Membentuk Standar Perilaku Peserta Didik Di Kelas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MEMBENTUK STANDAR PERILAKU PESERTA DIDIK DI KELAS Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kelas Dosen Pengampu: Dr. Suharno, M.Pd.



Oleh: 1.



Achmad Nurcahyo Eko S



(K7112001)



2.



Ambar Febriyanti



(K7112012)



3.



Arista Mariana Dewi



(K7112033)



4.



Dhyah Ayu Wulandari



(K7112057)



5A



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA



2014



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah adalah tempat terjadinya proses pendidikan, pengajaran dan pelatihan. Sebagai pendidik, pengajar dan pelatih guru diharapkan mampu membina anak didik



menjadi manusia seutuhnya. Manusia



menjadi manusia seutuhnya apabila dimanusiakan dengan cara cara manusia. Ungkapan ini diharapkan mampu membantu para guru untuk melatih, mengajar anak didik dengan cara terdidik. Sekolah adalah tempat yang tepat untuk menguwujudkan semua itu. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang di senangi anak didik untuk menyalurkan seluruh minat, bakat dan kemampuannya. Pada kenyataanya dewasa ini, banyak anak didik yang justru menganggap sekolah itu menjadi tempat yang menbosankan. Hidup dalam kebebasan menjadi alasan untuk melanggar aturan. Seringkali anak didik beranggapan bahwa aturan sekolah adalah pembatasan mereka untuk berkreasi dengan bebas. Teguran guru dianggap sebagai hukuman dan bahkan sebagai pelecehan. Hal seperti ini seharusnya mendapat perhatian serius dari warga sekolah baik guru maupun tenaga kependidikan lainya. Dari berbagai kasus dunia pendidikan Indonesia menjadikan kualitas pendidikan semakin buruk. Pendidikan yang seharusnya dapat melahirkan para siswa yang bukan hanya pintar dalam segi akademik, namun juga berbudi luhur. Akhirnya hanya akan membentuk siswa yang ketakutan terhadap guru yang seharusnya memberikan keteladanan. Jika ditelaah lagi, semua kasus yang timbul sebenarnya dilatarbelakangi hal yang sama. Guru–guru tersebut berharap dengan cara kekerasan yang mereka terapkan, para siswa dapat lebih disiplin dalam mematuhi peraturan sekolah. Mereka menganggap kekerasan adalah cara yang paling tepat untuk mengkomunikasikan hal–hal yang ingin mereka



sampaikan. Kekerasan dianggap sebagai cara terakhir dan paling ampuh untuk membentuk siswa yang lebih disiplin dan menguasai materi pelajaran yang diberikan. Yang pada akhirnya bertujuan untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Pembiaran bukanlah solusi yang tepat untuk mendewasakan anak didik. Kami berkeyakinan bahwa pendidikan adalah kehidupan membangun karakter. Hanya dengan karakter yang baiklah akan mendapatkan kualitas pendidikan yang baik. Displin adalah salah satu dari karakter yang seharusnya dimiliki oleh warga sekolah baik siswa, guru maupun tenaga kependidikan lainya. Dengan displin kita diharapkan akan hidup lebih teratur. Keteraturan itulah membuat yang satu dengan yang lainnya tidak saling berbenturan. Displin menjadikan setiap orang mengenali potensi diri dan menggalinya lebih dalam lagi, untuk berbuat lebih maksimal dan bermanfaat bagi yang lainya.



B. Rumusan Masalah Bagaimana Membentuk Standar perilaku peserta didik di kelas? C. Tujuan Dengan membaca buku tentang manajemen kelas komprehensif, mahasiswa dapat menjelaskan cara membentuk standar perilaku peserta didik di kelas.



BAB II PEMBAHASAN A. Mengembangkan Standar Untuk Perilaku Kelas Metode yang digunakan guru untuk mengembangkan standar perilaku kelas dan strategi yang diterapkan untuk mempertahankan kelancaran di kelas merupakan faktor kunci yang berhubungan dengan menciptakan komunitas belajar yang positif, metode-metode ini merupakan inti dari pencegahan masalah perilaku kelas. Penelitian awal tentang menciptakan standar perilaku dalam kelas dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan untuk Pendidikan Guru di Universitas Texas di Austin (Emmer, Evertson & Anderson, 1980, Evertson & Emmer, 1982a). Penelitian ini menjelaskan bahwa manajemen kelas yang efektif di SD maupun SMP yang menghabiskan waktu dalam pembelajaran adalah sturan dan prosedur kelas. Oganisasi kelas dan program manajemen Evertson menyediakan modul instruktusional untuk : 1) mengorganisasikan kelas, 2) merencanakan dan mengajarkan aturan dan perilaku, 3) mengembangkan tanggungjawab siswa, 4) mempertahankan perilaku siswa yang baik, 5) merencanakan dan mengorganisasikan instruksi. Penelitian selanjutnya menunjukkan siswa dari guru yang dilatih melalui program ini menunjukkan perbaikan prestasi akademik dan perilaku (Evertson & Harris 1999; evertson & Smithey 2000). Ada dua alasan pertama keharusan para pendidik untuk membangun dan memonitor standar perilaku. Pertama, pembelajaran siswa secara dramatis berkaitan dengan pembuatan iklim aman dimana semua orang diperlakukan dengan hormat. Kedua, siswa akan mendapatkan manfaat dari belajar tenatng hak sebagian warga Negara dan melihat berbagai hak dan kehormatan mereka di tegakkan di lingkungan sekolah. Perilaku yang melanggar aturan yang diterima harus berhubungan dengan pembahasan dengan siswa. Ketika berhubungan dengan perilaku tidak produktif, guru harus membantu siswa meneliti baik motivasi maupun



akibat dari tindakan mereka. Penekanan yang berlebihan pada penguatan dan hukuman sering mengaburkan isu motivasi dan sikap dan secara stimulant membatasi atensi siswa dari akibat langsung yang negative dari perilaku. Penekanan ini cenderung membatasi pemikiran yang mendalam dari efek perilaku pada orang lain atau akibat jangka panjang yang mengikuti perilaku yang berkelanjutan. Dalam beberapa hal, orientasi penguatan/hukuman memperkuat tingkat perkembangan moral yang rendah dan tidak membantu siswa mengembangkan tingkat moralitas yang lebih tinggi dan lebih bernilai sosial. B. Pengembangan Standar Atau Aturan Perilaku Umum Kita mempunyai beberapa masalah tentang penggunaan aturan (rules). Istilah ini memberi kesan orientasi pemenuhan manajemen kelas, sementasa seperti yang dikemukakan sepanjang buku ini kita yakin bahwa tujuan pendidikan dan kebutuhan siswa lebih baik dilayani dengan bekerja dengan siswa untuk menciptakan perasaan berbagi. Oleh karena itu, mungkin lebih efektif untuk mengganti kata aturan dengan kata seperti standar atau norma perilaku (behavior standard/norms). Karena kita yakin proses ini jauh lebih penting daripada teknologi, dank arena istilah aturan oleh banyak sekolah dan lebih dimengerti oleh anak-anak yang lebih kecil, dalam bab ini kita akan bergantian menggunakan istilah seperti aturan, standar perilaku, norma dan harapan perilaku untuk mendeskripsikan perjanjian guru dengan siswa berkaitan dengan jenis-jenis perilaku yang membentu membuat komunitas kelas yang aman. Menarik bahwa, sesudah bertahun-tahun penelitian dan sejumlah model yang menekankan penginstruksian siswa dalam harapan perilaku, banyak siswa masih hadir dikelas yang didalamnya standar perilaku tidak jelas dikembangkan. Dalam suatu penelitian siswa SMP, hamper semua siswa menunjukan guru mereka tidak mengembangkan aturan kelas yang jelas dantidak secara jelas menerangkan bagaimana guru merespons ketika siswa mengganggu



kelas.



Hal



serupa,



banyak



guru



sekunder



tidak



mengembangkan sekumpulan standar perilaku, barangkali berasumsi siswa



mereka sudah mengetahui dan menerima standar ini. Meskipun demikian, penelitian dengan mewawancarai siswa SMA mempertahankan masalah perilaku yang menyarankan bahwa siswa memerlukan dan memperoleh manfaat dari standar perilaku kelas dan bahwa ini adalah hal penting ketika mereka dilibatkan tiga atau empat aturan yang dinyatakan secara positif dan jelas. C. Mendiskusikan Nilai Aturan dan Perilaku Standar Langkah



pertama



dalam



mengembangkan



aturan



kelas



adalah



membicarakannya dengan siswa mengapa penting untuk mengembangan standar yang semua anggota kelas setuju untuk mematuhinya. Dalam membahas standar perilaku untuk kelas, guru harus waspada bahwa definisi dan harapan atas perilaku yang sesuai dipengaruhi budaya dan pertentangan singkat mungkin terjadi ketika guru dan siswa datang dari latar belakang budaya yang berbeda. Penting sekali bagi guru untuk memberi tahu kepada siswanya tentang perbedaan pada masing-masing individu. Pendekatan menurut Forrest Gathercoal (2004) menekankan nilai dari membantu siswa, membantu hak-hak konstitusional mereka dan bahwa aturan ada untuk memastikan tidak ada yang menyangkal hak-hak ini. Gathercoal mencatat bahwa siswa tidak dapat melanggar hak-hak ini : 



Kesehatan dan keamanan







Tujuan pendidikan yang sah







Kehilangan dan kerusakan







Gangguan serius dari proses



barang



belajar



Di lain pihak pendidik jauh lebih berhasil dengan siswa yang berkelakuan menyimpang ketika siswa-siswa ini merasa mereka bekerjasama dengan seseorang yang membantu mereka dan mencari jalan untuk hidup dalam harapan masyarakat yang masuk akal. Gathercoal (2004) merekomendasikan siswa mengembangkan aturan yang mencakup tiap pernyataan hak yang mendorong agar terlindungi. Ketika mengembangkan daftar ini dengan peserta didik, guru dapat meningkatkan pemahaman siswa melalui diskusi, role-play, dan menampilkan (dapat bergambar



atau tertulis) contoh-contoh beberapa perilaku spesifik dan pelanggaran tiap aturan. Peraturan Kelas Konsisten dengan “Compelling State Interest 



Kesehatan dan Keamanan Perlakukan orang lain dengan hormat dan baik.







Kehilangan dan kerusakan kepemilikan Perlakukan sekolah dan milik pribadi dengan respek







Tujuan pendidikan yang sah Mengikuti permintaan guru yang masuk akal Mempersiapkan pelajaran Membuat upaya yang bagus dan meminta bantuan jika diperlukan







Gangguan serius dari proses pendidikan Menyelesaikan masalah tanpa kekerasan Guru sekunder mungkin tidak ingin mengembangkan daftar terpisah untuk



lima atau enam kelas. Guru kemudian dapat mengkombinasikan beragam komentar editorial kelas dan menyajikan versi yang diedit kepada semua siswa di hari berikutnya. Metode lain yang bermanfaat dalam membantu siswa memahami dan membentuk norma-norma erilaku sampai akhir tahun ajaran dengan meminta tiap siswa di kelas menulis surat kepada siswa yang akan mengikuti tahun ajaran berikutnya berkenaan dengan perilaku yang membantu membuat pengalaman belajar tiap orang produktif. Tahun berikutnya, tiap siswa menerima surat dari satu siswa yang hadir di kelas sebelumnya. Gathercoal (2004) menyajikan konsep lain yang sangat bermanfaat ketika ia mencatat bahwa semua perilaku perlu dievaluasi dengan meneliti waktu, tempat, dan cara. Kebanyakan perilaku sesuai pada waktu, tempat tertentu dan berhasil dalam dalam cara tertentu. Banyak siswa percaya sejumlah keputusan orang dewasa tidak hanya membatasi, tetapi sebenarnya dimaksudkan untuk membuat frustasi dan merendahkan siswa. Hampir semua siswa menerima arahan, ketika arahan ini masuk akal baginya dan dikemukakan dalam cara yang menghargai, D. Mendapatkan Komitmen



Ketika daftar aturan final telah dikembangkan, guru dapat mengajak ke dalam diskusi untuk menjelaskan tiap aturan dan meminta siswa menunjukkan apakah mereka dapat menerima perilaku standar. Guru kemudian dapat menanyakan pada siswa apakah aturan tampak tidak membantu orang atau apakah mereka setuju bahwa aturan itu baik namun tidak yakin dapat bertindak konsisten sesuai dengan aturan itu. Jika demikian, guru dapat menjelaskan bahwa mereka tidak diharapkan untuk dapat bertindak sempurna setiap waktu. Sejumlah guru meminta siswanya untuk membuat daftar aturan di rumah agar orang tua menandatangani dan mengembalikannya. Strategi ini bermanfaat bahwa tiap orang bertanggung jawab atas perilaku siswa memahami aturan dan konsekuensinya dapat memberi efek positif pada perilaku mereka dan dapat mengurangi kebingungan dan ketegangan ketika orang tua dihubungi tentang perilaku menyimpang anaknya. Contoh harapan kelas: Harapan Kelas Ibu Brown Jurusan Bahasa Inggris Harapan Siswa 1. Perlakukan orang lain dengan sopan dan hormat. 2. Perlakukan sekolah kamu dan milik pribadi dengan respek. 3. Patuhi guru. 4. Mempersiapkan pelajaran : 



Hadir teratur dan tepat waktu (siap belajar).







Memiliki kertas, pulpen, buku catatan, buku teks, dan peralatan lain yang diperlukan.







Menyerahkan tugas tepat waktu.



5. Berusaha dengan baik untuk tugas dan minta bantuan jika kamu membutuhkannya: 



Selesaikan semua tugas kamu dengan kemampuan terbaikmu.







Minta bantuan guru.



Harapan Guru 1. Menciptakan atmosfer kelas yang tenang dan aman dimana siswa merasa bebas untuk menceritakan ide dan bertanya.



2. Mempertahankan lingkungan yang kondusif untuk belajar. 3. Mencari dan bekerja untuk perbaikan kekuatan siswa. 4. Ada untuk siswa sebelum dan sesudah sekolah untuk bantuan tambahan. 5. Berusaha agar belajar tidak hanya menyenangkan tetapi juga berarti di luar kelas. Saya telah membaca harapan kelas dan silabus. Tanda tangan siswa...................................tanggal............................. Tanda tangan orang tua.............................tanggal............................. E. Memonitor Dan Meninjau Aturan Kelas Setelah siswa mengembangkan aturan yang masuk akal dan setuju untuk berkelakuan sesuai dengan aturan tersebut, langkah selanjutnya adalah untuk membantu mereka mengenali dan memonitor perilaku mereka. Satu pendekatan yang bermanfaat dengan usia anak terutama yang berkelakuan menyimpang aturan. Tiap anak diminta untuk melakukan main peran atau role-play perilaku yang sesuai dan tidak sesuai, dan anda dapat menanyakan teman-teman mereka untuk mengangkat tangan, kapan pun siswa berperilaku sesuai dan meletakkan tangan daam pangkuannya ketika siswa berperilaku tidak sesuai. Aktivitas ini bermanfaat dalam memastikan bahwa tiap anak mematuhi aturan secara jelas. Khusus dalam kelas SD, penting untuk sering meninjau aturan selama beberapa minggu. Pendekatan yang bak untuk meninjaunya setiap hari selama minggu pertama, tiga kali seminggu selama minggu kedua, dan sekali seminggu kemudian. Juga berguna menempel aturan di temoat yang terlihat di kelas. Selama minggu pertama, di kelas SD, didiskusikan aturan secara ringkas pada awal dan akhir hari, kelas dapat mengevaluasi. Prosedur Kelas Dasar 1. Wilayah ruang a. Meja, kursi siswa, bagian penyimpanan



d. Meja guru, penyimpanan e. Air



mancur,



wastafel,



b. Pusat belajar, stasiun



kamar mandi, pengasah



c. Materi yang dibahas



pensil.



2. Wilayah sekolah



a. Kamar mancur,



mandi,



air



kantor,



dan



perpustakaan



b. Antrian c. Arena bermain d. Ruang makan



3. Aktivitas seluruh kelas/meja kerja a. Partisipasi kelas b. Tanda atensi siswa



g. Menerima



penyelesaian



tugas



c. Berbicara diantara siswa



h. Memperbaiki tugas



d. Membuat tugas



i. Kebijakan luar



e. Mengedarkan buku



j. Aktivitas sesudah tugas



f. Menyerahkan buku



diselesaikan



4. Aktivitas kelompok kecil a. Pergerakan siswa memasuki dan keluar kelompok b. Membawa materi ke kelompok c. Perilaku siswa yang diharapkan dalam kelompok d. Perilaku siswa yang diharapkan di luar kelompok 5. Prosedur lain a. Memulai hari sekolah



d. Latihan kebakaran



b. Akhir hari sekolah



e. Penjaga



c. Siswa



melakukan



rumah



dan



pembantu siswa



penundaan, interupsi Prosedur Kelas Sekunder 1. Memulai kelas a. Mengabsen b. Siswa lamban c. Perilaku selama PA



d. Pemanasan



akademik



atau kesiapan rutinitas e. Mendistribusikan materi



2. Aktivitas instruksional a. Kontak guru siswa b. Pergerakan siswa di kelas c. Tanda atensi siswa d. Judul untuk makalah



e. Siswa berbicara selama tugas f. Aktivitas selesai



ketika



tugas



3. Kelas berakhir a. Mengembalikan peralatan b. Mengorganisasikan materi untuk kelas selanjutnya c. Membubarkan kelas 4. Prosedur lain a. Aturan siswa terhadap meja guru b. Latihan kebakaran



c. Prosedur makan siang d. Kamar mandi, air mancur e. Loker



Perilaku dan mempertimbangkan apakah perbaikan dalam bagian diperlukan. Jika seluruh kelas secara konsisten berperilaku sesuai atau menunjukkan perbaikan dari hari sebelumnya, Anda dapat mengirimkan pesan positif ke rumah tiap siswa dan/ atau mengundang kepala sekolah untuk berkunjung dan memuji siswa. Perbaikan individu yang signifikan dapat diberi imbalan serupa. Aturan kelas perlu ditinjau dengan tiap siswa baru yang masuk kelas. Banyak siswa yang pindah selama tahun ajaran datang dari keluarga yang sering pindah selama tahun ajaran datang dari keluarga yang sering berpindah. Beberapa dari siswa-siswa ini mempunyai pola kesulitan di sekolah. Penting bahwa siswa ini mulai dengan awal yang baik, yang dapat difasilitasi dengan pengetahuan mereka atas harapan perilaku kelas. Siswa yang berperilaku bertanggu jawab dapat ditugaskan untuk membantu siswa baru mempelajari aturan dan prosedur kelas Aturan harus juga didiskusikan ketika siswa atau guru menunjukkan bahwa pelanggaran satu atau lebih aturan mengganggu pelajaran atau melanggar hak lain. Baru-baru ini, guru magang sekolah sekunder bertemu dengan salah seorang penulis untuk mencurahkan perhatiannya tentang kelas kedua yang ia pandang sebagai sangat sulit diatur. Guru magang mencatat bahwa siswa berbicara terus ketika temannya sedang menjawab pertanyaan. Guru magang, yang mempunyai keraguan dari bebrapa materi yang disajikan dalam buku ini, memutuskan bahwa hal-hal yang ftaprosedur



kelas. Guru mendiskusikan kepeduliannya dengan kelas dan membolehkan siswa untuk bertukar pikiran sekumpulan harapan yang mereka pikir akan menjadi realistis. Siswa menyunting harapan-harapan ini sebagai suatu kelas keseluruhan dan menandatangani kesepakatan untuk berusaha mengikuti harapan baru. Kemudian guru meminta siswa untuk memberi masukan tentang apa yang harus sering terjadi jika siswa memilih untuk melanggar harapan-harapan ini.siswa mengembangkan prosedur yang mereka yakini guru harus ikuti. Hari berikutnya, guru magang menyajikan salinan yang diketik dari keputusan kepada siswa dan setiap orang menandatanganinya. Harapan dan prosedur untuk berespons terhadap pelanggaran yang ditempel di dinding. Guru magang berkomentar, bahwa ia tidak dapat meyakini perbedaan di kelas. Padahal, ia menceritakannya dengan menceritakannya dengan rekan-rekannya bahwa pada hari berikutnya, ketika dua dari siswa yang paling mengganggu mulai berbicara, ia menoleh ke arah daftar yang ditempel di dinding dan siswa menundukkan kepala dan kembali ke pekerjaannya. Siswa memilih aktivitas transisi per hari, tiap aktivitas digunakan masing-masing satu minggu guru juga mengembangkan prosedur untuk siswa yang lambat melapor ke kelas, prosedur untuk diambil giliran dan tanda atensi siswa di akhir transisi aktivitas. prosedur serupa dikembangkan untuk menyimpulkan pelajaran hari itu dan meninggalkan kelas. Prosedur dapat juga melibatkan siswa dalam pelaksanaaan kelas. Selama beberapa tahun, salah seorang penulis memutuskan untuk melihatkan siswa-siswanya agar kelas berjalan lancar. Di samping itu, untuk tugas kelas tradisional seperti penjaga barisan, merawathewan, berlari, dan lain-lain, siswa belajar tanggung jawab untuk tugas semacam memulai hari dan membantu guru pengganti. Tidak hanya ini meningkatkan perasaan. F. Prosedur Kelas Seperti yang disebutkan di awal bab ini, penelitian menunjukkan bahwa guru yang efektif tidak hanya bekerja dengan siswa untuk mengembangkan standar (aturan) perilaku umum, tetapi juga mengajarkan



prosedur yang mereka harap siswa mengikuti selama aktivitas kelas dan sekolah. Penelitian ini juga memberi informasi khusus tentang jenis-jenis aktivitas kelas yang guru kembangkan prosedur. Prosedur Pertanggungjawaban I. Persyaratan Tugas A. Membuat judul makalah B. Menggunakan pulpen atau pensil C. Menulis di balik kertas D. Kerapihan, dapat dibaca E. Tugas yang tidak selesai F. Tugas yang terlambat G. Tugas yang dilewati H. Tanggal penyerahan I. Tugas perbaikan II. Mengomunikasikan Tugas A. Memberikan Tugas B. Kriterian persyaratan/nilai untuk tugas C. Kelompok instruksional D. Provisi untuk ketidakhadiran E. Tugas jangka panjang III. Memonitor Siswa Kerja A. Partisipasi oral di kelas B. Kelengkapan penyelesaian dalam kelas C. Kelengkapan penyelesaian PR D. Kelengkapan tahapan tugas jangka panjang IV. Memeriksa Tugas di Kelas A. Menukar makalah siswa B. Menandai dan menilai makalah C. Mengembalikan makalah V. Prosedur Penilaian A. Menentukan kartu laporan B. Merekam nilai C. Menetapkan nilai dari tugas jangka panjang D. Memberikan kredit tambahan VI. Umpan Balik Akademis A. Imbalan dan insentif B. Memeriksa tugas siswa C. Komunikasi dengan orangtua D. Rekaman nilai siswa



Signifikasi, kompetensi, dan kekuasaan bagi siswa tetapi juga secara dramatis membantu guru dengan siswa mengambil tanggungjawab untuk tugas yang mungkin membantu penggunaan waktu guru. Siswa perlu menerima semacam pelatihan untuk menyelesaikan secara efektif tugas mereka. Ini dapat dilakukan selama istirahat atau waktu makan siang. Prosedur Mengajar dan Memonitor Kelas Prosedur yang paling baik diajarkan dengan: 1. Mendiskusikan kebutuhan prosedur 2. Meminta gagasan siswa 3. Meminta siswa mempraktikan prosedur sampai benar 4. Memperkuat perilaku yang benar Ketika memperkenalkan prosedur pengembangan untuk mendapatkan atensi siswa, dapat bekerja sama dengan kelas untuk mengembangkan tanda, menetapkan tujuan, mengembangkan prosedur sementara siswa sibuk dengan aktivitas dan memperkuatnya ketika mereka berespon dalam batas waktu yang ditentukan. Ketika mengajar siswa dengan bekerja secara efektif dalam kelompok kooperatif, dapat mendiskusikan pentingnya keahlian ini dalam tempat kerja, memundculkan gagasan siswa untuk perilaku urama yang memfasilitasi fungsi kelompok yang efektif, kelompok yang terdiri dari empat siswa menunjukkannya ke depan kelas dan memperkuat keahlian baru ketika guru berkeliling ruangan saat siswa bekerja dalam kelompok. Prosedur kelas harus dimonitor dengan baik selama penerimaan awal. Pada awal tahun ajaran baru, guru harus berespons pada setiap pelanggaran peraturan atau prosedur. Ketika guru mengumumkan bahwa kelas atas individu tidak mengikuti prosedur dengan benar, pendekatan terbaik adalah untuk



meminta



siswa



menetapkan



prosedur



yang



benar



dan



mendemonstrasikannya. Jika kelas dapat antri dengan lebih efektif dan meminta mereka untuk mengembalikan kursi agar mereka dapat mempraktikan prosedur, kemudian guru dapat meminta siswa untuk mendeskripsikan perilaku yang berkaitan dengan antri yang benar dan bagaimana manfaatnya untuk siswa. Kelas kemudian dapat diminta untuk



mendemonstrasikan keahlian dan memperkuat upaya yang diperbaiki. Prosedur pengajaran secara efektif bagi siswa sama untuk pelatihan atlet yang baik. Atlet diminta untuk menampilkan tugas dan menerima umpan baik atas kinerjanya, kadang-kadang dalam bentuk pemutaran ulang video rekaman. Pelatihan praktik atlet sampai memuaskan. Kemudian di dalam kondisi permainan, jika performa atlet tidak benar , pelatih mengajarkan kembali dalam waktu praktik berikutnya. Contoh Kreatif Dari Pengajaran Serta Meninjau Aturan Dan Prosedur Dalam suatu kasus, penulis mengemukakan mengenai cara mengontrol kelas supaya selalu dalam kondisi yang diinginkan. Penulis menerapkan upayanya dalam kelompok kelas empat dan lima. Prosedur yang digunakan penulis adalah dengan menerapkan simulasi tanda kebakaran. Deengan merancang kondisi seperti pada tanda kebakaran, ketika ditemui kondisi kelas yang gaduh maka tanda seperti tanda kebakaran di hidupkan, sehingga siswa mengerti bahwa mereka tidak sedang dalam kondisi kondusif. Selang beberapa hari dari pelaksanaan simulasi tersebut, banyak siswa yang sudah memahami dan bahkan menyukai cara tersebut. Namun setelah berjalan selama satu tahun prosedur ini dianggap kurang efektif, berikutnya penulis menggunakan suatu alat



yang



merupakan penyempurnaan dari prosedur sebelumnya. Nama alat tersebut adalah Yacker Tracker. Alat ini adalah alat elektronik yang penulis gunakan untuk memonitor tingkat suara di kelas. Prinsip kerja alat ini adalah seperti lampu rambu lalulintas. Ada alat yang menerima suara, dan ada alat yang menampilkan tingkat kondisi kebisingan suara yang diterima oleh alat tersebut. Jadi ketika kondisi kelas dalam kondisi tingkat kebisingan yang normal, alat akan menunjukan warna hijau, ketika tingkat kebisingan kelas sudah semakin meningkat melebihi kondisi normal maka lampu akan menunjukan warna kuning, dan ketika kelas sudah dalam kondisi yang tidak kondusif dengan tingkat kebisingan yang tinggi maka lampu merah akan menyala. Alat ini diaktifkan ketika



pembelajaran sedang berlangsung, dan siswa berlatih memahami arti rambu-rambu yang ditunjukan oleh alat dan berupaya menyesuaikan sikap mereka desuai pada yang seharusnya mereka lakukan. Sehingga terciptalah kontrol kondisi kelas yang efektif. Selain itu penulis juga menyampaikan beberapa contoh kreatif dari pengajaran yang diterapkan dalam bentuk aturan atau prosedur, berikut adalah contoh-contohnya: 1. Panggung boneka



6. Membuat drama



Menggunakan



media



Mengajak siswa bermain



boneka untuk mengajarkan



drama tentang aturan dan



tindakan



juga prosedur.



tindakan



bertanggung jawab.



7. Sekolah



2. Jam cerita



dalam



hubungannya



dengan



Membacakan cerita yang



masyarakat



berisi pesan moral kepada



Mengajak



siswa.



memahami



aturan



3. Poster



lingkungan



masyarakat



Mengajarkan



siswa



mengenai berbagai sikap terpuji



dengan



gambar



berbentuk poster.



di



sekitar. 8. Uraian aturan Berupa



rangkaian



frasa



jyang berbetuk lembaran



4. Surat



kecil sehingga siswa bisa



Mengajarkan



siswa



membuat surat.



menjodohkan



9. Aturan bingo



Mengajak



siswa



merefleksikan



bermain kartu.



5. Uups, saya salah



diri



dan



menyadari perilaku salah apa



siswa



Berupa kartu bingo yang berisi



aturan dan juga



prosedur.



saja



yang



pernah



10. Cara salah



dilakukan



dan



ditulis



Mengajak



kedalam selembar kertas.



memerankan



siswa perilaku



salah dan juga perilaku yang benar.



13. Tanda gambar Berupa aturan kelas yang



11. Berpelukan atau berjabat tangan



diwujudkan dalam bentuk gambar.



Berupa permainan untuk meminta



siswa



saling



14. Aturan dalam karung Menulis aturan di kartu



berpelukan atau berjabat



berikutnya



tangan.



kedalam karung kertas.



12. Kontrak keberhasilan



15. Aturan



masukkan



yang



Suatu kontrol untuk orang



disembunyikan



tua masing masing siswa



Berupa rangkaian aturan



untuk mengetahui perilaku



yang



yang



dalam gulungan kertas.



dilakukan



siswa



disembunyikan



di



dalam kurun waktu satu tahun.



Mengganti Prosedur Guru Perilaku siswa sering dapat membaik secara tepat dan dramatis dengan mengganti prosedur orang dewasa yang mengikutinya. Sebagai contoh, untuk mengajarkan siswa memperbaiki keahlian komunikasi dapat dilakukan dengan memvalidasi perasaan siswa dan meminta siswa bagaimana mereka dapat merespon dari pada mengeritik siswa sehingga jumlah perilaku negatif siswa secara dramatis menurun. Mengajarkan Aturan dan Prosedur kepada Siswa Baru Ketika siswa baru masuk ke ruang kelas, penting sekali mereka memahami bagaimana kelas beroperasi. Ada beragam metode untuk ini, kebanyakan guru menugaskan siswa untuk mendiskusikan standar perilaku kelas dan prosedur utama dengan siswa baru. Dalam sekolah sekunder beberapa siswa sukarela untuk selama dua minggu atau sebulan berperan sebagai pengajar siswa baru tentang ruang kelas. Guru juga dapat memfasilitasi dengan materi tulisan atau mengembangkan



rekaman video yang mendiskripsikan materi-materi ini serta mendesain kuis tentang operasi kelas dan meminta semua siswa mendapatkan 100% pada kuis ini. Pedoman untuk Memulai Tahun Ajaran Cara yang paling efektif untuk menciptakan setting yang aman dan positif yang membuat siswa termotivasi untuk belajar akan bervariasi dalam tiap tingkat kelas, materi, dan gaya guru. 



Kelas Dasar Gambar 6.11 menyajikan garis besar pelatihan lokakarya yang dikembangkan oleh Carolyn Evertson dkk. (1993), untuk membantu guru dalam memperbaiki keahlian mereka dalam memulai tahun ajaran secara efektif. Pekerjaan kami mendukung tugas pendahuluan dalam memulai tahun ajaran. Kami juga menemukan beberapa aktivitas tambahan yang membantu menciptakan masyarakat belajar yang positif. Gambar 6.12 merupakan garis besar yang diambil dari kelas lima yang diajarkan oleh salah seorang penulis.







Kelas Sekunder Gambar 6.13 memberi garis besar yang kami rekomendasikan untuk menciptakan komunikasi belajar yang positif, dan kompak dimana siswa-siswa sekolah menegah termotivasi untuk mempelajari dan merasa aman dan investasi personal dalam proses belajar.



Gambar 6.11 Komponen Utama yang Disajikan dalam Permulaan Tahun a. Kesiapan kelas. Tentukan ruang kelas dan materi yang siap untuk memulai tahun ajaran ini. b. Merencanakan aturan dan prosedur. Pikirkan tentang apakah prosedur siswa harus mengikuti fungsi secara efektif dalam kelas Anda dan dalam lingkungan sekolah; putuskan apakah perilaku itu dapat diterima atau tidak diterima; mengembangkan daftar prosedur dan aturan.



c. Konsekunsi. Putuskan konsekuensi di waktu mendatang untuk perilaku yang sesuai dan tidak sesuai di kelas Anda dan komunikasikan pada siswa Anda; ikuti secara konsisten. d. Mengajarkan aturan dan prosedur. Ajarkan siswa aturan dan prosedur secara sistematik; termasuk rencana pelajaran Anda untuk memulai rangkaian pengajaran aturan dan prosedur, kapan dan bagaimana mereka diajarkan, dan kapan praktik dan tinjauan akan terjadi. e. Memulai aktivitas sekolah. Mengembangkan aktivitas untuk hari-hari pertama sekolah yang akan melibatkan siswa siap dan mempertahankan fokus kelompok keseluruhan. f. Strategi



untuk



masalah



potensi.



Rencanakan



strategi



untuk



berhubungan dengan masalah yang berpotensi mengganggu organisasi dan manajemen ruang kelas. g. Memonitor. Monitor perilaku siswa secara dekat. h. Menghentikan perilaku yang tidak sesuai. Menangani perilaku yang tidak sesuai dan mengganggu secara tepat dan konsisten. i. Mengorganisasikan instruksi. Organisasikan instruksi dalam memberi aktivitas belajar ada tingkat yang sesuai untuk semua siswa di kelas Anda. j. Tanggung jawab siswa. Mengembangkan prosedur yang menjaga anakanak bertanggung jawab atas tugas mereka. k. Kejelasan instruksi. Jelaskan kapan Anda memberikan informasi dan arahan kepada siswa Anda.



Gambar 6.12 Memulai Tahun Ajaran di Kelas SD







Jadwal



Jadwal



Hari Pertama



Hari Kedua



Menempatkan pada meja siswa : nama,







Misteri siswa : pemanasan



nama kelas, kantong, dan surat dari







Prosedur praktik pagi



guru ke siswa







Aktivitas bingo







Guru memperkenalkan diri











Kehadiran dengan menggunakan rantai



Memperkenalkan prosedur kelas utama



nama







Makanan kecil dan istirahat







Mempelajari ikrar sekolah







Kelas musik







Mempraktikan prosedur







Melukis foto pada kotak sepatu







Menghadiri pertemuan sekolah







Praktik prosedur makan siang







Tinjauan kurikulum tahunan







Makan siang dan reses







Kudapan dari kantor ditempatkan di







Membaca dengan keras



meja siswa (juga dalam tas ada







Aktivitas siswa yang berhasil



pembatas buku, pensil, stiker dan







Aktivitas kontribusi kelompok



sepotong permen)







Reses



Siswa menulis surat kepada guru







Mengorganisasikan buku catatan



menceritakan tentang dirinya, keluarga,







Penutupan



acara musim panas, dan sesuatu yang







Pembubaran bis







mereka ingin pelajari tahun ini 



Paket pulang ke rumah







Praktik prosedur penutupan







Praktek prosedur bis



Memulai Tahun Ajar di Kelas Dua a. Sediakan peta kognitif (outline) tahun ajaran tersebut. Gambarkan kepada anak outline umum dari mata pelajaran, konten yang akan mereka dapatkan, metode pembelajaran dan asesmen yang akan Anda gunakan dan seterusnya. b. Definisikan belajar. Gunakan pendekatan yang pendekatan yang dibahas



di



Bab



7,



minta



para



siswa



bekerja



sama



untuk



mengembangkan daftar karakteristik yang mereka sepakati ditemukan dalam pembelajaran yang sukses dan membuat definisi pembelajaran efektif.



c. Tanyakan kepada siswa apa yang ingin mereka pelajari dan tipe aktivitas



pembelajaran



apa



yang



paling



baik



memfasilitasi



pembelajaran mereka. Minta anak untuk satu per satu menulis apa yang ingin mereka pelajari di kelas tersebut. Apakah ada peminatan khusus atau pengetahuan yang mereka hubungkan dengan kelas tersebut? Minta siswa untuk mendeskripsikan metode pembelajaran dan asesmen, yang tampak bekerja paling baik untuk mereka dan mungkin memberikan contoh dari berbagai hal ini dari beberapa kelas sebelumnya. d. Merasa diundang dan bantu siswa yang Anda kenal. Bersikap positif dan semangat akan pengajaran Anda. Pelajari nama anak dan sedikit hal tentang tiap anak. Buat kontak positif dengan tiap siswa sepanjang dua minggu pertama sekolah. Jaga rasio pernyataan positif dengan negatif Anda paling tidak empat banding satu. e. Izinkan siswa untuk mewancarai Anda. Izinkan siswa mempelajari diri Anda sebagai individu sekaligus keyakinan Anda sebagai seorang pendidik. f. Bantu siswa untuk menjadi terbiasa dengan lebih baik. Libatkan siswa kepada paling tidak tiga aktivitas, yang didesain untuk membantu siswa mengetahui nama yang lain dan belajar sedikit hal tentang yang lain, g. Ajarkan konsep disiplin berkeadilan dan bangun norma perilaku. Informasikan kepada siswa bahwa salah satu aturan yang Anda miliki adalah memastikan hak konstitusional dari semua akan dilindungi di kelas tersebut dan tidak ada anggota kelas (termasuk sang guru) dapat bertindak dengan cara yang melanggar hak orang lain. Dengan latar belakang ini, apakah siswa diminta untuk mengembangkan daftar norms perilaku yang memastikan bahwa empat kondisi kebutuhan tercapai atau berikan sebuah daftar kepada siswa dan lakukan diskusi yang bisa mengarah kepada modifikasi daftar ini. Minta semua siswa menandatangani daftar tersebut., mengidentifikasi pemahaman mereka



akan aturan tersebut dan komitmen mereka untuk menghormati hak semua anggota kelas tersebut. h. Ajarkan prosedur perilaku kunci. Tentukan prosedur kunci yang ingin Anda ajarkan. Ajarkan prosedur ini sebagai hal yang dibutuhkan di kelas. Kapanpun ada masalah, tanyakan kepada diri Anda sendiri prosedur apa yang dapat Anda dan murid Anda kembangkan unruk mengatasi masalah tersebut. i. Mengembangkan pendekatan bagaimana Anda dan siswa akan merespon ketika hak seseorang dilanggar. Presentasikan pendekatan Anda untuk merespons pelanggaran ekspektasi perilaku kelas. Mungkinkah input siswa dalam hal ini. Ketika kesepakatan telah dicapai, cetak, minta semua anak menandatanganinya, dan berikan salinannya kepada administrator. j. Amati dengan cermat pekerjaan sekolah dan rumah siswa dan sediakan dari awal kesempatan pengajaran ulang. Pada periode awal berikan peluang bagi siswa untuk mempresentasikan pembelajaran mereka dengan beberapa cara-tes proyek, penulisan, dan seterusnya. Temui siswa yang memiliki kesulitan dalam mempresentasikan penguasaan materi dan bahasa cara untuk memodifikasi presentasi materi tersebut serta asesmen pembelajaran. k. Libatkan siswa dalam mengakses upaya dan pembelajaran mereka sendiri. Minta siswa mendeskripsikan upaya mereka dalam menguasai konten. Minta mereka untuk mendata apa yang sukses bagi mereka, bantuan apa saja yang mungkin mereka butuhkan, dan metode yang mungkin mereka gunakan untuk meningkatkan pekerjaan mereka. Kontrak sukses (Bab 7) bisa jadi membantu. l. Libatkan siswa dalam mengakses pengajaran Anda dan perasaan mereka tentang kelas. Minta siswa memberikan umpan balik kepada Anda terlapas dari kelas. Bagi umpan balik ini dengan siswa dan bekerja sama dengan mereka untuk membuat beberapa modifikasi di kelas tersebut.



G. Keahlian



Manajemen



Kelas



Yang



Membantu



Memaksimalkan



Perilaku Jones dan Jones (2012: 20) mengatakan bahwa manajemen ruang kelas adalah penciptaan lingkungan ruang kelas yang didalamnya semua siswa merasa aman dan nyaman, dan dapat memaksimalkan belajar akademis dan keterampilan sosial yang penting. Ketika guru dan siswa menciptakan tipe-tipe setting ruang kelas, pelajar cenderung membuat pilihan yang baik dan belajar mereka ditingkatkan. Manajemen ruang kelas meliputi metode untuk membantu siswa mengembangkan keahlian prilaku baru yang dapat membantunya dalam bekerjasama dan berhasil bersama orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Kounin mengenai keefektifan guru dalam menangani kelas dilakukan dengan mengumpulkan data berupa rekaman video, mulai dari guru yang serius hingga berlanjut ke masalah manajemen. Dari hasil penelitian ia menemukan bahwa perbedaanperbedaan yang terjadi mengenai keefektifan kelas-kelas dalam video terletak pada kemampuan guru dalam menangani masalah disiplin. Guru yang



berhasil



adalah



guru



yang



mampu



mempersiapkan



dan



mengorganisasikan perpindahan dari satu aktivitas ke aktivitas yang lain dengan



lancar.



Guru



dapat



mempertahankan



keterlibatan



siswa



dalamaktivitas instruksional dengan mengawali rangsang minat siswa dan secara efektif mempertahankan atensi mereka selama pelajaran. Kounin juga menemukan bahwa guru yang lebih efektif mempunyai kewaspadaan kelas yang lebih baik, secara konstan meninjau kelas agarmereka waspada dengan potensi masalah dan dapat berurusan dengan potensi ini sebelum kesulitan yang sebenarnya muncul dengan cara mengantisipasi kebutuhan siswa, mengorganisasikan kelas mereka untuk meminimalkan kegelisahan dan kebosanan.



Menurut Brophy dan Evertson, kunci untuk manajemen kelas yang berhasil adalah pencegahan masalah sebelum mereka mulai dan penanganan masalah sesudah mereka mulai. Penelitian Academic Learning Time mendukung gagasan bahwa guru harus menggabungkan metode-metode pengajaran yang meningkatkan perilaku pengerjaan tugas bagi siswa. Satu tanda guru yang efekti kewaspadaan dan kemampuan untuk memeriksa dan mengubah perilaku kelas mereka sendiri berdasar pada pengaruh terhadap perilaku dan belajar siswa. Berikut ini merupakan keahlian manajemen instruksional yang memfasilitasi perilaku pengerjaan tugas dan prestasi akademik: 1. Memulai Pelajaran 2. Memberi instruksi yang jelas 3. Mempertahankan atensi 4. Mengukur 5. Menggunakan tugas di meja secara aefektif 6. Membuat ringkasian 7. Memberi umpan balik yang berguna dan evaluasi 8. Membuat transisi yang halus 9. Merencanaan setting untuk masa kanak-kanak awal 10. Berhubungan dengan gangguan kelas yang lazim



1. Memulai Kelas Masalah yang muncul saat guru memulai kelas adalah kesulitan dalam menarik perhatian siswa. Biasanya siswa senang menunda memulai pelajaran dengan bergaul atau berpindah tempat. Metode yang diterapkan ketika mengalami masalah seperti di atas adalah: a. Mengembangkan penyusunan ruang yang memungkinkan semua siswa duduk dengan nyaman dan jelas melihat ke arah guru.



Menurut Winataputra (2003), menyatakanbahwa pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatanguru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan danmenghilangkan tingkah laku siswa yang tidakdiharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosoemosional yang positif, serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yangproduktif dan efektif. Sudrajat



(akhmadsudrajat.wordpress.com),



menyatakan



bahwa pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untukmenciptakan dan mempertahankan kondisi yangoptimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaanrapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secaratepat waktu, penetapan norma kelompok yangproduktif), di dalamnya mencakup pengaturan orang(peserta didik) dan fasilitas”. Dan menurut Winzer (Winataputra, 2003) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademis dan sosial. b. Memilih dan mengajarkan petunjuk-petunjuk untuk mendapatkan atensi siswa. Untuk memfokuskan perhatian siswa guru dapat menunjukkan petunjuk yang konsisten dan menggunakan frasa yang bisa menarik perhatian mereka, misalnya “Good Morning Selamat Pagi Ceria”. c. Jangan memulai sampai setiap siswa memperhatikan. Kebiasaan guru ketika memulai pelajaran ketika siswa masih ramai. Hal itu akan menjadi kebiasaan, sehingga siswa lebih memilih tidak memperhatikan guru, karena siswa merasa guru tidak menghiraukan kelas ramai. d. Memulai pelajaran dengan menyingkirkan gangguan-gangguan.



Dengan adanya teguran menandakan adanyaguru bersama siswa. Teguran harus diberikanpada saat yang tepat serta dialamatkan padasasaran yang tepat. e. Secara jelas deskripsikan tujuan, aktivitras dan prosedur evaluasi berkenaan dengan pelajaran yang disajikan. Aturan yang dibuat harus dijelaskan maksudnya dan dideskripsikan agar murid benar-benar memahaminya. Sebaiknya guru melibatkan murid dalam membuat aturan sehingga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab murid untukmematuhi aturan tersebut. f. Merangsang minat dengan menghubungkan pelajaran dengan kehidupan siswa atau pelajaran selanjutnya. g. Memulai dengan aktivitas yang sangat memotivasi agar terbentuk kontak awal siswa dengan materi pelajaran sepositif mungkin. h. Memberikan garis besar, definisi, atau panduan belajar untuk membantu



siswa



mengorganisasikan



pikiran



mereka



dan



memfokuskan perhatian mereka. i. Menantang siswa untuk meminimalkan waktu transisi mereka. 2. Memberikan Instruksi yang Jelas Langkah kunci dalam memberikan pelajaran adalah memberikan pengarahan yang jelas untuk aktivitas yang didalamnya siswa akan terlibat.perilaku siswa yang mengganggu biasanya berasal dari siswa yang tidak tahu bagaimana mereka melanjutkan atau apa yang mereka lakukan ketika memerlukan bantuan dalam menyelesaikan tugas mereka. Metode yang diterapkan ketika mengalami masalah seperti di atas adalah: a. Memberikan pengarahan yang tepat Instruksi yang guru berikan hendaknya meliputi: 1) Apa yang akan siswa lakukan 2) Mengapa mereka melakukannya 3) Bagaimana mereka dapat memperoleh bantuan 4) Apa yang harus mereka lakukan setelah menyelesaikan tugas



5) Berapa banyak waktu yang diberikan untuk mengerjakan tugas tersebut 6) Bagaimana jika mereka tidak dapat menyelesaikan tugas dalam kurun waktu yang ditentukan b. Mendeskripsikan kualitas kerja yang diinginkan c. Sesudah instruksi diberikan, minta siswa untuk mengulang petunjuk ,mengemukakan masalah yang mungkin terjadi, dan membuat komitmen. d. Menerima secara positif pertanyaan siswa tentang pengarahan e. Menempatkan pengarahan di tempat yang terlihat dan diacu oleh siswa f. Meminta siswa menulis instruksi sebelum memulai aktivitas g. Ketika siswa tampak mempunyai kesulitan pengarahan selanjutnya, pertimbangkan untuk memecahkan tugas ke dalam bagian yang lebih kecil. h. Memberikan pengarahan secara langsung sebelum aktivitas mereka deskripsikan i. Model perilaku yang benar. j. Memberikan lembar kerja atau pedoman sebelum membuat karya k. Menciptakan ruang untuk menempatkan semua tugas jadi siswa yang tidak hadiratau lupa untuk tugas secara mandiri dapat mengakses informasi ini. 3. Mempertahankan Atensi Kesulitan guru



yang biasa terjadi dalam pelajaran adalah



mempertahankan atensi siswa melalui instruksi kelompok. Metode yang diterapkan ketika mengalami masalah seperti di atas adalah: a. Susunlah kelas untuk memfasilitasi aktivitas instruksional yang guru pilih. Guru yang menggunakan beragam aktivitas instruksional harus memperhatikan prosedur untuk melakukan perpindahan meja-kursi dengan cepat dan tenang. Dengan sejumlah kecil instruksi, siswa dari



semua tingkat dapat belajar untuk menyusun ulang meja sekitar stu menit. b. Menggunakan penyusunan kursi yangtidak membedakan siswa. Guru dapat meningkatkan pengerjaan tugas dengan menyesuaikan susunan tempat duduk dan berpindah ke bagian ruangan lain, agar semua siswa menjadi lebih aktif terlibat dalam interaksi kelas yang bermakna. c. Menggunakan seleksi aksa dalam memanggil siswa. Guru harus berhati-hati mempertimbangkan kapan melibatkan siswa berprestasi rendah. d. Bertanya sebelum memanggil siswa e. Tunggu sedikitnya lima detik sebelum menjawab pertanyaan atau memanggil siswa lain. 4. Manajemen dalam Menghadapi Perilaku Bermasalah Sebaik apapun guru merancang danmenciptakan lingkungan kelas yang positif, perilaku bermasalah tetap akan muncul. Untuk itu, guru perlu menghadapinya dengan cara yang efektif dan tepat waktu. Menurut ahli manajemen kelas, CarolinEverstone dan rekannya (Everstone, Emmer, &Worsham, 2003 dalam Santrock 2007) membedakan antara intervensi minor dan moderat dalam menangani perilaku bermasalah murid. Beberapa masalah hanya membutuhkan intervensi minor (kecil). Masalah-masalah tersebut biasanya adalah perilaku yang mengganggu aktivitas kelas dan proses belajar mengajar. Misalnya, murid yang ribut sendiri, meninggalkan tempat duduknya, bercanda, ataupun makan di kelas. Strategi intervensiminor yang efektif antara lain adalah: 1. Gunakan isyarat nonverbal Guru sebaiknya menjalin kontak mata dengan murid. Kemudian berilah isyarat pada murid dengan meletakkan telunjuk jari di bibir, menggeleng kepala, atau menggunakan isyarat tangan untuk menghentikan perilaku tersebut. 2. Terus lanjutkan aktivitas belajar



Terkadang transisi antar aktivitas berlangsung terlalu lama atau terjadi kemandekan aktivitas saat murid tidak melakukan apa-apa. Dalam situasi ini, murid mungkin meninggalkan tempat duduknya, mengobrol, bercanda, dan mulai ribut.Strategi yang baik adalah bukan mengoreksi tindakan murid dalam situasi seperti ini, tetapilebih baik mulailah aktivitas baru dengan segera.Dengan membuat rencana harian yang efektif, guru dapat menghilangkan transisi dan kekosongan aktivitas. 3. Dekatilah murid Ketika murid mulai bertindak menyimpang, guru hendaknya mendekatinya, maka biasanya murid akan diam. 4. Arahkan perilaku Jika murid mengabaikan tugasnya, ingatkan mereka tentang kewajibannya itu. Guru dapat berkata “ingat, semua anak harus mengerjakan soal matematika ini”. 5. Berilah instruksi yang dibutuhkan Terkadang murid melakukan kesalahan kecilketika mereka tidak memahami cara mengerjakan suatu tugas. Untuk itu, maka guru harus memantau pekerjaan murid dan memberi petunjuk jika dibutuhkan. 6. Suruh murid berhenti dengan nada tegas dan langsung Jalinlah kontak mata dengan murid, bersikaplaha sertif, dan suruh murid menghentikan tindakannya tersebut. Buatlah pernyataan singkat dan pantau murid sampai situasi menjadi terkendali. Strategi ini dapat dikombinasikan dengan strategi mengarahkan perilaku murid. 7. Berilah murid pilihan Beri tanggung jawab pada murid dengan mengatakan bahwa dia mempunyai



pilihan



yaitu



bertindak



benar



atau



menerima



konsekuensi negatif. Beri tahu murid apa tindakan yang benaritu dan apa konsekuensinya bila tidak melakukan tindakan yang benar.



Beberapa perilaku yang salah membutuhkan intervensi yang lebih kuat daripada beberapa hal yang telah dijelaskan di atas. Misalnya, ketika murid menyalahgunakan privelesenya, mengganggu aktivitas, keluar dari kelas, mengganggu pelajaran atau mengganggu pekerjaan murid lainnya. Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa upaya untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan pelanggaran



disiplin



sekolah



dapat



dilakukan



melalui



dua



pendekatanyaitu: pendekatan disiplin dan pendekatan bimbingan dan konseling. Penanganan siswa bernasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan ketentuan (tata tertib) yang berlaku di sekolah beserta sanksinya. Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan (tata tertib) siswa beserta sanksinya memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya berbagai penyimpangan perilakusiswa. Kendati demikian, harus diingat sekolah bukan “lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi kepada siswa yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga pendidikan, justru kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan perilaku yang terjadi pada para siswanya. Oleh karena itu, disinilah pendekatan yangkedua perlu digunakan yaitu pendekatan melalui Bimbingan dan Konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penanganansiswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknikyang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui Bimbingan dan Konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara konselordan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa tersebut dapat



memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diriyang lebih baik. David dan Roger Johnson (1999) juga menciptakan program tiga C, yaitu suatu program manajemen kelas untuk mengatasi masalah yang menyebabkan gangguan dan melemahkan proses pembelajaran.program ini menekankan arti penting dari pemberian bimbingan pada murid untuk mempelajari cara menngatur perilaku mereka sendiri.Komponen dari program tiga C ini adalah sebagai berikut: 1. Cooperative community Komunitas pembelajaran akan mendapat manfaat jika partisipan mempunyai interdependensi positif satu sama lain. Mereka bekerja untuk meraih tujuan bersama dengan melakukan aktivitas pembelajaran yang terstuktur dan kooperatif. 2. Constructive conflict resolution Ketika timbul konflik, konflik tersebut bias dipecahkan secara konstruktif melalui training resolusi konflik untuk semua partisipan dalam komunitas pembelajaran. 3. Civic values Komunitas kooperatif dan resolusi konflik konstruktif hanya jika komunitas pembelajaran berbagi nilai-nilai civik yang sama, yaitu nilai yang menjadi pedoman pembuatan keputusan. Nilainilai ini mencakup keyakinan bahwa kesuksesan tergantung pada usaha bersama untuk meraih tujuan bersama dan saling menghargai. H. Memberikan Umpan Balik dan Evaluasi yang Bermanfaat Metode- metode berikut memperkuat tujuan ini dan menawarkan gagasan praktis untuk menggunakan evaluasi secara efektif di kelas. 1. Membantu siswa memandang evaluasi sebagai evaluasi dari proses belajar. 2. Mengatakan kepada siswa kriteria yang akan dievaluasi.



3. Mengaitkan umpan balik secara langsung untuk tujuan individu atau guru. 4. Merekam data agar siswa dapat memonitor kemajuan mereka. 5. Memberikan umpan balik langsung dan spesifik. 6. Memberikan umpan balik yang jujur. 7. Meminta siswa untuk membuat daftar faktor yang berkontribusi pada keberhasilan mereka. 8. Tidak menekankan perbandingan antara siswa dan temannya. 9. Tidak menekankan nilai sebagai umpan balik bagi tugas siswa. 10. Memberi siswa



dengan informasi yang jelas berkenaan dengan



kemajuan mereka. I. Membuat Transisi yang Halus Secara mengejutkan sejumlah besar waktu kelas dihabiskan dalam transisi dari satu aktivitas ke aktivitas lain. Sekitar 30 transisi besar terjadi setiap hari di kelas dan menghabisakan sekitar 15% waktu di ruang kelas (Rosenshine, 1980). Metode-metode yang dapat digunakan ialah: 1. Mengatur kelas untuk pergerskan yang efektif 2. Menciptakan dan membuat jadwal harian serta membahas perubahan apapun dalam jadwal tiap pagi sebelum memulai kelas 3. Mempersiapkan materi untuk pelajaran berikutnya 4. Tidak melepaskan atensi siswa sampai guru memberi instruksi yang jelas tentang aktivitas selanjutnya 5. Tidak mengerjakan tugas yang dapat dikerjakan oleh siswa 6. Bergerak di sekeliling ruangan dan datang untuk kebutuhan individu 7. Memberi siswa arahan sederhana, tahap demi tahap 8. Mengingatkan siswa prosedur kunci yang berkaitan dengan pelajaran selanjutnya 9. Menggunakan kompetisi kelompok untuk merangsang transisi secara lebih teratur 10. Mengembangkan aktivitas transisi 11. Peka terhadap kebutuhan khusus siswa berkaitan dengan transisi



12. Menggunakan instruksi yang diarahkan guru sebagai transisi pada akhir sesi kelas. J. Merencanakan Setting Masa Kanak – Kanak Awal Setting masa kanak – kanak awal memberikan satu set tantangan yang agak unik untuk memaksimalkan perilaku pengerjaan tugas. Wolery, Bailey, Sugai (1998) mendeskripsikan empat kategori ingkungan guru yang dapat menilai



kapan



mempertimbangkan



faktor







faktor



yang



dapat



mempengaruhi perilaku anak prasekolah : 1. Dimensi instruksional (misalnya, apakah materi atau aktivitas yang terlalu mudah atau sulit atau yang telah mereka gunakan terlalu berulang membuat siswa lelah ?) 2. Dimensi fisik (misalnya, apakah faktor suara, lampu, dan pergerakan yang mempengaruhi perilaku siswa ?) 3. Dimensi sosial (misalnya, apakah terlalu banyak siswa dalam satu area ? apakah perilaku siswa dipengaruhi oleh cara orang dewasa berespons kepada siswa ?) 4. Perubahan lingkungan (misalnya, apakah transisi atau interupsi terhadap lingkungan yang mempengaruhi perilaku siswa ?) Tujuh butir penyusunan kelas untuk meningkatkan perilaku siswa yang positif menurut buku Early Violence Prevention : Tools for Teachers of Young Children : 1. Menciptakan ruang kelas dengan jarak yang memadai dalam pusat aktivitas yang mendorong interaksi sosial. 2. Merancang ruang kelas dengan jalur jalan yang berbeda untuk menghindari kontak fisik dengan orang atau benda. 3. Merancang lingkungan dimana anak dapat membantu dirinya sendiri dan orang lain dengan persiapan materi dan aktivitas, guru membebaskan peran pedoman positif. 4. Memberi pedoman tambahan selama waktu yang tidak dirancang dan ketika anak bermain dalam area aktivitas dimana agresi memungkinkan.



5. Merencanakan aktivitas yang didalamnya anak dapat praktik bekerja sama, berbagi dan membantu, terutama kelas yang bertugas sebagai penolong. 6. Mendukung atmosfer kelas yang positif melalui interaksi yang menyenangkan, penyimpanan yang rapi, dan dekorasi yang menarik. 7. Menghilangkan frustasi transisi yang kasar, menunggu yang brlebihan, atau duduk dalam periode waktu yang lama. Desain ruanag kelas dan jenis aktivits yang disajikan kepada siswa dapat secara signifikan mempengaruhi jumlah dan tipe interaksi teman yang negative di kelas. Anak – anak kecil lebih mungkin terlibat dalam interaksi pertemanan yang negatif dalam area bermain. Tugas kita sebagai guru dengan maa kanak – kanak awal dan kelas satu SD, mengemukakan sejumlah organisasi elas tambahan dan masalah manajemen yang guru berharap dapat mempertimbangkannya : 1. Ketika membangun pusat belajar, coba untuk memperhatikan aktivita ara yang tenang bersama dan area aktif dalam kedekatan satu sama lain tetapi dipindahkan dari arena tenang bila memungkinkan. 2. Menggunakan pemisah, meja atau lainnya untuk memisahkan kelas. 3. Membatasi jumlah anak yang menggunakan satu area dengan srategi seperti member tiket pada setiap area. 4. Menyusun materi dengan cara yang guru inginkan sehingga siswa dapat mengaksesnya. 5. Merancang susunan materi yang akan disampaikan kepada siswa. 6. Rancangan transisi waktu Transisi dapat juga dilakukan dengan melibatkan siswa dalam nyanyian dan permainan. K. Berkaitan dengan Gangguan Kelas yang Umum 1. Siswa Perlu Meninggalkan Ruangan. Bagi siswa kelas 3 keatas,di sarankan untuk menggunakan lembar masuk / keluar dimana siswa mendatangani nama mereka, tujuan dan waktu mereka pergi, serta menuliskan kembali waktu mereka kembali. Prosedur ini membantu mereka untuk memiliki rasa tanggung jawab



atas perilaku mereka sendiri. Prosedur ini juga memberikan guru pernyataan yang jelas di mana siswa berada dalam gedung sekolah, ini penting karena guru mempunyai tanggug jawab terhadap siswanya selama di dalam sekolah. Ini juga dapat memberikan guru data yang dapat membantu menentukan apakah pola yag ada pada perilaku siswa, mungkin siswa melakukan intervensi untuk membantu mereka dalam membut eputusan yang lebih baik. Untuk memastikan bahwa siswa memberikan informasi yang akurat dan lembaran dan membantu mereka bertanggung jawab atas perilaku mereka, ada waktu dimana guru memeriksa lembar tanda masuk untu menentukan jika siswa secara akurat menuliskan waktu masuk dan keluar. 2. Kelambatan Siswa Prosedur untuk merespon kelambatan siswa : a) Menyimpan rekaman yang akurat b) Membtasi gangguan kelas, dan c) Memberikan konsekuensi mendidik ketika siswa terus berperilaku seperti itu. Seharusnya siswa yang lebih terlambat dari guru / kebijakan sekolah membolehkan, konsekuensinya akan menjadi paling efektif ( dianggap lebih adil dan dihargai siswa dan penasehatnya ), jika meliputi siswa bertemu dengan guru, atau menulis pernyataan berkenaan dengan maslh dan solusinya. Seharusnya keterlambatan yang berlanjut sesudah siswa berkomitmen untuk tepat waktu, siswa diminta untuk menulis pernyataan ini kepada orang tua wali atau guru menghadirkan orangtua atau wali yang akan meningkatkan perasaan dn tanggung jawab. 3. Konflik yang Meliputi Pekerjaan Rumah. Jika diberikan kesempatan, beberapa siswa akaan kembali dengan mayoritas penyelesaian tugas yang sangat lambat, ini tidak adil bagi guru. Disamping itu kegagalan memberi siswa umpan balik langsung atas tugas mereka, khususnya pada pekerjaan yang digunakan pada



pembelajaran selanjutnya, yang membuat siswa terpancing untuk tidak membuat



tugasnya



lagi



tepat



waktu.



Jadi



penting



untuk



mengembangkan prosedur yang membantu siswa untuk tepat waktu, beberapa metode tersebut seperti dibawah ini : a. Memberikan siswa pernyataan yang jelas tentang kebijakan tugas / pekerjaan rumah yang terlambat.



Ini meliputi pengambilan



presentase tiap hari keterlambatan penyerahan tugas, menerima hanya sejumlah tugas tertentu yang terlambat selama periode penilaian, dan tidak menerima tugas yng lebih dari satu minggu terlambat. b. Memberi siswa formulir yang meliputi tanggal selesai tugas, penyeraha dan penilaian semua tugas termasuk tes. Ini penting sekali bahwa guru memberikan data yang akurat. Yang dirawat dan dievaluasi oleh siswa secara berkala, dapat membantu siswa menilai pekerjaan mereka dan bertindak sebagai katalisator untuk membantu mereka menetapkan dan mencapai tujuan yang berhubungan dengan prestasi sekolah. c. Memberi dukungan dan opsi untuk penyelesaian pekerjaan rumah (PR). PR merupakan kesempatan yang tidak dapat dielakan dalam sekolah kita. Siswa sangat berbeda dalam ketersediaan waktu dan dukungan bagi mereka untuk menyelesaikan tugas di luar sekolah. Juga, PR jarang dibedakan, dan jika semua siswa menerima tugas PR yang sama, ini akan membuat frustasi dan menurunkan kemungkinan tugas yang akan diselesaikan oleh siswa untuk siapa mereka bekerja. Ketika menyelesaikan PR, penting untuk memastikan bahwa semua siswa telah bekerja, mereka dapat menyelesaikan tanpa bantuan.



DI sampig itu sering untuk



bermanfaat untuk siswa melengkapi formulir menunjukkan kapan, dimana,



dan



jika



mungkin



dengan



siapa



mereka



akan



menyelesaikan PR mereka. Terakhir, bahkan sejak dukungan struktur, menyelesaikan PR mungkin menjadi sangat sulit untuk



beberapa siswa kapanpun memberikan beragam cara untuk siswa menunjukan kompetensinya. Kami bekerja dengan guru yang memungkinkan siswa bertemu dengan mereka sebelum atau sesudah sekolah untuk menunjukan penguasaan isi dalam pembahasan singkat, atau dengan contoh singkat pekerjaan. Siswa dapat juga melakukan demonstrasi pekerjaan terbatas – sebagai contoh menyelesaikan beberapa soal matematika yang lrbih sulit daripada menyelesaikan seluruh halaman soal. Kuncinya adalah bahwa siswa perlu mengetahui dan memahami, anda akan bekerja dengan mereka ketika faktor-faktor dalam kehidupan mereka mencegah mereka dari menjadi dapat menghabiskan sejumlah waktu yang signifikan menyelesaikan PR. d. Membolehkan siswa mempunyai satu atau dua tugas yang mereka selesaikan dalam periode yang ditandai. Sebagai contoh, anda dapat memberikan tiap siswa dua kupon untuk PR harian yang tidak harus dikembalikan. Ini membuat perasaan jumlah peristiwa dalam kehidupan siswa yang mungkin tidak memungkinkan untuk PR diselesaikan pada penyerahan tugas. e. Menggunakan



kelompok dasar anda, dan metode lain, seperti



meminta menulis tugas dan strategi menyelesaikannya. f. Memastikan pekerjaan itu dalam kemampuan siswa g. memastikan bahwa semua siswa mempunyai seseorang yang mereka dapat panggil atau e-mail jika mereka bingung dengan PR mereka. 4. Pertanyaan nonakademik siswa yang berlebihan. Guru sering mengomentari bahwa, khususnya di SD dan SMP, beberapa siswa akan bertanya angka-angka yang banyak sekali dari pernyataan yang berhubungan dengan prosedur yang guru berikan atau berhubungan instruksional).



dengan



topik-topik



nonakademik



(selama



waktu



Guru yang mempunyai siswa dengan periaku pengerjaan tugas yang rata-rata penggunaan waktu lebih tinggi pada awal tahun ajaran mengembangkan dan mengerjakan aturan dan prosedur kelas. Ini memberikan siswa perasaan struktur dan keamanan yang diperlukan. Manajer kelas yang lebih efektif juga memandang peranan mereka sebagai pendisplinan siswa dan lebih dari mengajarkan kembaku perilaku yang sesuai ketika siswa mendapatkan kesulitan yang menunjukkan perilaku-perilaku ini. Secara sederhana dikemukakan, pengajaran perilaku yang sesuai telah menjadi kurikulum tambahan di sekolah. Bahkan sebelum penelitian pada awal tahun ajaran, penellitian manajemen kelas memfokuskan pada aspek noninstruksional perilaku guru yang mencegah perilaku siswa yang menyimpang. Jacob Kounin menemukan bahwa apa yang membedakan manajer kelas yang kurang efektif dengan yang efektif adalah apa yang mereka lakukan sebelum, tidak sesudahnya, siswa menjadi terlbat dalam perilaku yang tidak produktif. Meskipun sekarang bahwa ini hanyalah salah satu aspek manajemen kelas yang efektif. Diketahui bahwa dengan menggunakan kelas yang lebih lancar dan efisien yang di dalamnya perilaku siswa secara signifikan lebih diarahkan pada tujuan. L. Aktivitas Implementasi Aktivitas ini memberikan kesempatan untuk bekerja dengan beberapa keahlian utama yang disajikan dalam bab ini. Nilai dari aktivitas ini dapat ditingkatkan jika mendiskusikannya dengan teman. Aktivitasaktivitas ini menyarankan perubahan yang diharapkan untuk diterapkan ke dalam ruang kelas. Jika membuat perubahan, tetap buatkan rekaman. Satu minggu setelah implementasi perubahan, gunakan waktu untuk menulis mengenai hal itu dan diskusikan dengan teman hasil dari perubahanperubahan ini. a. Menyeleksi Aturan Kelas Anda



Daftarkan lima aturan kelas yang dipilih untuk kelas Anda. Ketika Anda puas dengan aturan ini, dsikusikan dengan teman yang baru-baru ini mengajar di kelas yang sama dengan Anda. b. Memutuskan Prosedur Utama Kelas Anda Bagi tiap-tiap area yang di dalamnya guru efektif mengajarkan prosedur kelas, daftarkan prosedur yang Anda rasa nyaman untuk digunakan di kelas Anda. Berikut adalah contoh dalam aktivitas ini. Area Umum



Prosedur yang Dibutuhkan



Prosedur



yang



Spesifik Memulai



1. Mendapatkan atensi siswa



Siswa



menentukan



Kelas



2. Memasuki kelas



suatu tanda



3. Mendapatkan materi 4. Apa yang dilakukan jika terlambat 5. Di mana meletakkan lembar yang perlu ditandatangani Aktivitas



1. Bagaimana meninggalkan kelas



Tulis nama kamu,



seluruh kelas



2. Apa yang dilakukan ketika tugas tujuan, dan waktu selesai



kamu meninggalkan



3. Tingkat suara 4. Bagaimana



dan kembali ruangan mendapatkan



bantuan



dalam penyelesaian tugas 5. Menggunakan peruncing pensil 6. Kapan siswa dapat meninggalkan kursi mereka Tugas siswa



1. Bagaimana menemukan tugas yang Mengacu pada buku tertinggal



catatan di belakang



2. Bagaimana tugas yang terlambat diatasi meja 3. Memberi judul makalah 4. Dimana menyerahkan tugas 5. Nilai untuk tugas yang terlambat



Aktivitas lain



1. Bubar 2. Sistem



Setiap orang harus dan



pemberitahuan



alamat duduk dan tenang



umum 3. Latihan kebakaran 4. Tamu masuk kelas



c. Berbagi dan Memperluas Daftar Metode Aktivitas ini akan menjadi paling efektif jika dapat diselesaikan dengan tiga atau empat rekan . Pertama, pilih empat dari sepuluh aerea (misalnya, memberikan instruksi yang jelas, memulai pelajaran, dan seterusnya) dimana anda tertarik dalam memperbaiki keahlian anda. Kedua masing-masing dari keempat area : 1. Lingkari angka dari masibg-masing strategi yang anda baru gunakan dalam kelas anda atau yang anda yakini anda siap untuk gunakan. 2. Tempatkan kotak pada angka-angka semua strategi yang anda minat untuk digunakan tetapi anda memerlukan beberapa bantuan atau mempraktikan dalam mengembangkan. 3. Tempatkan tanda X di angka sebelumnya tiap-tiap angka yang anda yakini tidak sesuai dengan gaya pengajaran anda atau usia siswa anda atau metode pengajaran anda akan sesuai di kelas anda Ketiga, sebagai satu kelompok, pilih tugas dari sepuluh area utama didaftarkan. Keempat, masing-masing dari tiga topic yang kelompok anda pilih untuk focus, catat angka, dan waktu orang yang mempunyai kotak di angka depan strategi, minta anggota lain dari kelompok berdisksui dengan anda bagaimana mereka



menerapkan strategi ini dikelas



mereka dan bagaimana mereka memilih strategi ini diterapkan.



BAB III PENUTUP A. Simpulan Metode yang digunakan guru untuk mengembangkan standar perilaku kelas dan strategi yang diterapkan untuk mempertahankan kelancaran di kelas merupakan faktor kunci yang berhubungan dengan menciptakan komunitas belajar yang positif. Pembelajaran yang baik merupakan garda terdepan pertahanan manajemen perilaku. Dengan kata lain program pembelajaran yang baik mencegah munculnya banyak masalah perilaku,. B. Saran Diharapkan guru dan calon guru dapat belajar menerapkan metodemetode yang tepat untuk pembentukan standar perilaku peserta didik yang baik agar proses belajat mengajar berlangsung optimal. Dengan keterbatasan pemikiran dan sumber materi yang menjadi acuan dalam pembutan makalah ini maka kami harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyusunan makalah selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA Jones, V. J. (2012). Manajemen Kelas Komprehensif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sahat Parnasipan Manalu.S.Pd., M. (2013, Januari). BAGAIMANA SEHARUSNYA GURU MENDISIPLINKAN SISWA. Dipetik Desember 14, 2014, dari sahatmanalu180480.blogspot.com: http://sahatmanalu180480.blogspot.com/2013/01/bagaimana-seharusnyaguru.html