Model Perencanaan Komunikasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Mata Kuliah Perencanaan Komunikasi



Model Perencanaan Komunikasi: Model Pencitraan, Model Pemasaran, dan Model AIDDA



Disusun oleh: Dimas Maulana Irsan



(210110170094)



Muhamad Fauzi F.



(210110170104)



Laras Auliarahmi



(210110170106)



Kriscahyani



(210110170108)



Riza Nugraha



(210110170110)



Wanda Cecilia D.



(210110170120)



Danang Darmawan



(210110170123)



Fauzan Arief A.



(210110170129)



Andreas Satrio P.



(210110170131)



UNIVERSITAS PADJADJARAN 2018



1.



Perencanaan Komunikasi Studi perencanaan komunikasi awalnya muncul dari konflik kepentingan



antara negaranegara sedang berkembang dan negara-negara maju yang memuncak dalam tahun 1970an (Cangara, 2013:5). Lebih lanjut Cangara menjelaskan, ketika itu negara-negara sedang berkembang yang dipromotori oleh Perdana Menteri Indira Gandhi mengeluhkan adanya ketidakseimbangan informasi di dunia akibat mengalirnya informasi (information flow) dengan tidak berkeadilan dari negaranegara maju yang memiliki kekuatan teknologi komunikasi yang lebih canggih ke negaranegara sedang berkembang yang kurang mampu membeli teknologi informasi. Menurut AMIC dalam Cangara (2013:45), perencanaan komunikasi adalah suatu usaha yang sistematis dan kontinu dalam mengorganisir aktivitas manusia terhadap upaya menggunakan sumber daya komunikasi secara efisien guna merealisasikan kebijaksanaan komunikasi.



2.



Model Perencanaan Komunikasi 2.1. Model Sumber Non-Komunikasi/Pencitraan Model perencanaan komunikasi pencitraan banyak digunakan dalam usaha perhotelan, restoran, atau industri bahan makanan, bahkan sering digunakan juga dalam lembaga pemerintahan, organisasi sosial, ataupun partai politik. Menurut model pencitraan, sebuah perusahaan atau lembaga pemerintahan yang menghadapi suatu permasalahan (misalnya persoalan bisnis atau kebocoran anggaran) pada awalnya adalah masalah non-komunikasi, namun untuk mengembalikan citra perusahaan atau lembaga itu bisa diselesaikan melalui terapi komunikasi. Karena itu walaupun awalnya masalah tersebut non-komunikasi pada akhirnya menjadi masalah komunikasi. Langkah perencanaan komunikasi dengan model pencitraan terdiri dari: 1.



Masalah Lembaga (institutional problem)



2.



Masalah komunikasi (communicaton problem)



3.



Penetapan strategi komunikasi (defining communication strategy)



4.



Perencanaan kegiatan atau perencanaan operasional (planning of activities/operational planning)



5.



Pelaksanaan (implementation)



6.



Evaluasi (evaluation). Permasalahan yang terjadi dalam perusahaan atau lembaga bisa



bermacam-macam, misalnya suatu restoran dianggap kurang higienis atau atau sebuah perusahaan dianggap memiliki citra negatif oleh masyarakat. Semua persoalan tersebut bukan termasuk masalah komunikasi, namun untuk pengembalian citra mereka menjadi citra positif, perusahaan atau lembaga tersebut bisa terselesaikan lewat komunikasi. 2.2. Model Promosi Pemasaran Model komunikasi pemasaran, terdiri dari empat elemen penting yang ada didalamnya. Yaitu, products (produk), adalah berupa barang, jasa atau ide yang diproduksi oleh seseorang atau kelompok yang dipasarkan guna memenuhi kebutuhan konsumen. Place (tempat), adalah tempat yang digunakan untuk mendistribusikan dipajang (display) barang yang diproduksi untuk menarik perhatian pembeli, bisa juga berupa tempat/lokasi penjualan produk. Price (harga), adalah nilai terhadap suatu barang, jasa atau ide yang ditawarkan. Harga menentukan daya saing produk, maka dari itu perlu ada riset pasar dalam penentuan harga agar harga dapat bersaing di pasar. Dan promotion (promosi), adalah usaha yang dilakukan untuk menarik perhatian konsumen melalui teknik-teknik berkomunikasi. Gabungan keempat elemen tersebut biasa disebut dengan bauran pemasaran (marketing mix).



Keempat komponen tersebut, memiliki peran masing-masing dalam pemasaran. Tetapi, setiap komponen tidak dapat berdiri sendiri dalam proses pemasaran. Sebagai contoh, suatu produk memiliki kualitas yang baik atau memiliki harga yang terjangkau bila tidak diimbangi dengan promosi yang masif, maka produk tersebut belum tentu laku di pasaran. Pada hakikatnya, proses promosi adalah elemen yang memiliki keterikatan dengan proses perencanaan komunikasi pemasaran. Karena tanpa adanya promosi, masyarakat tidak akan mengenal, membeli atau mempergunakan suatu produk. Promosi adalah usaha yang dilakukan untuk mengkoordinasikan media-media informasi dan mempersuasi khalayak untuk memperkenalkan serta menjual produk, jasa atau ide mereka (Belch & Belch, 2004). Jadi, komunikasi digunakan oleh pembuat pesan untuk mempersuasi khalayak agar bertindak sesuai dengan harapannya. Karena, setiap program atau kegiatan komunikasi pemasaran yang diimplementasikan, akan muncul efek dari tindakan komunikasi tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Deddy Mulyana (2003) bahwa ketika orang-orang berkomunikasi, mereka akan meramalkan efek dari perilaku komunikasi mereka. Baik efek kognitif, afektif, maupun konatif. Untuk itulah diperlukan adanya strategi/perencanaan komunikasi agar proses promosi dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan efek yang diinginkan. Dalam bauran promosi (promotion mix) dikenal empat teknik promosi untuk pemasaran. Yaitu iklan, personal selling, publikasi dan exhibition. Iklan adalah cara yang sering digunakan dalam pemasaran komersial, iklan dapat dilakukan di media cetak, elektronik dan luar ruang. Personal selling adalah penjualan dengan cara menawarkan langsung produk kepada konsumen. Bisa melalui SPG (Sales Promotion Girls) atau MLM (Multilevel Marketing). Publikasi adalah cara pemasaran menggunakan bantuan media, tetapi berbeda dengan iklan. Tujuan publikasi tetap mengajak calon konsumen membeli produk, yang berbeda adalah konten penyampaiannya, contonya adalah artikel feature, advertorial, brosur dan leaflet. Pameran (exhibition) adalah cara untuk menjual produk melalui event/acara tertentu, seperti Jakarta Fair, dan IIMS (Indonesia Internasional Motor Show).



Dalam konteks perencanaan program diet plastik di kawasan Unpad, elemen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Produk dari perencanaan komunikasi tersebut adalah gagasan/program mengenai diet plastik di kawasan Unpad. Price (harga) adalah berupa solusi yang ditawarkan dengan adanya program diet plastik di kawasan Unpad. Mengenai aspek lokasi, sudah jelas berada di kawasan kampus Unpad Jatinangor. Penentuan lokasi dalam model perencanaan komunikasi pemasaran haruslah tepat. Dalam konteks diet plastik di kawasan Unpad, penentuan lokasi sudah diperhitungkan sebelumnya, karena kawasan Unpad dirasa banyak terdapat sampah plastik, maka lokasi tersebut dirasa cocok untuk melakukan kampanye mengenai diet plastik di kawasan Unpad. Sedangkan elemen promosi adalah bagaimana kita merancang strategi komunikasi agar program diet plastik di kawasan Unpad dikenal luas, dan berefek pada perilaku mereka mengenai penggunaan plastik di kawasan Unpad. Selain strategi, elemen promosi juga mengatur mengenai rancangan pesan yang akan disampaikan kepada khalayak, dan media apa saja yang digunakan untuk mensosialisasikan dan mengkampanyekan program diet plastik di kawasan Unpad. 2.3. Model AIDDA Model AIDDA yang dikemukakan oleh Wilbur Schramm disebut juga dengan A-A procedure atau from attention to action procedure. Dalam model AIDDA disebutkan bahwa pengambilan keputusan yang terjadi dalam diri seseorang harus memenuhi kondisi dimana orang tersebut bangkit tanggapannya terhadap pesan yang disampaikan (Rahmawan, 2014). Model AIDDA dapat dijadikan pedoman untuk melakukan perencanaan program komunikasi. AIDDA sendiri merupakan kesatuan sekaligus akronim dari beberapa langkah yaitu Attention (perhatian), Interest (ketertarikan), Desire (hasrat), Descision keputusan), dan Action (tindakan). Adapun pengertian lebih lanjut mengenai tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut : 1.



Attention Perhatian adalah yang pertama kali harus dibangkitkan oleh komunikator



terhadap komunikan yang mana disini ialah khalayak sebagai awal keberhasilan komunikasi. Perhatian komunikan ditujukan kepada pada produk,



barang, atau ide yang ditawarkan. Seorang komunikator harus mampu menunjukkan nilai guna maupun nilai estetika sebuah produk kepada khayak yang merupakan target sasaran. Adapun cara komunikator dalam menunjukkan kecakapannya untuk menarik perhatian komunikan dapat dilakukan dengan gaya bicara atau penampilannya. 2.



Interest Interest merupakan perasaan ingin mengetahui lebih dalam tentang suatu



hal yang menimbulkan daya tarik. Apabila perhatian komunikan/sasaran telah berhasil dibangkitkan, maka upaya yang selanjutnya dilakukan komunikator ialah menumbuhkan “perhatian” tersebut ke “ketertarikan”. Ketertarikan ini bisa saja muncul karna apa yang ditawarkan tersebut belum pernah ada sebelumnya sehingga menarik minat komunikan atau pada dasarnya menyangkut kepentingan atau kebutuhan komunikan. 3.



Desire Hasrat atau keinginan yang timbul dari kelanjutan ketertarikan untuk



melakukan suatu tindakan seperti yang diharapkan komunikator. Apabila yang ditawarkan berupa barang, maka akan timbul keinginan untuk memilikinya. Atau apabila yang ditawarkan berupa ide atau gagasan maka akan timbul keinginan untuk mengikuti gagasan tersebut. Pada tahapan ini, seorang komunikator contohnya pemasar akan melakukan cara yang lebih persuasif dengan menyentuh emosional komunikan/pembeli untuk dapat sampai pada tahap selanjutnya. 4.



Decision Setelah timbul keinginan pada diri komunikan, belum berarti proses



komunikasi yang dilakukan komunikator berhasil, masih ada yang harus dilanjutkan yaitu upaya membuat komunikan mengambil keputusan. 5.



Action Action (tindakan) ialah bentuk kegiatan untuk merealisasikan ketertarikan



terhadap sesuatu. Komunikasi persuasif ini akan berhasil apabila komunikan sampai pada tahap melakukan tindakan seperti yang diinginkan komunikator. Model AIDDA bersifat linear dan sering kali diadaptasi dalam kegiatan sosialisasi dan pemasaran. Beberapa pakar pun acap kali melakukan modifikasi



tanpa menghilangkan model dasarnya. Selain sederhana, tahapan dari model komunikasi AIDDA ini juga mudah diaplikasikan dalam perencanaan komunikasi yang bersifat persuasif (Cangara, 2013).



Referensi: Cangara, H. (2013). Perencanaan & Strategi Komunikasi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Isnaini, S. (2009). Implementasi Komunikasi Pemasaran Terpadu sebagai Penyampai Pesan Promosi Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia. Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik, 4(22), 324-332. Retrieved from http://journal.unair.ac.id/MKP@implementasi-komunikasipemasaran-terpadu-sebagai-penyampai-pesan-promosi-usaha-kecilmenengah-(ukm)-di-indonesia-article-4142-media-15-category-8.html Rahmawan, H. Septian. (2014). Pengaruh Komunikasi Persuasif terhadap Kesadaran Pajak Pedagang di Pasar Rangkasbitung. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politikk Universitas Sultan Agung Tirtayasa : Banten. Diperoleh dari http://repository.fisip-untirta.ac.id Wirman, W. (2017). Model Perencanaan Komunikasi Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Chevron Pacific Indonesia. Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Riau , 123-134.