Modul 4 Perawatan Psikososial Dan Spiritual Pada Korban Bencana [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MKK 1651/Keperwatan Managemen Bencana Modul #1 Lembar Kegiatan Mahasiswa Nama:_________________________________________________________ Tanggal: ________________ Tingkat: ____________



Pokok Bahasan/ Pembelajaran : Perawatan



Materi:



Psikososial dan spiritual pada korban bencana



Modul



Sasaran Pembelajaran:



Referensi:



Di akhir modul, mahasiswa akan dapat:



Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Akiko Saka, 2007. Long-term nursing needs during



1. Memahami dan mengerti tentang Perawatan Psikososial dan spiritual pada korban bencana 2. Dapat menjelaskan tentang Perawatan Psikososial dan spiritual pada korban bencana



the disaster that is different from Acute Phase. Mariko Ohara, Akiko Sakai. (Editorial Supervision): Disaster Nursing,Nanzandou



A. TINJAUAN PENDAHULUAN (Introduction) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan bencana sebagai peristiwa yang mengancam kehidupan masyarakat, disebabkan oleh faktor alam atau nonalam (faktor manusia) yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana juga diartikan sebagai gangguan serius pada komunitas atau masyarakat luas yang menyebabkan kerusakan materi, ekonomi, lingkungan dan tidak dapat dicegah oleh masyarakat (National Disaster Management Plan, 2016; UU No 24, 2007). Bencana memberikan efek yang buruk bagi korban seperti kehilangan harta benda, tempat tinggal dan kematian anggota keluarga (Priester, 2016). Rumah sakit merupakan sentral terdepan penanggulangan korban bencana (Liu, Fowler, Roberts, & Herovic, 2018). Perawat adalah tim penyedia pelayanan kesehatan terbesar yang berperan penting dalam menanggapi bencana. Sehingga perawat berpengaruh pada respon bencana dan pemulihan korban setelah bencana (Li, Li, Yang, & Xu, 2016). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat di Indoensia sejak 2018 telah terjadi bencana sebanyak 1.999 kejadian. Data historis bencana menunjukkan bahwa Indonesia mengalami bencana alam dengan jumlah korban jiwa yang besar. Korban bencana meninggal dunia dan hilang sebanyak 3.548 dan sebanyak 3,06 juta orang mengungsi dan terdampak bencana (BNPB, 2018). Bencana yang terjadi juga mempengaruhi kondisi spiritual korban bencana. Hal ini disebabkan oleh kejadian bencana yang terjadi secara tiba-tiba dan mengakibatkan kerugian yang besar bagi korban (Priester,



Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION



2016). Banyak individu yang sangat bergantung pada keyakinan dan praktik keagamaan untuk menghilangkan stres ketika sakit atau terjadi bencana agar dapat mempertahankan harapan, makna dan tujuan hidup. Keterlibatan agama dapat membantu pertumbuhan psikologis yang lebih baik (Koenig, Larson, & Larson, 2001). B. MATERI PEMBELAJARAN (Content Notes) Perawatan Psikososial dan spiritual pada korban bencana Kondisi geografis dan geologis Indonesia menjadikannya area yang rawan berbagai macam bencana alam mulai dari letusan gunung, gempa, hingga banjir. Wilayah Indonesia berada di jalur cincin api Pasifik yang merupakan rangkaian gunung api aktif di dunia dan hampir semua gempa bumi dunia terjadi di jalur tersebut. Indonesia juga tempat pertemuan tiga lempeng tektonik besar: Indo-Australia, Eurasia, dan Lempeng Pasifik, sehingga punya potensi besar untuk terjadinya bencana gempa bumi termasuk likuifaksi dan tsunami. Menurut data dari BNPB, sejak awal tahun 2017 saja hingga pertengahan 2019, Indonesia telah mengalami 5.594 kejadian bencana. Bencana alam yang terjadi menimbulkan berbagai dampak, mulai dari kerusakan fisik hingga korban jiwa. Total korban meninggal dan hilang sebanyak 4249 jiwa, 27 ribu lebih korban yang mengalami lukaluka, lebih dari 21 juta jiwa yang menderita dan mengungsi. Selain itu, lebih dari 166 ribu rumah rusak berat, 105 ribu rumah yang mengalami kerusakan sedang, dan 302 ribu rumah mengalami kerusakan ringan. Psikososial Aktor kemanusiaan termasuk semua pekerja untuk badan-badan kemanusiaan, baik direkrut secara internasional maupun nasional, atau secara formal maupun informal dipekerjakan di dalam komunitas untuk melaksanakan kegiatankegiatan dari badan tersebut. Korban Bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana Anak adalah orang yang berusia di bawah 18 tahun, termasuk janin yang masih di dalam kandungan. menurut Konvensi PBB mengenai Hak-hak Anak. Orang di bawah umur dianggap tidak mampu untuk memberi penilaian dan memahami konsekuensi dari pilihan mereka dan memberi persetujuan sendiri, terutama mengenai tindakan-tindakan seksual. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Komunitas adalah istilah yang digunakan dalam panduan ini mengacu kepada populasi yang mengalami keadaan darurat. Dalam konteks individu, “komunitas” dapat diartikan sebagai pengungsi, orang-orang yang meninggalkan rumah mereka, korban bencana alam, atau istilah lain. Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION



Kelompok rentan adalah kelompok-kelompok individu yang lebih rentan dalam situasi bencana. Menurut pasal 55 ayat 2 Undang-undang Penanggulangan. Bencana nomor 24 tahun 2007, yang termasuk kelompok rentan adalah: a. Bayi, balita, dan anak-anak b. Ibu yang sedang mengandung atau menyusui c. Penyandang cacat (disabilitas), dan d. Orang lanjut usia Psikososial adalah relasi yang dinamis antara aspek psikologis dan sosial seseorang. Dukungan Kesehatan Mental dan Psikososial adalah segala bentuk dukungan dari lokal maupun pihak luar yang bertujuan untuk menjaga atau mempromosikan kesejahteraan psikososial dan/atau mencegah atau mengatasi gangguan jiwa. Pertolongan Pertama Psikologis Merupakan tindakan pertama yang dilakukan dalam durasi singkat kepada seseorang yang baru saja mengalami bencana ataupun krisis untuk membantu keadaan pada saat itu serta mencegah timbulnya dampak psikologis yang lebih mendalam. PFA sebenarnya bukan sesuatu yang asing dan pada dasarnya kita semua sudah pernah melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan PFA (Psychological First Aid): Untuk memenuhi kebutuhan mendesak dasar, mengurangi tingkat stres yang dialami, dan memperkuat daya adaptasi alami. Tahap-tahap Pertolongan Pertama psikologis 1.



Memenuhi kebutuhan dasar/mendesak



2.



Mendengarkan



3.



Menerima perasaan penyintas



4.



Membantu dengan langkah selanjutnya



5.



Arahkan dan tindak lanjuti



Prinsip-prinsip penting dalam Dukungan Psikososial 



Rasa percaya







Kerahasiaan







Ikut menentukan dalam pengambilan keputusan







Sikap tidak menghakimi







Melibatkan tradisi/budaya lokal dalam pemulihan trauma Program Dukungan Psikososial



Apakah psikososial itu ? Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION



Psikososial merupakan penggabungan 2 kata yang terdiri dari : PSIKO = internal-pikiran, perasaan, nilai, kepercayaan yang dianut individu. SOSIAL = eksternal-hubungan antara individu dengan lingkungannya. Definisi Psikososial adalah “Hubungan dinamis antara aspek psikologi dan sosial, dimana masingmasing saling berinteraksi dan mempengaruhi secara berkelanjutan.” Dampak psikologis Dampak yang mempengaruhi pikiran, keyakinan, perasaan, dan perilaku. Dampak sosial Dampak yang mempengaruhi hubungan sosial (dengan keluarga, teman, masyarakat), kegiatan masyarakat (misalnya sekolah), dan lingkungan. Tujuan pemberian Dukungan Psikososial •



Pembedayan sebagai bukti pemulihan.







Pemberdayaan terkait dengan sampai sejauh mana masyarakat/individu yang terkena dampak bencana mampu melalui berbagai pengalaman tersebut dengan kapasitas yang dimiliki.



Kapan dukungan Psikososial perlu diberikan? •



Tidak semua individu mengalami gangguan psikologis, banyak pula individu yang mampu resilien.







Mungkin beberapa kelompok rentan bermasalah pada suatu masalah dan kuat pada masalah yang lain.







Konteks bencana. Masing-masing kelompok masyarakat memperlihatkan masalah sosial dan psikologis yang berbeda-beda.







Informasi adalah kebutuhan, namun perlu dipikirkan kapan saat yang tepat memberikannya.



Program Dukungan Psikososial Program Dukungan Psikososial (Psychosocial Support Prgramme/PSP) adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan psikososial individu maupun masyarakat agar tetap berfungsi optimal pada saat mengalami krisis dalam situasi bencana maupun kecelakaan. PSP diberikan kepada Kelompok masyarakat target Program dukungan psikososial PMI seperti anak-anak, remaja, dewasa dan lansia, penyandang cacat, pekerja kemanusiaan. Manfaat Program Dukungan Psikososial •



Membantu individu untuk mengurangi beban emosinya.







Mengembalikan fungsi sosial indvidu di dalam lingkungannya.



Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION







Mengurangi risiko berkembangnya reaksi normal menjadi reaksi yang tidak normal.







Meningkatkan kemampuan individu di dalam pemecahan masalah-masalah yang dihadapii pasca bencana.







Membantu para pekerja kemanusiaan untuk mengatasi masalah psikologis yang muncul akibat dari situasi yang dihadapi.



Pelaksanaan Program Dukungan Psikososial tidak dilaksanakan melalui pendekatan individual/konseling, tetapi melalui pendekatan berbasis masyarakat Psikososial merupakan suatu istilah yang merujuk pada perkembangan psikologis manusia dan interaksinya terhadap lingkungan sosial. Psikososial adalah Suatu kondidi yang terjadi pada individu yang mencakup aspek psikis sosialatau sebaliknya secara intergritas. Aspek kejiwaan berasal dari dalam diri kita, sedangkan aspek sosial berasal dari luar, dan kedua aspek ini sangat saling berpengaruh kala mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Aspek Psikososial merupakan aspek hubungan dinamis antara dimensi Psikologis/kejiwaan sosial. Pemulihan Psikososial bagi individu maupun kelompok masyarakat ditujukan untuk meraih kembali fungsi normalnya sehingga tetap menjadi produktif dan menjalani hidup yang bermakna setelah mengalami peristiwa traumatik (Iskandar, Dharmawan & Tim Pulih, 2005). Dengan demikian dampak psikososial adalah suatu suatu perubahan psikis dan sosial yang terjadi setelah adanya Bencana atau peristiwa Traumatik misalnhya: Tsunami, Banjir, Tanah longsot, atau seperti luapan lumpur Lapindo. Respon individu paska trauma tergantung dari persepsi dan kesetabilan emosi yang dimiliki Menurut Keliat dkk (2005) ada 3 yahapan reaksi emosi setelah terjadi bencana: 1. Reaksi individu segera setelah 24 jam bencana dengan reaksi yang di perlihatkan: tegang, ceman dan panik, terpaku, linglung, syok tidak percaya, gembira/euphoria, tidak terlalu merasa menderita, lelah, bingung, gelisah, menangis, menarik diri merasa bersalah. Reaksi ini termasuk kategori normal terhadap situasi abnormal dan perlu upaya pencegahan primer. 2. Minggu pertama sampai minggu ketiga setelah bencana. Reaksi yang di perlihatkan adalah ketakutan, Waspada, sensitif, mudah marah, kesulitan tidur, kuatir, sangat sedih, mengulang ulang (flash back) Kejadian. Reaksi positif yang masih dimiliki adalah Berharap dan berpikit tentang masa depan, Terlibat dalam kegiatan menolong, dan menyelamatkan , menerima bencana sebagai takdir. Kondisi ini masuk masuk dalam tahap normal yang membutuhkan tindakan psikososial minimal, terutama respon maladaftif. 3. Lebih dari minggu ketiga setelah bencana dengan reaksi yang diperlihatkan dapat menetap. Manisfesstasi diri yang diperlihatkan adalah: kelelahan, merasa sedih terus menerus, Merasa panik, Psimis dan berpikir tidak realistis, Tidak beraktivitas, Isolasi dan menarik diri, Kecemasan yang Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION



dimanisfestasikan dengan palpitasi, Pusing, letih, mual, sakit kepala, dan lain-lain. Kondisi ini merupakan akumulasi respon yang menimbulkan masalah psikososial Aspek Psikososial Konsep psikososial terdiri dari dua hal, yaitu psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada jiwa, pikiran, emosi atau perasaan, perilaku, hal-hal yang diyakini, sikap, persepsi dan pemahaman akan diri. Kata sosial merujuk pada orang lain, tatanan sosial, norma, nilai aturan, sistem ekonomi, sistem kekerabatan, agama atau religi serta keyakinan yang berlaku dalam suatu masyarakat. Psikososial diartikan sebagai hubungan yang dinamis dalam interaksi antara manusia, dimana tingkah laku, pikiran dan emosi individu akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain atau pengalaman sosial. Tujuan dukungan psikososial adalah mengembalikan individu atau keluarga atau kelompok pasca kejadian tertentu (bencana alam maupun bencana sosial) sehingga menjadi kuat secara individu atau kolektif ; berfungsi optimal, memiliki ketangguhan dalam menghadapi masalah; serta menjadi berdaya dan produktif dalam menjalani hidupnya. Menurut Stuart (2013) kemampuan atau strategi yang diperlukan untuk membantu dan menentukan apa yang harus dilakukan saat berada dalam situasi bahaya, dapat menggunakan keterampilan menyelesaikan masalah dengan mencari informasi, mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan alternatif, mengimplementasikan rencana tindakan. Menurut Zailani dkk (2009), respon psikologis masyarakat yang biasa terjadi saat berada pada situasi potensi terjadinya bencana adalah stres atau ansietas, disebabkan oleh lingkungan atau sekitar tempat tinggal yang berada di wilayah berpotensi bencana yang dapat mempengaruhi cara berfikir individu serta mengubah cara pandangnya dalam menghadapi masalah.



SPIRITUAL Asuhan keperawatan spiritual adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan profesional dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada keimanan, keilmuan, dan amal.Dalam memberikan pelayanan keperawatan secara holistic, seorang perawat harus mempertimbangkan berbagai aspek, tidak hanya aspek fisik, namun juga aspek sosial, emosional, kultural dan spiritual dalam memenuhi kebutuhan klien. Kebutuhan spiritual dan psikososial kurang menjadi hal yang prioritas daripada kebutuhan fisik karena kebutuhan tersebut seringkali bersifat abstrak, kompleks dan lebih sulit diukur.



Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION



Dimensi spiritual merupakan salah satu dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Bahkan, keimanan diketahui sebagai salah satu faktor yang sangat kuat dalam penyembuhan dan pemulihan fisik individu. Mengingat pentingnya peranan spiritual dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan, maka penting bagi perawat untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada semua pasien. Aspek penting dari perawatan spiritual adalah mengenali bahwa pasien memiliki kekuatan dan keyakinan spiritual tertentu dimana perawat dapat gunakan sebagai sumber untuk membantu pasien menjalani gaya hidup yang lebih sehat, sembuh dari penyakit atau menghadapi kematian dengan tenang. Asuhan keperawatan yang diberikan perawat tidak bisa lepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral perawat dengan pasien. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien merupakan bagian dari peran dan fungsi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah metode ilmiah untuk menyelesaikan masalah keperawatan secara sitematis melalui pendekatan proses keperawatan yang diawali dari pengkajian data, penetapan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Asuhan keperawatan berbasis spiritual dapat diidentifikasi pada masing-masing tahapan, seperti pengkajian aspek spiritual membutuhkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dengan pasien. Oleh karena itu, pengkajian sebaiknya dilakukan setelah perawat dapat membentuk hubungan yang baik dengan pasien atau dengan orang terdekat pasien. Perawat berperan sebagai komunikator perantara bila pasien menginginkan untuk bertemu dengan petugas rohaniawan atau bila menurut perawat memerlukan bantuan rohaniawan dalam mengatasi masalah spiritualnya. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Spiritual pada tahap implementasi perawat menerapkan rencana intervensi dengan melakukan prinsip-prinsip kegiatan asuhan keperawatan, sebagai berikut : •



Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat.







Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap kebutuhan spiritualnya.







Jangan berasumsi klien tidak mempunyai kebutuhan spiritual.







Mengetahui pesan non-verbal tentang kebutuhan spiritual klien.







Berespon secara singkat, spesifik, dan faktual.







Mendengarkan secara aktif dan menunjukan empati yang berarti menghayati masalah klien.







Menerapkan teknik komunikasi terapeutik dengan teknik mendukung menerima, bertanya, memberi infromasi, refleksi, menggali perasaan dak kekuatan yang dimiliki klien.



Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION







Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada ucapan atau pesan verbal klien



Implementasi Aspek Spiritual dalam Keperawatan  Menunjukkan Kehadiran Kehadiran perawat dalam aktivitas perawatan menunjang adanya perasaan sejahtera dan memberikan harapan untuk pemulihan. Perilaku kehadiran perawatan meliputi memberi perhatian, menjawab pertanyaan dan mempunyai sikap positif dan memberikan dorongan (tetapi realistis). Perawat secara tepat menggunakan tangan, memberikan kata-kata mendukung dan menggunakan pendekatan yang tenang dan desesif akan menciptakan kehadiran yang membangun kepercayaan dan kesejahteraan. Perawat harus membuktikan bahwa ia dapat diandalkan dan dipercaya. Perhatian yang cermat terhadap setiap permintaan pasien, tidak peduli betapa pun remehnya, penting bagi pasien.  Mendukung Hubungan Yang Menyembuhkan Perawat harus menerapkan pandangan yang holistik terhadap permasalahan yang timbul pada pasien. Inti dari hubungan yang menyembuhkan adalah mengerahkan/menumbuhkan harapan pasien. Harapan adalah motivator yang memungkinkan pasien untuk memiliki kekuatan dalam menghadapi penyakit yang diderita.  Sistem Dukungan Sistem pendukung mempunyai makna membangun kembali hubungan pasien dengan gaya hidup pasien sebelum terjadi penyakit. Jika keluarga dan teman ditemukan menjadi sumber spiritual bagi pasien, maka mereka dapat menjadi sumber terapi yang sangat baik terutama dalam melakukan ritual kebiasaan keagamaan pasien.Perawat dapat mendorong keluarga dan teman untuk mengunjungi pasien secara teratur. Melibatkan keluarga dalam aktivitas pendoaan bersama pasien akan memberikan ketenangan spiritual.  Bedoa Berdoa telah ditemukan sebagai suatu sumber yang efektif bagi seseorang untuk mengatasi nyeri, stres dan distres. Suatu studi oleh Turner dan Clancy (1986) mengidentifikasi bahwa dengan meningkatkan berdoa dan berharap, pasien nyeri pinggang kronis telah menunjukkan intensitas nyeri. Yang juga sudah diteliti adalah bahwa berdoa dapat mencakup perubahan kardiovaskuler dan relaksasi otot. Spiritualitas hendaknya tidak hanya dihubungkan dengan aspek keimanan manusia kepada Sang Pencipta saja. Spiritualitas juga sebenarnya merupakan aspek penting dari kesehatan karena memberi kontribusi sebagai obat dan penyembuh dari segala macam penyakit. Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION



Perawat ataupun bidan MHomecare tidak hanya fokus pada aspek fisik dari pasien tetapi memperhatikan aspek spiritual juga, dengan harapan pasien biasa sembuh dan lebih sehat. Wiryasaputra (2008) menyatakan setelah melakukan proses normalisasi atau penyembuhan pada korban bencana maka akhirnya individu, keluarga atau komunitas tertentu dapat menerima kenyataan tentang bencana yang dialaminya. Menyerah dalam arti yang positif (tawakal), bukan putus asa merupakan titik tolak pertumbuhan baru. Dalam tahap tertentu mereka sudah siap membangun kembali lingkungannya. Pikiran mereka sudah jernih. Tenaga batin sosial, fisik dan spiritual, daya juang mereka sudah pulih. Bila masa-masa penampungan tidak diperhatikan maka cenderung menghambat proses pemulihan dari traumatik dan perkembangannya bahkan bisa terjadi cacat secara mental. Gambaran Kejadian PTSD Bencana dapat menyebabkan individu dan keluarga mengalami gangguan atau masalah secara fisik dan mental yang bersifat traumatik, karena bencana akan selalu menimbulkan kerugian dan penderitaan serta mempengaruhi aspek-aspek kehidupan sehingga diperlukan cara-cara untuk mencegah dan mengelolanya (Keliat, 2011). Masalah kejiwaan yang dapat timbul pada masyarakat baik sebagai korban langsung dan korban tidak langsung saat bencana adalah gangguan ansietas, panik, Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan Depresi (Stuart, 2013). Hal tersebut biasa ditemukan dan responnya bervariasi pada setiap individu, dikarenakan adanya perbedaan pada kemampuan individu dalam mengurangi ketegangan yang menimbulkan ketidakseimbangan emosional dan pegalaman yang bersifat traumatik. Individu yang mengalami bencana dapat dipastikan akan mengalami trauma yang dikenal dengan sebutan Gangguan Stres Pasca Trauma atau Acute Stress Reaction. Crabtree (2012) telah melakukan telaah terhadap 34 literatur yang berfokus dampak banjir pada kesehatan mental menunjukkan hasil bahwa PTSD ditemukan 62% di Venezuela, di Nicaragua 81% mengalami depresi, 8.5% beresiko bunuh diri di China, di India 84% menunjukkan gejala ansietas dan dampak lain seperti ketergantungan alkohol 5.8% di Honduras dan yang mengalami Acut Stress Disorder 2.2% di Myanmar. Veenema (2009) yaitu peristiwa yang berhubungan dengan bencana dapat menyebabkan respon yang berbeda-beda bagi individu ketika peristiwa bencana tersebut menyebabkan ancaman kematian, luka serius atau gangguan pada integritas fisik dari individu sehingga dampak individu terhadap bencana terbagi atas respon fisiologis berupa gangguan fisik maupun respon psikososial berupa stres traumatik ataupun ansietas. Johannesdottir dan Gisladottir (2010) pada 28 orang partisipan yang tinggal dan bekerja disepanjang jalur vulkanik di Iceland Selatan dengan wawancara mendalam mengungkapkan bahwa mereka memiliki kekhawatiran dan ketakutan bila terjadi bencana berulang karena tidak mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan. Kemampuan individu atau komunitas dalam melalui fase bencana tidak selalu berurutan karena keunikan masing-masing dan faktor lain seperti ketahanan psikologis, dukungan sosial dan sumber finansial. Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya.



Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION



C. MENGECEK PEMAHAMAN (Checking for Understanding) 1.



Jelasakan Dampak bencana terhadap Psikososial korban bencana!



2.



Jelaskan Dampak Bencana Terhadap Spiritual korban bencana!



3.



Sebutkan Manfaat program dukungan Psikososial?



4.



Jelaskan Implementasi Aspek Spiritual dalam Keperawatan!



Petunjuk Jawaban Latihan Pelajari kembali topik tentang Perawatan Psikososial dan spiritual pada korban bencana. Lembar Jawaban Latihan No Jawaban Soal anda



Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION



1



2



3



4



D.



PENUTUP PEMBELAJARAN Kesimpulan Psikososial merupakan penggabungan 2 kata yang terdiri dari : PSIKO = internal-pikiran, perasaan,



nilai, kepercayaan yang dianut individu. SOSIAL = eksternal-hubungan antara individu dengan lingkungannya. Definisi Psikososial adalah “Hubungan dinamis antara aspek psikologi dan sosial, dimana masingmasing saling berinteraksi dan mempengaruhi secara berkelanjutan.” Dampak psikologis. Dampak yang mempengaruhi pikiran, keyakinan, perasaan, dan perilaku. Dampak sosial. Dampak yang mempengaruhi hubungan sosial (dengan keluarga, teman, masyarakat), kegiatan masyarakat (misalnya sekolah), dan lingkungan.



Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION



Tujuan pemberian Dukungan Psikososial •



Pembedayan sebagai bukti pemulihan.







Pemberdayaan terkait dengan sampai sejauh mana masyarakat/individu yang terkena dampak bencana mampu melalui berbagai pengalaman tersebut dengan kapasitas yang dimiliki.



Aspek Psikososial Konsep psikososial terdiri dari dua hal, yaitu psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada jiwa, pikiran, emosi atau perasaan, perilaku, hal-hal yang diyakini, sikap, persepsi dan pemahaman akan diri. Kata sosial merujuk pada orang lain, tatanan sosial, norma, nilai aturan, sistem ekonomi, sistem kekerabatan, agama atau religi serta keyakinan yang berlaku dalam suatu masyarakat. Psikososial diartikan sebagai hubungan yang dinamis dalam interaksi antara manusia, dimana tingkah laku, pikiran dan emosi individu akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain atau pengalaman sosial. Tujuan dukungan psikososial adalah mengembalikan individu atau keluarga atau kelompok pasca kejadian tertentu (bencana alam maupun bencana sosial) sehingga menjadi kuat secara individu atau kolektif ; berfungsi optimal, memiliki ketangguhan dalam menghadapi masalah; serta menjadi berdaya dan produktif dalam menjalani hidupnya. Menurut Stuart (2013) kemampuan atau strategi yang diperlukan untuk membantu dan menentukan apa yang harus dilakukan saat berada dalam situasi bahaya, dapat menggunakan keterampilan menyelesaikan masalah dengan mencari informasi, mengidentifikasi masalah, mempertimbangkan alternatif, mengimplementasikan rencana tindakan. Menurut Zailani dkk (2009), respon psikologis masyarakat yang biasa terjadi saat berada pada situasi potensi terjadinya bencana adalah stres atau ansietas, disebabkan oleh lingkungan atau sekitar tempat tinggal yang berada di wilayah berpotensi bencana yang dapat mempengaruhi cara berfikir individu serta mengubah cara pandangnya dalam menghadapi masalah. SPIRITUAL Asuhan keperawatan spiritual adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan profesional dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada keimanan, keilmuan, dan amal.Dalam memberikan pelayanan keperawatan secara holistic, seorang perawat harus mempertimbangkan berbagai aspek, tidak hanya aspek fisik, namun juga aspek sosial, emosional, kultural dan spiritual dalam memenuhi kebutuhan klien. Kebutuhan spiritual dan psikososial kurang menjadi hal yang prioritas daripada kebutuhan fisik karena kebutuhan tersebut seringkali bersifat abstrak, kompleks dan lebih sulit diukur.



Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION



Dimensi spiritual merupakan salah satu dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Bahkan, keimanan diketahui sebagai salah satu faktor yang sangat kuat dalam penyembuhan dan pemulihan fisik individu. Mengingat pentingnya peranan spiritual dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan, maka penting bagi perawat untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep spiritual agar dapat memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada semua pasien. Aspek penting dari perawatan spiritual adalah mengenali bahwa pasien memiliki kekuatan dan keyakinan spiritual tertentu dimana perawat dapat gunakan sebagai sumber untuk membantu pasien menjalani gaya hidup yang lebih sehat, sembuh dari penyakit atau menghadapi kematian dengan tenang. Asuhan keperawatan yang diberikan perawat tidak bisa lepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral perawat dengan pasien. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien merupakan bagian dari peran dan fungsi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah metode ilmiah untuk menyelesaikan masalah keperawatan secara sitematis melalui pendekatan proses keperawatan yang diawali dari pengkajian data, penetapan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.



Dokumen ini adalah milik HORIZON EDUCATION