12 0 520 KB
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENINGITIS
(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal dengan dosen pembimbing Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB)
Oleh : Rafika Diana Martha
172310101165
Kelas C 2017
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal dengan judul “Laporan Pendahuluan Pasien dengan Meningitis”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal pada Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini diantarnya: 1 Ns. Jon Hafan Sutawardana, M.kep selaku penanggung jawab mata kuliah Keperawatan Medikal. 2 Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku pembimbing utama dalam penulisan Makalah Keperawatan Medikal. 3 Ucapan terimakasih penulis kepada teman-teman yang telah mendukung,
Penulis juga menerima kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan pembacanya.
Jember, 2 September 2019
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI ....................................................................................................... BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... BAB 2. TINJAUAN TEORI 2.1 Definisi ............................................................................................................. 2.2 Epidemiologi .................................................................................................... 2.3 Etiologi ............................................................................................................. 2.4 Klasifikasi ........................................................................................................ 2.5 Patofisiologi ...................................................................................................... 2.6 Manifestasi Klinis ............................................................................................ 2.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................... 2.8 Penatalaksanaan Medis .................................................................................... 2.9 Pemeriksaan Rangsangan Meningeal………………………………………… 2.10 Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………….. 2.11 Komplikasi.................................................................................... .................... 2.12 Pathway………………………………………………………………………. 2.13 Konsep teori Asuhan Keperawatan ................................................................... BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS 3.1 Kasus .............................................................................................................. 3.2 Diagnosa ......................................................................................................... 3.3. Intervensi…………………………………………………………………….. 3.4 Implementasi…………………………………………………………………. 3.5 Evaluasi………………………………………………………………………. BAB 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan………………………………………………………………….. 4.2 Saran………………………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai peradangan yang mengenai piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial. Bakteri yang dapat menimbulkan meningitis adalah bakteri yang mampu melewati perlindungan yang dibuat oleh tubuh dan memiliki virulensi poten. Pada individu dewasa yang imunokompeten, S. pneumonia dan N. meningitides adalah patogen utama penyebab meningitis bakteri, karena kedua bakteri tersebut memiliki kemampuan kolonisasi nasofaring dan menembus SDO. Basil gram negatif seperti E. coli, S. aureus, S. epidermidis, Klebsiella spp dan Pseudomonas spp biasanya merupakan penyebab meningitis bakteri nosokomial, yang lebih mudah terjadi pada pasien kraniotomi, kateterisasi ventrikel internal ataupun eksternal, dan trauma kepala. Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Definisi Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai peradangan yang mengenai piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial. Otak secara alami terlindung dari sistem kekebalan tubuh dengan penghalang meningens menciptakan antara aliran darah dan otak. Biasanya, perlindungan ini merupakan keuntungan karena penghalang mencegah tubuh dari menyerang sendiri. Namun, meningitis, penghalang bisa menjadi masalah; bakteri sekali atau organisme lain telah menemukan cara mereka ke otak, mereka agak terisolasi dari sistem kekebalan tubuh dan dapat menyebar. Ketika tubuh mencoba untuk melawan infeksi, masalah dapat memperburuk; pembuluh darah menjadi bocor dan memungkinkan cairan, sel-sel darah putih, dan berjuang melawan infeksi lain partikel untuk memasukkan meningens dan otak. Proses ini, pada gilirannya, menyebabkan pembengkakan otak dan akhirnya dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke bagian otak, memperburuk gejala infeksi.
2.2 Anatomi dan Fisiologis Meningen Selaput Otak
Gambar 1.1 Meningen Selaput Otak
Sumber : https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwj22Ni4hOnkAhUKgI8KHYzGAO MQjB16BAgBEAM&url=https%3A%2F%2Fadriautami.wordpress.com%2Ftag%2Fselaputotak%2F&psig=AOvVaw1SwEG3FBpCQtE452w-Wlaa&ust=1569399123215174.
Otak dan sum-sum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
1. Lapisan Luar (Durameter) Durameter merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus otak, sumsum tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah. Durameter terbagi lagi atas durameter bagian luar yang disebut selaput tulang tengkorak (periosteum) dan durameter bagian dalam (meningeal) meliputi permukaan tengkorak untuk membentuk falks serebrum, tentorium serebelum dan diafragma sella.
2. Lapisan Tengah (Arakhnoid) Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara durameter dan arakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan jernih menyerupai getah bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang menghubungkan sistem otak dengan meningen serta dipenuhi oleh cairan serebrospinal.
3. Lapisan Dalam (Piameter) Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan diantara arakhnoid dan piameter disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang ruangan ini berisi sel radang. Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang belakang.
2.3 Epidemiologi Sekitar 600.000 kasus meningitis terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya, dengan 180.000 kematian dan 75.000 gangguan pendengaran yang berat. Setidaknya 25.000 kasus baru meningitis bakterial muncul tiap tahunnya di Amerika Serikat, tetapi penyakit ini jauh lebih sering ditemukan di negaranegara sedang berkembang. Sekitar 75% kasus terjadi pada anak-anak dibawah usia 5 tahun.
2.4 Etiologi Bakteri yang dapat menimbulkan meningitis adalah bakteri yang mampu melewati perlindungan yang dibuat oleh tubuh dan memiliki virulensi poten. Faktor host yang rentan dan lingkungan yang mendukung memiliki peranan besar dalam patogenesis infeksi. Pada individu dewasa yang imunokompeten, S. pneumonia dan N. meningitides adalah patogen utama penyebab meningitis bakteri, karena kedua bakteri tersebut memiliki kemampuan kolonisasi nasofaring dan menembus SDO. Basil gram negatif seperti E. coli, S. aureus, S. epidermidis, Klebsiella spp dan Pseudomonas spp biasanya merupakan penyebab meningitis bakteri nosokomial, yang lebih mudah terjadi pada pasien kraniotomi, kateterisasi ventrikel internal ataupun eksternal, dan trauma kepala (Roper dan Brown, 2005; Clarke. 2009).Sedangkan bakteri gram positif berbentuk kokus yang juga merupakan penyebab meningitis bakteri (meningitis suis) adalah S. suis.
2.5 Klasifikasi Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu : 1. Meningitis serosa Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae
(pneumokok),
Neisseria
meningitis
(meningokok),
Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
2.6 Patofisiologis Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen, semuanya ini penghubung yang mendorong perkembangan bakteri. Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral. Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi
dan
dihubungkan
dengan
meluasnya
hemoragi
(pada
sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
2.7 Manifestasi klinis Gejala meningitis diakibatkan arena infeksi dan peningkatan TIK : 1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering terjadi). 2. Perubahan pada tingkat kesadaran. 3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda : a. Rigiditas nukal (kaku leher) b. Tanda kernik positif : ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna. c. Tanda brudzinki : Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada satu sisi maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan. 4. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat prulen dan edema srebral. 5. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal. 6. Infeksi fulminating dengan tanda tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata.
2.8 Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic yang mampu melewati barrier darah otak ke ruang sbarachnoid dalam konsentrasi yag cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Biasanya menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.
Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa): 1.Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1 setengah tahun. 2.Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun. 3.Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan. Obat anti-infeksi (meningitis bakterial): 1.Sefalosporin generasi ketiga 2.Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari 3.Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari. Pengobatan simtomatis: 1.Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6 mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atauFenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari. 2.Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis. 3.Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati edema serebri. 4.Pemenuhan oksigenasi dengan O2.5.Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan volume cairan intravena.
2.9 Pemeriksaan Rangsangan Meningeal 1. Pemeriksaan Kaku Kuduk Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala.
2. Pemeriksaan Tanda Kerning Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135° (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.
3. Pemeriksaan Bruduzinski I Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
4. Pemeriksaan Bruduzinski II Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral.
2.10
Pemeriksaan Penunjang 1. Analisis CSS dari fungsi lumbal : a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri. b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus. 2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis ) 3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri ) 4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )
5. Elektrolit darah : Abnormal . 6. ESR/LED : meningkat pada meningitis 7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi 8. MRI/ scan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor 9. Rongsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
2.11
Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat meningitis antara lain : 1. Tromosis Vena Serebral : menyebabkan kejang, koma, atau kelumpuhan. 2. Efusi : Penumpukan cairan di ruangan subdural karena adanya infeksi oleh kuman. 3. Hidrosefalus : Pertumbuhan lingkar kepala yang cepat dan abnormal yang disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis. 4. Esenfalitis : Radang pada otak. 5. Abses otak : Radang yang berisi pus atau nanah di otak. 6. Arteritis pembuluh darah otak : Mengakibatkan infark otak mengakibatkan kematian pada jaringan otak. 7. Kehilangan pendengaran. 8. Gangguan perkembangan mental dan intelegensi.
dan
2.12
Pathway Tonsilitis,Bronkitis, Typus Abdominalis dan penyakit lain.
Mikroorganisme secara hematogen sampai ke meningen
Meningitis
Mikroorganisme mensekresi
Kenaikan volume dan
toksik
peningkatan vikositas LCS
Toksemia Penurunan penyerapan Peningkatan suhu oleh
cairan
Pengaruh hipotalamus Nyeri akut Hipertermi
Peningkatan tekanan Intrakranial
Rasa sakit dan Peningkatan output cairan
gangguan pada tubuh
penurunan sekresi trakeobronkial
Peningkatan ekstensi neuron
Gangguan pola tidur Kejang
Penumpukan secret di trakea, bronkus
penyempitan lumen trakea, bronkus
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
penurunan masukan oksigen
penurunan oksigen
ketidakefektifan perfusi jaringaan serebral
Spasme otot bronkus
2.13 Konsep teori Asuhan Keperawatan Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan kepada klien, meliputi: biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik. (Doenges, 2014) A. Aktivitas / Itirahat Perasaan tidak enak (malaise). B. Sirkulasi Nadi Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi,disritmia. C. Eliminasi Inkontinensi dan atau retensi. D. Makanan / cairan Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosakering. E. Neurosensori Letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kering positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki. F. Nyeri / kenyamanan Sakit kepala (berdenyut hebat, frontal). G. Pernafasan Peningkatan kerja pernafasan. H. . Keamanan I. Seksualitas Organ
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
1.1 Kasus Tuan A 35 tahun Datang ke RS Melati diantar oleh keluarganya dengan keluhan nyeri dibagian kepala (pada bagian frontal), Kaku leher dan deman tinggi sejak satu minggu yang lalu. Istri klien juga mengatakan suaminya mengeluh sulit tidur karena nyeri di kepala. Dari hasil pemeriksaan fisik terdapat tanda krenik (+), tanda brudnizki (+). Ekstremitas terabaa dingin dan terdapat benjolan pada leher bagian dekstra TD :150/80, S : 38,9°C, N : 60X/mnt, RR : 28X/ mnt. Pada hasil CT Scan menunjukkan terdapat edema kepala bagian parietal.
I.
Identitas klien
Nama : Tn. A Umur : 35th Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : Sarjana Alamat : Jl. Mawar II.
Pekerjaan : PNS Status : Kawin Tanggal MRS: 2-09-2019 Tanggal Pengkajian :2-09-2019 No. RM : 000678
Riwayat Kesehatan 1. Diagnosa medic : Meningitis. 2. Keluhan utama - Pasien mengeluh nyeri dibagian kepala 3. Riwayat penyakit sekarang Klien mengatakan bahwa sudah satu minggu mengalami nyeri dibagian kepala, selain itu juga terasa kaku dibagian leher klien. Klien juga demam selama satu minggu. Sebelumnya klien sudah minum obat untuk menurunkan demamnya tapi demamnya tidak turun. Suhu klien saat ini diperiksa 38,9°C. istri klien mengatakan bahwa dibagian leher kiri klien terdapat benjolan yang sudah lama (kurang lebih sebulan) awalnya klien merasa biasa saja dengan benjolannya, namun lama kelamaan klien merasa risih dengan benjolannya. Akhirnya klien dibawa ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. 4. Riwayat penyakit dahulu Istri klien mengatakan bahwa sewaktu klien berumur 28 tahun, klien pernah di rawat di rumah sakit karena mengalami herpes selama 1 minggu, dan sudah sembuh.
III.
Pengkajian keperawatan 1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan Kurang baik Interpretasi : Klien mengatakan bahwa dengan keluhan yang dialami saat ini, terjadi perubahan terkait persepsi kesehatan pada dirinya. Klien merasa tidak tahu apa-apa tentang penyakit yang di alami. 2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) Clinical Sign : -Kulit pucat -lemas dan pusing Interpretasi : Klien terlihat cukup lemas dan kurang berenergi 3. Pola eliminasi: BAK
No.
- Frekuensi : >5 kali sehari - Warna : kuning jernih - Bau : bau khas urin. - Karakter : - BJ : - Alat Bantu : - Kemandirian : mandiri - Lain : BAB Klien BAB setiap 2 hari sekali 4. Pola aktivitas & latihan Sebelum sakit klien mengatakan untuk melakukan aktivitas klien melakukannya secara mandiri namun semenjak masuk rumah sakit aktivitasnya dibantu oleh keluarga karena tubuh klien yang lemas. Pada saat dikaji pasien malaise. Tabel : Aktivitas klien selama di rumah sakit 1 Jenis Aktivitas 0 2 3 4
1
Makan
2
Minum
3
Toileting
4
Berpakaian
5
Berpindah
Keterangan : 0 : Dilakukan secara mandiri 1 : Dilakukan dengan bantuan alat 2 : Dilakukan dengan bantuan keluarga 3 : Dilakukan dengan bantuan alat dan keluarga 4 : Total ketergantungan 5. Pola tidur & istirahat - Durasi : Menurut keluarga dan klien durasi tidur klien sebelum MRS dan saat MRS kurang baik. klien hanya dapat tidur ± 2 jam - Gangguan tidur : klien mengatakan sering terbangun dikarenakan merasa nyeri. - Keadaan bangun tidur : klien terbangun karena nyeri kepala. 6. Pola kognitif & perceptual - Fungsi Kognitif dan Memori : Sebelum dan saat MRS kognitif klien masih tetap baik, klien masih dapat diajak bicara dan
memberikan respon yang tepat, dan ingatan klien baik saat dilakukan pengkajian. - Fungsi dan keadaan indera : Klien dan keluarga mengatakan pengelihatan klien agak menurun karena klien merasa nyeri ketika membuka mata. 7. Pola persepsi diri - Gambaran diri : Klien dan keluarga klien mengatakan tidak ada masalah terhadap bentuk tubuh klien - Identitas diri : Klien tidak memiliki gangguan identitas diri, klien masih memiliki orientasi yang baik terhadap dirinya sendiri - Harga diri : Klien mengatakan tidak merasa minder walaupun sakit, klien dan keluarga percaya bahwa akan segera diberikan kesembuhan. - Ideal Diri : Ideal diri klien sedikit terganggu karena klien merasa tidak bisa menafkahi keluarganya. - Peran Diri : Klien merupakan kepala keluarga dengan 1 istri dan satu anak. 8. Pola seksualitas & reproduksi - Keluarga klien mengatakan memiliki 1 istri dan 1 orang anak yang masih hidup - Keluarga klien mengatakan bahwa klien sangat menyayangi istri dan anaknya, oleh karena itu klien ingin cepat sembuh dan bersama kembali dengan keluarganya di rumah 9. Pola peran & hubungan - Keluarga klien mengatakan bahwa hubungan antara klien dengan anggota keluarga yang lain baik, sehingga keluarga klien ingin klien segera pulang agar dapat berjumpa lagi dengan anggota keluarga dan saudara-saudaranya yang lain - Klien mengatakan menjadi ayah untuk anak-anaknya dan ayah yang baik bagi istrinya. - Terlihat bahwa keluarga selalu menemani klien saat di Rumah Sakit 10. Pola manajemen koping-stress - keluarga klien mengatakan bahwa klien dan keluarga menganggap sakit itu sebagai jalan yang harus di lewati dan dijalani sehingga bagaimanapun keadannya harus diterima dan disyukuri 11. Sistem nilai & keyakinan - Keluarga klien mengatakan bahwa klien dan keluarga menganggap sakit itu sebagai jalan yang harus di lewati dan
dijalani sehingga bagaimanapun keadannya harus diterima dan disyukuri. - Keluarga klien mengatakan saat sebelum sakit klien melakukan sholat 5 waktu dengan baik, saat ini hanya mampu terbaring di tempat tidur 1.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan diabetes mellitus dan ulkus diabetic antara lain (NANDA, 2018-2020): 1.Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi b.d diseminata hematogendari pathogen. 2. Resiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan b.d busung serebral, hipovolemia. 3. Nyeri akut b.d proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi. 4. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskulo, penurunan kekuatan. 5. Ansietas b.d Krisis, tantangan kematian.
Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: GCS=4-5-6 Tanda vital: - Tekanan Darah : 150/80 mm/Hg - Nadi : 60 X/mnt - RR : 28 X/mnt - Suhu : 38,9ºC
Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi) 1. Kepala Kepala simetris, tidak ada jejas, distribusi rambut normal, rambut hitam, ada sedikit rambut yang putih, tidak ada lesi, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan. 2. Mata Sklera keruh, konjungtiva anemis, pupil isokor, distribusi bulu mata merata, bagian kelopak dalam mata kotor, penglihatan mata kabur. 18 3. Telinga Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada massa serta menurut keluarga klien pendengaran normal, warna kulit telinga sama dengan warna kulit sekitarnya, telinga dapat mendengar normal. 4. Hidung
Tidak terdapat kelainan bentuk, tulang hidung simetris, lubang hidung normal, tidak ada lesi maupun jejas, tidak ada massa, warna kulit hidung sama dengan warna di sekitarnya. 5. Mulut Mulut kering, warna coklat, bibir simetris, tidak ada massa, tidak ada luka, 6. Leher Leher pasien terlihat simetris, ada benjolan pada leher sebelah kiri. 7. Dada I : Dada pasien terlihat simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada jejas maupun lesi, iktus kordis tidak nampak, tidak ada pembesaran P : Ketika diperkusi sonor di bagian kiri dan sonor pada bagian kanan, di area jantung pekak P : Pengembangan paru kanan kiri sama, tidak ada massa A : Suara nafas vesikuler, bunyi jantung 1 dan 2 terdengar jelas, dan tidak ada bunyi jantung tambahan 8. Abdomen I : bentuk simetris kanan kiri, tidak ada jaringan parut, tidak terdapat penonjolan di bagian perut, umbilicus letak simetris A:P : Bunyi sedikit timpani di setiap lapang perut. P : Tidak teraba massa, perut terasa keras 9. Urogenital - Klien tidak terpasang selang kateter - Klien BAK 1 hari 5 kali, warna kuning jernih - Klien BAB 2 hari 1 kali 10. Ekstremitas - Ekstremitas atas: tangan kanan terpasang infuse. - Ekstremitas bawah : Kaki kiri dan kanan dapat bergerak normal. - Bagian ekstremitas teraba dingin - kemampuan otot 11. Kulit dan kuku Kulit pasien terlihat lembab, turgor kulit cukup. Kuku pendek, dan sedikit pucat, CRT > 2 detik. 12. Keadaan lokal Klien terlihat terbaring di tempat tidur dengan posisi terlentang, terpasang infus ditangan sebelah kanan.
1. Pengkajian a. data fokus Data Subjektif
Data Objektif
Klien mengatakan terasa nyeri di Klien tampak menahan nyeri, pada bagian kepalanya. saat berbicara klien sering menutup mata untuk mengurangi nyeri. Klien mengatakan suhu badan terasa panas/demam 1 minggu yang lalu. Pasien mengatakan kaku pada bagian leher.
Suhu 38,9ºC, kulit terasa panas saat di palpasi. Pemeriksaan CT scan terdapat edema di kepala (pariental), tanda brudzinski (+) bagian ekstremitas klien terasa dingin.
Klien mengatakan sulit tidur selama Klien tampak lemas pada saat siang sakit. hari. 2. Analisa data No. 1.
Data
Etiologi
Ds : Klien mengatakan terasa nyeri di bagian kepalanya.
Kenaikan volume dan peningkatan vikositas LCS
Masalah keperawatan Nyeri akut
Do : Klien tampak menahan nyeri, pada saat berbicara klien sering menutup mata Penurunan untuk mengurangi nyeri. penyerapan cairan
Nyeri akut
2.
Ds : Klien mengatakan suhu Mikroorganisme Hipertermia badan terasa panas/demam 1 mensekresi toksik minggu yang lalu. Do : Suhu 38,9ºC, kulit terasa panas saat di palpasi.
Toksemia
Peningkatan suhu oleh pengaruh hipotalamus
3.
Ds : Pasien mengatakan kaku pada bagian leher. Do : Pemeriksaan CT scan terdapat edema di kepala (pariental), tanda brudzinski (+) bagian ekstremitas klien terasa dingin.
Hipertermi Penumpukan secret di trakea, bronkus
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
Penyempitan lumen trakea, bronkus Penurunan masukan oksigen
4.
Ds : Klien mengatakan sulit tidur selama sakit. Do : Klien tampak lemas pada saat siang hari.
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan Nyeri
Gangguan pola tidur
Rasa sakit dan gangguan pada tubuh
Gangguan pola tidur 3. Diagnosa keperawatan 1. Nyeri akut bd. Agen cidera biologis d.d ekspresi wajah nyeri. 2. Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme 3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d gangguan transport oksigen melalui membrane kapiler menuju otak oleh eksudasi pus akibat reaksi inflamasi. 4. Gangguan pola tidur b.d kendala lingkungan.
IV.
Intervensi
No
Hari/ta
Diagnosa
Intervensi
.
nggal
1.
Senin,
Diagnosa : Domain 12.
(2210 Pemberian
02
Kenyamanan Kelas 1.
Analgesik).
Septem
Kenyamanan fisik.
-Cek perintah
ber
(00132) Nyeri akut.
pengobatan meliputi
2019
Definisi : Pengalaman
obat, dosis dan frekuensi
sensori dan emosional
obat analgesic yang
tidak menyenangkan
diresepkan.
berkaitan dengan
-Berikan analgesic sesuai
kerusakan jaringan actual
waktu paruhnya,
atau potensial, atau yang
terutama pada nyeri yang
digambarkan sebagai
berat.
kerusakan (International
-Informasikan pasien
Association for the study
yang mendapatkan
of Pain); awitan yang
narkotika bahwa rasa
tiba-tiba atau lambat
mengantuk kadang
dengan intensitas ringan
terjadi selama 2-3 hari
hingga berat, dengan
pertama pemberian dan
berakhirnya dapat
selanjutnya menghilang.
diantisipasi atau
-Kolaborasikan dengan
diprediksi, dan dengan
dokter apakah obat,
durasi kurang dari 3
dosis, rute pemberian,
bulan.
atau perubahan interval
Tujuan : Setelah
dibutuhkan, buat
dilakukan tindakan
rekomendasi khusus
keperawatan 2X24 jam
berdasarkan prinsip
diharapkan klien mampu
analgesic.
dengan kriteria hasil :
(1400 Manajemen
1. Klien menggunakan
nyeri).
Para f £ LIA
analgesic yang
-Observasi adanya
direkomendasikan
petunjuk nonverbal
dipertahankan pada tidak
(wajah meringis)
pernah menunjukkan
mengenai
(skala 1) ditingkatkan ke
ketidaknyamanan
secara konsisten
terutama pada mereka
menunjukkan (skala 5).
yang tidak dapat
2. Klien dapat
berkomunikasi secara
melaporkan perubahan
efektif.
terhadap gejala nyeri
-Berikan individu
pada professional
penurun nyeri yang
kesehatan dipertahankan
optimal dengan
pada tidak pernah
peresepan analgesic.
menunjukkan (skala 1)
-Dorong pasien untuk
ditingkatkan ke sering
mendiskusikan
menunjukkan (skala 4).
pengalaman
3. Klien dapat
nyerinya,sesuai
mengekspresikan nyeri
kebutuhan.
wajah dipertahankan
-kolaborasi dengan
pada berat (skala 1)
pasien, orang terdekatdan
ditingkatkan ke ringan
tim kesehatan lainnya
(skala 4) .
untuk memilih dan
4. Sensasi wajah klien
mengimplementasikan
dipertahankan pada
tindakan penurun nyeri
sangat terganggu (skala
nonfarmakologi, sesuai
1) ditingkatkan ke tidak
kebutuhan.
terganggu (skala 5). Level : Pain Control 2.
Selasa,
Diagnosa : Domain 11.
(3740 Perawatan
03
Keamanan/Perlindunga
Demam).
Septem
n. Kelas 6.
-Pantau suhu dan anda-
ber
Termoregulasi. (00007)
tanda vital lainnya.
£ LIA
2019
Hipertermia.
-Berikan obat atau cairan
Definisi : Suhu inti tubuh IV (Antipiretik, agen
3.
di atas kisaran normal
antibakteri, dan agen anti
diurnal karena kegagalan
menggigil).
termoregulasi. Tujuan :
-Dorong konsumsi cairan
Setelah dilakukan
klien.
tindakan keperawatan
(3900 Pengaturan
1X24 jam diharapkan
suhu).
pasien dapat membaik
-Monitor suhu dan warna
dengan kriteria hasil :
kulit.
1. Peningkatan suhu kulit
-Berikan pengobatan
klien dipertahankan pada
antipiretik sesuai
cukup berat (skala 2)
kebutuhan.
ditingkatkan ke tidak ada
-Informasikan mengenai
(skala 5).
indikasi adanya
2. Suhu tubuh klien
hipotermia dan
dipertahankan pada
penanganan emergensi
devisiasi yang cukup
yang tepat sesuai
besar dari kisaran normal
kebutuhan.
(skala 2) ditingkatkan ke
(6680 Monitor Tanda-
tidak ada devisiasi dari
Tanda Vital).
kisaran normal (skala 5).
-Monitor tekanan darah
3. Tekanan darah sistolik
saat pasien berbaring,
klien dipertahankan pada
duduk, dan berdiri
devisiasi yang cukup
sebelum dan setelah
besar dari kisaran normal
perubahan posisi.
(skala 2) ditingkatkan ke
-Auskultasi tekanan
tidak ada devisiasi dari
darah di kedua lengan
kisaran normal (skala 5).
dan bandingkan.
Rabu,
Diagnosa :
(2590 Monitor Tekanan
04
Domain 4.
Intrakranial TIK).
£ LIA
Septem
Aktivitas/istirahat.
1.Monitor pasien TIK
ber
Kelas 4. Respons
dan reaksi perawatan
2019
kardiovaskular/pulmon
neurologis serta rangsang
al. (00201) Risiko
lingkungan.
ketidakefektifan perfusi 2.Jaga tekanan arteri jaringan otak.
sistemik dalam
Definisi : Rentan
jangkauan tertentu.
mengalami penurunan
3.Berikan informasi
sirkulasi jaringan otak
kepada pasien dan
yang dapat mengganggu
keluarga/orang penting
kesehatan. Tujuan :
lainnya.
Setelah dilakukan
4.Kolaborasikan dengan
tindakan keperawatan
dokter untuk
3X24 jam diharapkan
meningkatkan TIK yang
pasien dapat membaik
tidak bereaksi sesuai
dengan kriteria hasil :
perawatan.
1.Pengelihatan pasien
(0180 Manajemen
dipertahankan pada
Energi).
cukup terganggu (skala
-Monitor lokasi dan
3) ditingkatkan ke tidak
sumber
terganggu (skala 5).
ketidaknyamanan/nyeri
2.Kelesuan pasien
yang dialami pasien
dipertahankan pada besar
selama aktivitas.
(skala 2) ditingkatlan ke
-Kurangi
tidak ada (skala 5).
ketidaknyamanan fisik yang diaalami pasien yang bisa mempengaruhi fungsi kognitif, pemantauan diri dan pengaturan aktivitas pasien. -Bantu pasien memahami
prinsip konservasi energy (membatasi aktivitas dan tirah baring). 4.
Kamis,
Diagnosa :
(6040 Terapi
05
Domain 4.
Relaksasi).
Septem
Aktivitas/istirahat.
- Uji penurunan tingkat
ber
Kelas 1. Tidur/istirahat. energy saat ini,
2019
(00198) Gangguan pola
ketidakmampuan untuk
tidur.
konsentrasi atau gejala
Definisi : Interupsi
lain yang mengiringi
jumlah waktu dan
yang mungkin
kualitas tidur akibat
mempengaruhi
factor eksternal. Tujuan :
kemampuan kognisi
Setelah dilakukan
untuk berfokus pada
tindakan keperawatan
teknik relakasi.
1X24 jam diharapkan
-Gunakan relaksasi
pasien dapat membaik
sebagai strategi
dengan kriteria hasil :
tambahan dengan
1.Pola tidur klien
(penggunaan) obat
dipertahankan pada
obatan nyeri atau sejalan
cukup terganggu (skala
dengan terapi lainnya
3) ditingkatkan ke tidak
dengan tepat.
terganggu (skala 5).
-Dorong klien untuk
2.Perasaan segar setelah
mengulang praktik teknik
tidur dipertahankan pada
relaksasi, jika
cukup terganggu (skala
memungkinkan.
3) ditingkatkan ke tidak terganggu (skala 5). 3.Nyeri yang dirasakan klien dipertahankan pada cukup berat (skala 2) ditingkatkan ke tidak ada
£ LIA
(skala 5).
V.
Implementasi
Nyeri akut bd. Agen cidera biologis d.d ekspresi wajah nyeri.
Hari/
Tindakan
Respon
Paraf
Tanggal Jumat/6
1.Mengecek
perintah 1.-
£
September
pengobatan
2019
meliputi obat, dosis dan obat analgesic.
klien 2.Pasien bersedia diberikan
frekuensi obat analgesic 3.Pasien
kooperatif
saat
yang diresepkan.
mendengarkan edukasi dari
2.Memberikan
perawat.
analgesic sesuai waktu 4.paruhnya.
5.Pasien
3. Menginformasikan
mendiskusikan pengalaman
kepada pasien yang
nyerinya.
mendapatkan narkotika
6.
bahwa rasa mengantuk
mengimplementasikan
kadang terjadi selama
tindakan
2-3 hari pertama
nonfarmakologi
pemberian dan
relaksasi.
selanjutnya menghilang. 4.Mengkolaborasikan dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian, atau perubahan interval dibutuhkan, buat
Pasien
mampu
memilih
penurun
dan
nyeri teknik
LIA
rekomendasi khusus berdasarkan prinsip analgesic. 5.Mendorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya,sesuai kebutuhan. 6.Mengkolaborasi dengan pasien, orang terdekatdan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan tindakan penurun nyeri nonfarmakologi, sesuai kebutuhan.
Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme
Hari/
Tindakan
Respon
Paraf
Tanggal Jumat/6
1. Memantau suhu dan
September
anda-tanda vital
2019
lainnya. 2.Memberikan obat atau cairan IV (Antipiretik, agen antibakteri, dan agen
1.Pasien bersedia dipantau suhu dan ttv nya. 2. Pasien bersedia diberikan obat dan cairan IV Antipiretik. 3.Pasien mampu melakukan konsumsi cairan selama demam.
anti menggigil). 3.Mendorong konsumsi cairan klien.
4. Pasien kooperatif saat mendengarkan edukasi dari
£ LIA
4.Menginformasikan
perawat.
mengenai indikasi
5.Pasien kooperatif saat di periksa tekanan darahnya.
adanya hipotermia dan penanganan emergensi yang tepat sesuai kebutuhan.
6.Pasien bersedia di periksa tekanan darah di kedua lengannya.
5.Monitor tekanan darah saat pasien berbaring, duduk, dan berdiri sebelum dan setelah perubahan posisi. 6.Auskultasi
tekanan
darah di kedua lengan dan bandingkan.
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d gangguan transport oksigen melalui membrane kapiler menuju otak oleh eksudasi pus akibat reaksi inflamasi.
Hari/
Tindakan
Respon
Paraf
Tanggal Jumat/6
1.Memonitor pasien
1.Pasien mengatakan jika
£
September
TIK dan reaksi
pengelihatannya berkurang
LIA
2019
perawatan neurologis
dan sering pusing.
serta rangsang
2.Pasien
lingkungan.
tenang.
2.Menjaga tekanan
3. Pasien kooperatif saat
arteri sistemik pasien
mendengarkan edukasi dari
dalam jangkauan
perawat.
tertentu.
4.-
3.Memberikan
5.Pasien mengatakan bahwa
tampak
lebih
informasi kepada pasien nyeri yang dirasakan adalah
dan keluarga/orang
nyeri di kepala.
penting lainnya.
6.Pasien
4.Mengkolaborasikan
mengurangi banyak gerakan
dengan dokter untuk
yang dapat menyebabkan
meningkatkan TIK
pusing.
yang tidak bereaksi
7.Pasien mampu memahami
sesuai perawatan.
pembatasan aktivitas.
bersedia
5.Memonitor lokasi dan sumber ketidaknyamanan/nyeri yang dialami pasien selama aktivitas. 6.Mengurangi ketidaknyamanan fisik yang diaalami pasien yang bisa mempengaruhi fungsi kognitif, pemantauan diri dan pengaturan aktivitas pasien. 7.
Membantu
pasien
memahami
prinsip
konservasi
energy
(membatasi
aktivitas
dan tirah baring).
Gangguan pola tidur b.d kendala lingkungan.
Hari/
Tindakan
Respon
Paraf
£
Tanggal Jumat/6
1. Menguji penurunan
1.Pasien mengatakan tidak
September
tingkat energy saat ini,
nyenyak
tidurnya
dan
LIA
2019
ketidakmampuan untuk
berkurang waktu tidurnya
konsentrasi atau gejala
karena nyeri.
lain yang mengiringi
2.Pasien
yang mungkin
tenang.
mempengaruhi
3. Pasien kooperatif saat
kemampuan kognisi
mendengarkan edukasi dari
untuk berfokus pada
perawat.
teknik relakasi.
4.
2.Memberikan relaksasi
mengulang praktik teknik
sebagai strategi
relaksasi.
Nampak
Pasien
lebih
mampu
tambahan dengan (penggunaan) obat obatan nyeri atau sejalan dengan terapi lainnya dengan tepat. 3.Mendorong untuk
klien
mengulang
praktik teknik relaksasi, jika memungkinkan.
VI. No
1.
Evaluasi Hari,tanggal,
Diagnosa
Catatan
Paraf
jam
Keperawatan
Perkembangan
Jumat/6
Nyeri akut bd. S : Pasien mengatakan nyeri
September
Agen
2019
biologis
12.25
ekspresi wajah tidak meringis lagi. nyeri.
cidera nya berkurang.
LIA
d.d O : Wajah pasien terlihat
A
:
Masalah
£
teratasi
sebagian. P : Lanjutkan intervensi.
2.
Jumat/6
Hipertermia b.d S
:
Pasien
mengatakan
September
peningkatan
sudah tidak demam lagi.
2019
laju
O : Tekanan daraah 130/80
12.30
metabolisme
mmHg,
Nadi
£ LIA
80x/menit,
RR:25X/menit, Suhu:36 ºC. A : Masalah teratasi. P : Lanjutkan intervensi 1 dan 5.
3.
Jumat/6
Resiko
S
:
September
ketidakefektifan pusingnya berkurang.
2019
perfusi jaringan O : TD : 130/80mmHg.
12.30
otak
b.d A
Pasien
:
mengatakan
Masalah
£ LIA
teratasi
gangguan
sebagian.
transport
P : Lanjutkan intervensi.
oksigen melalui membrane kapiler menuju otak
oleh
eksudasi akibat
pus reaksi
inflamasi.
4.
Jumat/6
Gangguan pola S
:
Pasien
mengatakan
September
tidur
2019
kendala
O : Pasien pada siang hari
12.35
lingkungan.
tidak terlihat lesu.
b.d waktu tidurnya betambah.
A
:
Masalah
teratasi
sebagian. P : Lanjutkan intervensi.
£ LIA
BAB 4 PENUTUP A. Kesimpulan Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada selaput otak. Selaput otak merupakan lapisan yang encer/tipis sebagai sebuah pelindung atau pelapis otak dan jaringan saraf pada tulang punggung. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus dan bakteri. Peradangan yang terjadi pada selaput otak ini dapat mengakibatkan eksudasi berupa pus atau serosa.Organisme virus/bakteri yang dapat menyebabkan meningitis masuk cairan otak melalui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan (secret hidung) atau secrettelinga akibat fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan luar, mikroorganisme yang masuk berjalan melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis yang menyebabkan terjadinya peradangan piameter, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.
B. Saran Dengan adanya laporan pendahuluan ini mudah-mudahan kita bisa memahami dan mengetahui asuhan keperawatan maupun konsep teori dari gangguan pada lapisan otak mulai dari definisi, penyebab penyakit, klasifikasi, etiologi, manifestasi
klinis,
factor
resiko,
penatalaksanaan, dan komplikasi.
maupun
pemeriksaaan
penunjang,
DAFTAR PUSTAKA
1. Erich A. 2012. SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL RADANG SELAPUT OTAK (MENINGITIS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR. Bandung. Widyatama Repository. 2. Lewis, S.W. at. Al. 2005. Medical Surgical Nursing, Assesment and Management of Clinical Problems. St. Louis : CV. Mosby. 3. Dongoes. M.E. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC. 4. Fadria.A. Gambar Selaput Meningen . https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwj22Ni4hOnkAhUKgI8KHYz GAOMQjB16BAgBEAM&url=https%3A%2F%2Fadriautami.wordpress.com%2Ftag%2Fselaputotak%2F&psig=AOvVaw1SwEG3FBpCQtE452w-Wlaa&ust=1569399123215174.
5. Nanda-1. 2018. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 20182020 (11th ed). Jakarta: EGC. 6. Dochterman, J. M., & Bulecheck, G. M 2004. Nursing Intervensions Classification (NIC) (6th ed). United States of America: Mosby Elsevier. 7. Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., Swanson, L. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC) (5th ed). United States of America: Mosby Elsevier.