Minipro [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MINI PROJECT



TINGKAT PENGETAHUAN PEGAWAI PUSKESMAS BALARAJA TERHADAP HIV/AIDS TAHUN 2019



Disusun oleh: dr. Rashellya Rasyida Rahma



Pendamping: dr. Wahyu Indah P.



PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA PUSKESMAS BALARAJA KABUPATEN TANGERANG 2019 12



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik. penyakit ini belum dapat disembuhkan. Pnanganan yang ada saat ini hanya dapat memperlambat laju perkembangan virus saja. (Zeth dkk, 2010). Wabah HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di dunia. Di tingkat global, AIDS menempati ranking keempat diantara penyakit-penyakit utama penyebab kematian. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan wabah HIV/AIDS paling pesat di dunia. Kasus HIV/AIDS pada tahun 2003 meningkat sebesar 2 kali lipat dibandingkan dengan jumlah kasus pada awal tahun 1990an, dengan perkiraan jumlah kasus HIV/AIDS antara 165.000 – 216.000. Mathers and Loncar (2006) menyatakan bahwa berdasarkan proyeksi penyebab kematian penduduk dunia tahun 2030, secara umum kematian akibat penyakit menular semakin menurun, tetapi kematian karena HIV/AIDS terus meningkat (Laksana dkk, 2010). Secara global kasus HIV/AIDS terus bertambah sejak pertama kali dilaporkan pada tahun 1981. Hingga tahun 2012 diperkirakan 35.3 juta orang hidup dengan HIV. Jumlah kasus infeksi HIV baru sebanyak 2,3 juta dan kematian AIDS sebanyak 1,6 juta orang Sejak ditemukan kasus pertama di Bali pada tahun 1987, epidemi AIDS di Indonesia dalam periode kurang lebih 27 tahun menunjukkan kecenderungan kenaikan yang luar biasa bahkan pada beberapa daerah berdampak pada angka kesakitan dan kematian yang terus meningkat. Di Indonesia, setiap 25 menit pasti ada satu orang yang terinfeksi oleh virus HIV. Satu dari lima kasus yang terinfeksi oleh HIV adalah orang di bawah usia 25 tahun. Proyeksi Kementerian Kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa tanpa percepatan program penanggulangan HIV, lebih dari setengah juta orang di Indonesia akan positif HIV pada tahun 2014. Tanah Papua (dua propinsi Papua dan Papua Barat), Jakarta dan Bali memimpin tempat tertinggi dalam terjadinya kasus-kasus HIV baru per 100.000 orang. Jakarta merupakan tempat tertinggi terjadinya kasus HIV baru (UNICEF Indonesia, 2012). 12



Menurut Ditjen PP & PL Kemenkes RI Triwulan II tahun 2013, kasus HIV/AIDS di Indonesia dari 1 Januari sampai 31 Desember 2013 dilaporkan jumlah HIV positif sebanyak 29.037 orang dan AIDS sebanyak 5.508 orang. Secara kumulatif dari 1 April 1987 hingga 31 Desember 2013 jumlah HIV positif sebanyak 127.416 orang dan kasus AIDS sebanyak 52.348 orang dengan total kematian 9.585 orang. Kasus



HIV/AIDS



pada



remaja



tidak



terlepas



dari



perkembangan



globalisasi



mengakibatkan adanya perubahan sosial dan gaya hidup remaja saat ini terutama di daerah perkotaan. Remaja di daerah perkotaan cenderung melakukan perilaku beresiko seperti hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, hubungan seks pranikah, serta penyalahgunaan narkoba. Gaya hidup seperti ini membahayakan kesehatan reproduksi terutama kemungkinan terjadinya penularan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS pada pasangannya (Yuliantini, 2012). Hasil penelitian tahun 2000, menggambarkan bahwa faktor sosial yang berkaitan dengan kurangnya pengetahuan disebabkan kurang terpapar informasi tentang penyebab terjadinya penularan infeksi HIV/AIDS, hal ini menyebabkan individu salah dalam bersikap dan berperilaku. Faktor sosial juga berkaitan dengan kemampuan masyarakat mendapatkan sumbersumber informasi baik formal maupun informal. Kurangnya paparan terhadap informasi khususnya masalah kesehatan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku, sehingga cenderung melakukan tindakan yang berisiko terhadap masalah kesehatan. (Stanhope dan Lancaster,2000) Pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang HIV/AIDS khususnya dalam hal pencegahannya sampai saat ini masih sangat rendah. Sebagaimana besar dari mereka masih menganggap bahwa AIDS hanya terbatas pada kelompok orang asing, pekerja seks komersial, pengguna narkoba, jarum suntik, dan homoseks. Ketidaktahuan mereka terhadap perilaku mereka yang beresiko tertular HIV/AIDS ini yang dapat memicu kemungkinan untuk tertular HIV/AIDS. Pengetahuan tentang HIV/AIDS sangat mempengaruhi sikap untuk melakukan tindakan dalam pencegahan HIV/AIDS.



12



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian: “Bagaimanakah tingkat pengetahuan pegawai puskesmas teladan terhadap HIV/AIDS” 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan pegawai puskesmas teladan terhadap HIV/AIDS 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman belajar peneliti khususnya tentang HIV/AIDS 2.



Bagi Pegawai puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan pemikiran dalam upaya peningkatan dan memperkaya pengetahuan pegawai puskesmas tentangpenyakit HIV/AIDS



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12



2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) 2.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan meliputi pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu.2 Wilayah kerja adalah batasan wilayah kerja Puskesmas dalam melaksanakan tugas dan fungsi pembangunan kesehatan, yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan keadaan geografis, demografi, sarana transportasi, masalah kesehatan setempat, keadaan sumber daya, beban kerja Puskesmas dan lainlain. Selain itu juga harus memperhatikan upaya untuk meningkatkan koordinasi, memperjelas



tanggung



jawab



pembangunan



dalam



wilayah



kecamatan,



meningkatkan sinergisme pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan sinergisme kegiatan dan meningkatkan kinerja. Apabila dalam satu wilayah kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menunjuk salah satu Puskesmas sebagai koordinator pembangunan kesehatan di kecamatan. Puskesmas memiliki tanggung jawab dalam hal mempromosikan kesehatan kepada seluruh masyarakat sebagai upaya untuk memberikan pengalaman belajar, menyediakan media informasi, dan melakukan edukasi baik untuk perorangan, kelompok, dan masyarakan guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat. Dengan berjalanannya program kesehatan yang dijalankan oleh setiap Puskesmas, di harapkan pada akhirnya akan berpengaruh pada perubahan kepada setiap individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara prilaku sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. 2.2 HIV/AIDS 2.2.1 Definisi HIV/AIDS 12



AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang mengenai seluruh organ tubuh sesudah sistem kekebalan dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering sekali menderita keganasan, khususnya sarkoma kaposi dan limfoma yang hanya menyerang otak (Daili dan Farida Zubier, 2015). 2.4.2 Etiologi HIV/AIDS Agen penyebab AIDS adalah HIV, yang merupakan retrivirus manusia (retroviridae) dan genus dari lentivirus. Lentivirus non onkogenik dapat menyebabkan penyakit pada spesies hewan lainnya., termasuk domba, kuda, kambing, sapi, kucing, dan monyet. Empat retrovirus manusia yang diakui dibagi atas dua kelompok yang berbeda, yaitu virus T lymtphotropic manusia (HTLV)-1 dan (HTLV)-2, yang mengubah retrovirus dan virus human immunodeviciency HIV-1 dan HIV-2, yang menyebabkan efek sitopatik baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab paling umum dari penyakit HIV diseluruh dunia adalah HIV-1, yang terdiri dari beberapa subtype dengan distribusi geografis yang berbeda. HIV-2 pertama kali diidentifikasi pada tahun 1986 pada pasien Afrika Barat. HIV-1 dan HIV-2 adalah infeksi zoonosis. Spesies simpanse telah ditetapkan sebagai reservoir alami dari HIV-! Dan sumber yang paling mungkin dari infeksi pada manusia asli (Harisson’s, 2008). 2.4.3 Patogenesis HIV/AIDS Masuknya virus dalam tubuh, dapat melalui hubungan seksual, cairan tubuh atau jarum suntik yang tercemar HIV dan transfusi darah. HIV menginfeksi sistem imun terutama sel limfosit CD4 dan menimbulkan destruksi sel tersebut. HIV dapat berada laten dalam sel imun dan dapat sewaktu-waktu aktif kembali. Replikasi virus dalam sel menimbulakan kematian sel dan menyebar juga limfosit yang terinfeksi, defisiensi imun dan AIDS. Bila sel CD4 turun dibawah 100/µl, infeksi oportunistik dan terjadi nya keganasan meningkat. Dimensia akibat infeksi HIV dapat terjadi akibat bertambahnya virus diotak (Daili dan Farida Zubier, 2015). 2.4.4 Gejala Klinis dan Diagnosa HIV/AIDS



12



Gejala klinis infeksi HIV/AIDS bervariasi mulai dari tanpa gejala, gejala ringan, sampai berat. Pembagian tingkat klinis penyakit infeksi HIV, menurut WHO 2013 dibagi sebagai berikut: I.



Tingkat klinis 1 (asimtomatik/limfadenopati generalisata persisten (LGP)) 1. Tanpa gejala sama sekali 2. LGP



Pada tingkat ini penderita belum mengalami kelainan dan dapat melakukan aktivitas normal. II.



Tingkat klinis 2 (dini) 1. Penurunan berat badan kurang dari 10 %. 2. Kelainan mulut dan kulit yang ringan, misalnya dermatitis seboroik, prurigo,



III.



onikomikosis, ulkus pada mulut yang berulang dan keilitis angularis. 3. Herpes zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir. 4. Infeksi saluran pernafasan bagian atas berulang, misalnya sinusitis. Tingkat III ( menengah) 1. Penurunan berat badan lebih dari 10 %. 2. Diare kronik lebih dari 1 bulan, tanpa diketahui sebabnya. 3. Demam yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan, hilang



IV.



timbul maupun terus-menerus. 4. Kandidosis mulut 5. Bercak putih berambut dimulut (hairy leukoplakia). 6. Tuberkurkulosis paru setaun terakhir. 7. Infeksi bakterial berat, misalnya pneumoni Tingkat IV Neoplasma yang memberikan petunjuk kemungkinan AIDS : 1. Sarkoma Kaposi laki-laki di bawah umur 60 tahun. 2. Limfoma (non-Hodgkin). 3. Karsinoma sel skuamosa pada mulut dan anus. 4. Selain gejala klinis dan laboratorium ada golongan yang ditentukan termasuk high-risk group. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) orang Haiti sudah dapat digolongkan beresiko tinggi. Bila sindrom ditemukan pada penderita yang termasuk golongan beresiko tinggi, maka akan memperkuat diagnosis (Daili dan Farida Zubier, 2015).



2.4.5 Komplikasi HIV/AIDS A. Oral lesi Karena herpes simpleks, sarkoma kaposi, HPV oral, gingivitis, periodontitis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, kurang nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat. 12



B. Neurologik 1) Komplek dimensia AIDS karena serangan langsung dari HIV pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi sosial. 2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / enselofhalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial. 3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan malanik endokarditis. 4) Neuropati karena imfalamasi demielinasi oleh serangan HIV. C. Gastrointestinal 1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat floranormal limpoma, dan sarkoma kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi. 2) Hepatitis karena bakteri dsan virus, limfoma, sarkoma kaposi, obat ilegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam artritis. 3) Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-gatal dan diare.



D. Respirasi Infeksi



karena



pneumocystic



carinii,



cytomegalovirus,



virus



influenza,



pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, gagal nafas. E. Dermatologik Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simplek dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal, rasa F.



terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Sensorik 1) Pandangan: Sarkoma kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan 2) Pendengaran: Otitis ekternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri. (Susanto, 2013).



2.4.6 Pencegahan HIV/AIDS 12



Cara pencegahan penularan HIV yang paling efektif adalah dengan memutuskan mata rantai penularan. Pencegahan dikaitkan dengan cara-cara penularan HIV. A. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual. Infeksi HIV terutama terjadi melalui hubungan seksual, sehingga pencegahan AIDS perlu difokuskan pada hubungan seksual. Agar terhindar dari tertularnya HIV dan AIDS seseorang harus berprilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab. Yaitu hanya mengadakan hubungan seksual dengan pasangan sendiri (suami/istri sendiri). Melakukan tindakan seks yang aman dengan pendekatan “ABC” (Abstinent, Be faithful, Condom), yaitu tidak melakukan aktivitas seksual (abstinent) merupakan metode paling aman untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual, tidak berganti-ganti pasangan (be faithful), dan penggunaan kondom (use condom) (Susanto, 2013). B. Pencegahan penularan melalui darah. 1) Tranfusi darah. Memastikan bahwa darah yang dipakai untuk transfusi tidak tercemar HIV. 2) Alat suntik dan alat lain yang dapat melukai kulit. Desinfeksi atau membersihkan alat-alat seperti jarum, alat cukur, alat tusuk untuk tindik dan lain-lain dengan pemanasan atau larutan desinfektan. 3) Pencegahan penularan dari ibu dan anak. Diperkirakan 50% bayi yang lahir dari ibu yang HIV positif (+) akan terinfeksi HIV sebelum, selama dan tidak lama sesudah melahirkan. Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama masa kehamilan, selama proses persalinan atau setelah kelahiran melalui ASI. Tanpaadanya intervensi apapun, sekitar 15%-30% ibu dengan infeksi HIV akan menularkan infeksi selama masa kehamilan dan proses persalinan. Pemberian air susu ibu meningkatkan resiko penularan sekitar 10%-15%. Resiko ini tergantung pada faktor-faktor klinis dan bisa saja bervariasi tergantung dari pola dan lamanya menyusui. C. Melakukan skrining adanya antibodi HIV untuk mencegah penyebaran melalui darah, produk darah, dan donor darah. D. Mencegah penyebaran HIV secara vertikal dari ibu yang terinfeksi HIV ke anak yang dapat terjadi selama kehamilan, saat persalinan, dan saat menyusui (Susanto, 2013). 2.4.7 Penatalaksanaan HIV/AIDS 12



Bila dahulu pengobatan HIV/AIDS sangat tidak memberikan banyak harapan, pada waktu sekarang sudah dapat memberikan harapan khususnya pada penderita HIV dan awal tingkat klinis AIDS. Semua infeksi oportunistik pada penderita AIDS umumnya diobati terutama bila dimulai sedini mungkin (Susanto, 2013). Mengenai orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sendiri pengobatan kombinasi penghambat reverse transcriptase dan penghambat protease. Beberapa penelitian terakhir membuktikan bahwa obat-obat antivirus yaitu indinavir, retrovir, dan lamivudin yang diberikan sebagai kombinasi dapat meningkatkan CD 4 dan menghilangkan HIV pada 24/26 sampai ditingkat unmeasurable genes of HIV. Namun setelah pengobatan beberapa waktu, mungkin HIV akan bermutasi menjadi resisten dan toksisitas obat akan muncul sehingga perlu obat baru. Obat-obat yang sedang diteliti adalah antisense therapy, gene therapy dengan penghambat HIV yang ditumjukan ke CD4 dan sel induk (stem cell). Penelitian lain tentang cara pengobatan dan obat baru anti HIV masih banyak dibutuhkan oleh karena penyakit ini banyak menelan jiwa penderita dan sangat merugikan sosio-ekonomi masayarakat luas terutama pada negara berkembang (Susanto, 2013). Di RSCM Jakarta, pengobatan HIV/AIDS dilakukan oleh POKDISUS RSCM. Obat yang digunakan ialah kombinasi 3 obat antiretroviral, yakni : 1. 2. 3.



Zidovudin (AZT) Dosis : 500-600 mg sehari per os Lamivudin (3TC) Dosis : 150 mg sehari per os Nevirapin Dosis : 200 mg sehari selama 14 hari, kemudian 2 x 200 mg sehari. (Daili dan Farida Zubier 2015).



2.3 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :



Tingkat Pengetahuan Pegawai puskesmas



HIV/AIDS



12



BAB III PROFIL PUSKESMAS 3.1 Profil Puskesmas Balaraja



Gambar 1. Puskesmas Balaraja



12



Puskesmas Balaraja terletak di Jalan Raya serang Km. 24, yang berjarak + 24 km dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dan berjarak + 8 km dengan Ibukota. Luas wilayah kerja Puskesmas Balaraja adalah 1.672 hektar. Letak ketinggian 23 meter dari permukaan laut, dengan curah hujan 30° CMM. Puskesmas Balaraja dibangun pada tahun 1954. Wilayah kerja Puskesmas Balaraja terdiri dari 1 Kelurahan dan 4 Desa dengan 18.502 kepala keluarga, dengan jumlah penduduk 77.610 jiwa. Batas-batas wilayah kecamatan Balaraja adalah sebagai berikut :    



Utara Barat Timur Selatan



: Kecamatan Kronjo dan Kemeri : Kecamatan Sukamulya : Kecamatan Cikupa : Kecamatan Cisoka



12



PETA WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALARAJA TAHUN 2016



Gambar 2. Peta Wilayah Puskesmas Balaraja



13



Tabel 1. Desa / Kelurahan Wilayah Kerja Puskesmas Balaraja No. 1 2 3 4 5



Desa/Kelurahan Balaraja Talagasari Saga Sentul Sentul Jaya



Keterangan Kelurahan Desa Desa Desa Desa



3.2 Demografi Tabel 2. Jumlah Kepala Keluarga Wilayah Kerja Puskesmas Balaraja tahun 2016 No. 1. 2. 3. 4. 5. Jumlah



Desa/ Kelurahan Balaraja Talagasari Saga Sentul Sentul Jaya



Keterangan 2.849 3.368 6.896 3.226 2.163 18.502



Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Desa Saga mempunyai jumlah penduduk paling besar, karena di Desa Saga terdapat 3 (tiga) perumahan. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah Desa Sentul Jaya.



14



Tabel 3. Klasifikasi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jumlah



Pendidikan Perguruan Tinggi SMU SLTP SD/ MI Tidak tamat SD Buta Huruf



Jumlah 10.206 14.396 14.667 13.006 1.443 563 54.279



Dari table di atas dapat dilihat, bahwa sebagian besar penduduk Kecamatan Balaraja tingkat pendidikannya masih rendah, yaitu sebesar 23% tamat SD. Sedangkan yang berpendidikan Perguruan Tinggi hanya 18%. Tabel 4. Sarana Pendidikan No 1. 2. 3. 4. 5. Jumlah



Sarana Pendidikan TK SD SLTP SMU SLB



Jumlah 32 25 10 15 1 83



15



Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di wilayah Puskesmas Balaraja sudah ada sarana pendidikan sampai SMU, dan ada 1 (satu) SLB (Sekolah Luar Biasa) untuk para penderita cacat. Tabel 5. Klasifikasi Penduduk Menurut Agama No. 1. 2. 3. 4. Jumlah



Agama Islam Kristen Hindu Budha



Jumlah 74.330 2.022 475 763 77.610



% 95 3 1 1 100



Dari tabel diatas dapat dilihat, bahwa semua agama ada di wilayah Balaraja mayoritas penduduk beragama Islam yaitu sebesar 95%. Tabel 6. Klasifikasi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin No.



Umur



Jumlah Penduduk



Jumlah



1. 2 3.



0–4 5-9 10 – 14



Laki-laki 4.261 3.734 2.989



4.



15 – 19



2.936



2.753



5.689



5.



20 – 24



3.791



3.605



7.396



6



25 – 29



4.097



4.114



8.333



30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 + JUMLAH



4.219 4.430 4.177 3.403 1.385 974 604 408 233 183 39.861



4.522 4.096 2.852 1.599 1.157 909 601 404 270 242 37.749



8.952 8.273 6.255 3.733 2.542 1.883 1.205 812 503 425 77.610



7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.



Perempuan 4.095 3.717 2.813



8.356 7.451 5.805



Tabel 7. Klasifikasi Penduduk Menurut Mata Pencaharian 16



Mata Pencaharian Petani Petani Penggarap Buruh Tani Pedagang Industri Rakyat Buruh Industri Pertukangan



Jumlah 2.078 11.606 712 8.447 2.104 11.823 995



% 4.51 29.21 1.55 14 2.40 30.11 1.73



16



Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa di wilayah Balaraja banyak sekali jenis mata pencaharian, yang paling besar adalah sebagai buruh industri (30.11 %) dan sebagai buruh industri sebesar (29.21 %). Di samping itu, angka pengangguran juga masih cukup tinggi, yaitu sebesar 15.07 %. 3.3 Sumber Daya 1. Satu unit gedung rawat jalan a. Poli Umum b. Poli Gigi c. Poli Anak d. Poli KIA e. Poli KB f. Poli Imunisasi g. Poli Klinik Gizi h. Poli TB Paru i. Poli Klinik Sanitasi j. Poli Lansia k. Poli Klinik Remaja l. PNS Pensiunan PNS ABRI Purnawirawan ABRI Perangkat Desa Pengangguran m. Jumlah



1.996 1.194 844 729 768 5.948 48.244



3.33 2.59 1.83 1.58 1.67 15.07 100



Poli Klinik IMS/ HIVAIDS UGD 24 Jam



n. Laboratorium o. Farmasi



18



Gambar 3. Denah Lantai 1 Gedung Rawat Jalan Puskesmas Balaraja



Gambar 4. Denah Lantai 2 Gedung Rawat Jalan Puskesmas Balaraja



18



2. Satu Unit Gedung Rawat Inap a. b. c. d. e. f. g.



4 unit kamar rawat inap 16 tempat tidur rawat inap Ruang PMK Ruang administrasi Ruang jaga petugas Unit gizi Dapur



Gambar 5. Denah Lantai 1 Gedung Rawat Inap Puskesmas Balaraja 3.4 Ketenagaan Tabel 8. Daftar ketenagaan No



Kategori Tenaga



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Dokter umum Dokter Gigi SKM Perawat Bidan Pekarya



PNS/CPNS 0 1 1 8 9 0



Status PTT/TKK 3 0 4 5 12 0



Lain-lain 0 0 0 0 0 0



Jumlah 2 1 5 13 21 0



19



7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.



Perawat gigi Gizi Sanitasi Farmasi Analis SMA Kebersihan Petugas dapur Supir Satpam Rekam medis Jumlah



1 1 1 2 1 0 0 0 0 0 0 26



0 0 0 0 1 3 3 1 2 5 2 44



0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0



1 1 1 2 2 3 3 1 2 5 2 70



3.5 Sarana Kesehatan Tabel 9. Daftar sarana kesehatan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Jenis Sarana Kesehatan a. Puskesmas b. Puskesmas Pembantu c. Puskesmas Keliling Rumah Sakit Pemerintah Rumah Sakit Swasta Rumah Bersalin Swasta Balai Pengobatan Swasta Praktek Dokter Umum Swasta Praktek Bidan Swasta



Jumlah 1 1 1 0 1 2 13 9 29



20



8. 9 10. 11. 12. 13. 14. 15 16. 17.



Dokter Gigi Praktek Swasta Laboratorium Klinik Swasta Apotek Optikal Gudang Farmasi Posyandu Toko Obat Pos UKK Polindes Posbindu



2 4 5 3 0 47 3 1 1 19



BAB IV METODE PENELITIAN IV.1Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang akan dicapai maka jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoadmodjo, 2007). IV.2Lokasi dan Waktu Penelitian IV.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Balaraja 20



IV.2.2



Waktu Penelitian



Waktu penelitian dimulai September 2019 IV.3Populasi dan Sampel Penelitian IV.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai puskesmas balaraja berjumlah 70 orang IV.3.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling dimana sampel di ambil dari keseluruhan pegawai puskesmas balaraja berjumlah 70 orang. 4.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara, yakni menggunakan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dimana pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan membagikan kuesioner langsung kepada responden untuk mendapatkan jawaban pertanyaan.



4.5 Definisi Operasional Tabel 10. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran No Variabel



Definisi



independent Operasional 1 Pengetahuan Kemampuan pegawai



pegawai



puskesmas



puskesmas



balaraja



teladan untuk



terhadap



menjawab



HIV/AIDS



kuesioner tentang



Alat Ukur



Hasil ukur



Kuesioner a. Baik = 22-30 b. Cukup = 1730 soal 21 c. Kurang = 0-



Kategori



Skala



3



ukur Ordinal



2



16 1



kumpulan penyebab, gejala, cara penularan, 20



penanganan, dan pencegahan HIV/AIDS



4.6 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diambil dari penelitian Herlia Yuliantini tahun 2012 dengan judul Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS dan Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah di SMA X Jakarta Timur dengan nilai reliabilitas 0,879 dan Kalina Putrie dengan judul Tingkat Pengetahuan Tentang HIV/AIDS pada Siswa Kelas XI di SMA PGRI 1 Sragen dengan nilai reliabilitas 0,926. 4.7 Metode Pengolahan dan Analisa Data 4.7.1 Pengolahan Data Data yang telah terkumpul diolah secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing (Pengeditan) Dilakukan pengecekan kelengkapan data telah dikumpulkan bila terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam pengambilan data diperiksa, diperbaiki, dan dilakukan pengecekan kembali. b. Coding (Pengkodean) Memberiakan kode angka pada alat penelitian untuk mempermudah dalam analisis data misalnya, skala penelitian 1 untuk jawaban sesuai dan 0 untuk jawaban tidak sesuai. c. Data Entry (Memasukan Data) Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau “software” komputer. Software komputer ini. d. Tabulating (Tabel) Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau “software” computer (Notoadmodjo, 2007). 4.7.2 Analisa Data Analisa data dilakukan dengan cara deskriptif dengan melibatkan persentase data yang terkumpul disajikan dalam tabel-tabel distribusi frekuensi, kemudian dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian berdasarkan teori dan kepustakaan yang ada 20



(Hidayat, 2007).



BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Proses pengambilan data untuk penelitian ini menggunakan instrumen angket berupa kuesioner yang diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang ke rumah. Hasil angket yang telah dikumpulkan kemudian diperiksa, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini. 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian a. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Balaraja Banten. Puskesmas ini terdapat di Jl. Raya Serang Km.24 Kec. Balaraja, Kab Tangerang. Puskesmas ini mempunyai Poli Umum, Poli Gigi, Poli Anak, Poli KIA, Poli KB, Poli Imunisasi, Poli Klinik Gizi, Poli TB Paru, Poli Klinik Sanitasi, Poli Lansia, Poli Klinik Remaja, Poli Klinik IMS/ HIV-AIDS, UGD 24 Jam, Laboratorium, Farmasi, dan Ruang Kantor, dengan jumlah karyawan 70 orang. 5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden Dalam penelitian ini, responden yang terpilih sebanyak 70 pegawai. Terdiri dari 18 pegawai laki-laki dan 52 pegawai perempuan. Tabel 11. Karakteristik Responden Pegawai



Jumlah



Percent



Laki-laki



18



25,71



20



Pegawai



Jumlah



Percent



Prempuan



52



74,29



5.2 Hasil Analisa Data 5.2.1 Tingkat Pengetahuan Pegawai Puskesmas Balaraja terhadap HIV/AIDS Hasil uji tingkat pengetahuan mengenai HIV/AIDS dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Pengetahuan HIV /AIDS Valid



Frequency



Percent



Valid Percent



Cumulative Percent



Benar



2.045



97,37



97,37



97,37



Salah



55



2,63



2,63



100



Total



2.100



100.0



100.0



Tabel 13. Distribusi frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan HIV/AIDS Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah



Frekuensi 62 8 0 70



Persentase 88,57% 11,43% 0% 100%



Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai HIV/AIDS paling banyak berada pada kategori baik yaitu sebanyak 62 orang (88.57%), dikuti dengan kategori cukup sebanyak 8 orang (11.43%), dan kategori kurang sebanyak 0 orang (0%). a. Pengetahuan Pegawai Puskesmas Balaraja terhadap HIV/AIDS berdasarkan jawaban responden pada variabel pengetahuan.



20



Tabel 14. Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan Pertanyaan 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Pengertian HIV/AIDS 1-6 Penyebab HIV/AIDS 7-9 Gejala HIV/AIDS 10-15 Penanganan HIV/AIDS 16-19 Cara Penularan HIV/AIDS 20-26 Pencegahan HIV/AIDS 27-30



Jawaban Responden Benar Salah N % n % 420 100 0 0 210 100 0 0 387 92,19 33 7,81 267 95,24 13 4,76 484 98,78 6 1,22 277 98,90 3 1,10



Keterangan : N = Jumlah Benar n = Jumlah Salah Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah pertanyaan tentang pengertian dan penyebab HIV/AIDS dengan persentase sebesar 100%, sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah pertanyaan tentang gejala HIV/AIDS dengan persentase 7,81%. 5.3 Pembahasan 5.3.1 Tingkat Pengetahuan Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan pegawai Puskesmas Teladan mengenai HIV/AIDS berada dalam kategori baik. Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa kebanyakan responden mengetahui tentang HIV/AIDS. Dari perhitungan 70 responden yang masuk dalam hasil ukur Baik berjumlah 62 responden dengan persentase (88,57%), untuk hasil ukur Cukup (17-21 jawaban benar) berjumlah 8 responden dengan persentase (11,43%) dan hasil ukur Kurang (016 jawaban benar) berjumlah 0 repsonden. Proporsi responden dengan tingkat pengetahuan baik tentang HIV/AIDS terlihat cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kemudahan bagi responden dalam mengakses informasi dan seringnya responden bertemu dengan pasien HIV di Puskesmas.. Oleh karena itu sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai HIV/AIDS.



20



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian mengenai Tingkat Pengetahuan Pegawai Puskesmas Balaraja : Dari 70 Pegawai yang menjadi reponden dalam penelitian ini didapati tingkat pengetahuan responden mengenai HIV/AIDS paling banyak pada kategori Baik yaitu sebanyak 62 orang dengan persentase (88,57%) 6.2 Saran Diharapkan kedepannya pengetahuan pegawai puskesmas balaraja terhadap HIV/AIDS terus ditingkatkan. Selain itu, pegawai puskesmas balaraja harus meningkatkan penyuluhan serta sosialisasi HIV/AIDS kepada masyarakat setempat agar penularan penyakit dapat dihindari tanpa adanya stigma dari masyarakat terhadap ODHA.



20



DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit: PT Rineka Cipta, Jakarta. Chiuman, L. 2009. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Daili, S. F., Farida, Z., 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Penerbit: FKUI, Jakarta. Ditjen PP & PL DepKes RI, 2010. Laporan Triwulan Situasi Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia s/d 31 Desember 2009. Jakarta. Hidayat, A. Aziz Alimul, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data. Penerbit: Salemba Medika, Jakarta. Laksana, A.S.D., Lestari, D.W.D., 2010. Faktor-Faktor Risiko Penularan HIV-AIDS Pada LakiLaki Dengan Orientasi Seks Heteroseksual Dan Homoseksual di Purwokerto. Purwokerto : Manda of Health. Volume 4, Nomor 2. Meliono, Irmayanti. 2007. MPKT Modul. Penerbit: FKUI. Jakarta. Muhammad, I. 2011. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan Menggunakan Metode Ilmiah. Penerbit: Citapustaka Media Perintis, Bandung. Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Penerbit: PT Rineka Cipta, Jakarta. Notoadmodjo, S. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit: PT Rineka Cipta, Jakarta. Noviana, N., 2013. Catatan kuliah kesehatan reproduksi & HIV-AIDS. Penerbit: Trans Info Media. Jakarta. 20



Soekanto, S. 2005. Sosiologi Budaya Dasar. Penerbit: PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.w2 Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Penerbit: PT. Rhineka Cipta. Jakarta. Susanto, R. C., GA, Made, A, M., 2013. Penyakit Kulit dan Kelamin. Penerbit: Nuha Medika. Yogyakarta. Susilo, Suyanto. 2014. Metodologi Penelitian Cross Sectional Kedokteran dan Kesehatan. Penerbit: Bossscript. Klaten. Tampi, D. 2013. Hubungan



Pengetahuan,



Sikap



dengan



Tindakan



Pencegahan



HIV/AIDS Pada Siswa SMA Manado International School. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik :



Volume 1



Nomor



4 Desember 2013. Avalaible From:



http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JKKT/article/viewFile/4574/4102. [Accesed 04 Agustus 2016]. UNICEF



Indonesia.,



2012.



Respon



Terhadap



HIV



&



AIDS.



Avalaible



From:



http://www.unicef.org/indonesia/id/A4_-_B_Ringkasan_Kajian_HIV.pdf. [Accesed 02 Agustus 2016]. Yuliantini, H. 2012. Tingkat Pengetahuan HIV/AIDS dan Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Di SMA X Depok. Jakarta : Universitas Indonesia. Zeth, A.H.M., Asidie, A.H., Mukti, A.G., Mansoden, J. 2010. Perilaku Dan Risiko Penyakit HIVAIDS Di Masyarakat Papua Studi Pengembangan Model Lokal Kebijakan HIV-AIDS. Yogyakarta : Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Volume 13, Nomor 4 : 206-219



20