MKLH Jantung Bawaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I “PENYAKIT JANTUNG BAWAAN”



Kelompok 4 : EVELIN VENESYA SAWERI MUHAMMAD ZAINUL WAFA NUR FADILLAH RAMADANI WAHYU NINGSIH



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH TAHUN 2019/2020



0



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan kasih-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENYAKIT JANTUNG BAWAAN”. Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai PENYAKIT JANTUNG BAWAAN . Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang kami inginkan. Untuk itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan untuk dapat memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami dan orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan bagi kalian yang membaca makalah kami ini.



Jayapura.13 oktober 2019



Penulis



1



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................................... 1 BAB I .................................................................................................................................... 3 PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 3 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4 1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 4 BAB II ................................................................................................................................... 5 TINJAUAN TEORI ................................................................................................................. 5 2.1 Pengertian ................................................................................................................. 5 2.2 Etiologi ...................................................................................................................... 6 2.3 Manifestasi Klinis ...................................................................................................... 6 2.4 Patofisiologi............................................................................................................... 9 2.5 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................ 9 2.6 Komplikasi ............................................................................................................... 10 2.7 Penatalaksanaan ..................................................................................................... 10 2.8 Pathway.......................................................................Error! Bookmark not defined. 2.8 Proses keperawatan................................................................................................ 14 BAB III ................................................................................................................................ 20 PENUTUP ........................................................................................................................... 20 Kesimpulan.................................................................................................................... 20 Daftar Pustaka................................................................................................................... 21



2



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. PJB merupakan kelainan kongenital paling banyak yang terjadi, hampir 1/3 dari kasus kelainan kongenital yang ada merupakan kasus dengan penyakit jantung bawaan. Prevalensi PJB di seluruh dunia berkisar antara 6 - 10 per 1000 kelahiran. Persebarannya tergantung demografinya. Saat ini dari 220 juta penduduk Indonesia, diperhitungkan bayi yang lahir mencapai 6.600.000 dan 48.800 diantaranya adalah penyandang PJB. PJB dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit jantung bawaan asianotik dan sianotik. PJB sianotik bersifat lebih komplek dan ditandai dengan adanya sianosis akibat adanya pirau kanan ke kiri sehingga darah dari vena sistemik yang mengandung rendah oksigen akan kembali lagi ke sirkulasi sistemik. PJB asianotik ini tidak ditemukan gejala atau tanda sianosis, tetapi ditemukan pirau kiri ke kanan atau obstruksi jalan keluar ventrikel. Jumlah pasien PJB asianotik jauh lebih besar daripada yang sianotik yaitu 3-4 kali, tetapi PJB sianotik menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi daripada asianotik. Insiden retardasi pertumbuhan pada anak PJB telah banyak dilaporkan di seluruh dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Varan7 pada tahun 1996 di Turki dengan kriteria NCHS dari 89 pasien penderita PJB, 37 pasien berada di bawah persentil 5 untuk berat badan dan panjang badan, dan 58 pasien berada di bawah persentil 5 untuk berat badan. Penelitian tahun 2005 di Semarang yang dilakukan oleh Wishnuwardhana , 22 pasien penderita PJB asianotik sebelum diberi perlakuan, didapatkan rerata WAZ -1,57±0,9SB , rerata HAZ -0,75±1,97SB dan rerata WHZ -0,89±1,7SB. Dan penelitian pada tahun 2009 oleh Damayanti R. Sjarif dkk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hasilnya menunjukkan bahwa prevalensi gagal tumbuh lebih tinggi pada anak dengan PJB lesi asianotik. Pertumbuhan berkaitan masalah perubahan dalam ukuran, besar, jumlah atau dimensi sel, organ atau individu yang dapat diukur berdasar ukuran berat (gram,pound), panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik. Gangguan pertumbuhan pada suatu fase tumbuh kembang akan dihubungkan dengan defisit perkembangan kognitif, kemampuan intelektual dan pertumbuhan saraf, efek ke maturasi dan performa sekolah.



3



1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, didapati beberapa masalah antara lain : a. Apa itu penyakit jantung bawaan (kongenital) ? b. Apa penyebab PJB ? c. Bagaimana manifestasi klinis dari PJB ? d. Bagaimana patofisiologi terjadinya PJB? e. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari PJB ? f. Apa saja pengobatan yang diperlukan untuk klien dengan PJB ? g. Bagaimana asuhan keperawatan dengan PJB ?



1.3 Tujuan 1.1 Tujuan Umum Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Reproduksi 2.1 Tujuan Khusus -



Mengetahui tentang definisi penyakit jantung bawaan (PJB)



-



Mengetahui penyebab PJB



-



Mengetahui manifestasi klinis dari PJB



-



Mengetahui dan memahami patofisiologi dari PJB



-



Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk klien dengan PJB



-



Mengetahui tentang penatalaksanaan/pengobatan untuk klien dengan PJB



-



Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan PJB



4



BAB II TINJAUAN TEORI



2.1 Pengertian Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, dan terjadi ketika bayi masih berada dalam kandungan. Kelainan pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan karena saat usia kandungan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap. Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Jenis Penyakit Jantung Kongenital a. Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru. Yang akan dibicarakan disini hanya 2 kelompok besar PJB non sianotik; yaitu (1) PJB non sianotik dengar, lesi atau lubang di jantung sehingga terdapat aliran pirau dari kiri ke kanan,misalnya ventricular septal defect (VSD), atrial septal defect (ASD) dan patent ductus arteriosus (PDA), dan (2) PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di jantung bagian kiri atau kanan tanpa aliran pirau melalui sekat di jantung, misalnya, aortic stenosis (AS), coarctatio aorta (CoA) dan pulmonary stenosis (PS). b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik. Terdapat aliran pirau dari kanan ke kiri atau terdapat percampuran darah balik vena sistemik dan vena pulmonalis. Sianosis pada



5



mukosa bibir dan mulut serta kuku jari tangan dan kaki dalah penampilan utama pada golongan PJB ini dan akan terlihat bila reduce haemoglobin yang beredar dalam darah lebih dari 5 gram %. Bila dilihat dari penampilan klinisnya, secara garis besar terdapat 2 golongan PJB sianotik, yaitu (1) dengan gejala aliran darah ke paru yang berkurang, misalnya Tetralogi of Fallot (TF) dan Pulmonal Atresia (PA) dengan VSD, dan (2) dengan gejala aliran darah ke paru yang bertambah. Misalnya Transposition of the Great Arteries (TGA) dan Common Mixing. 2.2 Etiologi Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi sebagai penyebab. Faktor-faktor yang berpotensi antara lain infeksi virus pada ibu hamil (misalnya campak Jerman atau rubella), obat-obatan atau jamu-jamuan, alkohol. Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi penyebab meskipun jarang, dan belum banyak diketahui. Misalnya Sindroma Down (Mongolism) yang sering disertai dengan berbagai macam kelainan, dimana salah satunya PJB. Menurut (Rilantono, 2013). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa ditimbulkan oleh beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh faktor genetik dan maternal dimana saat ini sebagai faktor-faktor yang paling berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol dan obat-obatan yang diminum pada ibu hamil juga di duga sebagai penyebab penyakit jantung bawaan. 2.3 Manifestasi Klinis 



Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru : -



Ventricular Septal Defect (VSD)



VSD terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada systole. Manifestasi klinis : Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik, diameter dada bertambah, sering terlihat pembenjolan dada kiri. Tanda yang menonjol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat implus jantung yang hiperdinamik. -



Atrial Septal Defect (ASD)



Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau pada septum atrium. Tekanan pada foramen oval atau septum atrium, tekanan pada sisi kanan jantung meningkat. Manifestasi klinis: Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran



6



pernafasan atas. Mungkin ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto rontgen ditemukan adanya pembesaran jantung dan diagnosa dipastikan dengan katerisasi jantung. -



Patent Ductus Arteriosus (PDA)



DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubela pada ibu dan prematuritas Manifestasi klinis : Neonatus menunjukkan tanda-tanda respiratori distres seperti mendengkur tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak maka anak akan mengalami dyspnea, kardio megali, hipertrofi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap peningkatan volume darah, adanya tanda ‘machinery type’. Murmur jantung akibat aliran darah turbulen dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggikarena pembesaran ventrikel kiri. 



Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal: -



Stenosis Aorta (SA)



Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta. Katupnya sendiri mungkin terkena atau retriksi atau tersumbat secara total aliran darah. Manifestasi Klinis : Anak menjadi kelelahan dan pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini menjadi serius dapat rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum, diagnosa ditegakan berdasarkan gambaran ECG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang menunjukan striktura. -



Stenosis Pulmonal (SP)



Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada katup, normal tetapi puncaknya menyatu. Manifestasi klinis : Tergantung pada kondisis stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dan kelelahan, karena aliran darah ke paru-paru tidak adekuat untuk mencukupi kebutuhan O2 dari cardiac output yang meingkat. Dalam keadaan stenosis yang berat, darah kembali ke atrium kanan yang dapat rnenyebabkan kegagalan jantung kongesti. Stenosis ini didiagnosis berdasarkan murmur jantung sistolik, ECG dan kateterisai jantung. -



Koarktasio Aorta



Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara. Kontriksi mungkin proksimal atau distal terhadap duktus arteiosus. Kelaianan ini biasanya tidak segera diketahui, kecuali pada kontriksi berat. Untuk itu penting melakukan skrening anak saat memeriksa kesehatannya, khususnya bila anak mengikuti kegiatan-kegiatan olah raga. Manifestasi klinis : Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, searah proksimal pada kelainan dan penurunan secara distal. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki.



7



Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan femoral. Kadangkadang dijumpai adanya murmur jantung lemah dengan frekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan cartography. 



Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang -



Tetralogi Of Fallot (TOF)



Tetralogi of fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4 kelainan yaitu: Stenosis pulmonal,  Hipertropi ventrikel kanan, 



Kelainan septum ventrikuler, dan







Kelainan aorta yang menerima darah dari ventrikel dan aliran darah kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel.



Manifestasi klinis : Bayi baru lahir dengan TF menampakan gejala yang nayata yaitu adanya cianosis, letargi dan lemah. Setain itu juga tampak tanda-tanda dyspnea yang kemudian disertai jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan berat badan kurang. Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, serta diusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami infeksi saluran pernafasan atas. Diagnosa berdasarkan pada gejala-gejala klinis, mur-murjaniung, EKG foto rongent dan kateterisai jantung. 



PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah -



Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA)



Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi aorta, arteri aorta dan pulmonal secara anatomis akan terpengaruh. Anak tidak akan hidup kecuali ada suatu duktus ariosus menetap atau kelainan septum ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan bercampurnya darah arteri-vena. Pada TGA terjadi perubahan tempat kelurnya posisi aorta dan a.pulmonalis yakni aorta keluar dari ventrikel kanan dan terletak di sebelah anterior a.pulmonalis, sedangkan a.pulmonalis keluar dari ventrikel kiri terletak posterior terhadap aorta. Akibatnya aorta menerima darah v. Sistemik dari vena kava, atrium kanan, ventrikel kanan dan darah diteruskan ke sirkulasi sistemik. Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, ventrikel kiri dan diteruskan ke a. Pulmonalis dan seterusnya ke paru. Dengan demikian maka kedua sirkulasi sistemik dan paru tersebut terpisah dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila ada komunikasi antara 2 sirkulasi ini. Pada neonatus percampuran darah terjadi melalui duktus arteriosus dan foramen ovale keatrium kanan. Pada umumnya percampuran melalui duktus dan foramen ovale ini tidak adekuat, dan bila duktus arteriosus menutup maka tidak terdapat percampuran lagi di tempat tersebut, keadaan ini sangat mengancam jiwa penderita.



8



Manifesfasi klinis : Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanya kelainan atau stenosis. Stenosis kurang tampak apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan jantung akan terjadi.



2.4 Patofisiologi Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan maternal. Pada kelainan struktur jantung digolongkan menjadi penyakit jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan sianotik. Penyakit jantung bawaan asianotik; kondisi ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan darah shunt dari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup serta pencampuran darah dari arteri (Padila, 2013). Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium kiri lebih besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan menimbulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan hipertropi atrium kanan dan selain itu meningkatnya volume dan tekanan atrium kanan maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan dan paru-paru juga meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di paru sehingga alveoli membesar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif. Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini akan menyebabkan kontraktilitas ventrikel kiri menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan kurang nafsu makan. Kurangnya suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya nafsu makan menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan gangguan pertumbuhan perkembangan (Irnizarifka, 2011). 2.5 Pemeriksaan Penunjang 



Foto thoraks : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.







Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).







Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.







Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.



9







Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi ventrikel kiri, kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.







Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.



2.6 Komplikasi Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai komplikasi antara lain: 



Gagal jantung kongestif







Renjatan kardiogenik, Henti Jantung







Aritmia







Endokarditis bakterialistis







Hipertensi







Hipertensi pulmonal







Tromboemboli dan abses otak



2.7 Penatalaksanaan Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru - Ventricular Septal Defect (VSD) Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang. -



Atrial Septal Defect (ASD)



Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu graft pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis baik -



Patent Ductus Arteriosus (PDA)



10



Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi. 



Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal -



Stenosis Aorta (SA)



Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat anak mampu dilakukan pembedahan toraks. -



Stenosis Pulmonal (SP)



Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada saat anak berusia 23 tahun. -



Koarktasio Aorta



Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagian aorta yang berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau dengan cara memasukkan suatu graf. 



Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang -



Tetralogi Of Fallot (TOF)



Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk mernenuhi peningkatan kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara Blalock-Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan. Secara Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatakan darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.



11







PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah -



Transposisi arteri besar (TAB) / Transpotition Great artery (TGA)



Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saat prosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk memperbesar kelainanseptum intra arterial. Pada cara Blalock Halen dibuat suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Cara Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent. Septum dihilangkan dibuatkan sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi dari vena pulmonale kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale untuk keperluan sirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secara nyata dengan adanya koreksi dan paliatif



12



13



2.8 Proses keperawatan 1. Pengkajian a. Biodata Klien



b. Riwayat Kesehatan - Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken pox. - Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada insulin. - Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok. - Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor memperlama proses persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC. - Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga mengalami kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetic yang menunjang.



c. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah: -Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. -Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. -Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium. -Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik. -Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas. -Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi.



14



-Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum. -Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan temoral.



2. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi 2. Penurunan curah jantung b.d perubahan preload 3. Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan



4. Intervensi 1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran gas tidak terjadi dengan Kriteria hasil : - Pertukaran gas tidak terganggu - Pasien tidak sesak Intervensi



Rasional



Berikan respirasi support



Untuk meminimalkan kekurangan oksigen.



resiko



2 Analisa gas darah



Untuk mengetahui adanya hipoksemia dan hiperkapnia. Memfasilitasi fungsi pernapasan klien



Berikan posisi semifowler



Batasi cairan



Untuk meringankan kerja jantung



15



2. Penurunan curah jantung b.d perubahan preload Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien



dapat



mentoleransi gejala-gejala yang ditimbulkan akibat penurunan curah jantung. Kriteria Hasil : -Tanda vital dalam rentang normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100x/menit, Respirasi 18-20x/menit, SB 36,5OC-37,5OC) -dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan -Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asites -Tidak ada penurunan kesadaran -AGD dalam batas normal -Tidak ada distensi vena leher -Warna kulit normal Intervensi Bina



hubungan



(BHSP)



dengan



saling



Rasional percaya Menciptakan suasana yang kondusif



pasien



dan dan bersahabat.



keluarga pasien. Observasi keadaan kulit terhadap Pucat pucat dan sianosis.



menunjukan



adanya



penurunan perfusi sekunderterhadap ketidakadekuatan



curah



jantung,



vasokonstriksi dan anemi. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 Permulaan terjadinya gangguan pada jam



jantung akan ada perubahan pada tanda-tanda vital seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadimeningkat, peningkatan tekanan darah, dideteksi



semuanya



dapat



cepat



untukpenangan



lebih



lanjut. Monitor tanda-tanda PJB seperti Untuk mengetahui sejauh mana gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, tingkat kegawatan dari anak serta mudah lelah, periorbital edema, diperlukan dalam mendeteksi untuk oliguria, dan hepatomegali.



penanganan lebih lanjut.



16



Berikan oksigen tambahan dengan Meningkatkan kanula



nasal/masker



sesuai untuk



indikasi.



sediaan



kebutuhan



oksigen



miokard



untukmelawan



dan efek



hipoksia/iskemia. Informasikan dan anjurkan tentang Istirahat pentingnya istirahat yang adekuat.



yang



adekuat



dapat



meminimalkan kerja dari jantung dandapat mempertahankan energi yang ada.



Observasi perubahan pada sensori, Dapat menunjukan tidak adekuatnya contoh letargi, bingung disorientasi perfusi serebral sekunder terhadap cemas. Berikan



penurunan curah jantung. health



education



pada Lebih meningkatkan pengetahuan



pasien dan keluarga pasien tentang dan informasi bagi pasien dan cardiac output



keluarga



pasien



kooperatif



serta



dalam



lebih tindakan



pelaksanaan yang dilakukan perawat Kolaborasi dengan team medis Mempengaruhi reabsorbsi natrium dalam



pemberian



tindakan dan air, dan digoksinmeningkatkan



farmakologis berupa digitalis dan kekuatan kontraksi miokard dan digoxin.



memperlambat



frekuensi



jantung



dengan menurunkan konduksi dan memperlambat



periode



refraktori



padahubungan



AV



untuk



meningkatkan



efisiensi



curah



jantung.



3. Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan anak dapat makan dan menyusu dan tidak terjadi penurunan berat badan selama terjadi perubahan status nutrisi. Kriteria Hasil : -Anak dapat menyusu



17



-Porsi makan dihabiskan Intervensi



Rasional



Observasi selama pemberian makan Selama atau menyusui.



makan



atau



menyusui



mungkin dapat terjadi anak sesak atau tersedak.



Timbang berat badan setiap hari Mengawasi penurunan berat badan dengan timbangan yang sama dan atau efektivitas intervensi nutrisi. waktu yang sama. Observasi



dan



catat



masukan Mengawasi masukkan kalori dan



makanan anak/ intake dan output kualitas secara benar



kekurangan



konsumsi



makanan.



Jika anak menunjukkan kelemahan Infus akan menambah kebutuhan akibat ketidak adekuatannya nutrisi nutrisi



yang



tidak



dapat



yang masuk maka pasang infus dipenuhimelalui oral.



Anjurkan



ibu



untuk



terus Air susu akan mempertahankan



memberikan anak susu, walaupun kebutuhan nutrisi anak. sedikit tetapi sering Pada



anak



menyusui



yang lagi



sudah maka



tidak Meningkatan intake atau masukan berikan dan mencegah kelemahan



makanan dengan porsi sedikit tapi sering dengan diet sesuai instruksi (TKTP). Berikan



health



education



pada Lebih meningkatkan pengetahuan



pasien dan keluarga pasien tentang dan informasi bagi pasien dan manfaat



dari



nutrisi



sendiri.



keluarga kooperatif



18



pasien dalam



serta



lebih tindakan



pelaksanaan



yang



dilakukan



perawat. Berikan dan bantu hygiene mulut meningkatkan nafsu makan dan yang baik sebelum dan sesudah pemasukan makan, gunakan sikat gigi halus pertumbuhan untuk penyikatan yang lembut, meminimalkan berikan pencuci mulut yang di infeksi. encerkan bila mukosa oral luka.



19



oral,



menurunkan bakteri, kemungkinan



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. Klasifikasi : a. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru -



Ventricular Septal Defect (VSD)



-



Atrial Septal Defect (ASD)



-



Patent Ductus Arteriosus (PDA)



b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal



c.



-



Stenosis Aorta (SA)



-



Stenosis Pulmonal (SP)



-



Koarktasio Aorta



Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang -



Tetralogi Of Fallot (TOF)



d. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah -



Transposisi arteri besar (TAB) / Transpotition Great artery (TGA)



3.2 Saran Untuk menjadikan makalah ini menjadi makalah yang sempurna maka harus disertai saran-saran yang bersifat mendorong dan membangun, saran - saran itu antara lain : Kita hendaknya lebih memahami tentang congenital heart diseases atau penyakit jantung bawaan (CHD) dalam meningkatkan pelayanan pada penderita/ anak khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan. Demikian saran dari kami semoga apa yang kami suguhkan dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.



20



Daftar Pustaka Jurnal



Penyakit



Jantung



Bawaan



di



unduh



http://ZUMROTUS_SAADAH_G2A009149_BAB_1_KTI.pdf



di pada



tanggal 08/11/2017 pukul 19:01 WITA Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta: PPNI Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta. NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2012-2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC. Alfyana Nadya Rahwamati. 2015. Jurnal Hubungan Penyakit Jantung Bawaan dengan Perkembangan Anak usia 0-5 tahun di Unit Perawatan Jantung RS



Dr.Kariadi



Semarang



diunduh



di



http://jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/index.php/JK/article/view/12 pada tanggal 08/11/2017 pukul 20:10 WITA



21