Modul 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL 4 PERKEMBANGAN TEORI dan TAHAPAN PERKEMBANGAN SOSIAL dan EOSIONAL



Kegiatan belajara 1 Perkembangan Emosional, Temperemen, dan Keterikatan (Attachment). A. Perkembagan Perkembangan adalah suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali, terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap. Setiap tahap perkembangan mempunyai krisis, atau pembentukan poin yang mengharuskan beberapa perubahan pada perilaku dan kepribadiannya. B. DEFINISI EMOSI Emosi merupakan salah satu perkembangan yang sama pentingnya dengan perkembangan lainnya seperti fisik dan kognitif. Emosi bukan hanya tentang rasa marah tapi lebih dari itu, emosi merupakan perasaan yang dirasakan ketika anak melakukan atau merasakan sesuatu. Dalam kehidupan sehari-hari, emosi sering diistilahkan juga dengan perasaan. Misalnya, seorang anak hari ini ia merasa senang karena dapat nilai yang bagus pada mata pelajaran tertentu di sekolah. Anak lain mengatakan bahwa ia takut dalam menghadapi ulangan. Senang dan takut berkenaan dengan perasaan, kendati dengan makna yang  berbeda. Senang termasuk perasaan, sedangkan takut termasuk emosi. Emosi adalah perasaan atau efek yang terjadi ketika seseorang berada dalam interaksi yang penting baginya dengan ditandai oleh perilaku yang mencermikan (mengekspresikan) rasa senang atau tidak senang dari seseorang yang sedang berada dalam suatu kondisi atau transaksi. Yang dimaksud dengan “mengekspresikan rasa” tentunya data menggambarkan banyak hal, seperti rasa senang, sedih, takut, dan lain-lain. C. TAHAPAN PERKEMBANGAN EMOSI Tahapan perkembangan emosi



Usia O bulan/lahir 2-7 bulan 1-2 tahun 3 tahun 4-5 tahun 6-13 tahun Remajadewasa



Gambaran Emosi Kepuasan, kesusahan,ketertarikan Marah, takut, gembira, sedih, terkejut Malu, iri, menyesal, bangga Malu, iri, menyesal, bangga, baik, buruk Malu, gugup, self-touching, enggan, sombong, merasa bersalah Malu, gugup, self-touching, enggan, sombong, merasa berslaah, baik, buruk, dan lanlain



Kategori Emosi Basic emotions



Comlex emotion selcs self-conscios Self –evaluation



1. 0 bulan/lahir pada tahap ini, beberapa ahli percaya bahwa seorang bayi terlahir memiliki emosi. Hal ini disebabkan mereka sudah terprogram secara biologis. Pada usia ini sudah dapat menggungkapkan rasakepuasaan, ketertarikan, dan kesusahan. 2. 2-7 tahun Pada tahap usia ini, bayi sudah mulai dapat menggambarkan berbagai macam ekspresi, seperti marah, takur, gembira, sedih, dan terkejut. Hal ini disebabkan bayi sudah dapat merespon lingkungan sekitarnya, terutama orang terdekatnya. 3. 1-2 tahun Tingkat emosi pada usia 1-2 tahun sudah lebih kompleks. Mereka mulai memiliki rasa malu, iri, menyesal, dan bangga. Persaan itu dapat disebut bjuga self-conscios karena pada tahap ini kemampuan kognitif anak sudah berkembang dan juga menerima stimulus dari luar sehinggaterciptalah peningkatan kompleksitas ekspresi emosi. 4. 3 tahun Pada tahap ini,snsk sudah mulai memiliki kemampuan diri sendiri untuk dapat menilai hal baik dan buruk dengan kata lain sudah memiliki sel-evaluation. 5. 4-5 tahun Pada tahap usia ini, anak dapat mengekspresikan perasaan malu, iri, menyesal, bangga, baik, dan buruk. Itu semua disebabkan anak sudah memiliki self-conscious dan self-evaluation. Selain itu, pada tahap ini, anak sudah mendapatkan stimulus dariorang tua dan lingkungan untuk dapat menggambarkan suatu perasaan saat kondisi dan situasi tertentu.



6. 6-13 tahun Tingkat emosi pada usia 6-12 tahun ini sudah complex emotions. Anak sudah memiliki rasa malu, gugup, self touching, enggan, sombong, merasa bersalah, dan lain-lain. Pada tahap ini, anak sudah dapat mengungkapkan emosinya sendiri tanpa bantuan. 7. Remaja –dewasa Pada tahap ini, seseorang memiliki kompleksitas emosi yang tinggi. Hal tersebut disebabkan tingkat kematangan emosi yang sudah baik. Pengalaman dan stimulus dari lingkungan serta tingkat self-evaluation diri pun tinggi sehingga sudah sangat jelas bagaimana emosi itu ada dalam kehidupan sehari-hari. Basic emotion adalah sekumpulan emosi yang muncul saat bayi terlahir atau tahun pertama tumbuh kembangnya. Beberapa ahli teori percaya bahwa hal tersebut terprogram secara biologis. Saat di lahirkan, bayi menunjukan kepuasan, jijik, kesusahan, dan ketertarikan. Pada akhir usia dua bulan, bayi mulai tersenyum saat bertemu dengan orang yang sering berinteraksi dengannya. Kemudian pada usia 2-7 bulan mulai muncul marah, takut, gembira, sedih, dan terkejut. Sementara itu, complex emotions adalah tahap sadar diri atau dapat mengevaluasi diri yang muncul pada tahun ke-1 ke atas dan sebagian bergantungan pada perkembangan kognitif, kemampuan diri, self-conscious dan self-evaluation, serta stimulus lingkungan sekitar. Pada tahap ini emosi yang dapat diungkapkan sangatlah beragam. D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN EMOSI a. Faktor kematangan  Perilaku emosional yang matang dapat terjadi jika perkembangan kelenjar endokrin sudah matang. Itulah sebabnya bayi belum matang secara emosional, karena mereka masih kekurangan produksi kelenjar endokrin yang penting sebagai penunjang reaksi fisiologis terhadap stress. b. Faktor belajar dari lingkungan sekitar  Trial and error: anak belajar mengekspresikan emosinya dengan cara cobacoba. Setelah itu mereka mengeleminasi perilaku yang tidak memberikanya kepuasan.  Meniru: anak mengamati lingkungan sekitar, lalu menirukan lingkungan sekitar yang diamati.  Mengidentifikasi: sama dengan belajar meniru, hanya saja disis anak lebih memilih lingkungan yang mempunyai ikatan denganya. Sehingga keinginan anak untuk menirukan orang tersebut lebih kuat.  Mengkondisdikan: anak mulai mengkondisikan diri untuk mengekspresikan emosi



1.



2.



E.



F.



 Berlatih: anak mulai berlatih mengelola emosi dengan bimbingan orang dewasa, dimana anak akan berlatih untuk mengendalikan emosi ketika mendapatkan rangsangan. Definisi Temperamen Temperamen adalah kecenderungan seseorang untuk merespons dengan cara yang dapat diprediksi terhadap peristiwa lingkungan, termasuk merespons tingkat aktivitas, lekas marah, ketakutan, dan kemampuan bersosialisasi. Tempramen juga dapat disebut sebagai emosi yang dimiliki seseorang dan bersifat turun-temurun serta mempengaruhi kepribadian seseorang, tetapi yang sebenarnya temperamen dan emosi itu berbeda. Temperamen pada anak dibagi 3 yaitu : a. Temperamen anak yang mudah (easy child) Anak dengan mudah sekali bersosialisasi dengan orang lain, mudah diatur dalam aktivitasnya, dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. b. Temperamen anak yang susah diatur ( difficult child) Anak dengan temperamen ini sulit dalam melakukan aktifitas, sulit bersosialisasi dengan orang baru, takut dan mereka sering menangis bahkan ketika mereka tidurpun mereka gelisah. c. Temperamen anak yang berada ditengah-tengah (slow to warm up to child) Anak dengan temperamen ini memiliki respons yang lambat dalam mencoba hal baru cenderung bersikap pasif, tetapi ketika diulangi mereka menjadi terbiasa (tidak tertekan). Faktor yang mempengaruhi temperamen a. Faktor lingkungan Sangat berperan penting karena faktor inilah yang menstimulasi atau mempengaruhi anak untuk membuat lingkungan pembelajaran anak yang ramah, karna jika lingkungan kurang baik maka anak memiliki temperamen difficult child. b. Faktor biologis Faktor biologis juga disebut faktor keturunan yaitu kondisi temperamen tersebut telah dibawa sejak lahir. DEFINISI KETERIKATAN (ATTACHMENT) Keterikatan (attachment) adalah ikatan kuat, abadi, dan kasih sayang yang dibagikan oleh seorang anak terhadap orang yang signifikan dekat denganya, biasanya seorang ibu atau orang yang mengerti dan dapat memenuhi kebutuhan sang anak. Kita dapat menyimpulkan bahwa keterikatn merupakan bentuk keterkaitan emosi antara satu orang dan orang lain yang berawal dari kedekatan fisik secara konsisten yang berdampak pada kedekatan emosional. TEORI-TEORI TERKAIT KETERKAITAN (ATTACHMENT)



1. Teori psikoanalisis Merupakan teori yang berusaha untuk menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian manusia. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi, dan aspek-aspek internal lainya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek psikologis tersebut yang pada umumya terjadi pada anak-anak atau usia dini. 2. Teori belajar Beberapa teori belajar mengasumsikan bahwa seorang bayi akan memiliki keterkaitan terhadap orang yang memberinya makan dan juga memenuhi kebutuhan mereka. Maka pemberian makan pada bayi sangat penting karena menjadikan ikatan kontak antara ibu ataupun orang lain dan memberikan kenyamanan, kehangatan, juga sentuhan nyaman dapat memperkuat ikatan. 3. Teori kognitif Teori perkembangan kognitif adalah terjadinya sebuah keterikatan juga ketergantungan pada tingkat kemampuan perkembangan kognitif yang dimiliki oleh seorang anak. 4. Teori etologikal Dalam teori ini dipercaya bahwa perilaku awal sudah deprogram secara biologis. Teori ini berpendapat bahwa manusia memiliki karakteristik yang telah beradaptasi yang membuat mereka memiliki karakteristik yang telah beradaptasi dan memiliki keterikatan yang telah menjadi sangat berpengaruh dalam beberapa tahun terakhir. Kecenderungan perilaku bawaan memastikan keterikatan dan ketertarikan memastikan kelangsungan hidup bayi. G. FASE PERKEMBANGAN KETERIKATAN (ATTACHMENT)  Preattachment (indiscriminate sociability) 0-2 bulan, tahap ini bayi belum bisa membedakan orang-orang didekatnya dan belum bisa memilih figure lekat dan mengenali orang didekatnya.  Early attachment (attachment is the making) 2-7 bulan, pada usia ini bayi mulai mampu mengenal orang-orang disekitar dan dia akan merasa nyaman dan aman. Dari sininkita dapat menciptakan kedekatan dengan cara sering berada didekatnya.  Separation protest (specific,clear-cut attachment) 7-9 bulan sampai 2 tahun, bayi telah mengembangkan keterikatan dengan ibu atau figure lekat lainya. Bayi akan berusaha untuk terus dekat dengan figure lekatnya.  Goal corrected (goal coordinated partnerships) 2-3 tahun dan 3 tahun ke atas, tahap ini anak akan merasa lebih aman dalam berhubungan dengan orang-orang terdekatnya. Apabila pada fase ini tercipta hubungan keterikatan yang aman,



anak tidak akan merasa sedih selama berpisah dengan sosok yang dekat denganya. H. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERIKATAN (ATTACHMENT) 1. Faktor yang mempengaruhi keterkaitan menurut Erikson a. Perpisahan yang tiba-tiba antara anak dan sosok yang lekat denganya b. Penyiksaan emosional atau penyiksaan fisik c. Pengasuh yang tidak stabil d. Sering berpindah domisili e. Pola asuh yang tidak konsisten f. Figure lekat yang mengalami masalah psikologis 2. Faktor yang mempengaruhi keterikatan menurut Gillibrand a. Pengasuh yang sensitive dan responsif dapat mengembangkan keterkaitan yang aman b. Pengasuh yang tidak konsisten, lalai, terlalu intrusive, dan kasar dapat menyebabkan terciptanya keterkaitan yang tidak aman. c. Faktor-faktor lingkungan seperti kemiskinan dan hubungan pernikahan yang tidak baik dapat menciptakan keterikatan yang tidak aman d. Karakteristik bayi dan juga karakter temperamental juga dapat mempengaruhi kualitas juga karakter interaksi yang terjadi antara bayi dan pengasuh. e. Pengasuh dapat menentukan apakah keterkaitan yang tercipta aman atau tidak. 3. Manfaat keterkaitan yang aman yaitu : a. Menumbuhkan rasa percaya diri b. Mampu membina hubungan yang baik dengan orang lain c. Menumbuhkan kedisiplinan d. Mempengaruhi pertumbuhan intelektualitas dan psikologis e. Menumbuhkan harga diri dan kesejahteraan yang lebih baik pada remaja f. Membantu remaja menghasilkan hubungan positif dengan teman sebaya I. KETERIKATAN PADA USIA DINI, KANAK-KANAK, DAN REMAJA Pada dasarnya keterkaitan yang terbentuk tidak berubah dan bersifat stabil dari masa kecil hingga dewasa sekalipun ditunjukan pada figure keterikatan yang berbeda. Hubungan keterikatan pada masa dewasa mempunyai kemiripan dengan hubungan yang terjadi pada masa kanak-kanak.



Kegiatan Belajar 2 Konsep Diri vs Hasil Belajar A. KONSEP DIRI Konsep diri adalah cara dan sikap seorang individu dalam memandang dirinya sendiri secara mental, fisik, emosi dan kebiasaan . Pandangan atau perspektif diri meliputi aspek fisik maupun psikis, seperti mengenal karakteristik individu itu sendiri, tingkah laku atau perbuatannya, kemampuan dirinya, dan sebagainya. Komponen-komponen konsep diri : 1. Citra Tubuh Citra tubuh atau gambaran diri adalah sikap individu terhadap dirinya (fisik) baik disadari maupun tidak disadari. Komponen ini mencakup persepsi masa lalu dan/atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk tubuh serta potensinya. 2. Ideal Diri Ideal diri merupakan persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya berperilaku berdasarkan standar pribadi dan terkait dengan cita-cita. Pembentukan ideal diri mulai terjadi sejak masa anak-anak dan dipengaruhi oleh orang-orang yang dekat dengan dirinya. 3. Harga Diri Harga diri merupakan persepsi individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Komponen konsep diri yang satu ini mulai terbentuk sejak kecil karena adanya penerimaan dan perhatian dari sekitarnya. 4. Peran Diri Peran diri adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan kelompok sosial terkait dengan fungsi seseorang di dalam masyarakat. 5. Identitas Diri Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dimiliki oleh seseorang dari hasil observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain. Komponen konsep diri ini mulai terbentuk dan berkembang sejak masa kanakkanak. B. HARGA DIRI Harga diri adalah evaliasi seseorang terhadap seseorang sebagai seseorang yang didasarkan pada penilaian terhadap kualitas yang membentuk konsep diri.  Ada empat aspek dalam harga diri menurut Coopersmint yaitu: 1. Power (Kekuasaan). Kemampuan untuk bisa mengatur dan mengontrol tingkah laku diri sendiri dan orang lain. Hal ini ditandai dengan adanya



penghargaan dan penerimaan dari dari orang lain terhadap ide-idenya dan hak-hak individu tersebut. 2. Significance (Keberartian). Kepedulian, perhatian, dan afeksi yang diterima individu dari orang lain, hal tersebut merupakan penghargaan dan minat dari orang lain dan pertanda penerimaan dan popularitasnya. Hal ini ditandai dengan keramahan, ketertarikan dan disukai individu menyukai dirinya. 3. Virtue (Kebajikan). Ketaatan mengikuti kode moral, etika, dan prinsipprinsip keagamaan yang ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang dilarang dan melakukan tingkah laku yang diperbolehkan oleh moral, etika, dan agama. 4. Competence (Kemampuan). Sukses memenuhi tuntutan prestasi yang ditandai oleh keberhasilan individu dalam mengerjakan berbagai tugas atau pekerjaan dengan baik dari level yang tinggi dan usia yang berbeda. C. PERKEMBANGAN KONSEP DIRI Konsep diri yang dimiliki manusia tidak terbentuk secara instan, melainkan dengan proses belajar sepanjang hidup manusia. Ketika individu lahir, individu tidak memiliki pengetahuan tentang dirinya, tidak memiliki harapan yang ingin dicapainya serta tidak memiliki penilaian terhadap dirinya.  Karakteristik konsep diri anak menurut santrock 1. Karakteristik internal 2. Karakteristik aspek 3. Karakteristik perbandingan social  Karakteristik perkembangan konsep diri remaja menurut santrock 1. Abstract and idealistic 2. Differentiated 3. Contradictions 4. The fluctuating self 5. Real and ideal, live and false selves 6. Social comparison 7. Self-conscious 8. Self protective 9. Unconcious 10.Self-integration D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI DAN HARGA DIRI a. Orang lain Respon positif dari orang lain terhadap diri akan membentuk konsep diri dan harga diri yang positif. Begitu juga dengan respon negative akan membentuk harga diri yang negative.



b. Kelompok social Suatu kelompok pasti memiliki norma-norma yang secara emosional akan berpengaruh pada pembentukan konsep diri karena seseorang akan mengarahkan perilakunya dan berusaha menyesuaikan diri dengan kelompoknya. c. Pengaruh usia Pada beberapa individu seiring dengan bertambahnya usia, terjadi peningkatan harga diri atau penurunan sesuai dengan kondisi atau pengalaman dari individu itu sendiri. d. Pengaruh kelas social Berada di tingkat kelas social yang tinggi akan dipandang lebih sukses dimata masyarkat dan mendapat keuntungan material dan budaya. E. KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BELAJAR Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar dalam melakukan suatu tindakan. Motovasi terbagi menjadi 2 yaitu motivasi intristika dan motivasi ekstrensik.  Motivasi intrinsic - Timbul dari dalam diri sendiri - Keinginan menjadi orang yang ahli - Belajar yang disertai dengan minat - Belajar yang disertai dengan perasaan senang  Motivasi eksrtrinsik - Timbul dari luar diri seseorang, seperti dari orang terdekat, lingkungan sekitar dan lainnya - Belajar demi memenuhi kewajiban - Belajar demi memenuhi kebutuhan - Belajar demi memperoleh hadiah - Belajar demi meningkatkan gengsi - Belajar demi mendapat pujian dan lainya. F. MOTIVASI BELAJAR UNTUK SISWA DIJENJANG SEKOLAH YANG BERBEDA 1. Cara meningkatkan motivasi belajar anak usia sekolah dasar a. Berikan pujian dengan baik b. Membantuk kebiasaan belajar yang baik c. Ciptakan persaingan atau kompetisi yang sehat d. Menulis nama siswa dipapan tulis dengan reward-nya e. Gunakan media belajar yang baik dan sesuai dengan pembelajaran f. Menjelaskan tujuan belajar g. Memberikan poin kelompok h. Memberikan ulangan atau ujian secara berkala



i. Menumbuhkan kesadaran siswa j. Memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar 2. Cara meningkatkan motivasi belajar siswa SMP dan SMA a. Memiliki impian b. Menguasai skil belajar c. Cara pandang yang benar mengenai sekolah d. Relefan pelajaran dengan kehidupan 3. Cara meningkatkan motivasi belajar mahasiswa a. Bertemanlah dengan orang yang memiliki semangat belajar tinggi b. Buatlah target pencapaian c. Buktikan bahwa anda cerdas d. Belajarlah dalam suasana yang baik e. Membentuk kelompok belajar f. Jangan lupa bersenang-senang G. PENGARUH TEMAN SEBAYA DAN BUDAYA TERHADAP KONSEP DIRI DAN CAPAIAN AKADEMIK Teman sebaya dan budaya yang baik akan membangun konsep diri yang positif. Konsep diri yang positif akan membangun motivasi belajar yang tinggi yang akan memudahkan seseorang untuk mencapai akademik terbaiknya. Oleh karena itu, teman sebaya dan budaya mempengaruhi konsep diri dan pencapaian akademik.



Kegiatan Belajar 3 Perkembangan Identitas Diri, Moral, dan Prososial



A. PEMBENTUKAN DAN TEMPAAN IDENTITAS SOSIAL Identitas diri adalah mendefinisikan diri dengan matang: perasaan tentang siapa seseorang, kemana orang akan pergi dalam kehidupanya, dan bagaimana seseorang tersebut cocok dengan masyarakat. 1. Bagaimana identitas diri terbentuk ? Identitas diri terbentuk melalui penilaian seorang individu terhadap dirinya yang berlandaskan pada pertimbangan budaya, ideology, dan harapan masyarakat serta adanya penilaian diri yang didasarkan pada persepsi orang lain. a. Identity Diffusion/ Confusion Identitas disffusion/confussion merupakan suatu kemunduran dalam perspektif waktu, inisiatif, dan kemampuan untuk mengkoordinasikan perilaku dimasa kini dengan tujuan dimasa depan. Remaja dengan status ini yaitu remaja yang mengalami kebingungan tentang siapa dirinya dan mau apa dalam hidupnya. b. Identity Foreclocure Merupakan istilah yang digunakan bagi remaja yang telah membuat suatu komitmen, tetapi belum pernah mengalami krisis atau mengekspolorasi alternatifalternatif yang berarti. Remaja dengan status ini menerima pilihan orangtua tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu. c. Identity Moratorium Merupakan istilah yang digunakan bagi remaja yang berada dalam krisis (sedang mengeksplorasi alternatif-alternatif), namun tidak memiliki komitmen sama sekali atau memiliki komitmen yang tidak terlalu jelas. Remaja dengan identitas moratorium sering dianggap berada dalam krisis. d. Identity Achiement Merupakan istilah bagi remaja yang telah melewati atau mengalami krisis (telah mengeksplorasi alternatif-alternatif yang berarti) dan telah membuat suatu komitmen. Remaja dengan status ini memiliki perasaan stabil karena telah melakukan eksplorasi dan menemukan identitas dirinya. B. PERSEPSI TENTANG ORANG/KELOMPOK C. Persepsi adalah tnggapan langsung dari suatu proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pengindraan sehingga ia FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERKEMBANGAN IDENTITAS 1. Keluarga



Salah satu faktor penting dalam perkembangan identitas remaja adalah faktor keluarga. Keluarga yang memiliki pola asuh yang penuh dengan kasih sayang dan kepeduali satu dengan yang lainya kan membetuk jati diri dan dan identitas remaja yang tidak jauh berbeda dari cara didik atau pola asuh yang ada dalam keluarga tersebut. Untuk itu peran keluarga sangatlah sibutuhkan seorang remaja dalam perkembangan identias dirinya. 2. Interaksi dengan teman sebaya Melalui interaksi dengan teman sebaya yang beragam, seorang individu akan lebih mudah mendapat nilai-nilai kehidupan dan ide-ide dan interaksi teman sebaya, terutama pertemanan dekat dapat menyebabkan seorang individu mendapat dukungan secara emosi. 3. Sekolah dan komunikasi Melalui sekolah seorang individu akan mendapat bantuan untuk memiliki pemikiran yang tinggi, tanggung jawab terhadap peran yang diambil, dapat bantuan dalam memilih bidang yang diminati, serta terdapat sarana untuk memperoleh gambaran dunia yang sesungguhnya. 4. Kebudayaan Kebudayaan dapat membentuk self-cintinuity disamping perubahan diri yang terjadi. Perbedaan kebudayaan yang ada akan mempengaruhi cara seorang individu dalam memandang peran-peran yang mereka miliki dalam lingkingan masyarakat. 5. Kognitif Faktor kognitif atau cara berpikir seseorang menjadi salah satu faktor yang tidak kalah penting dalam perkembangan identitas diri remaja. Cara berpikir seseorang akan menetukan jati dirinya yang sebenarnya. menjadi sadar akan segala sesuatu yang ada dilingkunganya.  Proses persepsi masa kanak-kanak hingga remaja 1. Anak-anak dibawah 7 atau 8 tahun umumnya menggambarkan teman dan kenalan dalam istilah nyata sama yang mereka gunakan untuk menggambar diri. 2. Anak-anak sekolah dasar menjdi lebih terbiasa dengan keteraturan dalam perilaku mereka sendiri dan orang lain. 3. Kesan remaja muda terhadap orang lain menjadi lebih abstrak ketika mereka mulai membuat perbandingan psikologis antara teman dan kenalan mereka. 4. Pada usia 14 hingga 16 tahun, remaja tahu bahwa pengaruh situasional dapat menyebabkan seseorang bertindak keluar dari karakter. D. TEORI PERKEMBANGAN KOGNISI SOSIAL



Kognitif sosial adalah cara yang terjadipada diri seseorang individu untuk menganalisi, mengingat, serta menggunakan informasi yang didapatkan dari kejadian-kejadian social. 1. Teori perkembangan kognitif (Piaget) Teori Piaget adalah menjelaskan mekanisme dan proses perkembangan intelektual sejak masa bayi dan kemudian masa kanak-kanak yang berkembang menjadi seorang individu yang dapat bernalar dan berpikir menggunakan hipotesis-hipotesis. a. Periode Sensorimotor (0-2 tahun) Selama periode ini, bayi mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik (melihat, mendengar) dengan tindakan motorik (menggapai, menyentuh). Perkembangan utama sensorimotor adalah pemahaman bahwa ada objek dan peristiwa terjadi di dunia secara alami dari tindakannya sendiri. b. Periode praoperasional (2-7 tahun) Selama periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum menggunakan operasi kognitif. Artinya, anak tidak bisa menggunakan logika atau mengubah, menggabungkan, atau memisahkan ide atau pikiran.. c. Periode Konkret (Usia 7 - 11 Tahun) Perkembangan kognitif anak ditandai dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional menandai awal pemikiran logis. Anak mulai menunjukkan kemampuan konservasi (jumlah, luas, volume, orientasi). Meskipun anak bisa memecahkan masalah dengan cara logis, mereka belum bisa berpikir secara abstrak atau hipotesis. d. Periode Operasi Formal (11-dewsasa) Saat remaja memasuki tahap ini, mereka memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak dengan memanipulasi ide di kepalanya, tanpa ketergantungan pada manipulasi konkret. E. ALTRUISME Altruisme merupakan kepedulian tanpa pamrih untuk kesejahteraan orang lain yang diekspresikan melalui tindakan prososial, seperti berbagi, bekerja sama dan membantu.  Komponen-komponen altruism yaitu: - Prososial moral reasoning merupakan pemikiran yang ditampilkan orang ketika memutuskan apakah akan membantu, berbagi, atau menghibur orang lain ketika tindakan ini bisa terbukti mahal untuk diri mereka sendiri. - Simpati empatik gairah merupakan perasaan atau simpati atau kasih saying yang dapat ditimbulkan ketika kita mengalami emosi orang lain yang tertekan.



 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan altruism : - Altrustik seseorang dipengaruhi oleh lingkungan budaya dan keluarganya. - Orang tua dapat mempromosikan perilaku altruistik dengan memuji perbuatan baik anak mereka dan dengan mempraktikan sendiri pelajaran prososial yang mereka khotbahkan - Orang tua yang mendisiplinkan perilaku buruk dengan penjelasan yang tidak emosional dan efektif cenderung membesarkan anak-anak yang menjadi simpatik, rela berkorban, dan peduli kan masalah orang. F. KOMPONEN PERKEMBANGAN MORAL: EFEKTIF, KOGNITIF, DAN PERILAKU Moral merupakan seperangkat prinsip atau cita-cita yang membantu individu untuk membedakan yang benar dari yang salah, untuk bertindak atas perbedaan ini, serta untuk merasa bangga dalam perilaku berbudi luhur dan rasa bersalah atas perilaku yang melanggar standar seseorang.  Perkembangan moral di bagi menjadi 2 yaitu: 1. Dimensi interpersonal mencakup aturan atau nilai dasar dan penilaian diri individu sendiri. 2. Dimensi intrapersonal yaitu titik perhatianya ada pada apa yang seharusnya dilakukan individu saat berinteraksi dengan orang lain.  Komponen-komponen perkembangan moral 1. Komponen afektif komponen perkembangan moral yang terdiri atas perasaan yang mengelilingi tindakan benar atau salah dan yang memotivasi identivikasi pikiran dan tindakan moral. 2. Komponen kognitif komponen yang berpusat pada cara kita mengonsep benar dan salah dan membuat keputusan tentang bagaimana berperilaku. 3. Komponen perilaku perkembangan moral yang mencerminkan cangkul yang secara actual kita lakukan ketika kita mengalami godaan untuk berbohong, menipu, atau melanggar aturan moral lainya.