Moderasi Islam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Al Quran dan hadis banyak disebutkan tentang pentingnya sikap moderat, serta posisi umat Islam sebagai umat yang moderat dan terbaik. Toleransi dan moderasi adalah nilai inti dalam ajaran Islam. Sangat penting mengembangkan nilai-nilai toleran dan moderat untuk mengatasi persoalan umat seperti radikalisasi keagamaan, kekerasan atas nama agama, pengafiran pihak lain, sikap ekstrim, fanatisme berlebihan. Islam moderat adalah Islam yang tidak condong ke kiri atau ke kanan, melainkan lurus, sebagaimana bahasa Al-Quran: jalan lurus (al-shirat- al-mustaqim). Sejalan dengan jalan lurus tersebut, Al-Quran juga menegaskan umat Islam sebagai umat yang moderat (wasatha), umat terbaik yang akan menjadi saksi dan pelopor bagi kemajuan dan perdamaian dunia.



B. Rumusan Masalah Adapun yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu: 1. Bagaimana Pengertian moderasi dan toleransi ? 2. Apa sajakah ciri-ciri dan karakteristik moderasi? 3. Apa sajakah prinsip-prinsip moderasi ? 4. Bagaimanakah prepektif islam mengenai moderasi dan toleransi? C. Tujuan Tujuan makalah ini dibuat yaitu: 1. Untuk mengetahui pengertian moderasi dan toleransi. 2. Untuk mengetahui ciri-ciri dan karakteristik moderasi. 3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip moderasi. 4. Untuk mengetahui prespektif islam mengenai moderasi toleransi.



1



dan



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Moderasi Islam Moderat atau moderasi yang dalam bahasa Arab disebut wasatiyah



dan



wasat



dapat



diterjemahkan



pertengahan



yang



merupakan keniscayaan dalam kehidupan manusia. Implikasinya adalah keseimbangan dalam beraktivitas, baik yang ada kaitannya dengan kehidupan fisik jasmaniah maupun non fisik atau rohaniah. Kehidupan jasmani amat erat kaitannya dengan materi, sementara kehidupan rohani ada kaitannya dengan keyakinan. 1 Kata ‘moderasi’, dengan merujuk pada pengertian dasarnya baik dari bahasa aslinya (inggris) maupun dari KBBI, adalah mengacu pada makna prilaku atau perbuatan yang wajar dan tidak menyimpang. Pengertian kata moderasi dalam bahasa arab terkandung dalam tiga makna : 1. Wazn Wazn berarti sesuatu yang memiliki dua ujung yang ukurannya sama. Namun secara umum, ia bermakna berada di tengah-tengah antara dua hal. al-Wazn, dalam kontek moderasi adalah berlaku adil dan jujur dan tidak menyimpang dari garis yang telah ditetapkan. Sebab, ketidakadilan dan ketidak jujuran sejatinya merusak keseimbangan kosmos atau alam raya. 2. Mizān Mizan berasal dari akar kata wazn yang berarti timbangan. Oleh karena itu, mizan adalah “alat untuk menimbang”. Namun



dapat



pula



berarti



“keadilan”,



karena



bahasa



seringkali menyebut “alat” untuk makna hasil penggunaan alat itu. 3. Al-adl 1 Departemen Agama RI, Moderasi Islam (Tasfsir al-Qur’an Tematik), (Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2012) cet.1, h.160 2



Al-‘adl adalah hal yang menunjukkan sesuatu yang berada di tengah-tengah di antara dua titik ekstrim yang berlawanan. B. Ciri-Ciri dan Karakteristik Moderasi Islam 1. Moderasi Islam dalam Aqidah Aqidah Islam memiliki ajaran-ajaran yang modeat. Ciri-ciri yang tampak adalah Aqidah Islam yang serasi dengan fitrah dan akal, mudah dan terang, tidak ada unsur kerancuan dan parodaksal, abadi, dan tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Moderasi ajarannya terlihat dalam pemaparan tentang pokokpokok keimanan seperti ketuhanan, kenabian, malaikat, dan kitab suci. Pemaparannya berada di tengah-tengah antara dua kutub ekstrim akidah Yahudi dan akidah Nasrani. Ini membuktikan jelas bahwa akidah islam adalah ajaran yang benar-benar bersumber dari Allah subhanahu wa ta’ala. 2. Moderasi Islam dalam Akhlak Moderasi Islam dalam Akhlak yang menekankan keseimbangan antara orientasi kebendaan dan kerohanian. Setidakmya ada tiga agenda



besar



menyelamatkan



yang



bisa



dilakukan



krisis



spiritual



dan



kaum krisis



muslimin



dalam



kemanusian



akibat



orientasi kebendaan yang terlampau dominan pada abad ini : a. Menghidupkan kembali nilai-nilai spiritualitas yang merupakan jiwa



agama



guna



mewujudkan



makna



hidup



dan



hidup



bermakna. b. Menyadarkan umat manusia terus menerus tentang fitrahnya yang suci bahwa manusia secara universal adalah sebuah entitas yang tergantung dan sangat membutuhkan tuhan. c. Menghidupkan terus menerus penghormatan terhadap konsep kemanusian universal. 3. Moderasi Islam dalam Muamalah Dalam aspek ibadah dan muamalah, islam tampil sebagai ajaran yang moderat. Salat, zakat, puasa dan haji yang dilaksanakan dengan konsep istita’ah, tingkat moderasinya makin ketara. Salat dan puasa yang tidak memerlukan waktu yang lama, dan zakat



3



yang sangat sedikit bagian yang dikeluarkan, sehingga bisa dilihat secara keseluruhan. Bila dalam aspek



aqa’idi



dan



ta’abbudi,



islam



sudah



menampilkan moderasinya, dalam aspek ta’amulli, islam juga menampilkan moderasinya, seperti dalam politik, ekonomi, sosial dan



pergaulan



baik



rasional



maupun



internasional.



Moderat



merupakan prinsip dalam ajaran Islam yang sangat berkaitan dengan segala aspek, baik spiritual, ritual, maupun sosial. 4. Moderasi Islam dalam Kepribadian Rasulullah Rasulullah adalah seorang yang lemah lembut hati, merasa sedih sekali



melihat



masyarakatnya



terjerumus



dalam



kehancuran.



Rasulullah juga sederhana dalam makan, minum, tidur, berpakaian, dan memenuhi kebutuhan sehari-hari serta dalam beribadah. Umat Islam juga diajarkan untuk tidak berlebih-lebihan dalam segala hal, termasuk dalam berpakaian dan makan. Rasulullah dan juga nabi-nabi sebelumnya senantiasa bersikap sederhana serta hidup



dan



berfirman :  



beraktivitas 



sebagaimana







manusia







lainnya.







Allah







          Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebihlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.2 C. Prinsip-Prinsip Moderasi dalam Islam 1. Keadilan Konsep keadilan dalam Qur’an dapat ditemukan, dari bermakna tauhid



sampai



Nubuwwah



keyakinan



hingga



mengenai



kepemimpinan,



hari



dan



kebangkitan,



dari



individu



dari



hingga



masyarakat. Keadilan juga bermacam-macam: keadilan dalam 2Departemen Agama RI, Moderasi Islam (Tasfsir al-Qur’an Tematik), (Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2012) cet.1, h.231



4



kepercayaan (Q.S. Luqmān/31: 13), keadilan dalam rumah tangga (Q.S. Al-Baqarah/2: 282-283, keadilan dalam perjanjian dan keadilan dalam hukum. Sekurang-kurangnya ada 4 makna keadilan yaitu : a. Adil berarti ‘sama’. Persamaan dimaksud adalah persamaan dalam hak. b. Adil dalam arti ‘seimbang’. Keseimbangan ditemukan pada suatu kelompok yang di dalamnya terdapat beragam bagian yang menuju satu tujuan tertentu, selama syarat dan kadar tertentu terpenuhi oleh setiap bagian. Dengan terhimpunnya syarat



ini,



kelompok



itu



dapat



bertahan



dan



berjalan



memenuhi tujuan kehadirannya (Q.S. al-Infi¯ār/82: 6-7). c. Adil berarti juga ‘perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan



hak-hak



itu



kepada



setiap



pemiliknya’.



Pengertian inilah yang didefinisikan dengan “menempatkan sesuatu



pada



tempatnya”



atau



“memberi



haknyamelalui jalan yang terdekat”. d. Adil yang dinisbatkan kepada Ilahi



yaitu



pihak



lain



memelihara



kewajaran atas berlanjutnya eksistensi, tidak mencegah kelanjutan eksistensi dan perolehan rahmat. Keadilan Ilahi pada hakekatnya adalah rahmat dan kebaikan-Nya. KeadilanNya mengandung makna bahwa rahmat Allah swt tidak tertahan



untuk



diperoleh



sejauh



makhluk



itu



dapat



meraihnya. 2. At-tawāzun (keseimbangan) Tawazun memiliki arti memberi sesuatu akan haknya, tanpa ada penambahan dan pengurangan, dan keseimbangan tidak akan tercapai tanpa kedisiplinan (Q.S. Ar-Rahmān/55: 7). Salah satu yang menjadikan



Islam



sebagai



agama



sempurna



adalah



karena



keseimbangannya. Keseimbangan merupakan keharusan sosial, dengan demikian seseorang yang tidak seimbang dalam kehidupan individu dan kehidupan sosialnya, maka tidak akan baik kehidupan individu dan sosialnya. Bahkan interaksi sosialnya akan rusak. 5



3. Prinsip Tasāmuh (toleran). Tasāmuh adalah tenggang rasa atau sikap saling menghargai dan menghormati terhadap sesama, baik terhadap sesama muslim maupun dengan non-muslim. Tidak mementingkan disi sendiri dan tidak memaksakan kehendak. Tasāmuh berarti sikap toleran yang berintikan



penghargaan



kemajmukan



indentitas



terhadap budaya



perbedaan masyarakat.



pandangan Adapun



dan



prinsip



toleransi memastikan bahwa kehidupan yang damai dan rukun merupakan cerminan dari kehendak untuk menjadikan Islam sebagai agama damai dan mendamaikan. Tasāmuh mengandung pengertian keseimbangan antara prinsip dan penghargaan kepada prinsip orang lain. Tasāmuh lahir karena orang memiliki prinsip dan keharusan menghormati prinsip oroang lain. Memiliki prinsip tetapi tidak menghormati prinsip orang lain akan melahirkan i‘tizāl (mengakui



dirinya



paling



melakukan tasāmuh, maka



benar). akan



Jika



berlanjut



seseorang dengan



sudah tawāzun



(keseimbangan). Jika sudah melakukan tasāmuh dan tawāzun orang akan terdorong melakukan dialog dalam setiap penyelesaian masalah. Beberapa tanda sikap toleran misalnya; tidak egois, tidak memaksakan kehendak, tidak pernah meremehkan orang lain, mau menghormati sikap dan pendapt roang lain, mau berbagi ilmu dan pengalaman, saling pengertian, berjiwa besar, terbuka menerima saran dan kritik, senang menerima nasehat orang lain, dan sebagainya. Contoh sikap toleran dilakukan oleh Rasulullah saw ketika membangun masyarakat Madinah yang saat itu terdapat tiga golongan pemeluk agama yaitu Islam, yahudi, dan Nasrani. Mereka saling bergotong royong dalam mebangun kota Madinah, tetapi hanya dalam aspek duniawi, tidak tmenyangkut urusan agama. 3 D. Toleransi Dalam Islam 3 https://hakiemsyukrie.wordpress.com/2014/02/05/moderasi-islam/ diunduh pada tanggal 27-04-2015, jam 19:18 WIB. 6



Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa arti kata ‘toleransi’ berarti sifat atau sikap toleran .4 Kata toleran sendiri didefinisikan sebagai “bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,



pandangan,



kepercayaan,



kebiasaan,



kelakuan,



dan



sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Toleransi merupakan kata yang diserap dari bahasa Inggris ‘tolerance’ yang berarti sabar dan kelapangan dada, adapun kata kerja transitifnya adalah ‘tolerate’ yang berarti sabar menghadapi atau melihat dan tahan terhadap sesuatu, sementara kata sifatnya adalah ‘tolerant’ yang berarti bersikap toleran, sabar terhadap sesuatu.5 Toleransi dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan kata toleransi adalah samâhah atau tasâmuh. Toleransi merupakan sebuah keniscayaan bagi masyarakat yang majemuk, baik dari segi agama, suku, maupun bahasa. Toleransi baik paham maupun sikap hidup, harus memberikan nilai positif untuk kehidupan masyarakat yang saling menghormati dan menghargai perbedaan



dan



keragaman



tersebut.



Menurut



UNESCO



bidang



pendidikan PBB, toleransi adalah sikap saling menghormati, Saling menerima, dan saling menghargai di tengah keragaman budaya, kebebasan berekspresi dan karakter manusia.6 E. Toleransi dalam Perspektif al-Qur’an dan Hadis Nabi saw Dalam hadis Rasulullah saw. ternyata cukup banyak ditemukan hadis-hadis



yang



memberikan



perhatian



toleransi sebagai karakter ajaran inti Islam.



secara



verbal



tentang



Hal ini tentu menjadi



4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Edisi ke-2. Cet. Ke-1. h. 1065



5 Jhon M. Echol dan Hassan Shadily, An English-Indonesian Dictinary (Kamus Inggris Indonesia), (Cet. XXV; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 595. 6 Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari moderasi, keutamaan dan kebangsaan, (Jakarta, Buku Kompas, 2010) cet.1. h. 253 7



pendorong yang kuat untuk menelusuri ajaran toleransi dalam Alquran, sebab apa yang disampaikan dalam hadis merupakan manifestasi dari apa yang disampaikan dalam Alquran. Di dalam salah satu hadis



Rasulullah



saw.,



beliau



bersabda : ‫زديد ح عققا ع‬ ‫ن‬ ‫ن ال ن ح‬ ‫ن ع‬ ‫س ع‬ ‫م ع‬ ‫ع‬ ‫ن إن ن‬ ‫ح م‬ ‫ل أنقا ح‬ ‫ح ع‬ ‫ن عع ن‬ ‫حقاقع ع ع ن‬ ‫مد ح ب ن ح‬ ‫حد مث عننقا عبد الله حدثنى أبى حدثنى دي ع ن‬ ‫صي ن ن‬ ‫داوحد ع ب ن ن‬ ‫ل ل نرسلول الل مه صملى الل مه ع عل عيه وسل مم أ عي ا نل عدديقا ع‬ ‫س عققا ع‬ ‫ب إ نعلى‬ ‫م ع‬ ‫ن‬ ‫ح ي‬ ‫نأ ع‬ ‫ح‬ ‫عك نرن ع‬ ‫ن ع‬ ‫نع ن‬ ‫ن ن ع ع ع ي‬ ‫ل نقي ع ع ح ن‬ ‫ن ع عمبقا س‬ ‫ن اب ن ن‬ ‫ة عع ن‬ ‫الل مهن عققا ع‬. ‫ة‬ ‫ح ح‬ ‫في م ح‬ ‫حنني ن‬ ‫م ع‬ ‫ل ال ن ع‬ ‫ة ال م‬ ‫س ن‬ [Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata; Ditanyakan kepada Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?" maka beliau bersabda: "Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)]"7 Ibn Hajar al-Asqalany ketika menjelaskan hadis ini, beliau berkata: “Hadis ini di riwayatkan oleh Al-Bukhari pada kitab Iman, Bab Agama itu Mudah” di dalam sahihnya secara mu'allaq dengan tidak menyebutkan sanadnya karena tidak termasuk dalam kategori syaratsyarat hadis sahih menurut Imam al-Bukhari, akan tetapi beliau menyebutkan sanadnya secara lengkap dalam al-Adâb al-Mufrad yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah ibn ‘Abbas dengan sanad yang hasan.8 Sementara Syekh Nasiruddin al-Albani mengatakan bahwa hadis ini adalah hadis yang kedudukannya adalah hasan lighairih.”9



7 Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalany, Fath al-Bary, (Cet. I; Madinah al-Munawarah, 1417 H / 1996 M), Jilid. I, h. 236 8 Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalany, Fath al-Bary, hal. 94 8



Berdasarkan hadis di atas dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama yang toleran dalam berbagai aspeknya, baik dari aspek akidah maupun syariah. Sejak



Islam



diturunkan



berlandaskan



pada



asas



kemudahan,sebagai-mana Rasulullah saw. bersabda : ‫مط عهمرس عققا ع‬ ‫ن‬ ‫مععد س ال نغن ع‬ ‫م ع‬ ‫ل ع‬ ‫ع‬ ‫حد مث ععنقا ع عب ند ح ال م‬ ‫ح م‬ ‫ن ح‬ ‫ن ع‬ ‫حد مث ععنقا ع ح ع‬ ‫ن ح‬ ‫فععقارنيي ع ععع ن‬ ‫ي ع ععع ن‬ ‫ن ع عل نعع ي‬ ‫محر ب ن ح‬ ‫سل عم ن ب ن ح‬ ‫ن ب نعع ن‬ ‫معنعع ن‬ ‫قبري ع ع ع‬ ‫سنعيد ب ع‬ ‫م قعععقا ع‬ ‫ن‬ ‫ل إن م‬ ‫ه ع عل عي نععهن وع ع‬ ‫ن أنبي ع‬ ‫سععل م ع‬ ‫صععملى الل معع ح‬ ‫سنعيد س ال ن ع‬ ‫ي ع‬ ‫ن الن مب نعع ي‬ ‫ن أنبي هحعردي نعرة ع ع ععع ن‬ ‫ن‬ ‫م ن ح ن ي‬ ‫ع ن ن ن‬ ‫ع‬ ‫شقاد الععددي ع‬ ‫سععت عنعيحنلوا نبقال نغعععد نوعةن‬ ‫دوا وعقعععقارنحبلوا وعأب ن ن‬ ‫سععد ي ح‬ ‫نأ ع‬ ‫ن دي ح ع م‬ ‫ال ي‬ ‫شععحروا عوا ن‬ ‫ه فع ع‬ ‫ن دي ح ن‬ ‫حععد د إ نل م غ عل عب ععع ح‬ ‫ي ع‬ ‫سدر وعل ع ن‬ ‫ددي ع‬ ‫حةن وع ع‬ .‫ة‬ ‫ج ن‬ ‫يسء ن‬ ‫ن الد يل ن ع‬ ‫عوالمرون ع‬ ‫م ن‬ ‫ش ن‬ [Telah menceritakan kepada kami Abdus Salam bin Muthahhar berkata, telah menceritakan kepada kami Umar bin Ali dari Ma'an bin Muhammad Al Ghifari dari Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah



bahwa



"Sesungguhnya



Nabi agama



shallallahu itu



'alaihi



mudah,



dan



wasallam



bersabda:



tidaklah



seseorang



mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, men-dekatlah (kepada yang benar) dan



berilah



kabar



gembira



dan



minta



tolong-lah



dengan al-



ghadwah(berangkat di awal pagi) dan ar-ruhah (berangkat setelah zhuhur) dan sesuatu dari ad-duljah (berangkat di waktu malam)"].10 Ibn Hajar al-‘Asqalâni berkata bahwa makna hadis ini adalah larangan



bersikap tasyaddud (keras)



dalam



agama



yaitu



ketika



seseorang memaksa-kan diri dalam melakukan ibadah sementara ia tidak mampu melaksana-kannya itulah maksud dari kata : "Dan sama sekali tidak seseorang berlaku keras dalam agama kecuali akan 9 Muhammad Nasiruddin al-Albany, Shahih adab al-Mufrad. (Cet. II; Beirut: Dar ashShiddiq, 1415 H), h. 122. 10 Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim ibn al-Mughirah bin Bardazibah al-Bukhariy al-Ju'fiy, Shahih al-Bukhari, Juz 1, (Semarang: Maktabah wa Matba'ah Usaha Keluarga, 1981 M/1401 H, h. 15. 9



terkalahkan" artinya bahwa agama tidak dilaksanakan dalam bentuk pemaksaan maka barang siapa yang memaksakan atau berlaku keras dalam agama, maka agama akan mengalahkannya dan menghentikan tindakannya.11 Terdapat banyak ayat-ayat Alquran yang menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang sarat dengan kemudahan di antaranya adalah firman Allah swt: ‫جع ع ع‬ --- ‫ج‬ ‫ن ن‬ ‫ن ع‬ ‫م نفي ال ي‬ ‫مقا ع‬ ‫هحلوع ا ن‬--‫ل ع عل عي نك ح ن‬ ‫م وع ع‬ ‫جت ععبقاك ح ن‬ ‫م ن‬ ‫ددي ن‬ ‫حعر س‬ [Dia telah memilih kamu. Dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan]. Q.S. al-Hajj: 22: 78. Pada ayat lain Allah berfirman : --- ‫سعر‬ ‫م ال نعح ن‬ ‫م ال ني ح ن‬ ‫رديد ح ب نك ح ح‬ ‫ه ب نك ح ح‬ ‫رديد ح الل ل ح‬ ‫سعر وعل ع دي ح ن‬ ‫دي ح ن‬--[Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu]. Q.S. al-Baqarah: 2: 185. Selanjutnya, di dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah saw. bersabda : ‫"هعل ع ع‬ ‫ث‬ ‫ن" عققال ععهقا ث ععل ث‬ ‫مت عن عط يحعلو ع‬ ‫ك ال ن ح‬ [“Kehancuran bagi mereka yang melampaui batas" diulangi sebanyak tiga kali”]. HR. Shohih Muslim Kata "al-Mutanatti'un" adalah orang-orang yang berlebihan dan me-lampaui batas dalam menjelaskan dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.[26]12 Al-Qâdi ‘Iyad mengatakan bahwa, maksud dari kehancuran mereka adalah di akhirat. Hadis ini merupakan peringatan untuk 11 Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalany, Fath al-Bary, h. 143 12 Muslim bin Hajjaj bin Muslim al-Qusyairy an-Nisabury, al-Musnad al-Sahih, Cet. I; Riyad: Dar as-Salam, 1420 H /1999 M, Jilid. IV, h. 228. 10



menghindari sifat keras dan berlebihan dalam melaksanakan ajaran agama. Sikap toleransi dalam Islam yang berhubungan dengan akidah sangat jelas yaitu ketika Allah swt. memerintahkan kepada Rasulullah saw. untuk mengajak para Ahl al-Kitab untuk hanya menyembah dan tidak



menye-kutukan



Allah



swt.,



sebagaimana



firman-Nya



yang



artinya: 























        



























            “ Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.Q.S Ali Imran: 3: 64. Pada ayat ini terdapat perintah untuk mengajak para ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani untuk menyembah kepada Tuhan yang tunggal dan tidak mempertuhankan manusia tanpa paksaan dan kekerasan sebab dalam dakwah Islam tidak mengenal paksaan untuk beriman sebagaimana Allah swt. berfirman: ‫ن‬ ‫لإ نك نعراه ع فن ن‬ ‫ي الد يدي ن ن‬ [Tidak ada paksaan dalam beragama]. Q.S Al-Baqarah : 256 11



Dalam



beberapa riwayat diketahui Rasulullah



saw.



Juga



mendoakan agar Allah swt. memberikan kepada mereka (kaum musyrik) hidayah untuk beriman kepada-Nya dan kepada risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw. Diantara riwayat-riwayat tersebut adalah kisah qabilah Daus yang menolak dakwah Islam yang disampaikan oleh Tufail bin Amr ad-Dausi, kemudian sampai hal ini kepada Rasulullah saw., lalu beliau berdo'a : ‫ن‬ "‫م‬ ‫سقا وعأ ن‬ ‫م اهند ن د عون ث‬ ‫ت ب نهن ن‬ ‫"الل مهح م‬ [Ya Allah, tunjukilah qabilah Daus hidayah dan berikan hal itu kepada mereka]. HR. Bukhori Berdasarkan riwayat di atas, maka benarlah bahwa Rasulullah saw. diutus menjadi rahmat bagi seluruh alam. Beliau tidak tergesagesa mendoakan mereka (orang kafir) dalam kehancuran, selama masih terdapat kemungkinan diantara mereka untuk menerima dakwah Islam, sebab beliau masih mengharapkannya masuk Islam. Adapun kepada mereka yang telah sampai dakwah selama beberapa tahun lamanya, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kenginan untuk menerima dakwah Islam dan dikhawatirkan bahaya yang besar akan datang dari mereka seperti pembesar kaum musyrik Quraisy (Abu Jahal dan Abu Lahab dkk), barulah Rasulullah mendoakan kehancuran atas nama mereka13



13 Abu Muhammad Mahmud bin Ahmad al-Ainy, 'Umdat al-Qary, Syarh Shahih alBukhari, (Cet. I; Beirut: Muassasah ar-Risalah, 1421 H / 2001 M), Jilid. XIV, h.29



12



KESIMPULAN



Moderasi merupakan keniscayaan dalam kehidupan manusia. Implikasinya adalah keseimbangan dalam beraktivitas, baik yang ada kaitannya dengan kehidupan fisik jasmaniah maupun non fisik atau rohaniah.



Dalam



prinsip



moderasi



salah



satunya



adalah



Tasāmuh mengandung pengertian keseimbangan antara prinsip dan penghargaan kepada prinsip orang lain. Tasāmuh lahir karena orang memiliki prinsip dan keharusan menghormati prinsip oroang lain. 13



Memiliki prinsip tetapi tidak menghormati prinsip orang lain akan melahirkan i‘tizāl (mengakui dirinya paling benar). Jika seseorang sudah melakukan tasāmuh, maka akan berlanjut dengan tawāzun (keseimbangan). Jika sudah melakukan tasāmuh dan tawāzun orang akan terdorong melakukan dialog dalam setiap penyelesaian masalah.



DAFTAR PUSTAKA



Agama RI, Departemen , Moderasi Islam (Tasfsir al-Qur’an Tematik), Jakarta : Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, 2012



14



https://hakiemsyukrie.wordpress.com/2014/02/05/moderasi-islam/



diunduh



pada tanggal 27-04-2015, jam 19:18 WIB. Kebudayaan Republik Indonesia, Departemen Pendidikan . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1991



Hassan Shadily, Jhon M. Echol , An English-Indonesian Dictinary (Kamus Inggris Indonesia), Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003 Misrawi, Zuhairi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari moderasi, keutamaan dan kebangsaan, Jakarta : Buku Kompas, 2010 al-Asqalany, Ahmad bin Ali bin Hajar, Fath al-Bary, Madinah al-Munawarah, 1417 H / 1996 M al-Albany, Muhammad Nasiruddin , Shahih adab al-Mufrad. Beirut: Dar ashShiddiq, 1415 H al-Bukhariy al-Ju'fiy, Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim ibn al-Mughirah bin Bardazibah, Shahih al-Bukhari, Semarang: Maktabah wa Matba'ah Usaha Keluarga, 1981 M/1401 H al-Qusyairy an-Nisabury, Muslim bin Hajjaj bin Muslim , al-Musnad al-Sahih, Riyad: Dar as-Salam, 1420 H /1999 M al-Ainy, Abu Muhammad Mahmud bin Ahmad, 'Umdat al-Qary, Syarh Shahih al-Bukhari, Beirut: Muassasah ar-Risalah, 1421 H / 2001 M



15