Modul Asesmen ABK [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAHAN BELAJAR MATA KULIAH ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)



Disusun Oleh: Dr. Tjutju Sundari, M.Pd. Drs. Maman Abdurahman S. M.Pd.



FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013



Modul Asesmen ABK 08



1



BAHAN BELAJAR MANDIRI 1 ASESMEN SEBAGAI DASAR PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Pendahuluan Salah satu karakteristik dalam penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) yaitu berorientasi kepada kebutuhan anak. Layanan pendidikan lebih ditekankan kepada layanan individual. Layanan pendidikan seperti ini, sebetulnya merupakan bentuk penghargaan dari heterogenitas yang dialami anak berkebutuhan khusus. Dalam upaya memahami kebutuhan ABK, seorang guru selalu membutuhkan data yang akurat berkenaan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi setiap anak didiknya. Untuk dapat menggali data dan informasi tentang kebutuhan dan masalah yang dihadapi ABK, guru dapat melakukannya melalui kegiatan yang disebut dengan asesmen. Asesmen dapat dipandang sebagai upaya yang sistematis untuk mengetahui kemampuan, kesulitan, dan kebutuhan ABK pada bidang tertentu. Data hasil asesmen dapat dijadikan bahan dalam penyusunan program pembelajaran secara individual. Sehubungan dengan itu, asesmen harus menjadi kompetensi bagi seluruh guru khususnya dalam menangani ABK. Berkenaan dengan asesmen merupakan kompetensi bagi guru pada di sekolah terutama yang menangani ABK, maka pada bahan belajar mandiri 1 ini akan dibahas tentang 1) konsep dasar dan ruang lingkup asesmen, 2) prosedur pengembangan instrumen asesmen, 3) prosedur pelaksanaan asesmen. Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi bahan belajar mandiri ini meliputi: 1. Konsep Dasar Asesmen dan Ruang Lingkup Asesmen bagi Anak Berkebutuhan Khusus 2. Prosedur Pengembangan Instrumen Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus 3. Prosedur Pelaksanaan Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Petunjuk Belajar Agar Anda dapat memahami isi bahan belajar mandiri ini dengan baik, perhatikan1ah petunjuk mempelajari bahan belajar mandiri ini sebagai berikut: 1. Bacalah keseluruhan materi dalam bahan belajar mandiri ini secara cepat dan tepat, berusaha mengerti secara keseluruhan materi bahan belajar mandiri ini 2. Sesudah itu mulailah membaca setiap kegiatan belajar secara lebih teliti dengan berusaha memahami, mencari dan menemukan setiap konsep yang diuraikan 3. Bila ada bagian yang tidak atau kurang Anda mengerti maka berilah tanda dan catat dalam buku catatan Anda untuk dapat Anda tanyakan pada waktu ada tatap muka



4. Setelah Anda pelajari dengan hati-hati setiap bagian dari bahan belajar mandiri ini, cobalah lakukan evaluasi sendiri hasil belajar Anda dengan cara membuat pertanyaan sendiri dan berusaha menjawab sendiri 5. Buatlah kesimpulan dalam kata-kata Anda sendiri dari keseluruhan bahan yang Anda baca dalam bahan belajar mandiri ini 6. Akhirnya kerjakanlah latihan dan tes formatif yang tersedia KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 Konsep Dasar dan Ruang Lingkup Asesmen bagi Anak Berkebutuhan Khusus Melalui kegiatan pembelajaran 1 ini mahasiswa diperkenalkan dengan konsep dasar dan ruang lingkup asesmen bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Pembahasan difokuskan pada pentingnya asesmen dalam pendidikan bagi ABK, fungsi dan tujuan pelaksanaan asesmen. A. TUJUAN Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar dan ruang lingkup asesmen anak berkebutuhan khusus. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan pengertian asesmen ABK 2. Menjelaskan tujuan pelaksanaan asesmen dalam pendidikan ABK. 3. Menjelaskan ruang lingkup asesmen ABK. B. POKOK BAHASAN 1 Pengertian asesmen ABK 2 Tujuan pelaksanaan asesmen dalam pendidikan ABK 3 Ruang lingkup asesmen ABK C. INTISARI BACAAN 1. Pengertian Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Asesmen berasal dari bahasa Inggris to assess (kk: menaksir); Assessment (kb: taksiran). Istilah menaksir mengandung makna deskriptif atau menggambarkan sesuatu, sehingga sifat atau cara kerja asesmen sangat komprehensif. Artinya utuh dan menyeluruh. Banyak para ahli pendidikan yang mengemukakan tentang definisi asesmen diantaranya: Wallace & Longlin (1979) mengemukakan bahwa asesmen merupakan suatu proses sistematis dengan menggunakan instrumen yang sesuai untuk mengetahui perilaku belajar, penempatan, dan pembelajaran. Rosenberg (1982) mengemukakan bahwa asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran anak. Sedangkan menurut Robert M. Smith (2002)



Asesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan anak, yang mana hasil keputusannya dapat digunakan untuk menentukan layanan pendidikan yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran. Ahli pendidikan lainnya McLoughlin & Lewis (1986) mengemukakan bahwa Asesmen adalah proses yang sistematis dalam mengumpulkan data seorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut, guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis sesuai dengan kenyataan yang obyektif. Menurut Fallen & Umansky (1988) asesmen adalah proses pengumpulan data untuk tujuan pembuatan keputusan dan menerapkan seluruh proses pembuatan keputusan tersebut, mulai diagnosa paling awal terhadap problem perkembangan sampai penentuan akhir terhadap program anak. Sedangkan menurut Fried Mangungsong 1(995) asesmen adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi, data-data yang berkaitan dalam membantu seseorang mengambil keputusan yang berkaitan dengan masalah pendidikan. Adapun menurut Lidz (2003) asesmen merupakan proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil psikologis anak, yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami, kelebihan dan kelemahannya, serta peran pendukung yang dibutuhkan anak. Lerner, (1988:54) mendefinisikan bahwa asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang siswa yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan pembelajaran siswa tersebut. Selanjutnya dikemukakan bahwa: Asesmen merupakan kegiatan/proses mengidentifikasi atau mengumpulkan fakta/data/evidence kemudian membandingkan fakta tersebut dengan suatu parameter atau ukuran tertentu dengan tujuan tertentu. Untuk mendapatkan fakta/data/evidence tersebut dibutuhkan suatu alat ukur/metode, dan kegiatan tersebut dilakukan oleh satu atau sekumpulan pengukur. http://www.ab-cons.com/articles.htm1 2004 Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa asesmen adalah: a. Proses sistematis yang bersifat komprehensip, b. Berupa informasi (data/fakta/evidence) untuk mengetahui gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami, serta kelemahan dan kekuatan anak, c. Adanya pembanding informasi tersebut dengan suatu parameter/ukuran dengan menggunakan instrumen, d. Adanya pelaku “asesor” (melibatkan tim) yang mengumpulkan informasi, e. Digunakan untuk menyusun suatu program pembelajaran yang dibutuhkan anak yang bersifat realistis, sesuai dengan kenyataan secara objektif.



Dalam konteks pendidikan asesmen berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan dalam pembelajarannya. Dengan perkataan lain, asesmen digunakan untuk menemukan dan menetapkan di mana letak masalah yang dihadapi serta apa yang menjadi kebutuhan belajar seorang anak. Berdasarkan informasi itulah seorang guru akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realistis dan obyektif atau sesuai dengan kenyataan tentang anak tersebut. Moh. Amin (1995) mengemukakan tentang perlunya asesmen dalam pendidikan bagi ABK didasari oleh beberapa pertimbangan sebagai berikut. Pertama, pada dasarnya tindakan asesmen merupakan tindak lanjut dari kegiatan deteksi. Pada kegiatan deteksi semata-mata hanya berusaha menemukan atau menelusuri keadaan perkembangan anak yang sehingga akhirnya dapat diduga bahwa anak tersebut diklasifikasikan sebagai anak berkebutuhan khusus. Dengan demikian dalam kegiatan deteksi tidak dibicarakan mengenai tindak lanjut atau bagaimana pelaksanaan pembelajarannya. Kedua, perbedaan individual. Anak berkebutuhan khusus memiliki perbedaanperbedaan individual, baik perbedaan yang bersifat inter individual maupun perbedaan yang bersifat intra individual. Perbedaan inter individual, yaitu perbedaan kemampuan ABK dengan teman-temannya yang ABK. Misalnya: diberikan pelajaran berhitung dengan materi yang sama kepada dua orang anak tunagrahita yang berada pada tingkat ketunagrahitaan yang sama. Ternyata dalam penyelesaian tugasnya, kedua anak tersebut berbeda kecepatannya, yang mengakibatkan adanya perbedaan materi berhitung bagi masing-masing anak tersebut. Adapun perbedaan intra individual, yaitu perbedaan kemampuan pada diri ABK itu sendiri. Dia memiliki kemampuan dalam satu bidang tertentu, akan tetapi ia mengalami kesulitan yang tergolong berat dalam bidang yang lainnya. Untuk mengetahui kemampuan dan kesulitan tersebut diperlukan tindakan atau kegiatan asesmen. Di lapangan, asesmen (penilaian) dan evaluasi sering menjadi samar dan digunakan secara tidak tepat. Evaluasi dan asesmen merupakan dua hal yang memiliki kemiripan, namun keduanya sangat berbeda. Perbandingan Asesmen dan Evaluasi Komponen Pelaksanaan



Konten (instrumen) Tujuan



Asesmen



Evaluasi







Sebelum, saat, akhir pembelajaran, dan terus bergulir tanpa henti (dynamics assessment)







Saat dan akhir pembelajaran







Didasarkan kepada masalah dan kemampuan yang dimilki anak







Didasarkan pada materi yang telah diberikan







Untuk melihat kondisi anak saat itu baik kemampuan, kesulitan, maupun kebutuhan belajarnya.







Untuk mengukur seberapa jauh materi dapat diserap/dikuasai anak



2. Tujuan Pelaksanaan Asesmen dalam pendidikan ABK Pada dasarnya tujuan utama dilakukannya asesmen adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran bagi anak yang bersangkutan. Moh.Amin (1995) mengemukakan bahwa tujuan dilakukannya asesmen berkaitan erat dengan waktu mengadakannya. Kegiatan asesmen yang dilakukan setelah ditemukan bahwa seseorang itu ABK atau setelah kegiatan deteksi, maka asesmen diperlukan untuk: a. Menyaring kemampuan ABK; hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan anak dalam setiap aspek. Misalnya: bagaimana kemampuan bahasanya, kemampuan kognitifnya, kemampuan geraknya, atau kemampuan penyesuaian dirinya.. b. Untuk keperluan pengklasifikasian, penempatan, dan penemuan program pendidikan ABK c. Untuk menentukan arah atau tujuan pendidikan serta kebutuhan ABK. Tujuan pendidikan ABK pada dasarnya sama dengan tujuan pendidikan pada umumnya. Mengingat kemampuan dan kebutuhan mereka berbeda-beda dan perbedaan tersebut sedemikian rupa, sehingga perlu dirumuskan tujuan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan tersebut. d. Untuk mengembangkan program pendidikan yang diindividualisasikan yang dikenal dengan IEP (Individualized Educational Program). Dengan data yang diperoleh sebagai hasil asesmen dapatlah diketahui kemampuan dan ketidakmampuan ABK. Kemampuan dan ketidakmampuan menjadi dasar untuk mengembangkan kemampuan berikutnya. Dengan demikian program yang dikembangkan akan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap anak.. e. Untuk menentukan strategi, lingkungan belajar, dan evaluasi pengajaran. McLoughlin & Lewis (1986) mengemukakan bahwa sekurang-kurangnya ada lima keperluan mengapa kita melakukan asesmen, yaitu untuk: screening (penyaringan), referal (pengalihtanganan), perencanaan pembelajaran, memonitor kemajuan siswa, dan evaluasi program. Sedangkan menurut Robb, Benardoni, dan Johnson (1972) dalam Robert M. Smith, ada beberapa tujuan mengapa seseorang melakukan asesmen, yaitu: a. Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak b. Untuk membuat keputusan tentang penempatan anak c. Untuk merancang program individualisasi pendidikan d. Untuk memonitor kemajuan anak secara individual e. Untuk mengevaluasi keefektifan program Selanjutnya Sunardi & Sunaryo (2006) mengemukakan bahwa secara umum asesmen bermaksud untuk: a Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat, dan komprehensif tentang kondisi anak saat ini.



b



c



a. b. c. d.



Mengetahui profil anak secara utuh, terutama permasalahan dan hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan anak Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan khususnya dan memonitor kemajuannya Adapun menurut Bomstein dan Kazdin (1985), asesmen bertujuan untuk: Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi Memilih dan mendesain program treatmen Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketepatan dari terapi



3. Ruang Lingkup Asesmen Pendidikan ABK Pada dasarnya asesmen pendidikan terutama difokuskan pada berbagai bidang pelajaran di sekolah, baik faktor yang mempengaruhi prestasi di sekolah seperti bidang akademik, bahasa, dan keterampilan sosial maupun faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat dipertimbangkan bersama dengan analisis strategi belajar dan perilaku belajar siswa yang dapat diamati dan dapat diukur. Sebagaimana dikemukakan oleh McLoughlin & Lewis (1986:3) bahwa: Educational assessment focuses mainly on the many areas of learning in school, as well as any other factor affecting school achievement. Academic, language, and social skills are examined. Environmental factors may also be considered, along with analyzing the student’s observable and measurable learning behavior and learning strategies. Dalam penyelenggaraan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus, secara garis besar asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua (Yusuf, M.2005), yaitu: asesmen akademik, dan asesmen perkembangan. Asesmen akademik menekankan pada upaya mengukur pencapaian prestasi belajar siswa. Pada asesmen akademik aspek yang diases adalah bidang-bidang kemampuan dan keterampilan akademik seperti keterampilan membaca, menulis, dan berhitung atau matematika. Sedangkan asesmen perkembangan mengutamakan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan keterampilan prasyarat yang diperlukan untuk keberhasilan bidang akademik. Adapun aspek-aspek yang diases dapat berupa perkembangan kognitif, yang meliputi: aspek bahasa dan komunikasi, persepsi, konsentrasi, dan memori; perkembangan motorik, perkembangan social, dan perkembangan emosi.. Sedangkan Harwell, (1982) mengemukakan bahwa aspek-aspek perkembangan yang perlu diases khususnya bagi anak berkesulitan belajar, mencakup: a) Gangguan motorik, b). Gangguan persepsi, c). Gangguan perhatian/atensi, d). Gangguan memori, e). Hambatan dalam orientasi ruang/arah, f). Hambatan dalam perkembangan bahasa, g). Hambatan dalam pembentukan konsep, dan h). Mengalami masalah dalam perilaku.



D. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan latihan berikut ini. 1. Rumuskan pengertian asesmen menurut Anda ! 2. Jelaskan ruang lingkup asesmen ! E. RANGKUMAN 1. Asesmen adalah proses pengumpulan informasi tentang anak yang akan dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan program yang sesuai dengan kebutuhani anak tersebut. 2. Dengan adanya perbedaan yang mencolok antara ABK menuntut guru anak berkebutuhan khusus untuk berkarya nyata dan lebih kreatif dalam mengembangkan kurikulum. 3. Di lapangan, asesmen dan evaluasi (penilaian) sering menjadi samar dan digunakan secara tidak tepat. Evaluasi dan asesmen merupakan dua hal yang memiliki kemiripan, namun keduanya sangat berbeda. 4. Ruang lingkup asesmen pendidikan meliputi aspek perkembangan dan aspek akademik. F. TES FORMATIF Petunjuk: Pilihlah salah satu option yang dianggap paling benar! 1. Suatu kegiatan untuk menggali informasi tentang kemampuan anak dalam menguasai suatu materi pelajaran yang telah dipelajarinya, dimaknai sebagai kegiatan … a. Asesmen b. Evaluasi c. Diagnostik d. Preskriptif 2. Secara konten (instrumen) kegiatan asesmen pada dasarnya adalah … a. Cenderung menghasilkan informasi yang mengarah pada pelabelan b. Dilaksanakan pada saat dan akhir pembelajaran c. Didasarkan pada materi yang telah diberikan d. Didasarkan kepada masalah dan kemampuan yang dimilki anak 3. Kegiatan asesmen berbeda dengan kegiatan diagnostik. Kegiatan diagnostik adalah … a Cenderung menghasilkan informasi yang mengarah pada pelabelan b Dilaksanakan pada saat dan akhir pembelajaran c Didasarkan pada materi yang telah diberikan d Untuk mengukur seberapa jauh materi dapat diserap/dikuasai anak



4. Kegiatan asesmen bertujuan untuk: a Untuk menghasilkan informasi yang mengarah pada pelabelan b Untuk melihat kemampuan, kesulitan, maupun kebutuhan belajarnya. c Didasarkan pada materi yang telah diberikan d Untuk mengukur seberapa jauh materi dapat diserap/dikuasai anak 5. Berikut ini adalah karakteristik kegiatan asesmen perkembangan, kecuali … a Menekankan pada upaya mengukur pencapaian prestasi belajar siswa b Mengases keterampilan pre-requisite bidang akademik c Mengases keterampilan prasyarat bidang akademik d Mengases perilaku adaptif siswa 6. Berikut ini adalah karakteristik kegiatan asesmen akademik, kecuali … a Menekankan pada upaya mengukur pencapaian prestasi belajar siswa b Mengases bidang-bidang kemampuan akademik c Mengases bidang keterampilan akademik, seperti calistung d Mengases perkembangan persepsi siswa 7. Evaluasi dan asesmen merupakan dua hal yang memiliki kemiripan, namun keduanya sangat berbeda. Perbedaan tersebut terletak terutama pada … a Evaluasi cenderung menghasilkan informasi yang mengarah pada pelabelan b Asesmen dilaksanakan pada saat dan akhir pembelajaran c Asesmen didasarkan pada materi yang telah diberikan d Evaluasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh materi dapat dikuasai anak 8. Pelaksanaan asesmen dilakukan sebelum, saat, akhir pembelajaran, dan terus bergulir tanpa henti, dimaknai sebagai … a Dynamics assessment b Academic assessment c Developmental assessment d Educational assessment 9. Anak berkebutuhan khusus memiliki perbedaan-perbedaan individual. Perbedaan kemampuan ABK dengan teman-temannya yang ABK, dimaknai sebagai istilah … a Perbedaan intra individual b Perbedaan ekstra individual c Perbedaan inter individual d Perbedaan kontra individual



10. Adapun perbedaan kemampuan pada diri ABK itu sendiri, dimaknai sebagai …. a Perbedaan intra individual b Perbedaan ekstra individual c Perbedaan inter individual d Perbedaan kontra individual Kunci Jawaban: 1. a 2. d 3. a 4. b 5. a



6. d 7. d 8. a 9. c 10.a



G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10 kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut: 90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup < 70% = kurang Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 Prosedur Pengembangan Instrumen Asesmen bagi Anak Berkebutuhan Khusus Melalui kegiatan pembelajaran 2 ini mahasiswa diperkenalkan dengan prosedur pengembangan instrumen asesmen bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Pembahasan difokuskan pada bagaimana langkah-langkah penyusunan instrumen asesmen bagi ABK. A. TUJUAN Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan mahasiswa dapat menyusun dan mengembangkan instrumen asesmen bagi anak berkebutuhan khusus. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu:



1. Menjelaskan langkah-angkah penyusunan instrumen asesmen ABK. 2. Mengembangkan butir instrumen asesmen ABK. B. POKOK BAHASAN 1. Langkah-langkah penyusunan instrumen asesmen. 2. Pengembangan instrumen asesmen C. INTISARI BACAAN 1. Langkah-langkah penyusunan instrumen asesmen. Untuk mendapatkan data yang akurat dari siswa yang akan diases diperlukan instrumen yang memadai. Rochyadi & Alimin (2005) mengemukakan bahwa ada beberapa langkah yang harus ditempuh guru dalam penyusunan instrumen asesmen. Langkah penyusunan instrumen yang dimaksud adalah: 1) menetapkan aspek dan ruang lingkup yang akan diases, 2) menetapkan ruang lingkup, yaitu memilih komponen mana dari bidang yang akan diakses, 3) Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen, dan 4) Mengembangkan butir soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Berikut penjelasan masing-masing langkah.. 1) Memahami aspek dan ruang lingkup yang akan diases. Merujuk kepada ruang lingkup asesmen dalam pendidikan bagi ABK, guru seyogyanya memiliki pemahaman yang komprehensif tentang bidang yang akan diaseskan. Asesmen hanya akan bermakna, jika guru/asesor mengetahui organisasi materi, jenis keterampilan yang akan dikembangkan, serta tahap-tahap perkembangan anak. Untuk lebih memperjelas pembahasan mengenai ruang lingkup akan diambil contoh salah satu ruang lingkup asesmen perkembangan, yaitu: „keterampilan kognitif dasar‟. Untuk memahami aspek-aspek apa saja yang termasuk dalam keterampilan kognitif dasar, maka guru harus mengetahui konsep atau pengertian keterampilan kognitif dasar itu sendiri. Keterampilan kognitif dasar merupakan suatu keterampilan prasyarat untuk mempelajari bidang akademik, khususnya dalam aritmetika. Merujuk pada teori perkembangan kognitif dari Piaget (1965) yang mengemukakan bahwa seorang siswa dikatakan siap untuk belajar matematika khususnya aritmetika, apabila ia telah menguasai empat keterampilan kognitif dasar, yang meliputi: klasifikasi, ordering dan/atau seriasi, korespondensi, dan konservasi. Berdasarkan teori tersebut, guru/asesor dapat mempelajari masing-masing dari keempat komponen keterampilan kognitif dasar tersebut. Selanjutnya dari tiap-tiap komponen dikembangkan menjadi sub-sub komponen. Dari setiap subkomponen tersebut dapat dijabarkan lagi ke dalam sub-sub komponen yang lebih kecil yang memuat indikator-indikator yang akan dijadikan landasan dalam pembuatan butir-butir soal dalam instrumen asesmen tersebut. Untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang ruang lingkup bidang yang akan diases, penyajian materi dalam bentuk matriks,



bagan, tabel, atau daftar dapat membantu pemahaman guru/asesor dalam rangka menyusun instrumen asesmen yang dimaksud. 2) Menetapkan ruang lingkup, yaitu memilih komponen mana dari bidang yang akan diases Setelah guru/asesor memahami ruang lingkup bidang yang akan diases, langkah selanjutnya adalah memilih komponen/subkomponen mana dari keseluruhan komponen bidang tersebut untuk ditetapkan sebagai komponen/subkomponen yang akan diaseskan. Apakah guru memilih salah satu komponen dari bidang keterampilan kognitif dasar tersebut, misalnya komponen klasifikasi, atau memilih dua komponen, yaitu klasifikasi dan ordering, misalnya. Setelah guru/asesor menetapkan atau memilih komponen mana yang akan diases, langkah selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen asesmen tentang komponen yang dipilih/ditetapkan dari keseluruhan komponen bidang yang akan diases. 3) Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen Untuk menentukan instrumen asesmen dari keterampilan/subketerampilan tertentu, guru/asesor seyogyanya membuat kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi ini bertujuan untuk mempermudah dalam membuat soal atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Yang paling penting dalam membuat kisi-kisi instrumen ini adalah pemahaman secara komprehensif tentang keterampilan/subketerampilan yang telah dipilih/ditetapkan untuk diaseskan, baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya. Tidak ada peraturan yang baku mengenai penyusunan kisi-kisi ini, namun berdasarkan pengalaman penulis, untuk memudahkan dan memberikan gambaran yang menyeluruh sebaiknya disusun dalam sebuah table atau daftar. Tabel kisi-kisi ini yang berisi kolom-kolom: 1) keterampilan, 2) subketerampilan, dan 3) indikator . 4) Mengembangkan butir soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat Setelah menyusun kisi-kisi instrumen, langkah selanjutnya adalah mengembangkan butir-butir soal tentang keterampilan/subketerampilan dari kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. Sama halnya dengan penyusunan kisi-kisi, pengembangan butir soal dapat dibuat dalam bentuk daftar atau tabel. Butir-butir soal dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dari subkomponen/ subketerampilan yang telah dipahami baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya. 2. Pengembangan Instrumen Asesmen. Untuk dapat mengembangkan instrumen asesmen ada beberapa prosedur atau strategi yang dapat dipilih, yaitu asesmen formal dan asesmen informal. Asesmen formal dilakukan dengan menggunakan tes baku yang dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan tes, kunci jawaban, cara menafsirkan hasilnya, dan alternatif penanganan anak yang bersangkutan. Penyusunan asesmen formal memerlukan keahlian tinggi, waktu yang lama, dan biaya yang besar, karena harus didasarkan atas validitas tertentu, memerlukan perhitungan reliabilitas , dan tiap butir soal perlu dikalibrasi untuk mengetahui daya pembeda dan derajat



kesulitannya. Karena penyusunan instrumen asesmen formal tidak mudah, maka tidak mudah pula untuk menemukan instrumen asesmen formal tersebut. Oleh karena itu para ahli di bidang pendidikan bagi ABK umumnya mempercayai bahwa asesmen informal merupakan cara yang terbaik untuk memperoleh informasi tentang penguasaan anak Berbagai observasi tentang perilaku anak sehari-hari dalam menyelesaikan tugasnya atau hasil tes bidang tertentu yang dibuat oleh guru berdasarkan kurikulum dapat menyajikan informasi yang sangat berharga sebagai landasan pelayanan pengajaran bagi ABK. Yusuf, M (2005) mengemukakan beberapa jenis asesmen informal yang dapat digunakan guru, seperti: observasi, analisis sampel kerja, inventori informal, daftar cek, skala penilaian, wawancara, dan kuesioner. Observasi, adalah suatu strategi pengukuran dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap perilaku siswa, misalnya keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan kebiasaan belajar. Adapun teknik yang dapat digunakan berupa: event recording (catatan berdasarkan frekuensi kejadian), duration recording (mencatat perilaku berdasarkan lamanya kejadian), interval time sample recording (mencatat hasil amatan berdasarkan interval waktu kejadian). Agar pelaksanaan observasi ini efisien dan akurat, perlu diperhatikan hal-hal berikut: 1) tentukan perilaku yang akan diamati, 2) perilaku harus dapat diamati dan diukur, 3) tentukan waktu dan tempat, 4) sediakan form catatan, dan 5) cara pengukuran Analisis sampel kerja, merupakan jenis pengukuran informal dengan menggunakan sample pekerjaan siswa, misalnya hasil tes, karangan, karya seni, respon lisan. Ada beberapa tipe analisis sample kerja, yaitu: analisis kesalahan dari suatu tugas dan analisis respon, baik respon yang benar maupun yang salah Analisa Tugas, lebih banyak digunakan untuk pengukuran maupun perencanakan pengajaran. Analisa tugas merupakan proses pemisahan, pengurutan, dan penguraian sebuah komponen penting dari semua tugas. Analisa tugas umumnya digunakan dalam bidang menolong diri sendiri. Misalnya tugas menyetrika baju/dari tahapan-tahapan yang dilakukan anak Infentori Informal, biasanya digunakan untuk melihat prestasi siswa dalam bidang akademik. Meskipun demikian dapat pula digunakan untuk mengukur aspek-aspek non akademik, seperti kebiasaan dan perilaku social. Inventory informal memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya lebih umum, seperti sejauh mana kemampuan membaca siswa? Dari pertanyaan umum ini dijabarkan ke dalam beberapa bagian yang dapat diuji, seperti dalam pengenalan atau pemahaman bacaan. Daftar Cek, biasanya digunakan untuk meneliti perilaku siswa di dalam kelas, atau patokan-patokan perkembangan. Daftar cek dapat juga untuk mengetahui apa yang sudah dicapai pada masa lalu, kinerja siswa di luar sekolah, kurikulum yang sudah dicapai dan sebagainya.



Skala penilaian, memungkinkan diperolehnya informasi tentang opini dan penilaian, bukan laporan perilaku yang dapat diamati. Misalnya sikap terhadap suatu obyek, persepsi anak mengenai pengasuhan orang tua, konsep diri anak dan sebagainya. Kuisioner, biasanya berupa instrumen tertulis, sedangkan wawancara dilakukan secara lisan. Keduanya dapat disusun secara sistematis atau secara terbuka. Wawancara dan kuisioner merupakan salah satu teknik asesmen yang cukup tepat untuk menghimpun informasi seseorang termasuk informasi masa lalu, seperti pengalaman masa kecil, kebiasaan di rumah, sejarah perkembangan anak dan sebagainya. Berdasarkan beberapa strategi/teknik dalam melakukan asesmen seperti tersebut di atas, dapat disusun suatu skala pengukuran terhadap aspek tertentu. Selanjutnya Yusuf M. (2005) mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan skala pengukuran: 1. Aspek apa yang akan diukur 2. Rumuskan definisi konsep dan operasional 3. Sebutkan indiktor dari aspek yang diukur 4. Susun daftar pertanyaan 5. Pilih tehnik/strategi yang akan digunakan. D. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan latihan berikut ini. 1. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah penyusunan instrumen asesmen ! 2. Buatlah contoh instrumen asesmen untuk salah satu aspek akademik ! E. RANGKUMAN 1. Membuat instrumen merupakan pekerjaan rutin guru dalam keseluruhan rangkaian proses pembelajaran yang dilakukan setiap guru. 2. Langkah-langkah penyusunan insnstrumen asesmen adalah : a. Memahami aspek dan ruang lingkup yang akan diasesmen b. Menetapkan ruang lingkup asesmen c. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen d. Menyusun instrumen asesmen berdasarkan kisi-kisi. F. TES FORMATIF Petunjuk: Pilihlah option berikut yang Anda anggap paling benar! 1 Berikut ini adalah prosedur asesmen informal, kecuali … a. Analisis sampel kerja b. Observasi c. Wawancara d. Tes baku



2



Para guru/asesor khususnya di Indonesia jarang menggunakan instrumen asesmen formal, karena instrumen tersebut … a Instrumen asesmen formal sulit digunakan b Instrumen asesmen formal sulit diperoleh c Instrumen asesmen formal tidak ada di Indonesia d Instrumen asesmen formal tidak dapat dibuat oleh guru



3



Strategi pengukuran dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap perilaku siswa, adalah strategi pengukuran melalui …. a Observasi b Analisis sampel kerja c Inventori informal d Daftar cek



4



Untuk memperoleh informasi tentang masa lalu anak atau sejarah perkembangan anak, instrumen asesmen yang tepat digunakan adalah ... a Kuesioner b Observasi c Wawancara d Angket



5



Untuk mengukur karangan siswa atau karya seni, akan lebih tepat jika menggunakan instrumen … a Analisis sample kerja b Kuesioner c Angket d Wawancara



6



Interview adalah jenis instrumen yang biasa digunakan melalui… a Lisan b Tertulis c Perbuatan d Praktek



7



Teknik observasi berupa catatan berdasarkan frekuensi kejadian, merupakan teknik jenis … a. event recording b. duration recording c. interval time sample recording d. interval recording



8



Berikut kriteria yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan skala pengukuran, kecuali ... a. Merumuskan definisi konsep b. Merumuskan definisi operasional c. Menjabarkan indiktor dari aspek yang diukur d. Menyusun kunci jawaban



9



Teknik observasi berupa catatan perilaku berdasarkan lamanya kejadian, merupakan teknik observasi jenis … a. event recording b. duration recording c. interval time sample recording d. interval recording



10 Teknik observasi berupa catatan hasil amatan berdasarkan interval waktu kejadian, adalah teknik observasi jenis … a. event recording b. duration recording c. interval time sample recording d. interval recording Kunci Jawaban: 1. d 2. b 3. a 4. c 5. a



6. a 7. a 8. d 9. b 10. C



G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10 kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut: 90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup < 70% = kurang



Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 Prosedur Pelaksanaan Asesmen bagi Anak Berkebutuhan Khusus Melalui kegiatan pembelajaran 3 ini mahasiswa diperkenalkan dengan prosedur pelaksanaan asesmen bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Pembahasan difokuskan pada kapan, dimana, dan bagaimana asesmen dilakukan. A. TUJUAN Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 3 ini diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan asesmen bagi anak berkebutuhan khusus. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan metode dan teknik asesmen. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan prosedur pelaksanaan asesmen. B. POKOK BAHASAN 1 Metode dan teknik asesmen 2 Prosedur pelaksanaan asesmen. C. INTISARI BACAAN 1. Metode dan Teknik Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus Seperti telah diuraikan di atas bahwa metode atau cara yang dapat digunakan dalam melaksanakan asesmen antara lain: a Observasi, pengamatan yang dilakukan terhadap cara belajar siswa, tingkah laku yang muncul pada saat siswa belajar, dan sebagainya b Tes atau evaluasi hasil belajar, diperoleh dengan cara memberikan tes pada setiap bidang pengajaran. c Wawancara, dilakukan terhadap orang tua, atau keluarga, dan siswa. Sedangkan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diharapkan melalui metode di atas adalah: a. Ceklis, yaitu memberikan tanda pada bagian-bagian yang telah ditentukan pada pedoman sesuai dengan kemampuan anak. b. Skala nilai, yaitu bentuk penilaian yang mengarah pada kemampuan atau prestasi belajar siswa.



Adapun bentuk laporan hasil pelaksanaan asesmen dapat berupa: a. grafik, yaitu untuk menggambarkan posisi setiap siswa dalam tiap-tiap bidang pengajaran b. Data kualitatif, yaitu deskripsi singkat tentang kemampuan siswa dalam belajar untuk setiap bidang studi c. Data kuantitatif, yaitu data berupa angka. Supaya tidak menyesatkan, data kuantitatif ini hendaknya selalu diiringi dengan data kualitatif. Ada beberapa persyaratan dalam menentukan metode asesmen, yaitu : a Autentik, perilaku nyata dalam setting nyata b Konvergen, sumber informasi yang beragam c Kolaborasi, dilakukan bersama, terutama sekali dengan pengasuh d Equity, mampu mengakomodasi kebutuhan khusus anak e Sensivitas, dapat memasukan materi yang cukup untuk perencanaan keputusan f Kongruen, ada kesamaan prosedur yang diterapkan, baik dalam pengembangan maupun evaluasinya. Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan di dalam melakukan asesmen sebagaimana Mary, A.Falvey, (1986) mengemukakan tentang kapan, dimana, dan bagaimana asesmen itu dilakukan. Untuk menentukan program pembelajaran yang relevan dan fungsional bagi anak, asesmen seyogyanya dilakukan secara terus menerus (kontinyu). Dengan cara ini asesmen dapat memfasilitasi belajar anak dan keterampilan yang diperoleh dari hasil belajar akan menjadi fungsional Untuk melihat bagaimana perilaku anak, asesmen hendaknya dilakukan dalam situasi alamiah (seperti di rumah, di dalam kelas, di kantin, di asrama, dsb. di mana anak tinggal). Proses asesmen pada situasi alamiah ini penting untuk melihat perilaku nyata anak dalam berbagai ragam situasi/lingkungan. Metode dan teknik harus menjadi pertimbangan di dalam melakukan asesmen. Beberapa teknik dapat digunakan dalam melakukan asesmen, di antaranya: observasi, wawancara, tes, dan inventori. Namun demikian, observasi dan wawancara yang mendalam banyak membantu menggali kemampuan, masalah, dan kebutuhan anak. Observasi sangat berguna untuk melihat kemampuan dan keterampilan anak dalam situasi/lingkungan yang alamiah. Perilaku itu muncul tanpa ada intervensi dan manipulasi dari guru. Melalui lembar observasi guru hanya menandai atau menceklis setiap perilaku yang muncul (mis.: tidak pernah, kadang-kadang, sering, atau sering sekali), sehingga akan tampak perilaku yang menjadi masalah pada anak tersebut. Data yang dikumpulkan dari kegiatan observasi mungkin berkaitan erat dengan manusia, material, atau benda, dan berbagai situasi yang berhubungan dengan anak. Berdasarkan hasil observasi, guru dapat mengembangkan program pengembangngan perilaku yang bersifat negatif ke arah perilaku yang bersifat positif.



2.



Prosedur Pelaksanaan Asesmen : Sebagaimana telah dijelaskan mengenai ruang lingkup materi keterampilan yang akan diases, asesmen juga pada akhirnya akan menentukan apa yang akan diajarkan kepada siswa secara individu. Dan bagaimana cara guru mengajar siswa sehingga memperoleh kemajuan yang optimal. Pada hakikatnya guru mempunyai tugas untuk membantu individu agar dapat belajar secara baik dan memperoleh hasil yang optimal (sesuai dengan kemampuannya). Oleh karena itu, dalam merencanakan program pengajaran, guru hendaknya memperhatikan perbedaanperbedaan yang dimiliki oleh siswa baik yang bersifat inter individual maupun yang bersifat intra individual. Hal ini sangat penting bagi ABK yang perbedaan individualnya sangat nampak. Perbedaan-perbedaan itu dapat diketahui melalui kegiatan asesmen. Untuk menentukan apa yang harus diajarkan kepada siswa secara individu, ada beberapa langkah/urutan yang harus diperhatikan. Mercer & Mercer (1989:38) menyarankan sebagai berikut: 1) Determine scope and sequence of skills to be taught, 2) decide what behavior to asses, 3) select an evaluation activity, 4) administer the evaluation device, 5) record the student’s performance, 6) determine the specific short- and long range instructional objectives. Pernyataan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut, Pertama, menentukan skop atau bidang dan urutan keterampilan yang akan diajarkan. Untuk dapat melaksanakan hal ini dengan efektif, maka guru harus memahami tingkatan kemampuan siswa dalam bidangbidang pengajaran tertentu. Hal ini perlu dilakukan mengingat kemampuan antara siswa yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Guru umumnya dapat mengetahui dengan jelas keterampilan-keterampilan yang telah dikuasai oleh siswa dan keterampilan yang perlu dikuasainya. Melalui analisis tugas biasanya guru dapat mengidentifikasi keterampilan siswa sampai kepada bagian-bagian yang terkecil. Kedua, Memilih tingkah laku yang akan dinilai. Penilaian tingkah laku dimulai dari tingkat yang paling global sampai pada tingkat yang paling spesifik. Tingkah laku global yaitu penggradasian materi kurikulum yang melibatkan tingkah laku siswa dalam rentang keterampilan yang luas. Misalnya dalam bidang membaca meliputi: keterampilan mengenal huruf dan kata, pemahaman kata, dan mungkin pemahaman wacana. Sedangkan tingkah laku yang spesifik mengacu pada penentuan secara langsung tujuan pengajaran, misalnya: siswa perlu belajar bunyi vokal pendek. Ketiga, memilih kegiatan evaluasi. Dalam hal ini guru perlu mempertimbangkan apakah kegiatan itu untuk menilai rentang keteampilan umum atau untuk menilai keterampilan khusus. Apabila penilaian tentang rentang keterampilan dibutuhkan maka hal itu umumnya dilakukan tidak secara kontinyu. Misalnya dua kali dalam setahun. Akan tetapi penilaian keterampilan khusus sebaiknya bersifat kontinyu yang hasilnya dapat digunakan untuk merencanakan berikutnya.



Keempat, pengadministrasian alat evaluasi. Pengadministrasian alat evaluasi biasanya diperlukan untuk penilaian awal. Kegiatan ini meliputi identifikasi bidang masalah, pencatatan pola kesalahan, penilaian keterampilan tertentu. Setelah penilaian awal dilaksanakan dan tujuan-tujuan pengajaran ditentukan, maka selanjutnya guru juga perlu menentukan prosedur untuk memonitoring kemajuan. Kelima, pencatatan penampilan siswa. Ada dua jenis penampilan siswa yang harus dicatat oleh guru, yaitu penampilan pekerjaan pada sehari-hari yang biasanya dicatat dengan aktivitas buatan guru; dan penguasaan keterampilan secara keseluruhan yang biasanya dicatat dalam bagan-bagan atau format kemajuan setiap individu yang telah disediakan untuk keperluan tersebut. Keenam, penentuan tujuan pengajaran khusus jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan yang baik adalah tujuan yang dapat mengamati tingkah laku yang terjadi dan menggambarkan kriteria penilaian yang berhasil. Contoh: tujuan jangka pendek memberi materi berupa huruf-huruf konsonan seperti: b, c, d, e, f, g dan seterusnya. Tujuan jangka panjang memberikan materi berupa rangkaiana huruf vokal dan konsonan, siswa dapat menyebutkan 90% fonem yang benar. Dalam hal ini yang penting adalah bahwa tujuan jangka pendek hendaknya langsung memberi kontribusi terhadap pencapaian tujuan jangka panjang. D. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan latihan berikut ini. 1 Kapan asesmen dilakukan ? 2 Dimana asesmen dilakukan? 3 Bagaimana asesmen dilakukan ? E. RANGKUMAN Metode atau cara yang dapat digunakan dalam melaksanakan asesmen antara lain: Observasi, pengamatan yang dilakukan terhadap cara belajar siswa, tingkah laku yang muncul pada saat siswa belajar, dan sebagainya; tes atau evaluasi hasil belajar, diperoleh dengan cara memberikan tes pada setiap bidang pengajaran; dan wawancara, dilakukan terhadap orang tua, atau keluarga, dan siswa. Terdapat beberapa langkah/prosedur pelaksanaan asesmen, yaitu menentukan bidang skop dan urutan keterampilan yang akan diajarkan, memilih tingkah laku yang akan dinilai, memilih kegiatan evaluasi, pengadministrasian alat evaluasi, pencatatan penampilan siswa, dan penentuan tujuan pengajaran jangka panjang dan jangka pendek. F. TES FORMATIF Petunjuk: Pilihlah option berikut yang dianggap paling benar!



1. Berdasarkan hasil asesmen, guru menentukan apa yang harus diajarkan kepada siswa secara individu. Langkah pertama yang dilakukan adalah ... a. Determine scope and sequence of skills to be taught b. Decide what behavior to asses c. Select an evaluation activity d. Administer the evaluation device 2. Dalam prosedur pelaksanaan asesmen, penilaian tingkah laku dimulai dari tingkat yang paling global sampai pada tingkat yang paling spesifik. Tingkah laku global, adalah ... a Penggradasian materi kurikulum yang melibatkan tingkah laku siswa dalam rentang keterampilan yang luas b Mengacu pada penentuan tujuan pengajaran jangka pendek c Mengacu pada penentuan tujuan pengajaran jangka panjang d Pengadministrasian alat evaluasi 3. Pengadministrasian alat evaluasi dalam prosedur pelaksanaan asesmen biasanya diperlukan untuk penilaian awal. Kegiatan ini meliputi berikut ini, kecuali ... a. Identifikasi bidang masalah b. Pencatatan pola kesalahan c. Penilaian keterampilan tertentu d. Memonitoring kemajuan siswa 4. Determine scope and sequence of skills to be taught, dalam urutan/langkah-langkah menentukan apa yang akan diajarkan kepada siswa, artinya adalah ... a Memilih tingkah laku yang akan dinilai b Memilih kegiatan evaluasi c Menentukan tujuan pembelajatan d Menentukan bidang dan urutan keterampilan yang akan diajarkan 5. Dalam urutan/langkah-langkah menentukan apa yang akan diajarkan kepada siswa, langkah memilih tingkah laku yang akan dinilai, merupakan urutan ... a. Determine scope and sequence of skills to be taught b. Decide what behavior to asses c. Select an evaluation activity d. Administer the evaluation device 6. Pernyataan tujuan pembelajaran jangka panjang yang tepat adalah … a Siswa dapat menyebutkan 90% fonem yang benar b Siswa dapat membaca lima kata dengan ketetapan 100%



c d



Siswa dapat menyusun lima uang logam berdasarkan urutan nilai terkecil ke nilai yang paling besar Siswa dapat menggerakkan sikat gigi ke arah kiri dan kanan tepat pada permukaan gigi



7. Record the student’s performance, dalam prosedur pelaksanaan asesmen, artinya guru/ asesor melakukan kegiatan ... a Memilih tingkah laku yang akan dinilai b Memilih kegiatan evaluasi c Mencatat penampilan siswa d Menentukan bidang dan urutan keterampilan yang akan diajarkan 8. Determine the specific short instructional objectives dalam prosedur pelaksanaan asesmen, artinya guru/asesor melakukan kegiatan ... a Memilih tingkah laku yang akan dinilai b Memilih kegiatan evaluasi c Menentukan tujuan pembelajatan jangka pendek d Menentukan tujuan pembelajaran jangka panjang 9. Seorang guru melakukan observasi melalui daftar cek. Dalam prosedur pelaksanaan asesmen, guru tersebut sedang melakukan kegiatan … a. Determine scope and sequence of skills to be taught b. Record the student’s performance c. Select an evaluation activity d. Administer the evaluation device 10. Penentuan tujuan pembelajaran dilakukan guru setelah kegiatan … a. Decide what behavior to asse b. Select an evaluation activity c. Administer the evaluation device d. Record the student’s performance Kunci Jawaban: 1. a 6. a 2. a 7. c 3. d 8. c 4. d 9. b 5. b 10. d



G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10 kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut: 90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup < 70% = kurang Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai



BAHAN BELAJAR MANDIRI 2 ASESMEN PERKEMBANGAN Pendahuluan Dilihat dari aspek-aspek perkembangannya, setiap anak memiliki ragam yang berbedabeda antara satu dengan yang lain. Meskipun demikian secara umum para ahli sepakat bahwa ada pola-pola perkembangan yang cenderung sama dan berlaku bagi sebagian besar manusia. Jika ada aspek perkembangan anak yang berjalan di luar pola umum tersebut, mereka dapat dikategorikan mengalami perbedaan atau kelainan perkembangan. Perbedaan itu ada yang sifatnya lebih lamban atau lebih cepat dari kebanyakan anak-anak lain yang sebaya. Untuk kepentingan pendidikan bagi ABK, ada beberapa aspek perkembangan yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus terutama bagi para guru PLB. Ketidak pahaman atas aspek-aspek perkembanganini,menyebabkan kesulitan dalam pelayanan pendidikan yang tepat bagi mereka. Gangguan pada aspek-aspek perkembangan anak, akan berimplikasi pada kelancaran perkembangan akademik anak, seperti keterampilan membaca, menulis, maupun berhitung. Menurut Harwell (1982) ada beberapa aspek perkembangan anak yang perlu diases jika mereka dijumpai mengalami kesulitan belajar termasuk ABK, yaitu: gangguan motorik, gangguan persepsi, gangguan atensi/perhatian, gangguan memori, hambatan dalam orientasi ruang, arah/spatial, hambatan dalam perkembangan bahasa, hambatan dalam pembentukan konsep, dan mengalami masalah dalam perilaku. Pendapat tersebut mengacu pada teori psikologi pendidikan yang mengatakan bahwa ada tiga tingkatan dalam belajar, yaitu: (1) tingkatan motorik (doing level), (2) tingkatan persepsi (matching level), dan (3) tingkatan konseptual (categorization level). Sejalan dengan Harwell, Abdurahman (2001) menjelaskan tentang pentingnya pemahaman atas adanya anak dengan kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan. Kesulitan belajar perkembangan ini mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan bahasa dan komunikasi, dan kesulitan dalam penyesuaian sosial. Mengacu kepada beberapa batasan dan pendapat para ahli tersebut, maka dapat diberi batasan bahwa asesmen perkembangan adalah proses penghimpunan informasi secara sistematis dan professional terhadap aspek-aspek perkembangan anak yang diduga secara signifikan berpengaruh terhadap prestasi akademik. Aspek-aspek perkembangan tersebut dapat berupa perkembangan kogninif/kecerdasan, motorik, persepsi, atensi, memori, spatial, bahasa dan komunikasi, perilaku adaptif, dan lain-lain. Informasi asesmen tersebut digunakan sebagai suatu alat pengambilan keputusan berkaitan dengan program pembelajaran yang akan diberikan kepada anak yang bersangkutan, sehingga dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Mary A. Malfey (1986) mengemukakan bahwa asesmen perkembangan digunakan untuk melihat urutan dan tahap perkembangan anak yang dapat membantu guru dalam memahami tingkat dan kemampuan belajar anak.



Untuk mengetahui aspek-aspek apa saja yang diperlukan dalam asesmen perkembangan bagi ABK, maka pada bahan belajar mandiri 2 ini akan dibahas mengenai asesmen perkembangan kognitif dasar, perkembangan bahasa dan komunikasi, asesmen perkembangan motorik, dan asesmen perkembangan persepsi. Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi bahan belajar mandiri ini meliputi: 1. Asesmen Perkembangan Kognitif 2. Asesmen Perkembangan Bahasa dan Komunikasi 3. Asesmen Perkembangan Motorik 4. Asesmen Perkembangan Persepsi Petunjuk Belajar Agar anda dapat memahami isi bahan belajar mandiri ini dengan baik, perhatikan1ah petunjuk mempelajari bahan belajar mandiri ini sebagai berikut: 1. Bacalah keseluruhan materi dalam bahan belajar mandiri ini secara cepat dan tepat, berusaha mengerti secara keseluruhan materi bahan belajar mandiri ini 2. Sesudah itu mulailah membaca setiap kegiatan belajar secara lebih teliti dengan berusaha memahami, mencari dan menemukan setiap konsep yang diuraikan 3. Bila ada bagian yang tidak atau kurang Anda mengerti maka berilah tanda dan catat dalam buku catatan Anda untuk dapat Anda tanyakan pada waktu ada tatap muka 4. Setelah Anda pelajari dengan hati-hati setiap bagian dari bahan belajar mandiri ini, cobalah lakukan evaluasi sendiri hasil belajar Anda dengan cara membuat pertanyaan sendiri dan berusaha menjawab sendiri 5. Buatlah kesimpulan dalam kata-kata Anda sendiri dari keseluruhan bahan yang And abaca dalam bahan belajar mandiri ini 6. Akhimya kerjakanlah latihan dan tes formatifyang tersedia KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 Asesmen Perkembangan Kognitif Melalui kegiatan pembelajaran 1 ini mahasiswa diperkenalkan dengan pembuatan kisikisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar . Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup keterampilan kognitif dasar, menyusun kisi-kisi instrumen, mengembangkan butir-butir instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, serta bagaimana menganalisis hasil asesmen keterampilan kognitif dasar.



A. TUJUAN Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan mahasiswa mampu membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu: 1. Menetapkan ruang lingkup asesmen keterampilan kognitif dasar 2. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar 3. Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat 4. Menganalisis hasil asesmen keterampilan kognitif dasar B. POKOK BAHASAN 1. Penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan kognitif dasar 2. Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar 3. Pengembangan butir-butir instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar 4. Menganalisis hasil asesmen keterampilan kognitif dasar C. INTISARI BACAAN 1. Penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan kognitif dasar Paling tidak pada masa lalu untuk mengajarkan suatu konsep bidang akademik seperti membaca, menulis, dan matematika, hampir tidak pernah dilakukan pengecekan apakah siswa yang akan mempelajari konsep tersebut sudah siap atau belum. Padahal mengajarkan sesuatu kepada siswa yang sudah siap, hasilnya akan lebih baik daripada kepada mereka yang belum siap. Dalam hal-hal tertentu siswa yang terpaksa harus belajar sesuatu, padahal ia sendiri belum siap untuk memahaminya, bisa merusak perkembangan mental anak. Ibarat seorang bayi yang belum siap berjalan dipaksa untuk bisa berjalan. Asesmen keterampilan kognitif dasar merupakan salah satu jenis asesmen yang digunakan untuk menggali informasi tentang keterampilan kognitif dasar yang harus dikuasai siswa sebelum siswa yang bersangkutan mempelajari bidang akademik secara formal, misalnya membaca, menulis, dan matematika. Adapun tujuan asesmen keterampilan kognitif dasar dalam bahasan ini adalah untuk untuk menghimpun data atau informasi tentang aspekaspek perkembangan keterampilan kognitif dasar yang meliputi keterampilan mengklasifikasikan, keterampilan mengurutkan obyek satu persatu dan atau menyusun obyek dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya, keterampilan dalam korespondensi, dan keterampilan dalam konservasi. Dengan mengetahui keterampilan kognitif dasar anak baik yang telah dikuasai maupun yang belum dikuasai anak, dapat membantu guru dalam memahami perkembangan anak, khususnya dalam keterampilan kognitif dasar. Piaget (1965) dalam Mercer & Mercer (1989:188) mengemukakan bahwa seorang siswa dikatakan siap untuk belajar akademik khususnya aritmetika, apabila ia telah menguasai empat keterampilan kognitif dasar, yang meliputi: klasifikasi, ordering dan/atau



seriasi, korespondensi, dan konservasi. Berikut uraian dari masing-masing keterampilan kognitif dasar. Mengklasifikasikan, adalah suatu kemampuan mengelompokkan obyek berdasarkan karakteristik yang dimiliki obyek tersebut, misalnya: warna, bentuk, atau ukuran. Klasifikasi merupakan salah satu kegiatan intelektual dasar untuk memahami lambing-lambang bilangan yang meliputi persamaan dan perbedaan. Klasifikasi dilakukan dengan cara mengkategorikan obyek-obyek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Dengan demikian karakteristik obyek seperti warna, bentuk dan ukuran harus diketahui siswa sebelum mereka mengelompokkannya. Seorang anak yang belum mampu mengkategorikan obyek berdasarkan ciri-cirinya maka ia akan sulit untuk mempelajari bilangan. Mengurutkan (Ordering) adalah suatu kemampuan yang dikuasai anak dalam menyusun dan menghitung setiap obyek hanya satu kali secara berurutan, sehingga terdapat proses keteraturan. Kemampuan ordering mengantarkan siswa dalam menguasai keterampilan membilang. Sedangkan menyeri (Seriation) merupakan kemampuan mengurutkan susunan obyek-obyek berdasarkan karakteristik ukurannya, atau merangkaikan obyek secara berturut-turut berdasarkan ukurannya, misalnya dari yang terkecil sampai yang terbesar, dari yang terpendek sampai yang terpanjang atau sebaliknya. Seriation merupakan kemampuan dasar untuk mampu membandingkan, memahami lambang sama dengan, tidak sama dengan, lebih kecil, dan lebih besar. Kemampuan seriation menghantarkan pada pemahaman sifat transitif urutan (jika a = b; b = c; maka a = c; jika a < b; b < c; maka a < c) Korespondensi; adalah kemampuan yang menunjuk pada adanya suatu konsep bahwa jumlah atau nilai sesuatu obyek akan sama sekalipun memiliki karakteristik yang berbeda. Artinya siswa memiliki persepsi bahwa suatu obyek akan memiliki nilai yang sama sekalipun karakteristik obyek tersebut berbeda, misalnya: satu baju dan satu celana. Kedua karakteristik obyek tersebut berbeda, namun kedua obyek memiliki nilai atau jumlah yang sama. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menjodohkan atau memasang-masangkan benda. Konservasi bilangan, menunjuk pada adanya persepsi bahwa jumlah anggota suatu kelompok obyek akan tetap sekalipun terjadi perubahan posisi atau tempat. Keempat komponen keterampilan kognitif dasar di atas merupakan prasyarat (prerequisite) untuk dapat belajar matematika khususnya bidang aritmetika. Untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki keempat komponen kognitif dasar tersebut atau belum maka guru/asesor perlu melakukan tes yang meliputi keempat unsur keterampilan kognitif dasar tersebut. Dalam hal ini guru/asesor memerlukan instrumen tes yang tepat sehingga dapat memperoleh data yang akurat. 2. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Asesmen Keterampilan kognitif dasar Untuk menentukan instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar, guru/asesor seyogyanya membuat kisi-kisi instrumen secara menyeluruh baik dalam salah satu komponen tertentu maupun seluruh komponen dari kognitif dasar. Kisi-kisi ini bertujuan untuk mempermudah dalam membuat soal atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.



Setelah guru/asesor memahami secara komprehensif tentang keterampilan kognitif dasar baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya, maka dengan mudah guru/asesor membuat tabel kisi-kisi yang berisi kolom-kolom: 1) keterampilan, 2) subketerampilan, dan 3) indikator . Untuk lebih jelasnya, berikut contoh tabel kisi-kisi instrumen keterampilan keterampilan kognitif dasar . Contoh Tabel Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Keterampilan Kognitif Dasar Keteram pilan Keterampi



Subketeram pilan 1. Klasifikasi



lan kognitif dasar



2. Ordering & Seriation



3.



Korespon



densi



4. Konservasi



Indikator  Mengelompokkan obyek berdasarkan warna  Mengelompokkan obyek berdasarkan bentuk  Mengelompokkan obyek berdasarkan ukuran  Mengurutkan obyek berdasarkan pola ukuran bentuk  Mengurutkan obyek berdasarkan pola ukuran warna  Menghitung setiap obyek satu kali secara berurutan  Menyusun obyek berdasarkan ukuran panjang-pendek  Menyusun obyek berdasarkan ukuran besar-kecil  Memasangkan/menjodohkan dua kelompok obyek dengan jumlah yang sama tetapi memiliki karakteristik yang berbeda  Memasangkan/menjodohkan tiga kelompok obyek dengan jumlah yang sama tetapi memiliki karakteristik yang berbeda  Menentukan jumlah anggota dalam kelompok obyek tertentu setelah terjadi perubahan posisi/tempat  Menentukan panjang suatu obyek tertentu setelah terjadi perubahan posisi/tempat  Menentukan berat suatu obyek tertentu setelah terjadi perubahan posisi/tempat



3. Pengembangan Butir-butir Instrumen Asesmen Keterampilan Kognitif dasar Setelah menyusun kisi-kisi instrumen keterampilan kognitif dasar (seperti contoh di atas), langkah selanjutnya adalah mengembangkan butir-butir instrumen keterampilan kognitif dasar dari kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. Sama halnya dengan penyusunan kisi-kisi, pengembangan butir soal dapat dibuat dalam bentuk daftar atau tabel. Butir-butir soal dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dari subkomponen keterampilan kognitif dasar yang telah dipahami baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut ini.



Contoh Tabel Pengembangan Butir Instrumen Asesmen Klasifikasi (Keterampilan kognitif dasar) Indikator 



Mengelompok kan obyek berdasarkan warna



Butir-butir Instrumen    







Mengelompok kan obyek berdasarkan Bentuk



    







Mengelompok kan obyek berdasarkan Ukuran







 



Anak diminta untuk mengelompokkan obyek berdasarkan warna yang sama Anak diminta untuk mengelompokkan dua warna dari obyek yang ditunjukkan Anak diminta untuk mengelompokkan tiga warna dari obyek yang ditunjukkan Anak diminta untuk mengelompokkan empat warna dari obyek yang ditunjukkan Anak diminta untuk mengelompokkan obyek berdasarkan bentuk yang sama Anak diminta untuk mengelompokkan bentuk lingkaran dari obyek yang ditunjukkan Anak diminta untuk mengelompokkan bentuk segi empat dari obyek yang ditunjukkan Anak diminta untuk mengelompokkan bentuk segi tiga dari obyek yang ditunjukkan Anak diminta untuk mengelompokkan bentuk segi panjang dari obyek yang ditunjukkan Anak diminta untuk mengelompokkan obyek yang berukuran kecil dari obyek yang ditunjukkan Anak diminta untuk mengelompokkan obyek berukuran sedang dari obyek yang ditunjukkan Anak diminta untuk mengelompokkan obyek berukuran besar dari obyek yang ditunjukkan



Keterangan Dikata kan berhasil jika masingmasing tugas dapat diselesai kan dengan tepat/ benar seba nyak 3X berturutturut



Berdasarkan butir-butir soal yang telah dikembangkan, guru/asesor selanjutnya membuat lembar kerja siswa (LKS). LKS ini berisi soal atau tugas-tugas yang harus



dikerjakan oleh siswa yang akan diases. Dalam hal ini guru/asesor dituntut untuk terampil membuat pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang relevan dengan informasi-informasi yang akan digali dari siswa yang bersangkutan. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam membuat butir-butir soal ataupun LKS, diantaranya adalah pertanyaan atau tugas hendaknya diberikan dalam kalimat yang sederhana, jelas, tidak berbelit-belit sehingga tidak membingungkan siswa yang sedang diases. Faktor kejelasan ini sangat penting dan sangat mempengaruhi cara kerja siswa, dan dari kerja siswa itulah guru/asesor akan memperoleh informasi yang diharapkan. Jika terjadi ketidakjelasan dalam tugas, maka siswa tidak akan bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti informasi yang digalipun tidak relevan, yang pada gilirannya kekuatan dan kelemahan, serta kebutuhan siswapun tidak dapat diketahui. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi berikut ini. Contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) Keterampilan kognitif dasar Identitas Siswa Nama Usia Jenis Kelamin Kelas Sekolah Alamat Rumah  



: : : : : :



Butir Instrumen Hasil Anak diminta untuk mengelompokkan obyek Dapat Tidak berdasarkan warna yang sama Kelompokkan masing-masing benda menurut warna yang sama dari benda-benda yang disediakan!



Keterang an



4. Pelaksanaan dan Analisis Hasil Asesmen Keterampilan Kognitif Dasar Pada umumnya dalam pelaksanaan asesmen keterampilan kognitif dasar, para guru/asesor menggunakan teknik tes dan observasi. Kegiatan asesmen ini dilakukan dengan jalan mengamati setiap tingkah laku anak sesuai dengan urutan yang tercantum dalam butir instrumen. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam melakukan asesmen keterampilan kognitif dasar, selain mempersiapkan alat/instrumen asesmen yang telah dibuat, guru/asesor mempersiapkan alat-alat peraga sesuai dengan apa yang dikehendaki dalam butir-butir instrumen asesmen yang akan digunakan. Semua jawaban dan perilaku siswa selama proses asesmen dicatat, untuk memperoleh hasil yang akurat. Seorang anak dikatakan memiliki kemampuan tertentu jika masing-masing tugas dapat diselesaikan dengan tepat/ benar sebanyak tiga kali berturut-turut. Teknik pencatatan dapat dilakukan melalui ceklis dan untuk mencatat perilaku anak yang dianggap berkaitan dengan materi asesmen dapat dilakukan melalui catatan yang bersifat deskriptif. Setelah melakukan asesmen, proses selanjutnya adalah menganalisis hasil jawaban siswa. Menganalisis hasil asesmen keterampilan kognitif dasar artinya membuat deskripsi dari hasil jawaban siswa tentang keterampilan kognitif dasar, kemudian menginterpretasikannya, sehingga guru/asesor dapat membuat kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh berwujud suatu penemuan kemampuan keterampilan kognitif dasar yang telah dimiliki siswa, kelemahan atau kesulitan yang dialami siswa dalam kemampuan keterampilan kognitif dasar. Berdasarkan kekuatan dan kelemahan atau kesulitan siswa tentang keterampilan kognitif dasar tersebut, maka asesor dapat menemukan kebutuhan belajar siswa. Apakah siswa tersebut sudah siap untuk mengikuti pelajaran akademik atau masih memerlukan program latihan keterampilan kognitif dasar. Berdasarkan kesimpulan yang dibuat, guru/asesor membuat rekomendasi. Rekomendasi dibuat dalam rangka penyusunan program pembelajaran bagi siswa yang bersangkutan. Oleh karena itu, rekomendasi ditujukan kepada guru kelas atau guru bidang studi dan kepada orang tua sebagai anggota tim Program Pembelajaran Individual (PPI) untuk menentukan tujuan pembelajaran keterampilan kognitif dasar atau bidang akademik bagi siswa yang bersangkutan. D. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan latihan berikut ini. Berdasarkan Kisi-kisi instrumen assesmen keterampilan kognitif dasar yang dicontohkan:  Pilih salah satu komponen Keterampilan kognitif dasar  Buatlah butir-butir soal/instrumen dalam tabel  Tetapkan kriteria keberhasilan  Buatlah LKS dari tiap butir soal



Petunjuk Jawaban Latihan Sebelum Anda membuat kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan kognitif dasar, sebaiknya Anda pahami terlebih dahulu materi keterampilan kognitif dasar dan ruang lingkupnya. Berdasarkan pemahaman Anda itulah Anda dapat membuat subkomponen serta indikatorindikator komponen keterampilan kognitif dasar. E. RANGKUMAN Asesmen keterampilan kognitif dasar merupakan salah satu jenis asesmen yang digunakan untuk menggali informasi tentang keterampilan kognitif dasar yang harus dikuasai siswa sebelum siswa yang bersangkutan mempelajari matematika yang sesungguhnya. Terdapat beberapa prasyarat di mana seorang siswa dikatakan sudah siap untuk belajar aritmetika, apabila ia sudah menguasai empat keterampilan dasar, yaitu: keterampilan klasifikasi, urutan, pasangan, dan konservasi. Untuk mengetahui apakah siswa sudah memiliki keterampilan prasyarat atau belum, maka guru perlu melakukan tes. Hasil tes yang diperoleh dapat dijadikan sebagai landasan dalam rangka melakukan proses pembelajaran selanjutnya. Bagi siswa yang memiliki semua keterampilan yang disyaratkan dapat diberikan pelajaran aritmetika secara formal. Sementara bagi mereka yang belum memiliki keempat keterampilan yang disyaratkan, tentunya mereka masih memerlukan latihan-latihan yang disebut dengan readiness programm (program kesiapan). Program tersebut hendaknya benarbenar ditanamkan kepada siswa, karena merupakan landasan bagi pelajaran aritmetika selanjutnya. F. TES FORMATIF Petunjuk: Pilihlah salah satu option yang dianggap paling benar! 1. Keterampilan kognitif dasar bagi seorang anak merupakan kemampuan di bawah ini, kecuali: a. Prerequisite dalam pembelajaran akademik b. Prasyarat dalam pembelajaran akademik c. Kemampuan yang harus dikuasai anak sebelum mempelajari bidang akademik d. Kemampuan anak dalam mengelompokkan sesuatu obyek 2. Seorang anak mampu menunjukkan setiap obyek hanya satu kali secara berurutan dan beraturan dari obyek yang ditunjukkan. Auak tersebut telah memiliki keterampilan a. Klasifikasi b. Ordering c. Seriasi d. Korespodensi



3. Seorang anak mampu menyusun obyek secara berurutan dari tang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya dari obyek yang ditunjukkan, anak tersebut telah memiliki kemampuan a. Klasifikasi b. Ordering c. Seriasi d. Konservasi 4. Salah satu kegiatan intelektual dasar untuk memahami persamaan dan perbedaan adalah keterampilan: a. Klasifikasi b. Seriasi c. Korespodensi d. Konservasi 5. Kemampuan menjodohkan topi dan kepala merupakan salah satu kegiatan keterampilan kognitif dasar jenis a. Klasifikasi b. Seriasi c. Korespondensi d. Konservasi 6. Seorang anak memiliki kemampuan tentang adanya persepsi bahwa jumlah anggota suatu kelompok obyek akan tetap sekalipun terjadi perubahan posisi atau tempat merupakan keterampilan kognitif dasar jenis a. Klasifikasi b. Seriasi c. Korespondensi d. Konservasi 7. Keterampilan seriasi sangat penting dalam pembelajaran matematika, karena merupakan dasar untuk kemampuan di bawah ini, kecuali a. Membandingkan b. Mengkategorikan c. Lebih besar dan lebih kecil d. Sama dengan dan tidak sama dengan



8. Pada saat seorang guru/asesor membuat deskripsi dari hasil jawaban siswa mengenai keterampilan kognitif dasar, kemudian menginterpretasikannya, maka asesor tersebut sedang melakukan proses … a. Membuat butir-butir soal instrumen keterampilan kognitif dasar b. Membuat analisis hasil asesmen keterampilan kognitif dasar c. Membuat kesimpulan asesmen matematika d. Membuat rekomendasi hasil asesmen matematika 9. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil asesmen keterampilan kognitif dasar dimanifestasikan dalam bentuk a. Penguasaan siswa tentang keterampilan kognitif dasar b. Kelemahan siswa tentang keterampilan kognitif dasar c. Kesulitan siswa tentang keterampilan kognitif dasar d. Kekuatan, kelemahan, dan kebutuhan siswa tentang keterampilan kognitif dasar 10. Rekomendasi tentang hasil asesmen keterampilan kognitif dasar sebaiknya ditujukan kepada orang tua siswa, karena Orang tua merupakan a. Anggota tim dewan sekolah b. Anggota tim komitee sekolah c. Anggota tim program pembelajaran individual d. Anggota masyarakat sekolah Kunci Jawaban: 1. 2. 3. 4. 5.



d b c a c



6. d 7. b 8. b 9. d 10. c



G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10 kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut: 90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup < 70% = kurang



Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 Asesmen Perkembangan Bahasa Melalui kegiatan pembelajaran 2 ini mahasiswa diperkenalkan dengan pengetahuan mengenai penyusunan kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen perkembangan bahasa. Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup perkembangan bahasa, menyusun kisi-kisi instrumen perkembangan bahasa, mengembangkan butir-butir instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, serta bagaimana menganalisis hasil asesmen perkembangan bahasa A. TUJUAN Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan mahasiswa mampu membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen Asesmen perkembangan bahasa. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu: 1. Menetapkan ruang lingkup asesmen perkembangan bahasa 2. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan bahasa 3. Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen perkembangan bahasa berdasarkan kisikisi yang telah dibuat 4. Melaksanakan dan menganalisis hasil asesmen perkembangan bahasa B. POKOK BAHASAN 1 Penetapan ruang lingkup asesmen perkembangan bahasa 2 Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan bahasa 3 Pengembangan butir-butir instrumen asesmen perkembangan bahasa berdasarkan kisikisi yang telah dibuat 4 Melaksanakan dan menganalisis hasil asesmen perkembangan bahasa C. INTISARI BACAAN 1 Penetapan ruang lingkup asesmen perkembangan bahasa Yang dimaksud dengan asesmen perkembangan bahasa dalam bahasan ini adalah proses penghimpunan informasi secara sistematis dan professional terhadap aspek-aspek perkembangan bahasa anak yang diduga secara signifikan berpengaruh terhadap prestasi akademik anak yang bersangkutan. Adapun tujuan asesmen perkembangan bahasa dalam bahasan ini adalah untuk menghimpun data atau informasi tentang aspek-aspek perkembangan bahasa yang meliputi kemampuan memahami makna kata, kemampuan untuk mengekspresikan diri secara verbal, dan kemampuan dalam pelafalan (artikulasi), sehingga



dapat membantu guru dalam memahami tingkat dan kemampuan belajar bahasa anak. Untuk itu, perlu dijelaskan ruang lingkup kemampuan berbahasa seseorang. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam mengadakan hubungan dengan sesamanya. Moh. Amin (2005) mengemukakan bahwa kemampuan berbahasa seseorang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kemampuan berbahasa pasif (reseptif) dan kemampuan berbahasa aktif (ekspresif). Yang dimaksud kemampuan berbahasa pasif ialah kemampuan memahami pikiran, perasaan, dan kehendak orang lain. Sedangkan kemampuan berbahasa aktif adalah kemampuan untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan kehendak sendiri kepada orang lain. Dengan demikian, penguasaan yang satu bersifat menerima dan penguasan yang lain bersifat menyampaikan. Berdasarkan media yang digunakan maka kemampuan berbahasa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu lisan dan tulisan. Sehingga jika digambarkan maka akan menjadi empat kelompok, seperti yang dapat dilihat pada bagan berikut: Media Kemampuan Aktif Pasif



Lisan



Tulisan



Berbicara



Menulis



Mendengarkan



Membaca



Secara umum perkembangan bahasa digambarkan oleh Myklebust (Sutjihati,1995) yang meliputi: tahap inner language, receptive language, dan expresive language. Inner language adalah aspek bahasa yang pertama berkembang, Muncul kira-kira pada usia 6 bulan. Karakteristik perilaku yang muncul pada tahap ini adalah pembentukan konsep-konsep sederhana, seperti anak mendemonstrasikan pengetahuannya tentang hubungan sederhana antara satu obyek dengan obyek yang lainnya. Tahap berikut dari perkembangan inner language adalah anak dapat memahami hubungan-hubungan yang lebih kompleks dan dapat bermain dengan mainan dalam situasi yang bermakna. Contoh menyusun perangkat pada rumah-rumahan. Bentuk yang lebih kompleks dari perkembangan inner language adalah mentransformasikan pengalaman ke dalam simbol bahasa. Receptive language. Setelah inner language berkembang, maka tahap berikutnya adalah munculnya receptive language. Pada kira-kira usia 8 bulan, anak mulai mengerti sedikit-sedikit tentang apa yang dikatakan orang lain kepadanya. Anak mulai merespon apabila namanya dipanggil, dan mulai sedikit mengerti perintah, menjelang kira-kira 4 tahun anak lebih menguasai kemahiran mendengar, dan setelah itu proses penerimaan (receptive process) memberi perluasan kepada sistem bahasa verbal. Terdapat hubungan timbal balik antara inner language dengan receptive language. Perkembangan inner language melewati fase pembentukan konsep-konsep sederhana menjadi tergantung kepada pemahaman dan receptive language.



Expresive language. Aspek terakhir dari perkembangan bahasa adalah bahasa expresive. Menurut Myklebust expresive language berkembang setelah pemantapana pemahaman. Bahasa ekspresif anak muncul kira-kira satu tahun. Perkembangan bahasa erat kaitannya dengan perkembangan kognisi. Keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Bagi mereka yang memiliki perkembangan kognisinya terhambat, maka perkembangan bahasanya juga akan terhambat. Secara potensial setiap anak termasuk ABK memiliki perasaan, pikiran, dan kehendak yang dapat dikemukakan, akan tetapi pada ABK, misalnya pada anak tunagrahita seringkali di saat ia mau menyatakan sesuatu mengalami kesulitan. Apabila kita amati dalam pembicaraan-pembicaraan anak tunagrahita, selain kata-kata yang tidak jelas, intonasinya yang datar, dan seringnya mereka mengulang-ngulang kata juga susunan kalimat-kalimatnya yang sering terbalik-balik. Hambatan yang berkaitan dengan kemampuan berbahasa pada ABK dapat terlihat dalam penguasaan kosakata, jumlah kosakata yang dikuasai, penguasaan gramatikal bahasa, seperti struktur kalimat, dan sebagainya. Hambatan yang terjadi akan mempersulit siswa untuk menangkap instruksi maupun memahami dan menangkap isi teks bacaan. Berikut daftar perkembangan bahasa dari usia 12 bulan sampai dengan 7 tahun yang diadopsi dari Moh.Amin, 1995:84-118 Perkembangan Bahasa Anak Usia 12 bulan - 7 Tahun Diadopsi dari Moh.Amin, (1995:84-118) Usia 12 bulan (1 tahun)



13 – 14 bulan



15 – 16 bulan



Perkembangan Bahasa Mengucapkan 3 kata atau lebih, mis: “dede mimi susu” Memberikan reaksi suara terhadap mainan atau suara Memperhatikan dan memberikan reaksi terhadap pembicaraan yang panjang Memberikan reaksi verbal terhadap beberapa perintah Memberikan mainannya ketika diminta Kacau dalam mengucapkan kata-kata Menggunakan lima kata atau lebih dengan arti yang tetap Bersuara, menunjuk, dan memberikan mimik dalam usahanya meraih benda-benda Nampak mengerti perasaan orang yang bicara Tertarik pada gambar-gambar yang diberi nama selama kurang lebih 2 menit Menggunakan 7 kata atau lebih dengan pengertian yang tetap (dengan mimik) Lebih sering menggunakan konsonan, t, d, w, dan h Melaksanakan perintah verbal, memilih dan mengambil sesuatu dari orang lain Mengenal dan ingat terhadap benda-benda dan gambar-gambar yang diberi nama Mengenal nama berbagai bagian tubuh



17 – 18 bulan



19 – 20 bulan



21 – 22 bulan



23 –24 bulan



25 – 27 bulan



27 – 30 bulan



30 – 33 bulan



Menunjukkan mata, hidung, dan telinga Mengulang kata-kata yang didengarnya Memahami pertanyaan sederhana Melaksanakan dua perintah yang berurutan mengenai bendabenda seperti bola dsb Membuat asosiasi dan mengingat kata-kata berdasarkan pada kategori (misalnya: makanan, binatang, dsb) Mulai bicara tanpa bantuan gerak Meniru kalimat yang terdiri dari dua/tiga kata Meniru sesuatu yang terdapat di lingkungan ketika bermain Jika disuruh, dapat menunjukkan bagian-bagian badan, bagianbagian pakaian pada gambar besar Tepat dalam memberikan reaksi terhadap kata-kata seperti: duduklah, berhenti dsb Mengerti perintah yang mengandung kata panggilan seperti: berikan padanya! Ayo kemari! Dsb Menggabungkan dua kata yang mengandung perbedaan arti seperti: “ibu datang” Mengikuti dua/tiga perintah sederhana yang berhubungan Mengenal banyak benda dan gambar waktu disebut namanya Sekali-kali menggunakan kalimat yang terdiri dari 3 kata Menunjuk kepada diri sendiri dengan namanya Memilih satu kata (seperti: sisir) dari lima atau enam kata yang disebutnya Mempelajari nama binatang dari buku Biasanya menggunakan kalimat-kalimat yang terdiri dari 2/3 kata serta merupakan kata panggilan, kata kerja, dan kata benda Sering menggunakan kata panggilan dengan tepat Memilih gambar-gambar tingkah laku (misal: makan, lari, duduk, dsb) Dapat disuruh menunjukkan bagian-bagian kecil dari tubuh Meminta sesuatu dengan menyebutkan namanya Memberikan reaksi terhadap gambar dengan dua kata (perkembangan bahasa nampak dari panjang reaksi terhadap gambar atau alat permaiann) Mengulang menyebut dua bilangan atau lebih, mengerti arti kata “satu” Mengerti ukuran (misalnya: kecil,besar, dsb) Mengenal nama dan gambar (umumnya benda) Mengerti konsep berdasarkan fungsi Dapat menyebut sekurang-kurangnya satu warna Mengerti kata kerja dan kebanyakan kata sifat Menjawab dengan tepat pertanyaan “kamu laki-laki atau perempuan?” Membicarakan gambar buatannya sendiri



33 – 36 bulan



3 tahun



4 tahun



5 tahun



6 tahun



7 tahun



2



Mengikuti tiga perintah sederhana Mengerti arti di atas, di bawah, di depan, belakang, dsb Menggunakan bunyi-bunyi, t, n, k, g,ng, pada kata (menjelang 2,5 tahun menguasai 27 bunyi) Mengucapkan bunyi huruf y, f, v, dalam kata-kata Mengulang tiga kata Menggunakan kalimat yang terdiri dari empat kata Senang berbisik dan memberikan reaksi pada bisikan Menerangkan jenis kelamin, menyebut nama lengkap dan menerangkan peristiwa secara sederhana Menjawab pertanyaan sederhana Mengucapkan sh, zh, th, dalam kata-kata Menggunakan kalimat yang kompleks Berkomunikasi untuk menghubung-hubungkan pengalaman dan mencari pengetahuan yang diperlukannya Membuat kesalahan artikulasi terhadap bunyi konsonan l, r, s, t, sh, ch, j, atau th; menguasai bunyi: b, p, m, w, dan h Mengenal warna Mengetahui 4-5 kata depan seperti: di atas, di bawah, di depan, di belakang Memberikan reaksi terhadap gambar dengan lima kata Mengetahui banyak lawan kata Menghitung benda sampai 10 Mengulang 4 bilangan Memberikan definisi benda-benda berdasarkan kegunaan seperti: garpu, pensil, gunting, dsb Membuat kekeliruan artikulasi Menguasai bunyi huruf: f,v,s, dan z Memberikan respon terhadap gambar dengan 7 kata Menanti gilirannya yang tepat dalam pembicaraan Memberi dan menerima keterangan Menjawab pertanyaan mengenai persamaan, misalnya:”apakah persamaan kedua benda ini?”



Penyusunan kisi-kisi dan pengembangan butir instrumen asesmen perkembangan bahasa



Setelah ruang lingkup materi perkembangan bahasa dipetakan, langkah selanjutnya adalah menyusun instrumen asesmen dalam bentuk pedoman observasi yang bersifat kualitatif. Pedoman observasi ini dapat dibuat berdasarkan urutan perkembangan bahasa anak, dapat pula dibuat berdasarkan ruang lingkup kemampuan berbahasa anak. Sebagai



ilustrasi berikut ini akan diberikan contoh instrumen asesmen perkembangan bahasa bagi anak usia 2 tahun- 3 tahun, sebagai berikut. Contoh Instrumen Asesmen Perkembangan Bahasa Anak Usia 2 tahun - 3 tahun No



Komponen yang diamati



Kemampuan Dapat



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22



Biasanya menggunakan kalimat-kalimat yang terdiri dari 2/3 kata serta merupakan kata panggilan, kata kerja, dan kata benda Sering menggunakan kata panggilan dengan tepat Memilih gambar-gambar tingkah laku (misal: makan, lari, duduk, dsb) Dapat disuruh menunjukkan bagian-bagian kecil dari tubuh Meminta sesuatu dengan menyebutkan namanya Memberikan reaksi terhadap gambar dengan dua kata (perkembangan bahasa nampak dari panjang reaksi terhadap gambar atau alat permaiann) Mengulang menyebut dua bilangan atau lebih, mengerti arti kata “satu” Mengerti ukuran (misalnya: kecil,besar, dsb) Mengenal nama dan gambar (umumnya benda) Mengerti konsep berdasarkan fungsi Dapat menyebut sekurang-kurangnya satu warna Mengerti kata kerja dan kebanyakan kata sifat Menjawab dengan tepat pertanyaan “kamu laki-laki atau perempuan?” Membicarakan gambar buatannya sendiri Mengikuti tiga perintah sederhana Mengerti arti di atas, di bawah, di depan, belakang, dsb Menggunakan bunyi-bunyi, t, n, k, g,ng, pada kata (menjelang 2,5 tahun menguasai 27 bunyi) Mengucapkan bunyi huruf y, f, v, dalam kata-kata Mengulang tiga kata Menggunakan kalimat yang terdiri dari empat kata Senang berbisik dan memberikan reaksi pada bisikan Menerangkan jenis kelamin, menyebut nama lengkap dan menerangkan peristiwa secara sederhana



Tidak



Keterangan



IDENTITAS SISWA Nama : Jenis Kelamin : Tempat dan tanggal lahir : Sekolah : Kelas/Semester : Asesmen Perkembangan Bahasa 1. Kosa kata ……………………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………………….. 2. Bahasa reseptif (Kemampuan memahami makna kata yang didengar} …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 3. Bahasa ekspresif, misalnya kefasihan dalam pengenalan kata (kemampuan mengekspresikan diri secara verbal) …………………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………………….. 4. Pelafalan (Kemampuan melafalkan kata secara jelas) …………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… 5. Kemampuan menguraikan kata (Kemampuan menguraikan kata menurut bunyi) ………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………… dan seterusnya.



3



Melaksanakan dan Menganalisis Hasil asesmen Perkembangan Bahasa Setelah instrumen (pedoman observasi) tersusun secara sistematis, guru dapat melakukan kegiatan asesmen dengan jalan mengamati setiap ucapan atau pernyataan anak yang berkaitan dengan perkembangan bahasa sesuai dengan urutan yang tercantum dalam instrumen. Hasil pengamatan dari setiap aspek perkembangan bahasa dicatat langsung pada lembar pedoman observasi/instrumen. Hasil pengamatan tersebut merupakan data kualitatif yang menggambarkan kondisi perkembangan bahasa anak secara obyektif. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis hasil observasi pada setiap aspek perkembangan bahasa anak, sehingga dapat ditemukan dalam aspek mana anak tersebut mengalami kelemahan, dan pada aspek perkembangan bahasa apa yang dianggap cukup baik. Berdasarkan hasil analisis ini, langkah berikutnya yang ditempuh guru adalah menentukan tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan upaya menstimulasi perkembangan bahasa yang terhambat. Tujuan pembelajaran ini merupakan landasan dalam pengembangan program stimulasi perkembangan bahasa.



Apabila masalah yang berkaitan dengan stimulasi perkembangan bahasa ini ada dalam kurikulum, maka hasil analisis tadi diselaraskan dengan materi yang terdapat pada kurikulum dengan jalan membandingkan setiap aspek perkembangan bahasa hasil asesmen dengan butir-butir yang terdapat dalam kurikulum atau GBPP. D. LATIHAN 1. Sejak kapan kemampuan berbahasa lisan mulai terbentuk ? 2. Bagaimanakah caranya untuk mengetahui kemampuan anak dalam membedakan bunyi? 3. Bagaimanakah caranya untuk mengetahui kemampuan anak dalam memahami arti kata ? 4. Buatlah instrumen asesmen untuk kemampuan berbahasa lisan ! E. RANGKUMAN 1. Kemampuan berbahasa seseorang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu kemampuan pasif dan kemampuan aktif 2. Kemampuan mendengarkan dan berbicara melibatkan kemampuan penguasaan fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. 3. Tujuan asesmen kemampuan berbahasa adalah untuk memperoleh informasi tentang kemampuan dan hambatan dalam perkembangan bahasa anak 4. Dalam pelaksanaan asesmen kemampuan berbahasa perlu mempertimbangkan tiga faktor, yaitu bentuk tes, suasana yang alamiah, dan waktu pelaksanaan. F. TES FORMATIF Petunjuk: Pilihlah option berikut yang dianggap paling benar! 1. Kemampuan memahami apa yang dikatakan orang lain, disebut … a. Kemampuan berbahasa pasif b. Kemampuan berbahasa aktif c. Kemampuan berbahasa ekspresif d. Kemampuan berbahasa lisan 2.



Kemampuan menyatakan maksud sendiri melalui bahasa lisan, merupakan kemampuan ... a Kemampuan berbahasa pasif b Kemampuan berbahasa aktif c Kemampuan berbahasa ekspresif d Kemampuan berbahasa lisan



3



Menulis karangan merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat … a Aktif melalui lisan b Pasif melalui lisan c Aktif melalui tulisan d Pasif melalui tulisan



4. Membaca novel merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat ... a Aktif melalui lisan b Pasif melalui lisan c Aktif melalui tulisan d Pasif melalui tulisan 5



Berpidato merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat ... a Aktif melalui lisan b Pasif melalui lisan c Aktif melalui tulisan d Pasif melalui tulisan



6



Mendengarkan syair lagu merupakan kemampuan berbahasa … a Aktif melalui lisan b Pasif melalui lisan c Aktif melalui tulisan d Pasif melalui tulisan



7



Aspek bahasa yang pertama berkembang pada seorang anak adalah aspek ... a Inter language b Inner language c Receptive language d Expresive language



8. Seorang anak mulai merespon jika dipanggil namanya. Anak tersebut mulai mengembangkan aspek ... a Inter language b Inner language c Receptive language d Expresive language 9



Pada umumnya bahasa ekspresif seorang anak muncul pada usia kira-kira …. a enam bulan b delapan bulan



c d



satu tahun empat tahun



10 Kemampuan menyusun perabot rumah-rumahan pada seorang anak merupakan bentuk yang lebih kompleks dari perkembangan … a Inter language b Inner language c Receptive language d Expresive language Kunci Jawaban: 1. a 2. b 3. c 4. d 5. a



6. b 7. b 8. c 9. c 10.b



G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10 kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut: 90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup < 70% = kurang Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai KEGIATAN PEM,BELAJARAN 3 Asesmen Perkembangan Motorik Melalui kegiatan pembelajaran 3 ini mahasiswa diperkenalkan dengan pengetahuan tentang penyusunan kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen perkembangan motorik. Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup perkembangan motorik,



menyusun kisi-kisi instrumen perkembangan motorik, mengembangkan butir-butir instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, serta bagaimana menganalisis hasil asesmen perkembangan motorik A. TUJUAN Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 3 ini diharapkan mahasiswa mampu membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen Asesmen perkembangan motorik. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu: 1. Menetapkan ruang lingkup asesmen perkembangan motorik 2. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan motorik 3. Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen perkembangan motorik berdasarkan kisikisi yang telah dibuat 4. Menganalisis hasil asesmen perkembangan motorik B. POKOK BAHASAN 1. Penetapan ruang lingkup asesmen perkembangan motorik 2. Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan motorik 3. Pengembangan butir-butir instrumen asesmen perkembangan motorik berdasarkan kisikisi yang telah dibuat 4. Menganalisis hasil asesmen perkembangan motorik C. INTISARI BACAAN 1. Penetapan ruang lingkup asesmen perkembangan motorik Yang dimaksud dengan perkembangan motorik adalah kemampuan dalam melakukan gerak, baik yang bersifat gerakan kasar, gerakan halus, dan keseimbangan. Asesmen perkembangan motorik adalah suatu proses penghimpunan informasi secara sistematis dan profesional terhadap aspek-aspek perkembangan motorik anak yang diduga secara signifikan berpengaruh terhadap prestasi akademik. Adapun tujuan asesmen perkembangan dalam bahasan ini adalah untuk mengetahui informasi tentang aspek-aspek perkembangan motorik anak yang meliputi aspek motorik kasar, motorik halus, dan aspek keseimbangan. Asesmen perkembangan motorik ini dapat membantu guru dalam memahami tingkat kemampuan motorik anak. Dari pengertian di atas dapat ditentukan bahwa ruang lingkup perkembangan motorik, meliputi ; a. Kemampuan untuk melakukan gerakan kasar (gross motor). b. Kemampuan untuk melakukangerakan halus (fine motor). c. Kemampuan dalam keseimbangan (balance). Kemampuan gerakan kasar adalah gerak tubuh yang menggunakan sebagian besar otot-otot atau sekumpulan otot besar dan biasanya memerlukan tenaga. Duduk, merangkak,



berdiri, berjalan, mengambil, menarik, mendorong, naik/turun tangga, berjingkrak, melompat, menendang, mengendarai, melempar, dan menangkap merupakan contoh-contoh gerakan kasar. Sedangkan kemampuan motorik halus ialah kemampuan gerak yang hanya menggunakan otot-otot tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil yang membutuhkan koordinasi gerak dan daya konsentrasi yang baik. Contoh-contoh gerakan halus, seperti: memegang benda kecil antara ibu jari dan telunjuk, menunjuk benda dengan jari telunjuk, menyortir benda sesuai dengan bentuknya, mencoret dengan jari, menjelujur, memutar benda, merangkai kalung-kalungan, membalik halaman buku, menggunakan satu tangan secara tetap, menebalkan garis lurus, atau lengkung, mewarnai bentuk-bentuk geometri, merobek kertas, menyusun benda menurut besar kecilnya, panjang pendeknya, menggunting, memotong, menulis, dan sebagainya. Berikut daftar perkembangan motorik dari usia 12 bulan sampai dengan 9 tahun yang diadopsi dari Moh.Amin, 1995:84-118 Perkembangan Motorik Anak Usia 12 bulan – 9 Tahun Diadopsi dari Moh.Amin (1995:84-118) Usia Anak 12 bulan (1 tahun) 13 – 14 bulan 15 –16 bulan



17 – 18 bulan



19 – 20 bulan



Perkembangan Motorik Berusaha tegak dengan berlutut Berjalan dengan berpegang sebelah tangan Merangkak bebas Berdiri sebentar Berjalan mundur satu dua langkah Bergoyang-goyang mengikuti irama musik Berjalan beberapa langkah Berlutut sendiri Jatuh terduduk Merangkak atau memanjat tangga Tegak berdiri dan berjalan Membungkuk dan tegak kembali Berjalan sendiri tanpa dibantu Menaiki tangga dengan berpegangan Duduk sendiri Menendang bola Menarik alat main sambil berjalan mundur Menaiki rintangan Berusaha berjalan di atas garis lurus (sampai kira-kira tiga meter dengan 1-3 kali membuat kesalahan) Mampu dan mau bermain dengan alat yang menyerupai tongkat Memasukkan pasak ke dalam lubangnya (yang mempunyai garis tengah kira-kira 1,5 cm)



21 - 22 bulan



25 – 27 bulan



2, 5 tahun



3 tahun



3, 5 tahun



4 tahun 5 tahun



6 tahun



7 tahun 8 tahun



Naik tangga sambil berpegang dengan satu pegangan Turun tangga dengan dipegang sebelah tangan Berjongkok waktu bermain Berdiri diatas satu kaki dengan bantuan Berjalan mundur Dapat berlari Naik dan turun tangga tanpa berganti kaki Menyepak bola atas perintah Bangun miring, melompat dari bawah dengan satu kaki Berjalan dengan ujung jari kaki Melompat dengan dua kaki bersama-sama Mencoba berdiri di atas satu kaki Berdiri dengan dua kaki di atas balok keseimbangan tanpa bantuan Berjalan mengikuti garis yang dibuat pada lantai, kadangkadang melompat. Berlari denga jari kaki Mengendarai sepeda roda tiga Naik tangga dengan kaki berganti-ganti Melompat dengan dua kaki Berdiri dengan satu kaki Berjalan mundur dengan mudah Berdiri dengan satu kaki selama 3-5 detik Kurang koordinasi gerak: jatuh, takut Berjalan pada balok keseimbangan dengan dua langkah berganti-ganti atau lebih Berlari menghindari rintangan/halangan Berdiri dengan satu kaki selama 5-10 detik Berganti ganti naik turun tangga dengan satu kaki Melompat di atas benda setinggi 15 cm Meloncat dengan satu kaki (kaki berganti-ganti) Berjalan mengikuti garis yang dibuat pada lantai dengan kaki dan tumit Berlari, naik kursi dan meja Gemar berbaris Melompat dari sesuatu dengan ketinggian 30 cm Sangat aktif, tingkah lakunya konstan Keseimbangan badan aktif dalam permainan (meloncat) Melompat setinggi 30 cm dan jatuh dengan jari kaki Berdiri pada salah satu kaki dengan mata tertutup Melempar jauh Lebih berhati-hati dalam bergerak Melakukan kegiatan berbeda-beda Gerak tubuh lebih berirama dan lebih indah Dapat menilai sikap orang lain



9 tahun



Lebih mampu mengontrol kecepatan Tertarik pada kesehatannya sendiri dan senang mengangkat sesuatu Sering kaku dalam sikapnya



2. Penyusunan kisi-kisi dan pengembangan butir instrumen asesmen perkembangan motorik Setelah menetapkan ruang lingkup asesmen perkembangan motorik, langkah selanjutnya adalah menyususn instrumen asesmen perkembangan motorik. Asesmen ini dibuat dalam bentuk pedoman observasi yang bersifat kualitatif. Contoh Kisi-kisi Instrumen Asesmen Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 4-6 Tahun No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



Komponen yang diamati



Kemampuan Dapat Tidak



Berdiri dengan satu kaki selama 5-10 detik Berganti ganti naik turun tangga dengan satu kaki Melompat di atas benda setinggi 15 cm Meloncat dengan satu kaki (kaki berganti-ganti) Berjalan mengikuti garis yang dibuat pada lantai dengan kaki dan tumit Berlari, naik kursi dan meja Gemar berbaris Melompat dari sesuatu dengan ketinggian 30 cm Sangat aktif, tingkah lakunya konstan Keseimbangan badan aktif dalam permainan (meloncat) Melompat setinggi 30 cm dan jatuh dengan jari kaki Berdiri pada salah satu kaki dengan mata tertutup Melempar jauh



Contoh : Identitas Anak Nama : Jenis kelamin : Tempat dan tanggal lahir : Sekolah : Kelas/Semester :



......................................................................... ......................................................................... ......................................................................... ......................................................................... .........................................................................



Keterangan



a. Kemampuan dalam melakukan gerakan kasar (gross motor) : .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... b. Kemampuan dalam melakukan gerakan halus (fine motor) : .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... c. Kemampuan dalam melakukan keseimbangan tubuh : .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... 3. Melaksanakan dan Menganalisis Hasil Asesmen Perkembangan Motorik Sama halnya dengan asesmen perkembangan bahasa, asesmen perkembangan motorik dilakukan dengan jalan mengamati setiap tingkah laku/ gerak kasar maupun gerak halus, maupun keseimbangan tubuh anak sesuai dengan urutan yang tercantum dalam instrumen. Hasil pengamatan dari setiap aspek perkembangan motorik dicatat langsung pada lembar pedoman observasi/instrumen. Hasil pengamatan tersebut merupakan data kualitatif yang menggambarkan kondisi perkembangan motorik anak secara obyektif. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis hasil observasi pada setiap aspek perkembangan motorik anak, sehingga dapat ditemukan dalam aspek mana anak tersebut mengalami kelemahan, dan pada aspek perkembangan motorik apa yang dianggap cukup baik. Berdasarkan hasil analisis ini, langkah berikutnya yang ditempuh guru adalah menentukan tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan upaya menstimulasi perkembangan motorik yang terhambat. Tujuan pembelajaran ini merupakan landasan dalam pengembangan program stimulasi perkembangan motorik anak yang bersangkutan. D. LATIHAN Buatlah instrumen asesmen untuk pekembangan motorik ! E. RANGKUMAN 1. Perkembangan motorik adalah kemampuan dalam melakukan gerak. 2. Kemampuan gerak meliputi kemampuan gerak kasar, gerak halus, dan keseimbangan. 3. Instrumen asesmen disusun berdasarkan ruang lingkup perkembangan motorik. F. TES FORMATIF Petunjuk: Pilihlah option berikut yang dianggap paling benar! 1. Seorang anak diminta untuk berjalan mengikuti pola lantai. Sehubungan dengan asesmen perkembangan motorik, maka kegiatan tersebut bertujuan untuk mengukur … a. Motorik kasar b. Motorik halus c. Fine motor



d. Balancing 2. Seorang anak diminta untuk melompat dengan satu kaki. Sehubungan dengan asesmen perkembangan motorik, maka kegiatan tersebut bertujuan untuk mengukur … a. Motorik kasar b. Motorik halus c. Fine motor d. Balancing 3. Menangkap dan melempar bola merupakan contoh butir soal untuk mengukur ... a. Motorik kasar b. Motorik halus c. Fine motor d. Balancing 4. Contoh butir soal untuk mengukur fine motor dapat dilakukan melalui ... a Mengangkat kaki b Mengayunkan tangan c Menyusun kubus d Berjalan ditempat 5. Untuk mengukur keseimbangan tubuh anak, kita dapat mengukurnya melalui … a Berjalan bebas tanpa bantuan b Berjalan ditempat c Berjalan sambil mengayunkan tangan d Berjalan santai 6. Untuk mengukur keterampilan gross motor seorang anak dapat dilakukan melalui …. a Merangkai mute b Mewarnai bidang geometri c Memegang pensil d Melempar bola 7. Menggunakan alat tulis merupakan salah satu contoh butir soal untuk mengukur … ... a Motorik kasar b Motorik halus c Fine motor d Balancing



8. Berjalan pada suatu garis lurus merupakan salah satu contoh butir soal untuk mengukur keterampilan … a Motorik kasar b Motorik halus c Fine motor d Balancing 9. Kegiatan di bawah ini merupakan alat untuk mengukur fine motor, kecuali … a. Memungut benda secara bebas b. Memungut benda sesuai dengan irama c. Menangkap bola d. Merangkai benada-benda 10. Meminta anak duduk dan berdiri di tempat, merupakan salah satu butir soal untuk mengukur keterampilan …. … a Motorik kasar b Motorik halus c Fine motor d Balancing Kunci Jawaban: 11. d 12. d 13. a 14. c 15. c



6. d 7. b 8. d. 9. c 10. a



G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10 kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut: 90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup < 70% = kurang



Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai KEGIATAN PEMBELAJARAN 4 Asesmen Perkembangan Persepsi Melalui kegiatan pembelajaran 4 ini mahasiswa diperkenalkan dengan pembuatan kisikisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen perkembangan persepsi. Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup perkembangan persepsi, menyusun kisi-kisi instrumen perkembangan persepsi, mengembangkan butir-butir instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, serta bagaimana menganalisis hasil asesmen perkembangan persepsi A. TUJUAN Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 4 ini diharapkan mahasiswa mampu membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen Asesmen perkembangan persepsi. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu: 1. Menetapkan ruang lingkup asesmen perkembangan persepsi 2. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan persepsi 3. Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen perkembangan berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat 4. Menganalisis hasil asesmen perkembangan persepsi B. POKOK BAHASAN 1. Penetapan ruang lingkup asesmen perkembangan persepsi 2. Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan persepsi 3. Pengembangan butir-butir instrumen asesmen perkembangan berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat 4. Menganalisis hasil asesmen perkembangan persepsi C. INTISARI BACAAN 1. Penetapan Ruang Lingkup Asesmen Perkembangan Persepsi Asesmen perkembangan persepsi merupakan suatu proses pengumpulan informasi mengenai aspek-aspek perkembangan persepsi seorang anak yang diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan suatu program pembelajaran akademik, seperti membaca, menulis dan matematika. Tujuan asesmen perkembangan persepsi dalam bahasan ini dimaksudkan untuk menghimpun informasi tentang tahap perkembangan persepsi anak yang dapat membantu guru dalam memahami kemampuan persepsi anak yang meliputi persepsi auditoris, visual, dan persepsi heptik.



Asesmen perkembangan persepsi hanya akan bermakna, jika guru mengetahui materi keterampilan yang dikembangkan, dan tahap-tahap perkembangan anak. Dengan demikian pemahaman yang jelas tentang konsep dasar perkembangan persepsi pada ABK merupakan dasar yang penting untuk dapat melaksanakan asesmen secara tepat bagi mereka, sehingga perlu dijelaskan hakikat perkembangan persepsi Anak Berkebutuhan Khusus. Jika tidak, pelaksanaan asesmen perlu dipertanyakan. Persepsi berasal dari istilah bahasa Inggris "Perception" artinya tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu; daya memahami atau menanggapi sesuatu; serapan; proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. Secara definisi Lerner, (1988:282) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses memahami dan menginterpretasikan informasi sensoris atau yang berhubungan dengan pancaindra, atau kemampuan intelek untuk menyarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indra". Dengan demikian untuk memahami proses persepsi terlebih dahulu harus dipahami apa yang disebut dengan pengindraan. Rochyadi & Alimin (2005) mengemukakan bahwa pengindraan sebetulnya merupakan proses fisiologis. Apa yang diindra selanjutnya ditransfer ke otak dan membentuk sebuah gambaran. Namun demikian, hasil pembentukan di otak tidak selamanya memberi gambaran seperti apa yang diindranya. Misalnya, seorang anak diminta untuk mengamati huruf /d/, di samping huruf tersebut berderet huruf-huruf seperti. /p/, /b/, /d/, /a/. Apabila anak dapat menunjukkan huruf /d/ pada deretan huruf-huruf tadi, maka proses persepsi telah terjadi karena ada penafsiran yang sama. Tetapi jika yang ditunjuk adalah huruf /a/, maka yang terjadi hanya proses pengindraan. Sebetulnya anak melihat huruf /d/, tetapi apa yang dilihatnya tidak membentuk gambaran yang benar. Secara fisiologis ia tidak mengalami gangguan penglihatan, akan tetapi ia tidak dapat menafsirkan obyek yang dilihat dan inilah yang dim aksud mengalami gangguan persepsi. Sebagian ABK ada yang mengalami gangguan persepsi dan ada yang tidak. Mereka yang mengalami gangguan persepsi dapat dipastikan akan mengalami masalah yang lebih berat dibanding dengan mereka yang tidak mengalami gangguan persepsi. Dampak yang paling nyata dari gangguan persepsi ini sering kali dirasakan guru ketika mereka belajar membaca, menulis, berhitung, atau di dalam memahami orentasi ruang maupun arah. Persepsi merupakan keterampilan yang dapat dipelajari, maka proses pembelajaran dapat memberikan darnpak langsung terhadap kecakapan perseptual. Adapun ruang lingkup bidang perkembangan persepsi terdiri dari tiga komponen besar (Abdurahman, M. 1995) yaitu: (1) persepsi auditoris yang meliputi kesadaran fonologis, diskriminasi auditoris, ingatan auditoris, urutan auditoris, dan perpaduan auditoris; (2) persepsi visual, yang meliputi hubungan keruangan, diskriminasi visual, diskriminasi bentuk dan latar, visual closure, mengenal obyek, dan (3) persepsi heptik yang meliputi persepsi taktil dan kinestetik. Berikut penjelasan singkat mengenai masing-masing jenis persepsi. Persepsi Auditoris, adalah kemampuan untuk memahami atau menginterpretasikan segala sesuatu yang didengar. Persepsi ini mencakup kemampuan:



(l) Kesadaran fonologis adalah kesadaran bahwa bahasa dapat dipecah ke dalam kata, sukukata, dan fonem (bunyi huruf). (2) Diskriminasi Auditoris; Kemampuan mengingat perbedaan antara bunyi-bunyi fonem dan mengidentifikasi kata-kata yang sama dengan kata-kata yang berbeda. (3) Ingatan Auditoris; kemampuan untuk menyimpan dan mengingat sesuatu yang didengar. (4) Urutan Auditoris; kemampuan mengingat urutan hal-hal yang disarnpaikan secara lisan (5) Perpaduan Auditoris; Kemampuan memadukan elemen-elemen fonem tunggal atau berbagai fonem menjadi suatu kata yang utuh Persepsi Visual, merupakan kemampuan untuk memahami atau menginterpretasikan segala sesuatu yang dilihat. Persepsi visual mencakup kemampuan berikut: (l) Hubungan keruangan menunjuk pada persepsi tentang posisi berbagai obyek dalam ruang. (2) Diskriminasi visual menunjuk pada kemampuan membedakan suatu obyek dari obyek yang lain. (3) Diskriminasi bentuk-Iatar menunjuk pada kemampuan membedakan suatu obyek dari latar belakang yang mengelilinginya. (4) Visual closure menunjuk pada kemampuan mengingat dan mengidentifikasi suatu obyek, meskipun obyek tersebut tidak diperlihatkan secara keseluruhan. (5) Mengenal obyek menunjuk pada kemampuan mengenal sifat berbagai obyek pada saat mereka memandangnya. Sedangkan persepsi heptik menunjuk pada kemampuan mengenal berbagai obyek melalui modalitas taktil (perabaan) dan kinestetik (gerak). (l) Persepsi taktil; berkaitan dengan sentuhan atau rabaan; atau kemampuan mengenal berbagai obyek melalui meraba; mis. mengidentifikasi angka yang ditulis di punggung, membedakan permukaan kasar dari yang halus, mengidentifikasi jari mana yang digunakan untuk meraba (2) Persepsi kinestetik; (a) perasaan yang sangat kompleks yang ditimbulkan oleh rangsangan di otot, urat, dan pergelangan; (b) mempunyai daya menyadari gerakan otot; misalnya kesadaran posisi, rasa tubuh tentang kontraksi otot, tegangan, dan relaksasi adalah beberapa contoh dari persepsi kinestetik. 2. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Asesmen Perkembangan Persepsi Berdasarkan ruanglingkup materi perkembangan persepsi di atas, langkah selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen asesmen. Sebelum menyusun kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan persepsi, Anda perlu menetapkan perilaku yang akan diases terlebih dahulu. Dalam hal ini Anda memilih komponen-komponen apa saja yang akan diaseskan dari bidang perkembangan persepsi tersebut. Misalnya, sebagai contoh kita menetapkan dan memilih komponen "Persepsi auditoris". Dengan demikian pengetahuan kita dipusatkan pada bagaimana menggali informasi tentang kemampuan anak dalam memahami atau menginterpretasikan segala sesuatu yang didengarnya.



Sebagaimana Anda pelajari dalam ruang lingkup bidang perkembangan persepsi, kemampuan persepsi auditoris terdiri dari lima kemampuan atau keterampilan, yaitu: kesadaran fonologis, diskriminasi auditoris, ingatan auditoris, urutan auditoris, dan perpaduan auditoris. Dengan demikian Anda dituntut untuk memahami secara mendalam tentang sub-sub komponen tersebut, sehingga Anda mampu menjabarkannya dalam bentuk indikator-indikator yang lebih operasional. Setelah Anda memahaminya, langkah selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan persepsi auditoris baik dalam bentuk tabel maupun daftar. Pada dasamya tidak ada ketentuan berapa kolom yang kita perlukan, namun yang paling penting kolom-kolom tersebut harus memuat tiga aspek, yaitu: kolom komponen keterampilan yang akan diases, kolom ruang lingkup atau sub-sub komponen dari komponen ketrampilan yang akan diases, serta kolom indikator-indikator yang akan mampu menggali kemampuan atau keterampilan dari sub-sub komponen tadi. Sebagai ilustrasi, Anda perhatikan tabel kisikisi instrumen asesmen persepsi auditoris berikut ini. Contoh Tabel Kisi-kisi Instrumen Asesmen Persepsi Auditoris Komponen 1. Perkembangan Persepsi Auditoris



Subkemponen a. Kesadaran fonologis



b. Diskriminasi Auditoris



c. Ingatan Auditoris



d. Urutan Auditoris



e. Perpaduan Auditoris



Indikator 1.a.1 Identifikasi bunyi vokal diakhir 1.a.2 Identifikasi bunyi vokal diawal 1.a.3 Identifikasi bunyi konsonan-vokal diakhir 1.a.4 Identifikasi bunyi konsonan-vokal diawal 1.a.5 Identifikasi bunyi kons-vokal-kons diakhir 1.a.6 Identifikasi bunyi kon-vokal-kons diawal 1.b.1 Membedakan bunyi keras-lemah, jauh-dekat, tinggi-rendah, cepat-lambat, foregroundkegaduhan 1.b.2 Identifikasi bunyi akhir yang sama 1.b.3 Identifikasi bunyi akhir yang hampir sama 1.b.4 Identifikasi bunyi akhir yang berbeda 1.c.1 mengingat suara binatang 1.c.2 mengingat suara teman sekelas 1.c.3 mengingat suara anggota keluarga 1.c.4 mengingat suara alat-alat musik 1.c.5 mengingat suara alat-alat transportasi 1.d.1 Melakukan dua perintah lisan secara berurutan 1.d.2 Melakukan tiga perintah lisan secara berurutan 1.d.3 Melakukan empat perintah lisan secara berurutan 1.e.1 Perpaduan antara bunyi vokal a dengan i, misalnya pada kata “kain dan main”



1.e.2 Perpaduan antara bunyi vokal a dengan u, seperti pada kata “lauk atau baud” 1.e.3 Perpaduan antara bunyi vokal a dan o atau sebaliknya dan sebagainya. 3. Pengembangan Butir-butir Instrumen Asesmen Perkembangan Persepsi Setelah menyusun kisi-kisi instrumen perkembangan persepsi (seperti contoh di atas: persepsi auditoris), langkah selanjutnya adalah mengembangkan butir-butir instrumen perkembangan persepsi auditoris dari kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. Sama halnya dengan penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan yang lainnya, pengembangan butir soal perkembangan persepsi dapat dibuat dalam bentuk daftar atau tabel. Butir-butir soal dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dari subkomponen keterampilan/kemampuan, yang kemudian dibuat lembar kerja siswa (LKS). Dalam hal ini guru/asesor dituntut untuk terampil membuat pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang relevan dengan informasi-informasi yang akan digali, yaitu kemampuan dalam perkembangan persepsi dari seorang siswa . Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam membuat butir-butir soal ataupun LKS, diantaranya adalah pertanyaan atau tugas hendaknya diberikan dalam kalimat yang sederhana, jelas, tidak berbelit-belit sehingga tidak membingungkan siswa yang sedang diases. Faktor kejelasan ini sangat penting dan sangat mempengaruhi cara kerja siswa, dan dari kerja siswa itulah guru/asesor akan memperoleh informasi yang diharapkan. Jika terjadi ketidakjelasan dalam tugas, maka siswa tidak akan bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti informasi yang digalipun tidak relevan, yang pada gilirannya kekuatan dan kelemahan, serta kebutuhan siswapun tidak dapat diketahui. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh ilustrasi berikut ini. Tabel Contoh Pengembangan Butir Instrumen Asesmen Perkembangan Persepsi Auditoris Indikator 1.a.1 Identifikasi bunyi vokal diakhir



1.a.2 Identifikasi bunyi vokal diawal



Butir-butir Instrumen (1.a.1.a) Tunjukkan gambar mana yang bunyi akhirnya terdengar bunyi (a) dari gambar bunga, sapi, mobil (1.a.1.b) Tunjukkan gambar mana yang bunyi akhirnya terdengar bunyi (i) dari gambar buku, babi, bola (1.a.1.c) Tunjukkan gambar mana yang bunyi akhirnya terdengar bunyi (u) dari gambar buku, babi, bola .(1.a.1.d) Tunjukkan gambar mana yang bunyi akhirnya terdengar bunyi (e) dari gambar sapi, beca, cabe (1.a.1.e) Tunjukkan gambar mana yang bunyi akhirnya terdengar bunyi (o) dari gambar sate, garpu, teko (1.a.2.a) Tunjukkan gambar mana yang bunyi awalnya terdengar bunyi (a) dari gambar buku, babi, bola (1.a.2.b) Tunjukkan gambar mana yang bunyi awalnya terdengar bunyi (i) dari gambar buku, babi, sate (1.a.2.c) Tunjukkan gambar mana yang bunyi awalnya terdengar bunyi (u) dari gambar buku, babi, bola



Keterangan Dikatakan berhasil jika masingmasing tugas dapat diselesai kan dengan tepat/benar sebanyak 3X berturut-turut



.(1.a.2.d) Tunjukkan gambar mana yang bunyi awalnya terdengar bunyi (e) dari gambar sapi, beca, cabe (1.a.2.e) Tunjukkan gambar mana yang bunyi awalnya terdengar bunyi (o) dari gambar bola, garpu, teko



Contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) Perkembangan Persepsi Identitas Siswa Nama Usia Jenis Kelamin Kelas Sekolah Alamat Rumah



: : : : : :



Butir Instrumen



Hasil



(1.a.1.a) Tunjukkan gambar mana yang bunyi akhirnya terdengar bunyi (a) dari gambar di bawah ini! Bunga



Sapi



Mobil



Kelinci



Bola



Harimau



Menara



Motor



Telepon



Harimau



Telepon



Bola



Dapat Tidak



Keterangan



Motor



Bunga



Sapi



4. Pelaksanaan dan Menganalisis Hasil Asesmen Perkembangan Persepsi Sama halnya dengan asesmen perkembangan yang lainnya, asesmen perkembangan persepsi dilakukan dengan jalan mengamati setiap tingkah laku/jawaban tentang kemampuan anak dalam mempersepsi suatu obyek baik melalui pendengaran, penglihatan, maupun secara heptik. Tentu saja pelaksanaan asesmen tersebut harus sesuai dengan urutan yang tercantum dalam instrumen. Hasil pengamatan dari setiap aspek perkembangan persepsi dicatat langsung pada lembar pedoman observasi/instrumen. Ada hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam melakukan asesmen perkembangan persepsi, selain mempersiapkan alat/instrumen asesmen yang telah dibuat, guru/asesor mempersiapkan alat-alat peraga sesuai dengan apa yang dikehendaki dalam butir-butir instrumen asesmen yang akan digunakan. Semua jawaban dan perilaku siswa selama proses asesmen dicatat, untuk memperoleh hasil yang akurat. Seorang anak dikatakan memiliki kemampuan persepsi tertentu jika masing-masing tugas dapat diselesaikan dengan tepat/ benar sebanyak tiga kali berturut-turu t. Teknik pencatatan dapat dilakukan melalui ceklis dan untuk mencatat perilaku anak yang dianggap berkaitan dengan materi asesmen dapat dilakukan melalui catatan yang bersifat deskriptif. Hasil pengamatan tersebut merupakan data kualitatif yang menggambarkan kondisi perkembangan persepsi anak secara obyektif. Setelah guru/asesor melakukan asesmen berdasarkan instrumen asesmen yang telah disusun, maka guru/asesor melakukan analisis terhadap jawaban siswa. Dalam melaksanakan asesmen perkembangan persepsi, umumnya guru/asesor menggunakan teknik tes dan observasi. Semua jawaban dan perilaku anak dicatat dan hasilnya dianalisis. Menganalisis hasil asesmen perkembangan persepsi artinya membuat deskripsi dari hasil jawaban siswa, kemudian menginterpretasikannya, sehingga guru/asesor dapat membuat kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh berwujud suatu penemuan kemampuan persepsi yang telah dimiliki siswa, kelemahan atau kesulitan yang dialami siswa dalam mempersepsi obyek baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun secara heptik. Akhirnya dalam kesimpulan tersebut dapat ditemukan kebutuhan persepsi apa yang perlu dikembangkan siswa. Berdasarkan kesimpulan yang dibuat, guru/asesor membuat rekomendasi. Rekomendasi dibuat dalam rangka penyusunan program pembelajaran pengembangan persepsi. Oleh karena itu, rekomendasi ditujukan kepada guru kelas atau guru bidang studi dan kepada orang tua sebagai anggota tim Program Pembelajaran Individual (PPI).. Dalam rekomendasi memuat aspek-aspek: 1) Identifikasi Siswa, 2) Deskripsi Singkat Analisis Hasil asesmen, dan 3) Alternatif tindakan pembelajaran yang disarankan yang



ditujukan kepada Tim PPI untuk menentukan tujuan pembelajaran perkembangan persepsi bagi siswa yang bersangkutan. D. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan latihan berikut ini. Buatlah kisi-kisi instrumen assesmen perkembangan persepsi:  Pilih salah satu komponen Perkembangan Persepsi  Buatlah butir-butir soal/instrumen dalam tabel  Tetapkan kriteria keberhasilan  Buatlah LKS dari tiap butir soal Petunjuk Jawaban Latihan Sebelum Anda membuat kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan persepsi, sebaiknya Anda pahami terlebih dahulu materi perkembangan persepsi dan ruang lingkupnya. Berdasarkan pemahaman Anda itulah Anda dapat membuat subkomponen serta indikatorindikatornya. E. RANGKUMAN Persepsi merupakan proses memahami dan menginterpretasikan informasi sensoris (berhubungan dengan .pancaindra), atau kemampuan intelek untuk menyarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indra". Dengan demikian untuk memahami proses persepsi terlebih dahulu harus dipahami apa yang disebut dengan pengindraan. Adapun ruang lingkup bidang perkembangan persepsi terdiri dari tiga komponen besar, yaitu: (1) persepsi auditoris yang meliputi kesadaran fonologis, diskriminasi auditoris, ingatan auditoris, urutan auditoris, dan perpaduan auditoris; (2) persepsi visual, yang meliputi hubungan keruangan, diskriminasi visual, diskriminasi bentuk dan latar, visual closure, mengenal obyek, dan (3) persepsi heptik yang meliputi persepsi taktil dan kinestetik. Untuk mengembangkan butir-butir instrumen asesmen perkembangan persepsi, guru/asesor hendaknya membuat kisi-kisi instrumen asesmen perkembangan persepsi berdasarkan ruang lingkup kemampuan/keterampilan perkembangan persepsi. Yang selanjutnya guru/asesor membuat lembar kerja siswa berdasarkan butir-butir instrumen asesmen yang telah disusun. Akhirnya guru/asesor menganalisis hasil jawaban siswa. Menganalisis hasil asesmen perkembangan persepsi artinya membuat deskripsi dari hasil jawaban siswa, kemudian menginterpretasikannya, sehingga guru/asesor dapat membuat kesimpulan dan rekomendasi terutama ditujukan kepada anggota tim PPI.



F. TES FORMATIF Petunjuk: Pilihlah salah satu option yang dianggap paling benar! 1. Proses memahami dan memaknai obyek yang diterima oleh berbagai indra, merupakan arti dari a. Persepsi b. Perkembangan persepsi c. Persepsi Auditoris d. Persepsi Visual 2. Seorang anak mampu menunjukkan gambar yang bunyi akhirnya terdengar bunyi (a) dari gambar yang ditunjukkan. Auak tersebut telah memiliki persepsi a. Auditoris b. Visual c. Kinestetik d. Taktil 3. Seorang anak mampu membedakan bunyi keras-lemah atau bunyi jauh-dekat. Anak tersebut telah memiliki persepsi a. Kesadaran fonologis b. Diskriminasi auditoris c. Ingatan Auditoris d. Urutan auditoris 4. Kemampuan membedakan suatu obyek dari obyek yang lain merupakan persepsi. a. Diskriminasi visual b. Diskriminasi bentuk dan latar c. Visual closure d. Mengenal obyek 5. Kemampuan mengingat dan mengidentifikasi suatu obyek, meskipun obyek tersebut tidak diperlihatkan secara keseluruhan, merupakan makna dari a. Hubungan keruangan b. Diskriminasi visual c. Diskriminasi bentuk dan latar d. Visual closure 6. Kemampuan mengenal berbagai obyek melalui meraba, merupakan persepsi a. Auditoris b. Visual c. Taktil



d. Kinestetik 7. Kesadaran posisi, adalah beberapa contoh dari persepsi a. Auditoris b. Visual c. Taktil d. Kinestetik 8. Pada saat seorang guru/asesor membuat deskripsi dari hasil jawaban siswa tentang perkembangan persepsi, kemudian menginterpretasikannya, maka asesor tersebut sedang melakukan proses … a. Membuat butir-butir soal instrumen b. Membuat analisis hasil asesmen c. Membuat kesimpulan d. Membuat rekomendasi 9. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil asesmen dimanifestasikan dalam bentuk a. Kemampuan siswa b. Kelemahan siswa c. Kesulitan siswa d. Kekuatan, kelemahan, dan kebutuhan siswa 10. Rekomendasi sebaiknya ditujukan kepada orang tua siswa, karena Orang tua merupakan a. Anggota tim dewan sekolah b. Anggota tim komitee sekolah c. Anggota tim program pembelajaran individual d. Anggota masyarakat sekolah Kunci Jawaban: 1. 2. 3. 4. 5.



a a b a d



6. c 7. d 8. b 9. d 10. c



G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10 kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase



tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut: 90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup < 70% = kurang Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai



BAHAN BELAJAR MANDIRI 3 ASESMEN AKADEMIK Pendahuluan Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu, sebagaimana McLoughlin & Lewis (1986:3) mengemukakan bahwa pada dasarnya asesmen pendidikan terutama difokuskan pada berbagai bidang pelajaran di sekolah, baik faktor yang mempengaruhi prestasi di sekolah seperti bidang akademik, bahasa, dan keterampilan sosial maupun faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat dipertimbangkan bersama dengan analisis strategi belajar dan perilaku belajar siswa yang dapat diamati dan dapat diukur. Dalam penyelenggaraan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus, secara garis besar asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: asesmen akademik, dan asesmen perkembangan. Asesmen akademik menekankan pada upaya mengukur pencapaian prestasi belajar siswa. Pada asesmen akademik aspek yang diases adalah bidang-bidang kemampuan dan keterampilan akademik seperti bahasa, sains, dan matematika. Sedangkan asesmen perkembangan mengutamakan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan keterampilan prasyarat yang diperlukan untuk keberhasilan bidang akademik. Adapun aspek-aspek yang diases dapat berupa perkembangan kognitif, yang meliputi: aspek bahasa dan komunikasi, persepsi, konsentrasi, dan memori; perkembangan motorik, perkembangan social, dan perkembangan emosi. Untuk keperluan penulisan bahan belajar mandiri 3 ini, pembahasan kegiatan pembelajaran asesmen akademik hanya mencakup pada tiga bidang keterampilan akademik dasar yang terangkum dalam istilah 3R‟s, yaitu Reading, Writing, and Aritmethics. Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi bahan belajar mandiri ini meliputi: 1. Asesmen Membaca 2. Asesmen Menulis 3. Asesmen Matematika/Berhitung Petunjuk Belajar Agar anda dapat memahami isi bahan belajar mandiri ini dengan baik, perhatikan1ah petunjuk mempelajari bahan belajar mandiri ini sebagai berikut: 1. Bacalah keseluruhan materi dalam bahan belajar mandiri ini secara cepat dan tepat, berusaha mengerti secara keseluruhan materi bahan belajar mandiri ini 2. Sesudah itu mulailah membaca setiap kegiatan belajar secara lebih teliti dengan berusaha memahami, mencari dan menemukan setiap konsep yang diuraikan 3. Bila ada bagian yang tidak atau kurang Anda mengerti maka berilah tanda dan catat dalam buku catatan Anda untuk dapat Anda tanyakan pada waktu ada tatap muka 4. Setelah Anda pelajari dengan hati-hati setiap bagian dari bahan belajar mandiri ini, cobalah lakukan evaluasi sendiri hasil belajar Anda dengan cara membuat pertanyaan sendiri dan berusaha menjawab sendiri



5. Buatlah kesimpulan dalam kata-kata Anda sendiri dari keseluruhan bahan yang And abaca dalam bahan belajar mandiri ini 6. Akhimya kerjakanlah latihan dan tes formatif yang tersedia Kegiatan Pembelajaran 1 Asesmen Keterampilan Membaca Melalui kegiatan pembelajaran 1 ini mahasiswa diperkenalkan dengan pengetahuan tentang bagimana pembuatan kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan membaca. Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup materi keterampilan membaca, menyusun kisi-kisi instrumen, mengembangkan butir-butir instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, serta bagaimana melaksanakan dan menganalisis hasil asesmen keterampilan membaca A. TUJUAN Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan mahasiswa mampu membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan membaca. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu:  Menetapkan ruang lingkup asesmen keterampilan membaca  Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan membaca  Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan membaca berdasarkan kisikisi yang telah dibuat  Melaksanakan dan menganalisis hasil asesmen keterampilan membaca B. POKOK BAHASAN  Penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan membaca  Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan membaca  Pengembangan butir-butir instrumen asesmen keterampilan membaca berdasarkan kisikisi yang telah dibuat  Pelaksanaan dan menganalisis hasil asesmen keterampilan membaca C. INTISARI BACAAN 1. Penetapan Ruang Lingkup Asesmen Keterampilan Membaca Membaca merupakan aktivitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari symbol berupa huruf atau kata. Sunardi & Muchlisoh (1997) mengemukakan bahwa aktivitas ini meliputi dua proses, yaitu proses decoding, juga dikenal dengan istilah membaca teknis atau permulaan, dan proses pemahaman. Membaca teknis adalah proses pemahaman atas hubungan antara huruf (grafim) dengan bunyi (morfem) atau menterjemahkan kata-kata tercetak menjadi bahasa lisan atau sejenisnya. Mengucapkan baik dalam hati maupun bersuara, misalnya kata “Ibu tidur” yang tercetak merupakan proses membaca teknis. Sedangkan pemahaman merupakan proses menangkap makna kata-kata yang tercetak. Pada waktu melihat tulisan “Ibu tidur,” pembaca akan mengetahui bahwa yang tidur bukan ayah dan bahwa Ibu dalam tulisan itu tidak sedang makan.



ABK yang mengalami kesulitan membaca harus ditangani sedini mungkin sehingga masalahnya tidak semakin membesar. Langkah penanganan anak-anak ini meliputi tahap asesmen dan tahap intervensi pembelajaran. Asesmen keterampilan membaca yang dimaksud dalam bahasan ini adalah suatu proses dalam memperoleh data tentang keterampilan seorang siswa dalam melakukan aktivitas membaca, baik dalam hal ketepatan membaca maupun dalam memahami isi teks yang dibacanya, sebagai bahan bagi guru dalam menyusun program dan intervensi pembelajarannya. Adapun tujuan utama dari asesmen keterampilan membaca adalah untuk mengetahui kondisi keterampilan membaca siswa saat ini, khususnya dalam aspek ketepatan membaca dan pemahaman terhadap isi teks yang dibacanya sebagai bahan untuk menyusun suatu program pembelajaran yang diprediksi sejalan dengan kebutuhan siswa yang bersangkutan. Untuk dapat mengadakan asesmen dan menyusun program yang baik, guru perlu mengetahui secara umum organisasi materi keterampilan membaca dan jenis-jenis keterampilan yang terkait. Seperti dijelaskan sebelumnya, materi membaca meliputi keterampilan membaca teknis dan membaca pemahaman. Membaca teknis adalah proses decoding atau mengubah symbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi system bunyi. Proses ini juga sering disebut pengenalan kata. Dalam proses membaca teknis, ada beberapa keterampilan yang dipersyaratkan (Sunardi, 1997:3), yaitu: keterampilan konfigurasi, analisis konteks, penguasaan kosakata pandang, analisis konteks, dan analisis struktural. Secara operasional, proses membaca teknis atau pengenalan kata menuntut kemampuan sebagai berikut (Sunardi, 1997:5) : a) mengenal huruf kecil dan besar pada alfabet, b) mengucapkan bunyi (bukan nama) huruf, terdiri dari konsonan tunggal (b, d, h, k, ..), vokal (a, i, u, e,…), konsonan ganda (kr, gr, tr, …), diftong (ai,oi,au, …), c) menggabungkan bunyi membentuk kata, d) variasi bunyi (/u/ pada pukul, /o/ pada toko), e) menerka kata dalam menggunakan konteks, f) menggunakan analisis struktural untuk identifikasi kata (kata ulang, kata majemuk, imbuhan). Adapun komponen-komponen membaca pemahaman (Sunardi, 1997:5) meliputi: pengembangan kosakata, pemahaman literal, pemahaman inferensial, membaca kritis, dan apresiasi. Selanjutnya dikemukakan bahwa secara operasional, membaca pemahaman menuntut kemampuan berikut: a) mengingat pokok pikiran wacana tertulis, b) mengingat urutan kejadian atau pendapat, c) mencari jawaban atas pertanyaan rinci isi wacana tertulis, d) mengikuti petunjuk tertulis, e) mencari hubungan sebab akibat, f) membuat kesimpulan berdasarkan wacana tertulis, g) mengetahui kejanggalan isi wacana, h) mengenal materi faktual atau fiktif, i) memanfaatkan daftar isi dan indeks buku, j) membaca table, diagram, peta, k) memanfaatkan berbagai makna dari satu kata.



2. Penyusunan Kisi-kisi dan Pengembangan butir Instrumen Asesmen Keterampilan Membaca Untuk mengetahui secara pasti jenis kesulitan yang dialami siswa, pada dasarnya ada dua macam prosedur, yaitu melalui asesmen formal dan informal. Asesmen formal dilakukan dengan tes baku yang dilengkapi dengan petunjuk pelaksanaan tes, kunci jawaban, cara menafsirkan hasilnya, dan alternatif penanganan siswa yang bersangkutan. Sayangnya, di Indonesia tes semacam itu belum dikembangkan. Oleh karena itu, para guru harus mengandalkan asesmen informal. Yang perlu diketahui adalah jika dilakukan dengan benar, hasil asesmen informal tidak kalah keterpercayaannya dari hasil asesmen formal. Terdapat berbagai macam prosedur asesmen informal yang dapat digunakan, diantarnya melalui observasi guru/asesor. Berikut dikemukakan salah satu contoh ceklis pengamatan membaca dari Ekwall yang diadopsi oleh Sunardi (1997:14). No



Perilaku Membaca



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15



Membaca dengan mengeja Pemenggalan tidak tepat Pengucapan tidak benar Penghilangan bunyi/kata Mengulang-ulang Terbalik Menambahkan unsur bunyi Mengamati dengan bunyi lain Tidak mengenal kosa kata pandang Menerka-nerka kata Tidak mengenal bunyi konsonan Tidak mengenal bunyi vokal Tidak mengenal konsonan/vokal ganda Kemampuan analisis structural lemah Tidak mampu memanfaatkan konteks



16 17 18 19 20 21 22



Tingkat pemahaman rendah Penguasaan dalam memanfaatkan konteks Kurang mampu mengingat isi bacaan Jawaban tidak terstruktur secara baik Tidak mampu mencari informasi tertentu Tidak mampu membaca sepintas Banyak salah ejaan pada jawaban



Pengamatan ke 1 2 3



23 24 25 26



Lambat dalam membaca Membaca cepat tetapi tidak tepat/banyak salah Membaca sambil berbisik Tidak menguasai abjad



3. Pelaksanaan dan Menganalisis Hasil Asesmen Keterampilan Membaca Untuk menentukan tingkat kemampuan membaca seorang siswa, hasil proses asesmen harus dapat dimanfaatkan untuk menyusun program pembelajaran bagi siswa yang bersangkutan. Guru/asesor dapat mengadakan observasi harian secara teliti untuk mengumpulkan informasi tentang kesulitan membaca siswa. Pengamatan dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan belajar, misalnya pada waktu membaca bersuara, mengerjakan tugas di kelas, mengerjakan tes, mengikuti pelajaran, kegiatan rekreatif, dan sebagainya. Aspek yang dapat diamati juga bervariasi, misalnya minat dan motivasi terhadap membaca, kemampuan membaca teknis, dan membaca pemahaman. Hasil pengamatan harus didokumentasikan secara sistematis, sehingga mudah untuk disimpulkan. Salah satu cara untuk mendokumentasikan hasil observasi adalah cheklis seperti yang dikembangkan oleh Ekwall (Sunardi, 1997:14) sebagaimana yang dapat dilihat pada kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan membaca di atas, ceklis ini memuat 26 pernyataan yang berupa deskripsi perilaku membaca anak yang mengalami kesulitan belajar membaca. Butir no 1 s/d 16 adalah jenis kesalahan membaca teknis, butir nomor 17 s/d 22 adalah kesalahan membaca pemahaman, sedangkan butir 23 s/d 26 merupakan jenis kesalahan umum. Untuk memastikan bahwa satu jenis kesulitan dialami oleh seorang siswa harus dilakukan tiga kali pengamatan, dengan pengertian bahwa setiap kali pengamatan tidak harus mengidentifikasi semua jenis kesalahan di atas. Pada waktu mengamati setiap ditemukan satu jenis kesalahan, misalnya ucapan tidak sempurna, maka pada kolom pengamatan ke … baris pengucapan tidak benar diberi tanda K untuk berkesulitan, M jika siswa menunjukkan kemajuan, atau B jika anak sudah tidak menunjukkan kesulitan sama sekali. D. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan latihan berikut ini. Buatlah Kisi-kisi instrumen assesmen membaca:  Pilih salah satu komponen keterampilan membaca  Buatlah butir-butir soal/instrumen keterampilan membaca dalam tabel  Tetapkan kriteria keberhasilan keterampilan membaca  Buatlah LKS dari tiap butir soal dalam asesmen keterampilan membaca



Petunjuk Jawaban Latihan Sebelum Anda membuat kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan membaca, sebaiknya Anda pahami terlebih dahulu materi keterampilan membaca dan ruang lingkupnya. Berdasarkan pemahaman Anda itulah Anda dapat membuat subkomponen serta indikatorindikator keterampilan membaca khususnya bagi siswa ABK. E. RANGKUMAN Asesmen keterampilan membaca merupakan suatu proses dalam memperoleh data tentang keterampilan seorang siswa dalam melakukan aktivitas membaca, baik dalam hal ketepatan membaca maupun dalam memahami isi teks yang dibacanya, sebagai bahan bagi guru dalam menyusun program dan intervensi pembelajarannya. Tujuan utama dari asesmen keterampilan membaca adalah untuk mengetahui kondisi keterampilan membaca siswa saat ini, khususnya dalam aspek ketepatan membaca dan pemahaman terhadap isi teks yang dibacanya. Secara umum organisasi materi keterampilan membaca meliputi keterampilan membaca teknis dan membaca pemahaman. Membaca teknis adalah proses decoding atau proses pengenalan kata atau mengubah simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi system bunyi. Adapun komponen-komponen membaca pemahaman meliputi: pengembangan kosakata, pemahaman literal, pemahaman inferensial, membaca kritis, dan apresiasi. Terdapat berbagai macam prosedur asesmen informal yang dapat digunakan, diantarnya melalui observasi guru. Guru dapat mengadakan observasi harian secara teliti untuk mengumpulkan informasi tentang kesulitan membaca siswa. Pengamatan dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan belajar.. Aspek yang dapat diamati juga bervariasi, misalnya minat dan motivasi terhadap membaca, kemampuan membaca teknis, dan membaca pemahaman. Hasil pengamatan harus didokumentasikan secara sistematis, sehingga mudah untuk disimpulkan. F. TES FORMATIF Petunjuk: Pilihlah salah satu option yang dianggap paling benar! 1. Ditemukan seorang siswa mampu memaknai teks yang dibacanya melalui kata-katanya sendiri. Siswa tersebut memiliki tingkat keterampilan membaca … a. Teknis b. Permulaan c. Decoding d. Comprehensive



2. Dibawah ini merupakan proses decoding dalam membaca, kecuali … a Pengenalan kata b Membaca permulaan c Membaca teknis d Membaca lanjutan 3. Memahami dan mengingat informasi secara tersurat pada wacana termasuk ke dalam a Pengembangan kosakata b Pemahaman literal c Pemahaman inferensial d Apresiasi 4. Hal yang berkaitan dengan kepekaan emosi dan estetik siswa atas materi wacana, adalah komponen membaca pemahaman jenis … a Pengembangan kosakata b Pemahaman literal c Pemahaman inferensial d Apresiasi 5. Seorang siswa dapat membaca kata-kata dengan mudah tanpa berpikir lagi, siswa tersebut diduga memiliki keterampilan … a Konfigurasi b Analisis konteks c Penguasaan kosakata pandang d Analisis fonik 6. Siswa yang memahami kaitan antara bunyi dan huruf pada kata, diduga telah memiliki keterampilan … a Konfigurasi b Analisis konteks c Penguasaan kosakata pandang d Analisis fonik 7. Kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan dari informasi yang tersurat berdasarkan intuisi dan pengalamannya merupakan keterampilan … a Pengembangan kosakata b Pemahaman literal c Pemahaman inferensial d Apresiasi



8. Pengenalan bentuk huruf atau kata secara global, misalnya kata buku lebih panjang dari kata aku, memerlukan keterampilan … a Konfigurasi b Analisis konteks c Penguasaan kosakata pandang d Analisis fonik 9. Memberikan pengalaman bermakna , seperti menyediakan berbagai buku atau memperkenalkan siswa dengan lingkungan baru dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan an … a Pengembangan kosakata b Pemahaman literal c Pemahaman inferensial d Apresiasi 10. Kemampuan dalam menggabungkan bunyi dalam membentuk kata memerlukan keterampilan … a Konfigurasi b Analisis konteks c Penguasaan kosakata pandang d Analisis fonik Kunci Jawaban: 1. d 2. d 3. b 4. d 5. c



6. d 7. c 8. a 9. a 10. D



G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10 kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut: 90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup < 70% = kurang



Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai



KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 Asesmen Keterampilan Menulis Melalui kegiatan pembelajaran 2 ini mahasiswa diperkenalkan dengan pengetahuan tentang pembuatan kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan menulis. Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup, menyusun kisi-kisi instrumen, mengembangkan butir-butir instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, serta bagaimana menganalisis hasil asesmen keterampilan menulis A. TUJUAN Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan mahasiswa mampu membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan menulis. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu:  Menetapkan ruang lingkup asesmen keterampilan menulis  Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan menulis  Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan menulis berdasarkan kisikisi yang telah dibuat  Melaksanakan dan menganalisis hasil asesmen keterampilan menulis B. POKOK BAHASAN  Penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan menulis  Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan menulis  Pengembangan butir-butir instrumen asesmen keterampilan menulis berdasarkan kisikisi yang telah dibuat  Pelaksanaan dan menganalisis hasil asesmen keterampilan menulis C. INTISARI BACAAN 1. Penetapan Ruang Lingkup Asesmen Keterampilan Menulis Yang dimaksud dengan asesmen keterampilan menulis adalah suatu proses dalam memperoleh informasi tentang penguasaan atau keterampilan menulis yang telah dimiliki siswa saat ini serta untuk menemukan kesulitan hambatan dalam mempelajari keterampilan menulis yang dialaminya. Adapun tujuan asesmen keterampilan menulis untuk mengetahui gambaran secara menyeluruh keterampilan menulis apa yang telah dikuasai siswa dan keterampilan menulis apa yang belum dikuasai siswa. Dengan demikian hasil asesmen



akanmenjadi landasan bagi penyusunan program pembelajaran menulis siswa yang bersangkutan. Untuk dapat melakukan asesmen keterampilan menulis dengan baik , maka perlu pemahaman tentang pengertian keterampilan menulis. Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian menulis. Lerner (1985) mengemukakan bahwa menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual. Tarigan (1986) menjelaskan bahwa menulis adalah melukiskan lambing-lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang-orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Sedangkan Hargrove & Poteet (1984) mengemukakan bahwa menulis merupakan penggambaran visual tentang pikiran, perasaan dan ide dengan menggunakan symbol-simbol system bahasa penulisnya untuk keperluan komunikasi atau mencatat. Dari sekian banyak pendapat di atas Mulyono Abdurahman (1996:192) menyimpulkan bahwa menulis merupakan: (1) salah satu komponen system komunikasi, (2) penggambaran pikiran, perasaan, dan ide ke dalam bentuk lambing-lambang bahasa grafis, dan (3) dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi. Seperti halnya dalam asesmen keterampilan membaca, untuk dapat mengadakan asesmen keterampilan menulis dan menyusun program yang baik, guru perlu mengetahui secara umum organisasi materi keterampilan menulis dan jenis-jenis keterampilan yang terkait. Pada dasarnya materi keterampilan menulis mencakup empat keterampilan, yaitu (Sunardi,1997): (1) keterampilan pra menulis, (2) keterampilan menulis permulaan, (3) keterampilan mengeja, dan (4) keterampilan menulis lanjutan (mengarang). Sebagaimana dikemukakan oleh Sunardi (1997:4) keterampilan pra menulis mencakup: (a) meraih, meraba, memegang, dan melepas benda, (b) mencari perbedaan dan persamaan berbagai benda, bentuk, warna, bangun, dan posisi, (c) menentukan arah kiri, kanan, atas, bawah, depan, dan belakang. Sedangkan keterampilan menulis dengan tangan (permulaan) meliputi: (a) Memegang alat tulis, (b) Menggerakkan alat tulis (atas-bawah,kirikanan,melingkar), (c) Menyalin huruf, kata, kalimat dengan huruf balok, (d) Menulis namanya dengan huruf balok, (e) Menyalin huruf balok dari jarak jauh, (f) Menyalin huruf, kata, kalimat dengan tulisan bersambung, dan (g) Menyalin tulisan bersambung dari jarak jauh. Adapun keterampilan mengeja mencakup: (a) Mengenal huruf abjad, kata, (b) Mengucapkan kata yang diketahuinya, (c) Mengenal perbedaan/persamaan konfigurasi kata, (d) Mengasosiasikan bunyi dengan huruf, (e) Mengeja kata, (f) Menemukan aturan ejaan kata, dan (g) Menuliskan kata dengan ejaan yang benar. Selanjutnya Moh.Amin (1995) mengemukakan bahwa keterampilan menulis lanjut atau ekspresif (mengarang) meliputi: (a) Reproduksi, (b) Deskripsi (uraian), (c) Ciptaan dan (d) Karangan Penjelasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam membuat karangan reproduksi, siswa menceriterakan kembali karangan yang telah dibuat oleh orang lain. Siswa tidak perlu menyebutkan kembali semua kata yang terdapat pada teks bacaan aslinya. Siswa boleh menggantinya dengan kata-kata yang dipilihnya dan boleh membuang bagian-bagian yang dianggap kurang penting atau menambahkan bagian-bagian yang dianggapnya lebih memperjelas maksud karangan. Karangan reproduksi ini penting, karena: 1) mengimbangi



gagasan yang belum dapat siswa susun sendiri sehingga memberikan kesempatan berlatih menyatakan pikiran, perasaan, dan kehendak sekalipun mereka belum dapat menyusunnya sendiri. 2) waktu mereproduksikan karangan orang lain, siswa melihat bagaimana cara orang lain menyusun perasaan, pikiran dan kehendak. Pada karangan uraian (deskripsi) siswa berlatih mengemukakan sesuatu sebagaimana adanya. Disini siswa sudah tidak hanya menyatakan kembali pikiran, perasaan, dan kehendak orang lain lagi, melainkan merumuskan kenyataan-kenyataan menjadi kata-kata dan kalimat. Misalnya tentang apa yang dilakukannya sebelum pergi sekolah, apa yang dilihatnya di jalan, dan sebagainya. Jenis karangan ini lebih sulit dari pada karangan reproduksi. Disamping harus merumuskan kenyataan menjadi kata-kata dan kalimat, dalam karangan ini siswa harus juga menentukan dari mana akan memulai dan di mana akan berakhir. Dalam karangan ciptaan, siswa harus merumuskan pikiran, perasaan, dan kehendak yang tidak dirumuskan dahulu oleh orang lain. Kenyataan-kenyataan mungkin masih dipergunakannya sebagai bahan, akan tetapi harus diberinya warna baru. Dalam membuat karangan ciptaan, siswa harus merumuskan apa yang sebenarnya sedang tidak terjadi. Misalnya membuat surat permisi karena sakit padahal dalam keadaan sehat, menyatakan apa yang akan dikerjakannya kalau sudah besar padahal masih kanak-kanak, dan sebgainya. Dalam karangan penjelasan, siswa menjelaskan mengapa sesuatu dikerjakan atau harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan pekerjaan itu, dan sebagainya. Judul karangan ada yang menarik minat siswa ada juga yang tidak. Judul menarikpun ada yang sukar dikarang apalagi yang tidak menarik. Menurut hasil penelitian hal-hal yang menarik perhatian anak usia 7-10 tahun ialah pengalaman pribadi, peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan perubahan musim, dongeng, permainan, hal-hal yang berkenaan dengan anak dan orang tuanya, hal-hal mengenai binatang, dan ceritera tentang orang-orang istimewa atau terkenal. Selanjutnya hal-hal yang menarik perhatian anak usia 11 tahun atau lebih ialah pengalaman sendiri, pengalaman pergi dan petualangan, olah raga dan kelakuan di luar ruang kesusasteraan, ceritera binatang, kehidupan di rumah, hobi, peristiwa-peristiwa hangat, cerita orang-orang ternama, dan khayal. Adapun hal-hal yang jarang menarik perhatian anak adalah pembicaraan mengenai kesehatan, kemasuarakatan, kenegaraan, penjelasan-penjelasan tentang peribahasa dan katakata mutiara, penjelasan-penjelasan yang sering mengenai benda-benda seperti payung, kaos kaki, dan sebagainya. 2. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Asesmen Keterampilan Menulis Berdasarkan ruang lingkup materi keterampilan menulis yang telah dikemukakan sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan menulis/ Dengan pengetahuan guru tentang ruang lingkup materi keterampilan menulis, guru dapat dengan mudah menyusun kisi-kisi tersebut baik dalam bentuk daftar atau tabel. Berikut dikemukakan contoh kisi-kisi instrumen keterampilan menulis berdasarkan ruang lingkup materi sebagaimana diuraikan di atas.



Contoh tabel Kisi-kisi Instrumen asesmen Keterampilan Menulis Komponen



Ruang lingkup



Keterampilan Pra Menulis Menulis



Penjabaran Materi (a) Meraih, meraba, memegang, dan melepas benda (b) Mencari perbedaan/persamaan berbagai obyek,bentuk, warna, ukuran (c) Orientasi ruang dan arah (kiri-kanan, atas-bawah, depan belakang)



Menulis Permulaan



(a) Memegang alat tulis (b) Menggerakkan alat tulis (atasbawah,kiri-kanan,melingkar) (c) Menyalin huruf, kata, kalimat dengan huruf balok (d) Menulis namanya dengan huruf balok (e) Menyalin huruf balok dari jarak jauh (f) Menyalin huruf, kata, kalimat dengan tulisan bersambung (g) Menyalin tulisan bersambung dari jarak jauh



Keterampilan Mengeja



(a) Mengenal huruf abjad, kata (misalnya,dari namanya sendiri) (b) Menuliskan kata yang diketahuinya (c) Mengenal perbedaan/persamaan konfigurasi/bentuk kata (d) Mengasosiasikan bunyi dengan huruf (e) Mengeja kata (f) Menemukan aturan ejaan kata (g) Menuliskan kata dengan ejaan yang benar



Keterampilan Mengarang



a) Reproduksi (b) Deskripsi (uraian) (c) Ciptaan (d) Penjelasan (



Selain yang dikemukakan di atas, guru dapat pula membuat kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan menulis berdasarkan kurikulum yang berlaku saat ini. Berikut dikemukakan contoh kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan menulis berdasarkan KTSP PP No.22 dan 23 Tahun 2006. Contoh Kisi-kisi Instrumen Asesmen Keterampilan Menulis (Kls 1/Smt 1 SD/MI Berdasarkan KTSP PP No.22 dan 23 Tahun 2006) Standar Kompetensi 1. Menulis permulaan dengan menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi, dan menyalin



Kompetensi Dasar



Indikator



1.1 Mempersiapkan diri untuk belajar dasar-dasar menulis (Melemaskan otot tangan)



1. 2. 3. 4.



Meniru gerakan Menulis di udara Menebalkan bentuk benda Menirukan gerakan (naik, turun, berkelok) 5. Membentuk gambar benda 6. Menebalkan gambar



1.2. Menebalkan berbagai bentuk gambar, bentuk huruf, dan kata



1. Menebalkan huruf 2. Menebalkan kata 3. Melengkapi suku kata menjadi kata



1.3. Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis



1. Menebalkan huruf 2. Mencontoh tulisan huruf dengan menyalin 3. Mencontoh tulisan kata dengan menyalin 4. Mencontoh tulisan kalimat sederhana dengan menyalin 5. Melengkapi kata dengan huruf yang tepat 6. Melengkapi kalimat sesuai dengan gambar



1.4. Menebalkan gambar, mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana



1. Menulis huruf dengan rapi 2. Menulis dan menyalin kata dengan rapi 3. Melengkapi kalimat



1.5. Mencontoh huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis



1. Menebalkan dan mencontoh kalimat 2. Mencontoh kalimat 3. Melengkapi kata 4. Melengkapi kalimat 5. Menyusun kalimat acak



1.6 menyalin kalimat sederhana dengan huruf lepas



1. Menulis kata sesuai gambar 2. Menyalin kalimat 3. Melengkapi kalimat



3. Pengembangan Butir-butir Instrumen Asesmen Keterampilan Menulis Sama halnya dengan penyusunan instrumen asesmen-asesmen keterampilan lainnya, setelah menyusun kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan menulis maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan butir-butir soal instrumen asesmen keterampilan menulis. Dan kisi-kisi yang telah disusun akan menjadi landasannya. Pengembangan butir soal dapat dibuat dalam bentuk daftar atau tabel. Butir-butir soal dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dari subkomponen keterampilan menulis yang telah dipahami baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya. Pada dasarnya untuk keterampilan menulis, terkecuali asesmen keterampilan pra menulis, asesmen yang paling praktis adalah menganalisis sampel hasil tulisan siswa. Disarankan paling tidak tiga sample tulisan siswa, yaitu tulisan dalam kondisi normal, tulisan terbaik, dan tulisan tercepat (Sunardi, 1997:7) Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh ilustrasi berikut ini. Contoh Pengembangan Butir Soal Asesmen Keterampilan Pra Menulis Identitas Siswa Nama Tempat/tgl lahir Jenis Kelamin Kelas/Semester Sekolah



: : : : :



Pokok Bahasan



Butir Soal



1. Pra menulis a. Meraih, meraba, memegang, dan melepaskan benda



1.a.1 Siswa diminta untuk mengambil obyekobyek kecil yang disediakan asesor/guru 1.a.2 Siswa diminta untuk meraba obyekobyek kecil yang disediakan asesor/guru 1.a.3 Siswa diminta untuk memegang obyekobyek kecil yang disediakan asesor/guru 1.a.4 Siswa diminta untuk melepas/menjatuhkan/membuang obyek-



Kemampuan



Keter



dapat



angan



tidak



obyek kecil yang disediakan asesor/guru



Contoh Pengembangan Butir Soal Asesmen Keterampilan Mengeja IDENTITAS SISWA Nama : Usia : Jenis Kelamin : Kelas : Sekolah : S



Tugas



A M P



a. Mengenal huruf abjad, kata 1. Tulislah namamu sendiri!



Kondisi normal



E L T



Tulisan terbaik



U L I S



Tulisan tercepat



A N



Contoh Pengembangan Butir Soal Asesmen Keterampilan Mengarang IDENTITAS SISWA Nama : Usia : Jenis Kelamin : Kelas : Sekolah : Tugas (karangan reproduksi): Tulislah apa yang kamu pahami dari teks bacaan yang tersedia di bawah ini! (Guru/asesor menyediakan teks bacaan sesuai dengan tingkat/kelas siswa yang bersangkutan)



4. Pelaksanaan dan Analisis Hasil Asesmen Keterampilan Menulis Seperti yang dikemukakan sebelumnya bahwa untuk keterampilan menulis, terkecuali asesmen keterampilan pra menulis, asesmen yang paling praktis adalah menganalisis sampel hasil tulisan siswa. Oleh karena itu prosedur pelaksanaan asesmen keterampilan menulis yang pertama adalah meminta sampel hasil tulisan siswa. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan sebelum siswa melakukan tugas yang diminta, yaitu: a) berikan pengarahan yang jelas, b) berikan LKS, dan c) bubuhkan identitas siswa. Kedua, Guru/asesor mengamati proses menulis siswa. Ada beberapa komponen yang dapat diamati dalam pelaksanaan asesmen keterampilan menulis (Sunardi, 1997), di antaranya: Memegang pensil dengan benar, Arah menulis (dari kiri ke kanan), Posisi kertas/buku, Posisi duduk siswa, Jarak mata dengan kertas/buku, Kondisi siswa saat menulis (tegang, frustrasi, emosional), Sikap yang ditunjukkan siswa (negatif, bosan, mengganggu ). Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel pengamatan proses menulis siswa berikut ini. Komponen yang diamati Tepat



Hasil Kurang tepat



Keterangan Tidak tepat



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Memegang pensil dengan benar Arah menulis (dari kiri ke kanan) Posisi kertas/buku Posisi duduk siswa Jarak mata dengan kertas/buku Kondisi siswa saat menulis (tegang, frustrasi, emosional) 7. Sikap yang ditunjukkan siswa (negatif, bosan, mengganggu )



Langkah selanjutnya adalah menganalisis sample hasil tulisan siswa. Adapun aspekaspek yang dianalisis antara lain adalah bentuk huruf/kata, ukuran, letak dan proporsi huruf, konsistensi jarak antar huruf, konsistensi tebal-tipis huruf, konsistensi tegak-miring huruf,



dan kecepatan dalam menulis. Adapun aspek-aspek untuk menganalisis hasil asesmen keterampilan mengarang, diantaranya adalah aspek kelancaran, kosakata, struktur dan tanda baca, dan isi karangan yang meliputi: ketepatan, kekayaan ide, dan organisasi. D. LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan latihan berikut ini. Buatlah Kisi-kisi instrumen assesmen menulis:  Pilih salah satu kelas dan semester yang ada pada kurikulum SD  Buatlah butir-butir soal/instrumen asesmen keterampilan menulis dalam tabel  Tetapkan kriteria keberhasilan keterampilan menulis  Buatlah LKS dari tiap butir soal keterampilan menulis Petunjuk Jawaban Latihan Sebelum Anda membuat kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan menulis, sebaiknya Anda pahami terlebih dahulu materi keterampilan menulis untuk tingkat Sekolah Dasar dan ruang lingkupnya. Berdasarkan pemahaman Anda itulah Anda dapat membuat subkomponen serta indikator-indikatornya. E. RANGKUMAN Secara garis besar organisasi materi keterampilan menulis mencakup empat keterampilan besar, yaitu: keterampilan pra menulis, keterampilan menulis permulaan, keterampilan mengeja, dan keterampilan menulis lanjutan (mengarang). Terdapat empat jenis karangan, yaitu karangan reproduksi, karangan uraian, karangan ciptaan, dan karangan penjelasan. Ada beberapa hal yang dapat diamati pada saat pelaksanaan asesmen keterampilan menulis, di antaranya adalah: Memegang pensil dengan benar, arah menulis (dari kiri ke kanan), posisi kertas/buku, posisi duduk siswa, jarak mata dengan kertas/buku, kondisi siswa saat menulis (tegang, frustrasi, emosional), sikap yang ditunjukkan siswa (negatif, bosan, mengganggu). F. TES FORMATIF Petunjuk: Pilihlah option di bawah ini yang dianggap paling benar! 1. Seorang siswa memiliki kemampuan menulis dengan tangan. Artinya siswa tersebut telah menguasai keterampilan … a Pra menulis b Menulis permulaan c Keterampilan mengeja



d



Keterampilan mengarang



2. Siswa mampu menceriterakan kembali karangan yang telah dibuat oleh orang lain dengan kata-katanya sendiri. Siswa tersebut terampil dalam membuat karangan … a Reproduksi b Uraian c Penjelasan d Ciptaan 3. Siswa mampu mendeskripsikan sesuatu yang dilihatnya. Siswa tersebut terampil dalam membuat karangan … a Reproduksi b Uraian c Penjelasan d Ciptaan 4. Memberikan materi keterampilan “membuat surat ijin untuk tidak sekolah” kepada siswa, adalah bentuk latihan dalam keterampilan mengarang jenis … a Reproduksi b Uraian c Penjelasan d Ciptaan 5. Berdasarkan hasil penelitian, anak usia 7-10 tahun lebih tetarik dengan hal-hal berikut, kecuali … a Pengalaman pribadi b Hal yang berkenaan dengan anak dan orang tua c Mengenai binatang d Kemasyarakatan 6. Sedangkan anak usia 11 tahun atau lebih, mereka lebih tertarik dengan judul-judul karangan a Petualangan b Kesehatan c Kenegaraan d Kemasyarakatan 7. Seorang siswa mampu menjelaskan mengapa sesuatu itu dikerjakan atau harus dikerjakan secara tertulis. Siswa tersebut telah memiliki kemampuan dalam menulis karangan … a Reproduksi



b c d



Uraian Penjelasan Ciptaan



8. Baik anak usia 7-10 tahun, maupun anak usia 11 tahun atau lebih, mereka sama-sama tertarik dengan judul-judul karangan di bawah ini, kecuali … a Pengalaman pribadi b Cerita orang-orang ternama c Mengenai binatang d Kemasyarakatan 9. Keterampilan pra menulis, merupakan kemampuan … dalam pelajaran menulis a Pre requisite b Dengan sendirinya anak dapat melakukannya c Setiap anak dapat melaluinya tanpa belajar d Menulis permulaan 10. Pada kelas-kelas permulaan, pengajaran menulis dipusatkan pada keterampilan di bawah ini, kecuali … a Mengenal huruf b Mengenal kata c Menyalin kata d Mengarang Kunci Jawaban: 1. b 2. a 3. b 4. d 5. d



6. a 7. c 8. d 9. a 10. d



G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10 kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut:



90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup < 70% = kurang Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 Asesmen Keterampilan Matematika Melalui kegiatan pembelajaran 3 ini mahasiswa diperkenalkan dengan pengetahuan tentang pembuatan kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan matematika . Pembahasan difokuskan pada penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan matematika, menyusun kisi-kisi instrumen, mengembangkan butir-butir instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, serta bagaimana menganalisis hasil asesmen keterampilan matematika A. TUJUAN Dengan mempelajari kegiatan pembelajaran 3 ini diharapkan mahasiswa mampu membuat kisi-kisi dan mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan matematika. Secara khusus pembahasan ini bertujuan agar mahasiswa mampu: 1. Menetapkan ruang lingkup asesmen keterampilan matematika 2. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan matematika 3. Mengembangkan butir-butir instrumen asesmen keterampilan matematika berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat 4. Melaksanakan dan Menganalisis hasil asesmen keterampilan matematika B. POKOK BAHASAN 1. Penetapan ruang lingkup asesmen keterampilan matematika 2. Penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan matematika 3. Pengembangan butir-butir instrumen asesmen keterampilan matematika berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat 4. Pelaksanaan dan Menganalisis hasil asesmen keterampilan matematika C. INTISARI BACAAN 1. Penetapan Ruang Lingkup Asesmen Keterampilan Matematika



Untuk mendapatkan data yang akurat tentang kondisi siswa yang diases, diperlukan instrumen yang memadai. Instrumen yang memadai akan diperoleh, jika guru/asesor memiliki pemahaman yang komprehensif tentang bidang yang akan diasesmennya. Asesmen matematika yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah suatu proses perolehan data atau informasi tentang penguasaan keterampilan matematika seorang siswa sebagai bahan dalam menyusun suatu program pembelajaran. Tujuan utama dari asesmen matematika adalah untuk mengetahui kondisi penguasaan keterampilan matematika seorang anak pada saat itu, baik keterampilan yang telah dikuasainya maupun yang belum dikuasainya sebagai dasar untuk menyusun program pembelajaran yang diprediksi sejalan dengan hambatan dan kebutuhan belajar anak tersebut. Untuk membuat asesmen bidang matematika, guru/asesor seyogyanya memahami secara komprehensif ruang lingkup serta unsur-unsur pembelajaran matematika; sequence atau urutan materi, serta tahapan belajar matematika. Terdapat beberapa jenis pengelompokkan bidang matematika yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar, di antaranya: pengelompokkan menurut isi (content) materi dan berdasarkan hasil belajar yang diharapkan. (1) berdasarkan isi (content) materi, dan (2) berdasarkan hasil belajar yang diharapkan. Berdasarkan isi (content) materi, matematika dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu: Aritmetika, geometri, dan pengukuran. Aritmetika adalah pengetahuan tentang bilangan. Dali S.Naga (1980:1) mengemukakan bahwa aritmetika adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat, hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.. Penggunaan abjad dalam aritmetika … disebut aljabar (1980:29). Materi utama dalam aritmetika adalah bilangan dan operasi bilangan atau komputasi yang biasa disebut operasi hitung. Bilangan adalah suatu idea; sifatnya abstrak. Bilangan bukan simbol atau lambang dan bukan pula lambang bilangan atau angka. Bilangan memberikan keterangan mengenai banyaknya anggota suatu obyek. Bilangan menyatakan suatu nilai yang bisa diartikan sebagai jumlah atau banyaknya sesuatu. Karena itu bilangan baru berwujud apabila dihubungkan dengan obyek. Misalnya: “tiga buku”, “lima pensil”, dsb. Terdapat berbagai jenis atau macam bilangan. Diantara bilangan-bilangan tersebut yang dipelajari pada jenjang pendidikan dasar meliputi bilangan asli, bilangan cacah, bilangan pecahan, dan bilangan bulat. Adapun istilah operasi hitung berasal dari kata Operation yaitu pengerjaan, operasi hitung adalah pengerjaan hitung. Terdapat empat operasi hitung dasar atau operasi hitung utama dalam aritmetika, yaitu: penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Penjumlahan merupakan operasi pokok yang menjadi dasar untuk memahami operasi lainnya; Pengurangan merupakan invers atau kebalikan dari dari operasi penjumlahan; Perkalian dimaknai sebagai penjumlahan berulang, sedangkan pembagian merupakan invers atau kebalikan dari operasi perkalian. Sedangkan geometri adalah cabang matematika yang berkenaan dengan titik dan garis (Aleks Maryunis, 1989:24). Titik adalah pernyataan tentang



posisi yang tidak memiliki panjang dan lebar, sedangkan garis hanya dapat diukur panjangnya. Aspek-aspek geometri yang dipelajari pada jenjang pendidikan dasar meliputi aspek bidang atau bangun datar dan bidang atau bangun ruang. Bidang datar yaitu bangun yang dapat kita bayangkan sebagai sesuatu yang datar seperti permukaan cermin, permukaan meja, dan sebagainya. Bidang datar memiliki sifat-sifat: a) tidak mempunyai batas, b) berdimensi dua, artinya mempunyai panjang dan lebar, c) mempunyai arah lebih dari dua arah, dan d) tidak mempunyai tebal. Pada dasarnya bangun datar ini dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu bangun bersisi lurus dan bangun bersisi lengkung. Bangun bersisi lurus terdiri dari: a) segi tiga (siku-siku, tumpul, dan lancip), b) segi empat yang meliputi jajaran genjang (persegi panjang, belah ketupat, segi empat sama sisi), trapesium (siku-siku, sebarang, sama kaki), dan laying-layang, c) segi lima, d) segi enam, dan e) segi banyak. Bangun bersisi lengkung terdiri dari lingkaran, elips, dan bangun lain. Adapun bangun ruang menunjuk pada bidang yang memiliki tiga dimensi, yaitu panjang lebar, dan tinggi. Jika suatu bangun tidak seluruhnya terletak dalam bidang, maka bangun itu disebut bangun ruang. Sebuah batu bata, kita bungkus dengan kertas kemudian keluarkan batunya tanpa merusak pembungkusnya. Pembungkus itu merupakan contoh suatu bangun ruang. Bangun ruang dibentuk oleh daerah segi banyak yang disebut sisi. Ada bermacam-macam bangun ruang, di antaranya prisma, kerucut, piramida, kubus, silinder, dan bola. Sedangkan berdasarkan hasil belajar yang diharapkan, matematika dapat dibagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi kualitatif dan dimensi kuantitatif. Rochyadi & Alimin (2005) mengemukakan bahwa dimensi kuantitatif merupakan pemahaman tentang konsep, prinsip dan keterampilan matematika yang diperoleh siswa melalui pembelajaran, tanpa dikaitkan dengan aplikasi sosialnya. Pemahaman suatu konsep atau prinsip matematika menunjuk pada pemahaman dasar yang dicapai melalui proses identifikasi yang meliputi konsep bilangan, operasi hitung dasar dan dasar-dasar geometri. Keterampilan matematika, merupakan kemampuan melakukan komputasi atau mengaplikasikan konsep yang telah dipahami dalam waktu yang relatif singkat dengan cara dan hasil yang benar. Pada dimensi kuantitatif, hasil pembelajaran siswa belum mencapai yang sesungguhnya, karena apa yang dipelajarinya belum dapat difungsikan dalam kehidupannya. Sedangkan dimensi kualitatif merupakan kemampuan siswa dalam mengaplikasikan konsep, prinsip dan keterampilan yang diperolehnya dalam memecahkan persoalan (problem solving) matematika secara nyata di dalam kehidupan mereka, sehingga konsep, prinsip dan keterampilan tersebut menjadi fungsional & bermakna di dalam kehidupan siswa tersebut. Operasionalisasi dari dimensi kualitatif ini diwujudkan dalam bentuk soal cerita. 2. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Asesmen Keterampilan Matematika



Untuk memperoleh data yang akurat tentang kemampuan matematika seorang ABK, seorang guru/asesor memerlukan instrumen asesmen matematika baik yang bersifat formal maupun informal. Seperti dijelaskan pada awal kegiatan pembelajaran bahwa asesmen formal memerlukan keahlian yang tinggi, waktu yang lama, dan biaya yang sangat besar untuk memperoleh validitas dan reliabilitas yang tinggi yang kemudian dikalibrasi untuk menentukan daya pembeda atau suatu derajat kesulitan instrumen tersebut. Karena penyusunan instrumen asesmen formal tidak mudah, maka tidak mudah pula untuk menemukan instrumen asesmen formal ini. Untuk menanggulangi masalah ini, para ahli ABK mempercayai bahwa asesmen informal yang dibuat oleh para guru merupakan cara yang terbaik untuk memperoleh informasi tentang ABK. Demikian halnya mengenai kemampuan dalam keterampilan matematika. Dalam penyusunan kisi-kisi instrumen asesmen informal matematika, guru/asesor dapat menggunakan isi (content) materi matematika secara berurutan dari yang termudah sampai yang tersukar atau dari yang terendah sampai yang tertinggi atau dari yang sederhana ke yang paling kompleks. Jika tidak, guru/asesor dapat pula menyusunnya berdasarkan materi kurikulum yang berlaku. Berdasarkan kurikulum yang berlaku saat itu, akan memungkinkan untuk diketahuinya sampai sejauh mana siswa menguasai materi matematika, sehingga guru/asesor dapat menentukan tingkat performance siswa tentang penguasaan matematika saat ini. Sebagai gambaran, perhatikanlah contoh kisi-kisi instrumen matematika berikut ini. Contoh Kisi-kisi Instrumen Asesmen Keterampilan Matematika (Kls 1/Smt 1 SD/MI Berdasarkan KTSP PP No.22 dan 23 Tahun 2006) Standar Kompetensi BILANGAN 1. Melakukan penjumlahan dan pengu rangan bilangan sampai 20



Kompetensi Dasar 1.1. Membilang banyak benda (0-9)



Indikator



1.2. Mengurutkan banyak benda (Bagian pertama 0-9)



1. Menyatakan banyak benda dari sekumpulan benda 2. Membandingkan dua kumpulan benda melalui istilah lebih banyak, lebih sedikit atau sama banyak 1. Menentukan urutan kumpulan benda dari yang kecil ke yang besar dan sebaliknya 2. Membaca lambang bilangan 3. Menuliskan lambang bilangan 4. Membilang loncat 5. Mengurutkan sekelompok bilangan 6. Menentukan bilangan yang tidak diketahui dalam suatu urutan bilangan



1.3. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan



1. Menentukan jumlah dua kumpulan benda 2. Membaca dan menggunakan lambang



sampai 20 (bagian pertama) 3. 4. 5. 6. 7. 8.



”+,-, =” dalam pengerjaan hitung sampai dgn 9 Menentukan hasil penjumlahan dua bilangan dengan hasil sampai 9 Menyatakan kalimat penjumlahan dua bilangan dengan hasil yang sudah ditentukan Menentukan hasil pengurangan dua bilangan dengan hasil sampai 9 Menunjukkan bilangan 0 melalui pengurangan dengan bilangan yang sama Menyatakan kalimat pengurangan dari penjumlahan Menyelesaikan soal campuran



1.4. Membilang banyak benda (bagian kedua >9 s/d20)



1. Menyatakan banyak benda dari sekumpulan benda 2. Membandingkan dua kumpulan benda melalui istilah lebih banyak, lebih sedikit atau sama banyak



1.5. Mengurutkan banyak benda



1. Membaca dan menulis lambang bilangan sampai 20 2. Membuat pola bilangan dengan membilang loncat



1.6. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 (bagian kedua)



1. Menghitung penjumlahan dua bilangan dengan hasil jumlah sampai 20 2. Menghitung penjumlahan tiga bilangan dengan hasil sampai 20 3. Menghitung penjumlahan dengan cara bersusun 4. Menghitung pengurangan dua bilangan (bilangan 2 angka dengan 1 angka sampai 20) 5. Menentukan hasil operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan hasil sampai dengan 20



1.7. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan sampai 20



1. Menyatakan masalah sehari-hari yang terkait dengan penjumlahan hasil sampai dengan 20 2. Menyelesaikan masalah sehari-hari dalam penjumlahan tiga bilangan 1 angka



3. Menyatakan masalah sehari-hari yang terkait dengan pengurangan hasil sampai dengan 20 GEOMETRI DAN PENGU KURAN 2. Mengguna kan pengukuran waktu dan panjang



2.1. Menentukan waktu (pagi, siang, malam) hari, dan jam (secara bulat)



2.2. Menentukan lama suatu kejadian



1. Menunjukkan konsep waktu dalam kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan pagi, siang, sore, dan malam hari 2. Membaca dan menuliskan waktu pukul ... dari gambar yang ditunjukka jarum jam (secara bulat) 1. Menunjukkan konsep waktu kegiatan sehari-hari yang lama atau yang sebentar



2.3. Mengenal panjang suatu benda melalui kalimat sehari-hari (pendek, panjang) dan membanding kannya



1. Menunjukkan benda-benda yang panjang atau yang pendek 2. Membandingkan panjang atau pendek suatu benda



2.4. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu dan panjang



1. Menceritakan kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan jam sehari (dari bangun sampai tidur kembali) 2. Mengenal hubungan hari dengan minggu 3. Mengukur jarak suatu benda dengan satuan ukuran tidak baku (jengkal, depa, langkah, kaki)



3. Mengenal 3.1. Mengelompokkan beberapa berbagai bangun ruang bangun ruang sederhana (balok, prisma, tabung, bola, dan kerucut)



3.2. Menentukan urutan benda-benda ruang yang sejenis menurut besarnya



1. Menemukan ciri-ciri bangun ruang sederhana (balok, prisma, tabung, bola, dan kerucut) 2. Menggambar dan membuat model bangun ruang sederhana 3. Mengklasifikasikan bentuk-bentuk bangun ruang 1. Mengurutkan benda-benda bangun ruang dari yang terbesar sampai yang terkecil atau sebaliknya



3. Pengembangan Butir-butir Instrumen Asesmen Keterampilan Matematika Langkah selanjutnya adalah mengembangkan butir-butir instrumen matematika dari kisi-kisi yang telah dibuat. Sama halnya dengan penyusunan kisi-kisi asesmen akademik yang lainnya, pengembangan butir soal asesmen keterampilan matematika dapat dibuat



dalam bentuk daftar atau tabel. Butir-butir soal asesmen matematika dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah dijabarkan dari subkomponen keterampilan matematika. Yang paling esensial di dalam mengembangkan butir soal asesmen matematika adalah dengan mempertimbangkan dua faktor, yaitu tahapan belajar siswa dan hasil belajar yang diharapkan. Tahapan belajar siswa meliputi tahap konkret, semi konkret, dan tahap abstrak. Sedangkan hasil belajar yang diharapkan dari siswa meliputi tingkat dimensi kualitatif, yaitu siswa mampu mengaplikasikan konsep, prinsip dan keterampilan yang diperolehnya di dalam kelas ke dalam situasi nyata di dalam kehidupan mereka. Dengan demikian konsep, prinsip dan keterampilan matematika tersebut menjadi fungsional & bermakna bagi siswa di dalam kehidupan sehari-hari. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh ilustrasi berikut ini. Contoh Pengembangan Butir Soal Asesmen Matematika (Kls 1/Smt 1 SD/MI Berdasarkan KTSP PP No.22 dan 23 Tahun 2006) Kemampuan Butir Soal Pokok Kon Sm Abs Bahasan kret Kon trak kret BILANGAN 1.1.1.a. Hitunglah berapa banyak benda yang ada pada tiap-tiap kumpulan benda di bawah 1.1 Membilang



ini! (bobot = 5)



banyak benda 1.1.1.







Menyatakan



 







  



♣♣♣



banyak benda dari sekumpulan benda (0-9) 1.1.2. Membandingkan dua kumpulan benda melalui



1.1.2.a. Sebutkan benda mana yang paling banyak di antara benda-benda yang ada pada tiap-tiap kumpulan benda di bawah ini! (Bobot = 5)



istilah lebih banyak/lebih sedikit/sama banyak (0-9)







 







  



♣♣♣



Dan seterusnya 4. Pelaksanaan dan Analisis Hasil Asesmen Keterampilan Matematika Secara garis besar prosedur pelaksanaan asesmen keterampilan matematika dilakukan dalam dua tahap (Rochyadi & Alimin,2005). Pertama, asesmen dilakukan secara klasikal, dan kedua, dilakukan secara individual. Pada tahap pertama ditujukan untuk menjaring siswa-siswa mana saja yang diduga mengalami masalah dalam penguasaan keterampilan matematika. Berdasarkan hasil asesmen pada tahap pertama ini akan ada tiga kemungkinan penguasaan keterampilan yang dimiliki siswa. (1) mereka yang benar-benar telah sampai kepada pemahaman keterampilan matematika, yaitu mereka yang mampu menyelesaikan persoalan matematika secara aplikatif. Siswa yang ada pada kelompok ini akan diposisikan sebagai independen level (menunjukkan angka persentase 75% ke atas). (2) mereka yang telah memiliki keterampilan matematika dalam dimensi kuantitatif, tetapi gagal dalam dimensi kualitatifnya. Kelompok ini akan diposisikan pada instruction level (menunjukkan angka persentase 50%-75% ) (3) mereka yang benar-benar gagal dalam menyelesaikan penguasaan keterampilan matematika dimensi kuantitatif dan dikelompokkan pada posisi frustration level(menunjukkan angka persentase di bawah 50%). Sedangkan pada tahap kedua, asesmen dilakukan secara individual. Tahap ini ditujukan bagi mereka yang telah diposisikan sebagai instructional level dan frustration level. Proses asesmen tahap kedua ini lebih berfungsi untuk menelusuri hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang diajukan. Pada tahap ini pula akan diketahui apakah hambatan siswa tersebut berkaitan dengan tahapan belajar siswa atau berkaitan dengan fakta kesalahan dalam memecahkan soal, atau berkaitan dengan kecenderungan strategi yang digunakan dalam memecahkan soal-soal matematika. Ada dua hal yang perlu dicatat dalam pelaksanaan asesmen pada tahap ini, yaitu: pertama, mencatat hal-hal yang dilakukan siswa pada saat menyelesaikan soal-soal yang diberikan serta alasanalasan siswa mengapa ia menyelesaikan soal dengan cara yang demikian. Kedua mencatat hasil kerja siswa. Langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil kerja siswa yang kemudian ditafsirkan dan ditarik kesimpulan dalam wujud penguasaan matematika, kesulitan matematika yang dihadapi siswa, serta kebutuhan belajar siswa tentang matematika. Berdasarkan kesimpulan tersebut, guru/asesor membuat rekomendasi yang ditujukan kepada guru kelas, atau guru bidang studi, atau kepada orang tua yang selanjutnya hasil asesmen ini akan dijadikan sebagai landasan dalam membuat program pembelajaran matematika bagi siswa yang bersangkutan. D. LATIHAN



Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan Anda mengerjakan latihan berikut ini.



Buatlah Kisi-kisi instrumen assesmen keterampilan matematika:  Pilih salah satu komponen keterampilan matematika  Buatlah butir-butir soal/instrumen keterampilan matematika dalam tabel  Tetapkan kriteria keberhasilan keterampilan matematika  Buatlah LKS dari tiap butir soal dalam asesmen keterampilan matematika Petunjuk Jawaban Latihan Sebelum Anda membuat kisi-kisi instrumen asesmen keterampilan matematika, sebaiknya Anda pahami terlebih dahulu materi matematika dan ruang lingkupnya. Berdasarkan pemahaman Anda itulah Anda dapat membuat subkomponen serta indikator-indikator keterampilan matematika khususnya bagi siswa ABK. E. RANGKUMAN Pada dasarnya ruang lingkup pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar dapat dikelompokkan berdasarkan isi (content) materi dan berdasarkan hasil belajar yang diharapkan. Berdasarkan isi (content) materi, matematika dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu: Aritmetika, geometri, dan pengukuran. Sedangkan berdasarkan hasil belajar yang diharapkan dikelompokkan menjadi dua dimensi, yaitu dimensi kuantitatif dan dimensi kualitatif. Ada dua tahap dalam pelaksanaan asesmen keterampilan matematika. Pertama, asesmen dilakukan secara klasikal yang berfungsi untuk menjaring para siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Berdasarkan hasil asesmen pada tahap pertama ini akan ada tiga kemungkinan penguasaan keterampilan yang dimiliki siswa, yaitu yang akan diposisikan sebagai independen level, atau instruction level, atau pada posisi frustration level. Kedua, dilakukan secara individual yang lebih berfungsi untuk menelusuri hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang diajukan. Terdapat dua hal yang perlu dicatat selama melaksanakan asesmen matematika, yaitu pencatatan proses dan hasil asesmen sebagai bahan untuk menganalisis hasil kerja siswa sebelum penarikan kesimpulan yang pada akhirnya dibuat rekomendasi yang ditujukan kepada guru maupun orang tua siswa yang bersangkutan. F. TES FORMATIF Petunjuk: Pilihlah salah satu option yang dianggap paling benar! 1. Dibawah ini merupakan ruang lingkup materi pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar berdasarkan kontennya, kecuali:



a Aritmetika b Geometri c Pengukuran d Problem solving 2. Seorang siswa mampu menyelesaikan soal penjumlahan di bawah 10 dalam soal cerita dari soal yang diberikan. Siswa tersebut telah memiliki keterampilan matematika dalam tingkat … a Dimensi kuntitatif b Dimensi kualitatif c Dua dimensi d Dimensi operasi hitung 3. Seorang siswa mampu menyelesaikan soal perkalian “5 x 9” tanpa menggunakan alat bantu. Siswa tersebut berada pada tahap belajar … a Konkret b Semi konkret c Semi abstrak d Abstrak 4. Seorang siswa mampu menyelesaikan soal penjumlahan “7 + 6” melalui abakus biji. Siswa tersebut berada pada tahap belajar … a Konkret b Semi konkret c Semi abstrak d Abstrak 5. Kemampuan belajar seorang siswa yang berada pada tahap semi konkret, ia mampu menyelesaikan soal-soal … a Penjumlahan dengan menggunakan lidi b Penjumlahan dengan menggunakan gambar c Penjumlahan dengan menggunakan tally d Penjumlahan dengan angka 6. Ditemukan seorang siswa yang benar-benar mampu menyelesaikan persoalan matematika yang diberikan secara aplikatif dalam pelaksanaan asesmen keterampilan matematika pada tahap pertama. Siswa yang bersangkutan dapat diposisikan pada tingkat … a Independen level b Instructional level c Frustration level d Individual level



7. Pelaksanaan asesmen keterampilan matematika tahap kedua berfungsi untuk … a Menjaring siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar matematika b Mengetahui tingkat penguasaan siswa dalam keterampilan matematika c Menelusuri hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika d Mengetahui tingkat kegagalan siswa dalam keterampilan matematika 8. Dalam menganalisis hasil pekerjaan siswa, ditemukan angka persentase 75% ke atas. Tingkat penguasaan keterampilan matematika siswa yang bersangkutan diposisikan pada … a Independen level b Instructional level c Frustration level d Individual level 9. Pelaksanaan asesmen keterampilan matematika tahap kedua, pada diperuntukkan bagi mereka yang berada pada posisi di bawah ini, kecuali: a Independen level b Instructional level c Frustration level d Mereka yang menunjukkan angka presentase < 75%



dasarnya



10. Pengadministrasian data pada asesmen keterampilan matematika tahap kedua lebih bersifat kualitatif, karena itu pada tahap ini asesor dituntut untuk melakukan hal di bawah ini , kecuali: a Mencatat hasil jawaban yang telah diselesaikan siswa b Mencatat alas an yang diberikan siswa pada setiap penyelesaian soal matematika c Mencatat cara kerja siswa dalam menyelesaikan setiap soal-soal matematika d Menghitung skor presentase pencapaian siswa Kunci Jawaban: 1. d 2. b 3. d 4. a 5. b



6. a 7. c 8. a 9. a 10. d



G. BALIKAN DAN TINDAK LANJUT Cocokanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif yang terdapat di bagian akhir bahan belajar mandiri ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus tingkat penguasaan, yaitu jumlah jawaban Anda yang benar dibagi 10 kemudian dikalikan dengan 100%. Dengan demikian Anda akan memperoleh presentase tingkat penguasaan Anda. terhadap materi Kegiatan Belajar Adapun arti tingkat penguasaan yang Anda capai adalah sebagai berikut: 90% - 100% = baik sekali 80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup < 70% = kurang Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih Anda dapat mengikuti ujian akhir semester (UAS)., tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulang kegiatan belajar ini terutama bagian yang belum anda kuasai



DAFTAR PUSTAKA Abdurahman Mulyono, (1995), Program Pendidikan Individual, Pelatihan Inservice Guru SLB, Jakarta: Depdikbud Abdurahman Mulyono, (2001), Pendidikan bagi Anak berkesulitan Belajar, Jurusan PLB UNJ Jakarta. Abdurahman Mulyono & Estiningsih, E.(1997) Menangani Kesulitan Belajar Berhitung, Jakarta: Depdikbud Amin, Moh. (1995), Ortopedagogik anak tunagrahita, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Astati (1995), Terapi Okupasi, Bermain, dan Musik untuk Anak Tunagrahita, Jakarta: Depdikbud Depdiknas (2006), Standar Isi, Standar kompetensi Lulusan, dan Panduan Penyusunan KTSP Sekolah Dasar, Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan-Dikti Hallahan, D.P. dan Kauffman, J.M. (1994), Exceptional children, Introduction to special Education, allyn Bacon, Boston. Hargove, Linda J & Poteet, James A. (1984), Assesment in Special Education, The Education Evaluation, New Jersey, Prentice Hall, Inc. Hargove, Linda J and Poteet, James A (1984), Assesment children, introduction to special education, Boston : Alyn Bacon Harwell, Joan M, How to Diagnose and Correct Learning Disabilities in the Classroom, New York: Parker Publishing, Co,Inc. Johnson, Berit & Skjorten, Miriam,D (2003) Pendidikan Kebutuhan Khusus: Sebuah Pengantar, Menuju Inklusi, Buku No.1, Bandung: Program Pascasarjana-UPI Lerner, Janet,W. (1989) Learning Disabilities, Teories, Diagnosis, and teaching Strategies, USA: Houghton Mifflin Company McLoughlin,James,A. & Lewis, Rena,B (1981) Assessing Special Students Strategies and Procedures, USA: Merril Publishing Company McLoughlin,James,A. & Lewis, Rena,B (1986)Assessing Special Students (2nd) USA: Merril Publishing Company Mercer Cecil D & Mercer, Ann,R (1989), Teaching student with Learning Problems, , USA: Merill Publishing Company



Mercer, Cecil d & Lewis (1977), Children and Youth with Learning Disabilities, London, Charles and Merril Publishing company. Mason, H. & McCall, S. (Eds.). (1999). Visual Impairment: Access to Education for Children and Young People. Part II. London: David Myers, . Patricia (1986) Methods for Learning disorder, New York: John Wiley and Sons Rochyadi & Alimin, Z (2005) Pengembangan Program Individual Bagi Anak Tunagrahita, Jakarta: Depdiknas Rochyadi & Soendari (2001) Tingkat Penerapan dan pemahaman Program Individualisasi Pendidikan (IEP) Oleh Guru-guru SLB di Kodya Bandung, Jakarta: Proyek Pengkajian danPenelitian Ilmu Pengetahuan, Dikti Simeonson, Rune J. (1990), Psychological and Developmental Assesment of Special Children Printed in the United State Of America. Soendari, T (1 996), Penerapan Program Individualisasi dalam Pengajaran Berhitung bagi Anak Luar Biasa, (Makalah disajikan dalam P2M pada Guru-guru SLB di Kodya Bandung). Soendari, T (1999) Asesmen Keterampilan Matematika, Terjemahan, Sumber asli:Mercer Cecil D & Mercer, Ann,R (1989),Teaching student with Learning Problems, Chapter 6, hal 1987-218 “Assessing Math Skills”, USA: Merill Publishing Company Suaheri, HN. (1987) Ortodidaktik Anak Tunagrahita III, Jurusan PLB- FIP- IKIP Bandung Suherman, Yuyus, (2005). Adaptasi Pembelajaran Siswa ABK. Bandung, Rizqi Press. Sutjuhati, S.T.(1995) Psikologi Anak Luar Biasa, Jakarta: Depdikbud Sunardi & Muchlisoh (1997) Menangani Kesulitan Belajar Membaca, Jakarta: Depdikbud Sunardi & Muchlisoh (1997) Menangani Kesulitan Belajar Menulis, Jakarta: Depdikbud Yusuf, Munawir, dkk (1997), Mengenal Siswa Berkesulitan Belajar, Jakarta: Depdikbud Yusuf, Munawir (2005), Asesmen perkembangan pada anak tunagrahita, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.