Modul 5 MPO (Manajemen Kualitas) - 2017ddw [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Manajemen Kualitas (Total Quality Manajemen) Silvana Maulidah, SP, MP Imaniar Ilmi Pariasa, SP., MP., MB.A. Lab of Management Production and Operation of Agribusiness Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email: [email protected] POKOK BAHASAN: 1. Konsep kualitas dan Total Quality Management (TQM) 2. Standar kulitas internasional (ISO) 3. Biaya kualitas (Cost of quality) 4. Pengelolaan kualitas dan etika 5. Sistem TQM pada perusahaan Agribisnis 6. Analisis Perusahaan Agribisnis dengan menggunakan berbagai pendekatan TQM



1. Konsep kualitas dan Total Quality Management (TQM) Konsep Kualitas Kualitas merupakan suatu istilah relatif yang sangat bergantung pada situasi. Ditinjau dari pandangan konsumen, secara subyektif orang mengatakan kualitas adalah sesuatu yang cocok dengan selera (fitness for use). Sehingga produk dikatakan berkualitas apabila produk tersebut mempunyai kecocokan penggunaan bagi dirinya. Pandangan lain mengatakan kualitas adalah barang atau jasa yang dapat menaikkan status pemakai. Ada juga yang mengatakan kualitas adalah barang atau jasa yang memberikan manfaat pada pemakai (measure of utility and usefulness). Kualitas barang atau jasa dapat berkenaan dengan keandalan, ketahanan, waktu yang tepat, penampilannya, integritasnya, kemurniannya, individualitasnya, atau kombinasi dari berbagai faktor tersebut. Sedangkan menurut Juran (1962) dan Krajewski (1987) dalam Zulian (2007) menyatakan bahwa ditinjau dari sudut pandang produsen, kualitas dapat diartikan sebagai kesesuaian dengan spesifikasinya. Suatu produk akan dinyatakan berkualitas oleh produsen, apabila produk tersebut telah sesuai dengan spesifikasinya. Kesesuaian mencakup beberapa unsur, yaitu : (a) sesuai dengan spesifikasi fisiknya, misalnya ciri khusus, kekerasan, teknologi. (b) sesuai dengan prosedurnya, dan (c) sesuai dengan persyaratannya.



5 Manajemen Produksi dan Operasi Dalam Perusahaan Agribisnis



7. Benchmaking pada perusahaan agribisnis



MODUL



MANAJEMEN KUALITAS (TQM)



Brawijaya University



2017



Menurut American Society for Quality dalam Jay Heizer dan Barry Render (2009), kualitas adalah keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuasan kebutuhan yang tampak atau samar. Sedangkan Brian (1993) dalam Zulian (2007) menulis bahwa dalam istilah perbendaharaan International Organization for Standardization (ISO) dikatakan bahwa: kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar. Uraian itu menunjukkan bahwa pengertian kualitas dapat berbeda pada setiap orang pada waktu khusus dimana kemampuannya (availability), kinerja (performance), keandalannya (reliability), kemudahan pemeliharaan (maintainability), dan karakteristiknya dapat diukur Juran (1988) dalam Zulian (2007)]. Tahap Gerakan Kualitas



Inspeksi (1800an)



Pengendalian Kualitas Statistik (1930-an)



Jaminan Kualitas (1950-an)



Manajemen Kualitas Strategik (1980-an) sekarang



Perhatian utama



Deteksi



Pengendalian



Koordinasi



Pengaruh strategik



Pandangan terhadap kualitas



Suatu masalah untuk dipecahkan



Suatu masalah untuk dipecahkan



Suatu masalah untuk dipecahkan, tetapi diatasi secara proaktif



Peluang kompetitif



Penekanan



Keseragaman produk



Keseragaman produk dengan pengurangan inspeksi



Jaringan produksi keseluuhan, dari desain sampai pasar, dan kontribusi dari semua kelompok fungsional untuk mencegah kegagalan kualitas



Kebutuhan pasar dan konsumen



Metode



Penaksian pengukuran



Alat dan statistika



Program sistem



Perencanaan strategik, penentuan tujuan, dan pengarahan organisasi



Peran profesional kualitas



Inspeksi, penyortiran, perhitungan, dan penggolongan



Mencari dan memecahkan masalah, dan penerapan metode statistik



Pengukuran kualitas, perencanaan kualitas, perancangan program



Yang bertanggung jawab atas kualitas



Departemen isnpeksi



Departemen pemanufakturan dan perekayasaan



Semua departemen



Setiap orang dalam organisasi, dengan kepemimpinan yang kuat dari manajemen puncak



Orientasi pendekatan



Kualitas in"



Kualitas "controls in"



Kualitas "builds in"



Kualitas in"



Karakteristik



dan



dan



"inspects



teknik



yang



dan



dan



Penetapan tujuan, pendidikan dan pelatihan, kerja sama antar departemen, dan perancangan program



"manages



Gambar 1. Empat Era Kualitas Menurut Garvin Sumber: Garvin dalam Nasution (2005) Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) Page 2 of 19



MANAJEMEN KUALITAS (TQM)



Brawijaya University



2017



Total Quality Management (TQM) Total Quality Management (TQM) menunjuk pada penekanan kualitas yang meliputi organisasi keseluruhan, mulai dari pemasok hingga pelanggan. TQM menekankan komitmen manajemen untuk mendapatkan arahan perusahaan yang terus-menerus ingin mancapai keunggulan dalam semua aspek produk dan jasa yang kesemuanya penting bagi pelanggan. TQM penting karena keputusan kualiatas mempengaruhi setiap dari 10 keputusan yang dibuat oleh manajer operasi. Tiap 10 keputusan berhadapan dengan beberapa aspek pengidentidikasian dan pemenuhan harapan pelanggan. Pemenuhan harapan bersaing untuk menjadi pemimpin pasar dunia. Pakar kualitas W. Edwards Deming menggunakan 14 poin untuk menandai penerapan TQM. Hal ini dikembangkan menjadi tujuh konsep program TQM yang efektif yakni 1) perbaikan yang terus-menerus, 2) sig sigma, 3) pemberdayaan karyawan, 4) benchmarking, 5) just-in-time, 6) konsep Taguchi, dan 7) pengetahuan alat TQM. a. Perbaikan Terus-menerus/ berkesinambungan TQM membutuhkan perbaikan yang terus menerus yang tidak pernah berhenti yang meliputi orang, peralatan, pemasok, bahan, dan prosedr. Dasar filosofi ini adalah bahwa setiap aspek operasi dapat diperbaiki. Tujuan akhirnya adalah kesempurnaan, yang tidak akan pernah dapat dicapai, tetapi selalu dicari. Plan-Do-Check-Act Walter Shewhart, seorang pelopor manajemen kualitas, mengembangkan sebuahmodel lingkaran yang dikenal sebagai PDCA (plan, do check, get) yang menurutnya adalah suatu perbaikan yang terus-menerusnya. Kemudian deming mengambll konsep ni ke Jepang pada masa kerjanya setelah Perang Dunia II. Siklus PDCA berbentuk lingkaran untuk menekankan sifat yang terus-menerus dalam proses perbaikan.



Gambar 2. Siklus PDCA Sumber: Jay Heizer, Barry Render. 2013. Manajemen Operasi. Edisi 11 b. Six Sigma Six Sigma (sigma enam) memiliki dua arti penting dalam TQM, yang pertama arti statistik yaitu menggambarkan proses, barang, atau jasa dengan kapabilitas yang sangat tinggi. Definisi yang kedua adalah program yang direncanakan untuk mengurangi cacat Page 3 of 19



MANAJEMEN KUALITAS (TQM)



Brawijaya University



2017



untuk mengurangi biaya, menghemat waktu, dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Six sigma merupakan sistem yang komprehensif sebuah strategi, sebuah disiplin, dan seperangkat alat untuk meraih dan mempertahankan kesuksesan bisnis: 1) Merupakan strategi karena berfokus pada kepuasan pelanggan secara keseluruhan. 2) Merupakan disiplin karena mengkuti model perbaikan Six Sigma yang dikenal dengan DMAIC. Dimana lima langkah proses perbaikan meliputi: 1) Menentukan (defines) tujuan rencana, cakupan, dan hasil lalu menentukan informasi proses yang dibutuhkan, mengingat definisi kualitas dari pelanggan. 2) Mengukur (measures) proses dan pengumpulan data. 3) Menganalisis (analyzes) data, memastikan beru;ang kali (hasilnya terdapat duplikasi) dan reprodusibilitas (yang lain mendapatkan hasil yang sama). 4) Perbaikan (improves) dengan memodifikasi atau merancang ulang, prosedur dan proses yang ada. 5) Mengendalikan (control) proses yang baru untuk memastikan tingkat kinerja dipertahankan. 3) Merupakan alat yang meliputi: lembar periksa, diagram pencar, diagram akibat dan dampak, grafik pareto, diagram alur, histogram, dan pengendalian proses statistik.



Gambar 3. Sig Sigma Implementasi dari six sigma merupakan sebuah komitmen yang besar serta membutuhkan komitmen waktu utama, terutama mulai dari manajemen puncak. Rancangan six sigma yang berhasil berkaitan jelas dengan arahan yang strategis dari perusahaan. Merupakan manajemen langsung (management-directed), berbasis tim, pendekatan kepemimpinan ahli (expert-led approach). c. Perbedaan Karyawan (Pekerja) Perbedaan karyawan berarti melibatkan karyawan pada setiap langkah proses produksi. Secara konsisten, literatur bisnis menyatakan bahwa 85% permasalahn kualitas adalah pada bahan dan proses, bukan pada kinerja karyawan. Oleh karena itu, tugas yang diperlukan adalah untuk mendesain peralatan damn proses yang dapat memproduksi kualitas yang diinginkan. Hal ini sebaik-baiknya tentu dilakukan dengan melibatkan secara luas mereka yang memahami kelemahan sistem. Mereka ynag berhadapan dengan sitem setiap hari tentu memahami sitem lebih baik dari orang lain. Satu penelitian mengidentifikasikan program TQM yang memberikan tanggung jawab kualitas pada karyawan di SHOP-FLOOR cenderung untuk dapat berhasil dua kali lipat diandingkan yang menerapkan panduan TOP-DOWN. Page 4 of 19



MANAJEMEN KUALITAS (TQM)



Brawijaya University



2017



Teknik untuk membangun pemberdayaan karyawan termasuk membangun jaringan komunikasi yang melibatkan karyawan, membentuk para penyelia yang terbuka dan mendukung, memindahkan tanggung jawab dari manajer dan staf pada karyawan di bagian produksi, membangun organisasi yang memilki moral yang tinggi, dan menciptakan struktur organisasi formal sebagai tim dan lingkaran kualitas. d. Benchmarking Patokan atau Benchmarking dalah satu isi program TQM. Pengenaan patokan meliputi pemilihan produk standar, jasa, biaya atau kebiasaan yang mewakili suatu kinerja terbaik dari proses atau aktivitas yang serupa dengan proses atau aktivitas anda. Idenya adalah untukmengmbangkan suatu target yang akan anda capai untuk membuat sebuah standar atau patokan yang dapat anda bandingkan dengan kinerja anda. Langkah untuk menetapkan patokan adalah: 1) Menetapkan apa yang akan dijadikan patokan 2) Membentuk tim patokan 3) Mengidentifikasi rekanan patokan 4) Mengumpulkan dan menganalisi informasi patokan 5) Mengambil tindakan untuk menyamai atau melebihi patokan e. Just-in-time Filosofi yang melandasinya adalah salah satu dari perbaikan terus-menerus dan penyelesaian masalah. Sitem JIT didesain untuk memproduksi dan mengantarkan barang saat mereka dibutuhkan. JIT berkaitan dengan kulitas dalam tiga hal. 1) JIT memangkas biaya kualitas. Hal ini terjadi karena rework, scrap, investasi persediaan, dan biaya karena barang rusak berkaitan langsung dengan persediaan yang ada. Kerena dengan penerapan JIT berarti hanya terdapat sedikit persediaan, maka baiaya pun menjadi lebih rendah. Sebagai tambahan, persediaan menyembunyikan kualitas yang buruk di mana JIT dengan segera menyikap kualitas buruk. 2) JIT meningkatkan kualitas Di saat JIT memperkecil lead time, JIT dapat menjaga bukti kesalahan tetap baru dan membatasi jumlah sumber kesalahan yang potensial. Karenanya JIT menciptakan sebuah sistem peringatan alkan adanya permasalahn kualitas, baik dalam perusahaan maupun dengan para penjual. 3) Kualitas yang lebih baik berarti persediaan yang lebih sedikit, serta sistem JIT yang lebih baik dam mudah digunakan. Seringkali tujuan memilki persediaan adalah untuk melindungi kinerja produksi yang buruk yang disebabkan kulitas tidak dapat diandalkan. Jika kualitas konsisten, JIT membuat perusahaan dapat mengurangi semua biaya ang terkait pada persediaan. f. Konsep Taguchi Pengertian Kualitas Menurut Taguchi Metode Taguchi dicetuskan oleh Dr. Genichi Taguchi pada tahun 1949 saat mendapatkan tugas untuk memperbaiki sistem telekomunikasi di Jepang. Metode ini merupakan metodologi baru dalam bidang teknik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas produk dan proses serta dalam dapat menekan biaya dan resources seminimal mungkin. Sasaran metode Taguchi adalah menjadikan produk robust terhadap noise, karena itu sering disebut sebagai Robust Design. Definisi kualitas menurut Taguchi adalah kerugian yang diterima oleh masyarakat sejak produk tersebut dikirimkan.



Page 5 of 19



MANAJEMEN KUALITAS (TQM)



Brawijaya University



2017



Filosofi Taguchi terhadap kualitas terdiri dari tiga buah konsep, yaitu: 1) Kualitas harus didesain ke dalam produk dan bukan sekedar memeriksanya. 2) Kualitas terbaik dicapai dengan meminimumkan deviasi dari target, Biaya kualitas harus diukur sebagai fungsi deviasi dari standar tertentu dan kerugian harus diukur pada seluruh sistem. 3) Produk harus didesain sehingga robust terhadap faktor lingkungan yang tidak dapat dikontrol. Genichi Taguchi menyediakan tiga konsep yang bertujuan memperbaiki kualitas produk dan proses, yaitu; ketangguhan kualitas (quality robustness), fungsi kerugian kualitas (quality loss finction – QLF), dan kualitas berorientasi target (target oriented quality). Produk berkualiatas tangguh (quality robust) adalah produk yang dapat diproduksi secara seragam dan konsisten dalam setiap kondisi manufaktur dan lingkungan yang kurang baik. Dalam konsep taguchi ini menekankan ide mencari solusi untuk menghilangkan pengaruh kondisi lingkungan yang tidak baik karena variasi kecil dalam bahan dan produksi tidak merusak kualitas produk daripada meng hilangkan penyebab dari kondisi lingkungan yang tidak baik. Quality loss function merupakan sebuah fungsi matematis yang mengidentifikasi semua biaya yang berkaitan dengan kualitas buruk dan menunjukkan bagaiamana biaya meningkat sejalan dengan kualitas produk yang menjauh dari keinginan pelanggan. Biaya ini meliputi tidak hanya ketidakpuasan pelanggan tetapi juga biaya garansi dan jasa; baiay inspeksi internal, perbaikan, dan lain-lain. Adapun rumus umum sederhana; L = D2C Dimana



L = kerugian pada masyarakat D2 = kuadrat jarak dari nilai target C = biaya deviasi pada batas spesifikasi



Kerugian yang terjadi di masyarakat disebabkan karena kinerja buruk yang termasuk dalam fungsi kerugian. Semakin kecil kerugian, maka produk semakin diinginkan. Semakin jauh produk dari nilai target, semakin besar kerugian. g. Alat Total Quality Management (TQM) Alat TQM ini dibagi menjadi 3 berdasarkan fungsinya yakni: Sebagai membangkitkan ide 1) Lembar Pengecekan (check sheet) Lembar Pengecekan adalah suatu formulir yang didesain untuk mencatat data. Lembar ini membantu analisis menentukan fakta atau pola yang mungkin dapat membantu selanjutnya. Misalnya gambar yang menunjukkan suatu perhitungan jumlah daerah di mana cacat terjadi, atau sebuah lembar pengecekan yang menunjukkan tipe keluhan pelanggan.



Page 6 of 19



MANAJEMEN KUALITAS (TQM)



Brawijaya University



2017



2) Diagram Sebar (scatter diagram) Diagram Sebar menunjukkan hubungan antar dua perhitungan. Sebagai contoh produktivitas dan kehadiran. Jika dua hal berhubungan dekat, titik-titik data akan membentuk sebuah pita yang ketat. Jika hasilnya sebuah pola acak maka hal tersebut tidak berhubungang-masing



produktivitas kehadiran Gambar 4. Diagram Sebar (scatter diagram) 3) Diagram Sebab Akibat (Cause ang Effect Diagram/ Diagram Ishikawa/ Diagram Tulang Ikan(Fish Bone Diagram)) Diagram Sebab Akibat adalah sebuah alat untuk mengenali elemen proses (penyebab) yang mungkin memberikan pengaruh pada hasil.



Gambar 5. Fish Bone Diagram Manajer operasi memulai dengan empat kategori; material, mesin/peralatan, manusia, dan metode atau dapat disebut dengan “4M” yang merupakan penyebab. Penyebab masing-masing dikaitkan dalam setiap kategori yang diikat dalam tulang yang terpisah sepanjang cabang tersebut, sering melalui proses brainstorming. Misalnya, dalam cabang memilki beberapa masalah yang disebabkan fasilitas perkuliahan tidak tersedia, pada bagian atas terjadi keterlambatan penerimaan materi kuliah karena tidak ada LCD, dan kursi yang digunakan untuk perkuliahan rusak. Kemudian didukung dengan kurangnya materi handbook dan modul. Pada bagian bawah, peraturan kurikulum yang terlalu rumit dan tidak jelas didukung juga dengan jumlah dosen yang sedikit serta jumlah mahasiswa yang terlalu banyak. Dari cabang masalahmasalah tersebut mengakibatkan masalah yakni kekecewaan mahasiswa terhadap pelayanan pendidikan yang tidak memuaskan.



Page 7 of 19



MANAJEMEN KUALITAS (TQM)



Brawijaya University



2017



Sebagai pengatur data 1) Diagram Pareto (Pareto Charts) Diagram ini berdasarkan pekerjaan Vilfredo Pareto, seorang pakar ekonomi pada abad ke 19. Joseph M. Juran mempopulerkan pekerjaan Pareto dengan menyatakan bahwa 80% permasalahan perusahaan merupakan hasil dari penyebab yang hanya 20%. Dapat diketahui diagram Pareto adalah sebuah cara menggunakan diagram untuk mengidentifikasi dan memetakan masalah atau cacat dalam urutan frekuensi menurun.



Gambar 6. Diagram Pareto (Pareto Charts) Misalnya, Fakultas Pertanian mendapatkan keluhan dari 200 mahasiswa pada bagian akademik jurusan selama bulan Mei 2010. Bagian akademik memutuskan untuk menyiapkan analisis Pareto pada keluhan tersebut. data yang disediakan adalah pelayanan kemahasiswaan, 20; kenyamanan fasilitas, 30; harga SPP semester, 3, dan lain-lain. Diagram Pareto yang ditunjukkan mengidentifikasikan bahwa 75 % keluhan merupakan hasil dari satu sebab, yakni kenyamanan fasilitas. Dan keluhan utama akan dapat dihilangkan saat satu penyebab ini diperbaiki. 2) Diagram Alir (Diagram Proses/ Flow Charts) Secara grafis menyajikan sebuah proses atau sistem dengan menggunakan kotak dan garis yang saling berhubungan. Diagram ini merupakan diagram yang cukup sederhana untuk memahami sebuah proses atau menjelaskan sebuah proses.



Gambar7. Diagram Alir Page 8 of 19



MANAJEMEN KUALITAS (TQM)



Brawijaya University



2017



Dapat dilihat pada diagram di atas merupakan diagram proses pembuatan selai. Mulai dari bahan baku yakni buah kemudian dicuci hingga bersih, dikupas kulit dan dibuang bijinya lalu dihancurkan hingga lembut selanjutnya dipanaskan serta ditambahkan gula dan natrium benzoat atau zat kimia lainnya agar produk selai awet. Setelah itu, masuk tahap terakhir yakni dimasukkan dalam botol dan akhirnya menjadi produk selai yang siap dijual dan dikonsumsi. Sebagai pengidentifikasi masalah 1) Histogram Menunjukkan cakupan nilai sebuah perhitungan dan frekuensi dari setiap nilai yang terjadi. Histogram menunjukkan peristiwa yang paling sering terjadi dan juga variasi dalam pengukuran. 2) Diagram Pengendalian Proses Statistik (Statistical Process Control – SPC) Diagram Pengendalian Proses Statistik merupakan sebuah diagram dengan waktu pada sumbu horizontal untuk memetakan nilai sebuah statistik. Statistic process control melakukan penagwasan standar, membuat pengukuran, dan mengambil tindakan perbaikan selagi sebuah produk atau jasa sedang diproduksi. Sampel output proses diuji jika dalam batas yang diperbolehkan, maka proses boleh dilanjutkan, dan jika jatuh di luar jangkaun tertentu maka proses dihentikan, dan biasanya penyebab akan diteliti dan dihilangkan. Bagian kendali (control chart) adalah gambaran grafis data sejalan dengan waktu yang menunjukkan batas atas dan bawah proses yang ingin kita kendalikan. Bagan kendali ini digunakan untuk perbandingan data baru dan data lama dengan cepat. Sampel output proses diambil dan rata-rata sampel ini dipetakan pada sebuah diagram yang memiliki batas. Batas atas dan bawah dalam sebuah diagram kendali bisa dalam satuan temperatur, tekanan, berat, panjang, dan sebagainya.



2. Standar kulitas internasional (ISO) International Organization for Standardization (ISO) ISO merupakan badan penetap standar internasional yang terdiri dari wakil-wakil dari badan standardisasi nasional setiap negara untuk bertanggungjawab mewujudkan standard di negara masing-masing. Pada awalnya, singkatan dari nama lembaga tersebut adalah IOS, bukan ISO. Tetapi sekarang lebih sering memakai singkatan ISO, karena dalam bahasa Yunani isos berarti sama (equal). Didirikan pada 23 Februari 1947, ISO menetapkan standar-standar industrial dan komersial dunia. ISO, yang merupakan lembaga nirlaba internasional, pada awalnya dibentuk untuk membuat dan memperkenalkan standardisasi internasional untuk apa saja. Standar yang sudah kita kenal antara lain standar jenis film fotografi, ukuran kartu telepon, kartu ATM Bank, ukuran dan ketebalan kertas dan lainnya. Dalam menetapkan suatu standar tersebut mereka mengundang wakil anggotanya dari 130 negara untuk duduk dalam Komite Teknis (TC), Sub Komite (SC) dan Kelompok Kerja (WG). Meski ISO adalah organisasi non pemerintah, kemampuannya untuk menetapkan standar yang sering menjadi hukum melalui persetujuan atau standar nasional membuatnya lebih berpengaruh daripada kebanyakan organisasi non-pemerintah Page 9 of 19



MANAJEMEN KUALITAS (TQM)



Brawijaya University



2017



lainnya, prakteknya ISO menjadi konsorsium dengan hubungan yang kuat dengan pihakpihak pemerintah. Peserta ISO termasuk satu badan standar nasional dari setiap negara dan perusahaan-perusahaan besar. Penerapan ISO di suatu perusahaan berguna untuk: a. Meningkatkan citra perusahaan b. Meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan c. Meningkatkan efisiensi kegiatan d. Memperbaiki manajemen organisasi dengan menerapkan perencanaan, pelaksanaan, pengukuran dan tindakan perbaikan (plan, do, check, act) e. Meningkatkan penataan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dalam hal pengelolaan lingkungan f. Mengurangi risiko usaha g. Meningkatkan daya saing h. Meningkatkan komunikasi internal dan hubungan baik dengan berbagai pihak yang berkepentingan i. Mendapat kepercayaan dari konsumen/mitra kerja/pemodal Pada intinya, ISO bertujuan untuk mengharmonisasi standar-standar nasional di masing-masing Negara menjadi satu standar internasional yang sama. ISO digunakan sebagai: a. Fondasi dari kegiatan perbaikan yang kontinu untuk kepuasan pelanggan. b. Sistem dokumentasi yang benar dari perusahaan. c. Cara yang jelas dan sistematik dari manajemen mutu d. Mendapatkan stabilitas dan konsistensi dalam kegiatan dan sistem. e. Kerangka kerja yang bagus untuk perbaikan mutu. f. Praktek manajemen yang lebih efektif dengan otoritas dan tanggung jawab yang jelas terhadap orang yang berkaitan dengan mutu proses dan produk. g. Pedoman untuk melakukan segala sesuatu dengan benar di setiap saat. h. Cara untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, mutu, dan kemampuan berkompetensi dari perusahaan. i. Persyaratan untuk melakukan bisnis internasional. a. ISO-9000 Standar ISO-9000 adalah standar sistem mutu yang terdiri dari lima seri yang diakui secara internasional yaitu ISO-9000, ISO-9001, ISO-9002, ISO-9003, ISO9004. ISO-9000 terdiri dari ISO-9000-1, ISO-9000-2, dan ISO-9000-3. ISO-90001:1994, adalah standar manajemen mutu dan jaminan mutu – Bagian 1: yang berisikan panduan untuk pemilihan dan pemakaian. ISO-9000-2:1993, adalah standar manajemen mutu dan jaminan mutu – Bagian 2: yang berisikan panduan umum untuk penetapan ISO-9001, ISO-9002, dan ISO-9003. ISO-9000-3:1991, adalah standar manajemen mutu dan jaminan mutu – Bagian 3: yang berisikan panduan bagi penerapan ISO-9001 pengembangan dan pemeliharaan perangkat lunak. Standar internasional ISO-9000 hanya menentukan persyaratan mengenai elemen apa saja yang harus dicakup dalam suatu sistem mutu dan tidak bermaksud menyeragamkan sistem mutu. ISO-9000 bersifat umum dan tidak terkait pada suatu industri atau sektor ekonomi tertentu. Rancangan dan penerapannya akan dipengaruhi oleh kebutuhan organisasi yang berbeda-beda, baik dalam hal sasarannya, produk dan jasa yang dihasilkan, maupun proses dan cara-cara yang digunakan. Standar ISO9000 memang dimaksudkan supaya diadopsi dalam bentuknya yang sekarang ini, tetapi adakalanya sistem ini perlu disesuaikan dengan menambahkan atau mengurangi persyaratan sistem mutu tertentu khususnya untuk hal-hal yang bersifat kontraktual. Dalam ISO-9000-1 diberikan panduan mengenai penyesuaian seperti itu dan merupakan panduan untuk pemilihan sistem atau model jaminan mutu yang sesuai di Page 10 of 19



MANAJEMEN KUALITAS (TQM)



Brawijaya University



2017



antara ISO-9001, ISO-9002, atau ISO-9003. b. ISO-9001 Standar internasional sistem jaminan mutu ISO-9001 merupakan satu dari tiga standar mengenai sistem mutu yang dapat dipakai untuk jaminan mutu oleh pihak luar. ISO-9001 adalah sistem mutu atau model jaminan mutu dalam bidang desain, pengembangan, produksi, instalasi, dan pelayanan. Standar internasional ISO-9001 menetapkan persyaratan sistem mutu untuk dipergunakan bilamana kemampuan perusahaan dalam mendesain dan memasok produk yang sesuai perlu ditunjukkan. Persyaratan yang ditetapkan diarahkan terutama untuk memberikan kepuasan kepada konsumen dengan cara mencegah terjadinya ketidaksesuaian pada seluruh tahapan operasi mulai tahap desain sampai pelayanan kepada konsumen. Standar ISO-9001 berlaku dalam situasi apabila: 1. Desain dipersyaratkan dan persyaratan produk dinyatakan terutama dalam unjuk kerjanya atau perlu ditetapkan. 2. Keyakinan terhadap kinerja produk dapat dicapai melalui peragaan kemampuan perusahaan dalam hal desain, pengembangan, produksi, instalasi, dan pelayanan. Dalam standar internasional ISO-9001 berlaku definisi yang telah diberikan dalam ISO-8402 dan juga termasuk definisi berikut ini: Produk: hasil suatu kegiatan atau hasil suatu proses. Produk dapat menyangkut jasa, perangkat keras, bahan proses, perangkat lunak atau gabungannya. Produk dapat berwujud (misal rakitan atau bahan diproses) atau tidak berwujud (misal pengetahuan atau konsep) atau gabungannya. Untuk tujuan standar internasional ISO-9001, istilah “produk” hanya berlaku untuk produk yang dimaksudkan untuk penawaran dan tidak termasuk produk sampingan yang tidak dimasukkan untuk penawaran yang mempengaruhi lingkungan. Tender: penawaran yang dibuat oleh perusahaan sebagai tanggapan atas permintaan untuk memenuhi kontrak penyediaan produk. Kontrak: persyaratan yang disetujui disampaikan dengan cara apapun.



antara



perusahaan



dan



pelanggan



yang



c. ISO-9002 Merupakan sistem mutu atau model jaminan mutu dalam produksi, instalasi dan pelayanan. Persyaratan dalam sisiem ISO-9002 ini sama dengan persyaratan yang terdapat dalam ISO-9001 kecuali pengendalian desain (non aplicable). Oleh karena itu, ISO-9002 sangat cocok untuk perusahaan jasa yang tidak memerlukan pengendalian desain seperti hotel, rumah sakit, asuransi, bank, lembaga pendidikan maupun laboratorium pengetesan. ISO-9002 ini digunakan bila kesesuaian terhadap persyaratan yang telah ditetapkan harus dijamin oleh perusahaan selama produksi, instalasi, dan pelayanan. Perusahaan yang memproduksi barang tetapi produk tersebut dibuat dengan standar atau spesifikasi pihak lain, olah karenanya pengendalian desain tidak diterapkan. Beberapa contoh perusahaan pengahasil barang yang memerlukan sistem standar ini adalah perusahaan cat, perusahaan sepatu, dan beberapa perusahaan dalam bidang industri kimia.



Page 11 of 19



MANAJEMEN KUALITAS (TQM)



Brawijaya University



2017



d. ISO-9003 Merupakan sistem mutu atau model jaminan mutu untuk inspeksi akhir dan tes. Beberapa isi persyaratan yang terdapat dalam standar ini sama dengan isi persyaratan dalam ISO-9001 kecuali pengendalian desain, pembelian, pengendalian proses, dan pelayanan yang bersifat non aplicable. ISO-9003 merupakan standar yang kurang rinci. Standar ini dipergunakan bila kesesuaian terhadap persyaratan yang telah ditetapkan harus dijamin oleh perusahaan hanya pada tahap inspeksi dan tes akhir. Standar ini umumnya dipakai oleh laboratorium pengujian, pusat-pusat kalibrasi, dan distributor peralatan yang melakukan pemeriksaan dan pengujan produk yang dipasok. e. ISO-9004 Sistem mutu atau model jaminan mutu ISO-9004 adalah pedoman yang tidak mengikat (non contractual) atau petunjuk untuk pemahaman yang terdiri dari ISO9004-1 s.d. ISO-9004-8. ISO-9004-1: 1994, adalah elemen manajemen mutu dan sistem mutu – Bagian 1: yang berisikan panduan untuk pemilihan dan pemakaian. ISO-9004-2:1991, adalah elemen manajemen mutu dan jaminan mutu – Bagian 2: yang berisikan panduan untuk pelayanan . ISO-9004-3:1993, adalah elemen manajemen mutu dan sistem mutu – Bagian 3: yang berisikan panduan untuk proses material. ISO-9004-4, adalah elemen manajemen mutu dan jaminan mutu – Bagian 4: yang berisikan panduan untuk perbaikan mutu (quality improvement). ISO-9004-5: 1993, adalah elemen manajemen mutu dan sistem mutu – Bagian 5: yang berisikan panduan untuk perencanaan mutu. ISO-9004-6: 1993, adalah elemen manajemen mutu dan sistem mutu – Bagian 6: yang berisikan panduan untuk jaminan mutu (quality assurance) manajemen proyek. ISO-9004-7: 1993, adalah elemen manajemen mutu dan sistem mutu - Bagian 7: yang berisikan panduan untuk bentuk manajemen (configuration management). ISO-9004-8: 1993, adalah elemen manajemen mutu dan sistem mutu - Bagian 8: yang berisikan panduan untuk quality principle their application to management practice. f. ISO 14000 ISO 14000 menjelaskan berbagai aspek pengelolaan lingkungan. Yang pertama standar, ISO 14001:2004 dan ISO 14004:2004 berurusan dengan sistem manajemen lingkungan (EMS). ISO 14001:2004 menyediakan persyaratan untuk EMS dan ISO 14004:2004 EMS memberikan pedoman umum. Yang lainnya standar dan pedoman di bidang lingkungan yang spesifik, termasuk: pelabelan, evaluasi kinerja, analisis siklus hidup, komunikasi dan audit. g. ISO 26000 ISO 26000:2010 adalah pedoman untuk tanggung jawab sosial. Hal ini bertujuan untuk menjadi langkah pertama dalam membantu semua jenis organisasi baik di sektor publik dan swasta untuk mempertimbangkan untuk menerapkan ISO 26000 sebagai suatu cara untuk mencapai manfaat yang beroperasi secara sosial bertanggung jawab. Organisasi di seluruh dunia dan pemangku kepentingan mereka, menjadi semakin menyadari kebutuhan dan manfaat dari perilaku sosial yang bertanggung jawab. Tujuan dari tanggung jawab sosial adalah untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan. Page 12 of 19



MANAJEMEN KUALITAS (TQM)



Brawijaya University



2017



Kinerja sebuah organisasi dalam kaitannya dengan masyarakat di mana ia beroperasi dan dampaknya terhadap lingkungan telah menjadi bagian penting untuk mengukur kinerjanya secara keseluruhan dan kemampuannya untuk terus beroperasi secara efektif. Hal ini, dalam bagian, merupakan cerminan dari semakin dikenalnya kebutuhan untuk memastikan ekosistem yang sehat, keadilan sosial dan tata kelola organisasi yang baik. Dalam jangka panjang, kegiatan semua organisasi 'tergantung pada kesehatan ekosistem dunia. Organisasi tunduk pada pengawasan yang lebih besar dengan berbagai pemangku kepentingan mereka. ISO 26000 ini dimaksudkan untuk membantu organisasi untuk berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong mereka untuk melampaui kepatuhan hukum, mengakui bahwa kepatuhan hukum merupakan tugas pokok dari setiap organisasi dan merupakan bagian penting dari tanggung jawab sosial mereka. Hal ini dimaksudkan untuk mempromosikan pemahaman bersama dalam bidang tanggung jawab sosial, dan untuk melengkapi instrumen lainnya dan inisiatif untuk tanggung jawab sosial, bukan untuk menggantikan mereka. h. ISO 31000 Sebuah Internasional Standar baru, ISO 31000:2009, Manajemen Risiko Prinsip dan pedoman, akan membantu organisasi dari semua jenis dan ukuran untuk mengelola risiko secara efektif. ISO 31000 memberikan prinsip, kerangka dan proses untuk mengelola segala bentuk risiko secara transparan, sistematis dan kredibel dalam setiap lingkup atau konteks. Pada saat yang sama, ISO yang mempublikasikan ISO Guide 73:2009, manajemen risiko kosa kata, yang melengkapi ISO 31000 dengan menyediakan kumpulan istilah dan definisi yang berkaitan dengan pengelolaan risiko. Standar ini merekomendasikan bahwa organisasi mengembangkan, menerapkan dan terus meningkatkan kerangka kerja manajemen risiko sebagai komponen integral dari sistem manajemen mereka. "ISO 31000 merupakan dokumen praktis yang bertujuan untuk membantu organisasi dalam mengembangkan pendekatan mereka sendiri dengan manajemen risikoTapi ini bukan standar bahwa organisasi dapat mencari sertifikasi. Dengan menerapkan ISO 31000, organisasi dapat membandingkan praktek manajemen risiko dengan tolok ukur yang diakui secara internasional, memberikan suara untuk prinsip-prinsip pengelolaan yang efektif. ISO Guide 73 lebih lanjut akan memastikan bahwa semua organisasi berada pada halaman yang sama ketika berbicara tentang risiko, "kata Mr Knight. ISO 31000 dirancang untuk membantu organisasi: 1) Meningkatkan kemungkinan pencapaian tujuan 2) Mendorong manajemen yang proaktif. 3) Sadar akan kebutuhan untuk mengidentifikasi dan memperlakukan risiko di seluruh organisasi. 4) Meningkatkan identifikasi peluang dan ancaman. 5) Mematuhi persyaratan hukum dan peraturan yang relevan dan norma-norma internasional. 6) Memperbaiki pelaporan keuangan. 7) Meningkatkan tata pemerintahan. 8) Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan stakeholder. 9) Membangun dasar yang dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan dan perencanaan. 10) Improve controls (Meningkatkan kontrol). 11) Efektif mengalokasikan dan menggunakan sumber daya untuk perawatan risiko. 12) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional Page 13 of 19



MANAJEMEN KUALITAS (TQM) 13) 14) 15) 16) 17)



Brawijaya University



2017



Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja, serta perlindungan lingkungan. Meningkatkan pencegahan kerugian dan manajemen insiden. Meminimalkan kerugian. Meningkatkan organisasi belajar. Meningkatkan ketahanan organisasi.



i. Seri ISO 9000 Ada berbagai macam seri dari ISO 9000 yang memiliki standar, pedoman, dan laporan yang terangkum di dalamnya. Seri ISO 9000 terdiri dari: 1) ISO 9000:2000: Dasar dan Kosakata Sistem Manajemen Mutu. 2) ISO 9001:2000: Persyaratan Sistem Manajemen Mutu. 3) ISO 9004:2000: Pedoman untuk Kinerja Peningkatan Sistem Manajemen Mutu. 4) ISO 19011: Pedoman Audit Sistem Manajemen Mutu dan Lingkungan. Standar Nasional Indonesia (SNI) Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan Berlaku secara Nasional. Badan Standardisasi Nasional merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia dengan tugas pokok mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi di negara tersebut. Badan ini menggantikan fungsi dari Dewan Standardisasi Nasional (DSN). Dalam melaksanakan tugasnya Badan Standardisasi Nasional berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional. Badan ini menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang digunakan sebagai standar teknis di Indonesia. Pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Standardisasi Nasional di bidang akreditasi dilakukan oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). KAN mempunyai tugas menetapkan akreditasi dan memberikan pertimbangan serta saran kepada BSN dalam menetapkan sistem akreditasi dan sertifikasi. Sedangkan pelaksanaan tugas dan fungsi BSN di bidang Standar Nasional untuk Satuan Ukuran dilakukan oleh Komite Standar Nasional untuk Satuan Ukuran (KSNSU). KSNSU mempunyai tugas memberikan pertimbangan dan saran kepada BSN mengenai standar nasional untuk satuan ukuran.Sesuai dengan tujuan utama standardisasi adalah melindungi produsen, konsumen, tenaga kerja dan masyarakat dari aspek keamanan, keselamatan, kesehatan serta pelestarian fungsi lingkungan, pengaturan standardisasi secara nasional ini dilakukan dalam rangka membangun sistem nasional yang mampu mendorong dan meningkatkan, menjamin mutu barang dan/atau jasa serta mampu memfasilitasi keberterimaan produk nasional dalam transaksi pasar global. Dari sistem dan kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk barang dan/atau jasa Indonesia di pasar global. SNI pada dasarnya dikembangkan sebagai referensi pasar yang penerapannya bersifat sukarela (voluntary) dengan konteks tujuan sebagai berikut. a. Meningkatkan kepastian, kelancaran, dan efisiensi transaksi perdagangan di dalam negeri dan dengan dunia internasional, baik antar produsen maupun antara produsen dan masyarakat. b. Meningkatkan perlindungan bagi konsumen, pelaku usaha, masyarakat, kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan negara. c. Meningkatkan efisiensi produksi, membentuk persaingan usaha yang sehat dan transparan, memacu kemampuan inovasi, serta meningkatkan kepastian usaha. SNI dapat berfungsi sebagai referensi pasar yang efektif, apabila perumusan dan penetapannya dilakukan melalui kesepakatan diantara produsen, konsumen, regulator,para pakar, dan pihak-pihak lain yang mempengaruhi pasar. SNI dirumuskan Page 14 of 19



MANAJEMEN KUALITAS (TQM)



Brawijaya University



2017



dan ditetapkan melalui kesepakatan pihak-pihak yang mempengaruhi pasar sehingga regulasi teknis yang memberlakukan SNI wajib lebih mudah dimengerti tujuannya dan mencakup ketentuan yang dapat diterapkan dalam tenggang waktu yang wajar oleh pihak-pihak yang terikat oleh regulasi tersebut. Namun pemberlakuan SNI wajib perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Perumusan dan penetapan suatu SNI yang pada dasarnya tidak diarahkan untuk menetapkan persyaratan yang mengikat, dapat mencakup ketentuan yang tidak memiliki hubungan esensial dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pemberlakuan suatu regulasi teknis, sehingga pemberlakuan SNI wajib sebaiknya dibatasi pada lingkup ketentuan SNI yang diperlukan untuk mencapai konteks tujuan regulasi teknis tersebut. 2) Ketentuan SNI yang akan diberlakukan harus dievaluasi terlebih dahulu untuk mengidentifikasi hal-hal sebagai berikut. 3) Perlunya perevisian karena validitas ketentuan tersebut terhadap perkembangan teknologi dan perdagangan tidak dapat dipertanggungjawabkan. 4) Potensi menimbulkan hambatan bagi kegiatan usaha secara berkelebihan karena ketentuan tersebut bersifat preskriptif. 5) Ketidak-selarasan ketentuan SNI tersebut dengan standar internasional, sehingga berpotensi menimbulkan hambatan perdagangan dan perlu dinotifikasikan kepada negara-negara lain. Pengembangan dan penerapan SNI dilandaskan pada Sistem Standardisasi Nasional yang dikembangkan berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional. Di dalam peraturan pemerintah tersebut ditetapkan ketentuan-ketentuan tentang akreditasi dan sertifikasi untuk menilai kesesuaian suatu produk, proses dan sistem manajemen terhadap SNI tertentu. Sesuai dengan ketentuan tersebut, telah dibentuk Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang memiliki kewenangan untuk menilai kompetensi dan memberikan pengakuan formal kepada lembaga yang berhak melaksanakan sertifikasi. Sertifikat yang merupakan jaminan tertulis menyatakan bahwa suatu produk, proses dan sistem manajemen tersebut telah memiliki kesesuaian terhadap SNI tertentu, termasuk penandaannya (marking) hanya dapat diterbitkan oleh lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi oleh KAN. Dalam hal seluruh atau sebagian ketentuan suatu SNI diberlakukan wajib melalui regulasi teknis, maka proses sertifikasi sebagaimana dimaksud di atas harus dipergunakan untuk pelaksanaan pengawasan pra-pasar, dengan pertimbangan sebagai berikut. 1) Pengawasan pra-pasar dalam pelaksanaan regulasi teknis tersebut tidak bertentangan dengan peraturan peraturan pemerintah yang mengatur standardisasi nasional. 2) Pelaksanaan penilaian kesesuaian suatu produk, proses, dan sistem manajemen terhadap ketentuan SNI yang diwajibkan, dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kompetensi teknis yang dapat dipercaya tidak semata-mata dilandaskan pada kekuatan kewenangan dan dilaksanakan dengan tata cara yang telah diakui secara internasional, sehingga keberterimaannya di pasar dalam dan luar negeri dapat lebih terjamin.



3. Biaya kualitas (Cost of quality) Biaya kualitas adalah biaya yang muncul karena kualitas yang buruk mungkin akan atau telah terjadi. Biaya kualitas adalah biaya kompensasi akibat adanya kesalahan atau harga atas ketidak sesuaian. Empat kategori biaya kualitas meliputi: Page 15 of 19



MANAJEMEN KUALITAS (TQM)



Brawijaya University



2017



a. Biaya Pencegahan (prevention cost) Biaya pencegahan adalah biaya yang terjadi untuk mencegah timbulnya kualitas yang buruk dalam barang atau jasa yang yang dihasilkan. Dengan meningkatnya biaya pencegahan diharapkan biaya kegagalan akan semakin kecil. Contoh: perekayasaan kualitas, program pelatihan kualitas, perencanaan kualitas, pelaporan kualitas, pemilihan dan evaluasi pemasok, audit kualitas, dll. b. Biaya Penilaian (appraisal cost) Biaya penilaian adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan atau sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Tujuan utama penilaian ini adalah untuk mencegah produk yang tidak sesuai spesifikasi dikirimkan ke pelanggan. Contoh: inspeksi dan pengujian bahan, inspeksi pengemasan, supervise terhadap aktivitas penilaian, penerimaan produk, penerimaan proses, inspeksi dan pengujian peralatan, dll. c. Biaya Kegagalan Internal (internal failure cost) Biaya kegagalan internal dalah biaya yang terjadi jika produk dan jasa tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan dan hal ini diketahui sebelum produk dikirimkan kepada pihak di luar perusahaan. Biaya ini tidak akan muncul jika tidak ada kerusakan/cacat pada produk. Contoh: bahan sisa, pengerjaan ulang, inspeksi ulang, pengujian ulang, dan perubahan desain. d. Biaya Kegagalan Eksternal (external failure cost) Biaya yang terjadi jika barang dan jasa gagal/tidak sesuai dengan spesifikasi atau memuaskan pelanggan setelah produk dan jasa tersebut sampai di tangan pelanggan. Contoh: biaya penarikan produk, kerugian penjualan, return, garansi, ketidakpuasan pelanggan, hilangnya pangsa pasar, dll.



4. Pengelolaan Kualitas dan Etika Seorang manajer operasional memiliki tugas penting untuk memberikan keamanan kesehatan barang atau jasa yang berkualitas kepada pelanggan. Pengambangan produk dengan kualitas buruk disebabkan oleh rancangan dan proses produksi yang tidak memadai, mengakibatkan tidak hanya biaya produksi yang menjadi lebih tinggi tetapi juga menyebabkan cidera, perkara hukum dan meningkatkan regulasi pemerintah. Banyak pihak terlibat dalam produksi dan pemasaran produk, termasuk pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, distibutor, dan kreditur sehingga pengelolaan kualitas menjadi tanggungjawab bersama. Setiap perusahaan perlu mngembangkan nilai inti yang menjadi petunjuk sehari-hari bagi semuanya, mulai dari CEO hingga karyawan lini produksi. Pertimbangan pengelolaan tersebut dapat berdasar pada etika pemasaran yang meliputi: a. Etika pemasaran dalam konteks produk: produk yang dibuat berguna dan dibutuhkan masyarakat, produk yang dibuat berpotensi ekonomi atau benefit, produk yang dibuat bernilai tambah tinggi, produk yang dapat memuaskan masyarakat. b. Etika pemasaran dalam konteks harga:harga diukur dengan kemampuan daya beli masyarakat, perusahaan mencari margin laba yang layak, harga dibebani cost Page 16 of 19



MANAJEMEN KUALITAS (TQM)



Brawijaya University



2017



produksi yang layak. c. Etika pemasaran dalam konteks tempat / distribusi: barang dijamin keamanan dan keutuhannya, konsumen mendapat pelayanan cepat dan tepat. d. Etika Pemasaran dalam konteks promosi : sebagai sarana menyampaikan informasi yang benar dan obyektif, sebagai sarana untuk membangun image positif, tidak ada unsur memanipulasi atau memberdaya konsumen, selalu berpedoman pada prinsip2 kejujuran, tidak mengecewakan konsumen.



5. Benchmaking pada Perusahaan Agribisnis Menurut Adiyas (2011), Penerapan benchmarking dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah dilakukan sendiri oleh perusahaan yakni melakukan proses pencarian dan penelusuran terhadap profil-profil perusahaan yang akan dilakukan benchmarking, dapat menyewa lembaga konsultan, dan berpartisipasi dalam sebuah benchmarking yang diselenggarakan oleh perusahaan lain. Gaspersz (2008), mengemukakan bahwa benchmarking merupakan suatu proses pencarian secara kontinu untuk ide-ide baru dan metode-metode baru, praktek dan proses, dan salah satu usaha mengadopsi praktek-praktek atau mengadaptasikan features terbaik, kemudian menerapkannya untuk memperoleh hasil terbaik dari yang terbaik (best of the best). Dengan kata lain benchmarking merupakan pencarian untuk praktek terbaik. Di Amerika perusahaan yang ingin meningkatkan keuntungan dan mencapai keunggulan kompetitif selalu menerapkan benchmarking. Benchmarking dibedakan sebagai berikut: a. Internal Benchmarking : investigasi patok duga yang paling mudah diterapkan yaitu dengan membandingkan operasi-operasi di antara fungsi-fungsi dalam organisasi itu sendiri. Dengan demikian Internal Benchmarking dapat dikatakan sebagai suatu paket upaya perbaikan terus-menerus untuk mengidentifikasi praktek bisnis terbaik yang ada dalam lingkungan perusahaan sendiri. Sebagai contoh, bila praktek bisnis di salah satu anak perusahaan atau unit bisnis setelah diteliti memiliki informasi yang terbaik, maka sifat-sifat tertentu yang unggul ini kemudian ditularkan kepada anak perusahaan yang lain atau unit bisnis lain yang berada dalam kelompok perusahaan yang sama. b. Competitive Benchmarking: tingkatan yang lebih lanjut dari Internal Benchmarking. Competitive Benchmarking berfungsi untuk memposisikan produk perusahaan terhadap produk pesaing. Competitive Benchmarking diterapkan untuk menciptakan atau meningkatkan daya saing serta mampu memperbaiki posisi produk dalam pasar yang kompetitif. Melalui Competitive Benchmarking akan diperoleh informasi tentang performansi terbaik dari pesaing, dimana informasi ini dapat dipergunakan oleh perusahaan untuk menciptakan produk yang lebih baik dari yang baik. c. Fungsional Benchmarking: jenis patok duga yang tidak harus membatasi pada perbandingan terhadap pesaing langsung. Fungsional Benchmarking dapat melakukan investigasi pada perusahaan-perusahaan yang unggul dalam industri yang tidak sejenis. Bagaimanapun relevansi dari perbandingan pada Fungsional Benchmarking perlu dipertahankan melalui pendefenisian karakteristik performansi yang harus serupa dengan fungsi-fungsi dari perusahaan. d. Generic Benchmarking: jenis patok duga dimana beberapa fungsi bisnis dan proses adalah sama tanpa memperdulikan ketidakserupaan atau ketidaksejenisan diantara industri-industri. Generic Benchmarking membutuhkan konseptualisasi yang komperhensi, serta merupakan jenis patok duga yang paling sulit. Generic Benchmarking merupakan perluasan dari Fungsional Benchmarking. Terdapat beberapa pendekatan dalam melakukan sebuah implementasi benchmarking dalam perusahaan/ organisasi termasuk di bidang agribisnis. Diantaranya ialah: Page 17 of 19



MANAJEMEN KUALITAS (TQM)



Brawijaya University



2017



a. Lakukan sebuah penilaian. Penilaian awal berfungsi untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh sebuah organisasi. Penilaian harus dilakukan dengan baik dan pelaksanaannya dilaksanakan secara menyeluruh di semua level manajemen. Beberapa hal yang layak mendapatkan penilaian dan perlu untuk ditindaklanjuti dalam sebuah implementasi benchmarking ialah kepemimpinan, perencanaan strategis, fokus pelayanan pada pasar dan pelanggan, sumberdaya manusia, proses-proses manajerial. b. Sumberdaya yang dimiliki perlu untuk dikenali dan diidentifikasi secara kuantitas dan komitmen yang mereka miliki. Sebab, sumberdaya manusia ialah factor penting dalam menjalankan implementasi strategi dan suksesi sebuah organisasi. c. Keutamaan/prioritas, dimaksudkan untuk melihat sisi mana yang layak didahulukan untuk dilakukan sebuah peningkatan kinerja dan komitmen. Dimana, pada lini tersebut sangat dibutuhkan dan vital fungsinya untuk ditingkatkan lebih dahulu dibandingkan dengan lini lainnya. d. Mengukur dan membandingkan, pengukuran dan perbandingan dilakukan setelah menentukan sebuah skala prioritas. Hal ini sebagai sebuah tindak lanjut dari proses prioritas untuk melihat sejauhmana korelasi kunci-kunci proses dan apa kesalahan/hambatan/celah dalam pelaksanaan lini prioritas dalam melakukan kinerja optimal. e. Penelitian, hal ini diperlukan dalam melihat factor-faktor apa sajakah yang menyebabkan sesuatu dapat menuai sukses lalu dapat ditingkatkan atau dipertahankan sehingga diterapkan pada organisasi/lini yang diharapkan dapat memiliki performa optimal. f. Implementasi, tahapan pelaksanaan dari semua urutan diatas sebagai bentuk praktek dan pelaksanaan benchmarking yang telah dilakukan. g. Mengukur dan mengevaluasi, apa kesalahan dan koreksi atau masukan apa yang dapat digunakan untuk melakukan sebuah perbaikan.



REFERENSI Adiyas, Manajemen Pengupahan dan Perburuhan., Pusat Pengembangan Bahan AjarUniversitas Mercu Buana, Jakarta; 2011. Gaspersz, Vincent., Total Quality Management., Gramedia Pustaka Utama, Jakarta; 2002. Jay Heizer dan Barry Render. 2009. Manajemen Operasi. Salemba Empat. Jakarta Jay Heizer, Barry Render. 2013. Manajemen Operasi. Edisi 11. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Krajewski Lee, Ritzman L.P, and Malhotra M.K. 2013. Operations Management. Pearson Education Limited. England Manahan P. Tampubolon. 2004. Manajemen Operasional. Ghalia Indonesia. Jakarta Pangestu Subagyo. 2000. Manajemen Operasi.BPFE. Yogyakarta Sofjan Assauri. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta T.Hani Handoko. 1984. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE. Yogjakarta Zailani, Suhaiza, Tutik Asrofah and Yudi Fernando, Factors Influencing The Effectiveness of Benchmarking Practice Among Manufacturing Companies in Indonesia, 8th Global Conference on Business & Economics. Italy; 2008. Zulian Yamit. 2003. Manajemen Produksi dan Operasi. Ekonisia. Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta



Page 18 of 19



MANAJEMEN KUALITAS (TQM)



Brawijaya University



2017



PROPAGASI Latihan dan Diskusi 1. Apa yang dimaksud dengan standarisasi, kualitas, ISO, dan SNI. Jelaskan! Inspeksi merupakan bagian penting dalam program pengawasan kualitas. Jelaskan bagaimana umumnya pedoman pelaksanaan inspeksi, dan sebutkan sumber referensinya! 2. Carilah contoh pelaksanaan sistem TQM pada perusahaan agribisnis dan jelaskan tentang pelaksanaan program Total Quality Management (TQM) yang efektif. Jelaskan masing-masing konsep TQM tersebut dan sebutkan sumber referensinya! 3. Carilah artikel mengenai contoh studi kasus biaya kualitas, dan identifikasi penyebab munculnya biaya kulaitas serta dampak kegagalan kualitas pada artikel tersebut! Sertakan sumber referensinya.



Page 19 of 19