungan. Perlu diperhatikan, hal itu berlaku untuk motor starter tipe seri. Untuk tipe parallel, ujung kumparan medan lainnya biasanya langsung diklem dengan bodi. Untuk model ini harus ada hubungan. 8. Ukur hubungan antara ujung terminal C dan ujung kumparan medan yang berhubungan dengan sikat. Harus terdapat hubungan. Ganti yoke jika tidak ada hubungan. 9. Ukur panjang sikat dengan jangka sorong. Standart 14.5 mm limit 9.5 mm. ganti sikat jika kurang dari limit (lihat buku pedoman perbaikan jika jenis atau model starter nya berbeda) 10. Ukur hubungan antara dudukan sikat positif dan plat pemegang sikat. Tidak boleh ada hubungan, jika terdapat hubungan berarti isolasi rusak. Periksa sikat dari keausan yang berlebihan , ganti sikat jika ada keausan yang berlebihan. 11. Periksa gigi kopling starter (gigi reduksi) dari keausan atau kerusakan. Putar gigi pinion searah jarum jam dan pinion harus dapat berputar dengan lembut. Putar pinion dengan arah yang berlawanan, pinion harus terkunci. 12. Periksa bearing dari keausan dan kerusakan. Ganti jika diperlukan.



3.5 Pengujian Motor Starter



Gambar 7



·



Jika terjadi masalah pada sistem starter, maka perlu dilakukan pengecekan dan pengujian motor starter. Motor starter harus dilepas untuk diuji. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat akan melakukan pengujian adalah sebagi berikut : 1. Kabel negatif baterai harus dilepas sebelum melepas motor starter 2. Pengujian dengan motor starter dengan menggunakan baterai dilakukan hanya 3 sampai 5 detik untuk menghindari terjadinya terbakarnya kumparan 3. Selalu gunakan buku manual yang sesuai untuk melakukan pengujian  Pengetasan Pull In Coil (PIC) :



Gambar



  



Lepas kabel kumparan medan dari terminal C Hubungkan positif baterai ke terminal 50 dan negatif baterai ke terminal C dan bodi Gigi pinion harus bergerak maju, jika tidak bergerak ganti solenoid.



Baterai —–> kontak —–> terminal 50 —–> kumparan pull coil —–> terminal C —–> Kumparan Medan —–> anker —–> massa Sehingga: 1) Magnetik switch ,plunyer tertarik /aktif 2) Pinion maju dan berputar lambat (arus nya masih kecil, lewat kontak) 3) Main Swtch mulai terhubung  Pengetessan Hold in Coil (HIC) :



Gambar       



Pada saat gigi pinion maju (seperti pengetesan diatas) lepaskan kabel negatif dari terminal C. Gigi pinion harus tetap maju, jika gigi pinion kembali ke posisi semula, ganti solenoid Pengetesan Kembalinya Pinion Lepas kabel negatif dari bodi Gigi pinion harus kembali ke dalam. Jika tidak kembali ganti solenoid. Pengetesan Motor Starter Tanpa Beban Hubungkan kabel negatif baterai ke bodi motor starter



 



Hubungkan kabel positif baterai ke ampere meter dan kaki ampere meter lainnya ke terminal 30, kemudian ke terminal 50. Motor starter harus dapat berputar dengan lembut dan gigi pinion bergerak keluar. Lihat buku petunjuk perbaikan untuk mengetahui berapa arus yang harus mengalir.



Baterai —–> kontak —–> terminal 50 —–> hold coil —–> massaSehingga : Ada kemagnetan yang menarik plunyer (ke kanan)