Nabila Rifa Anisa - 1917021031 - Laporan Fishew Proprioseptor [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Judul : Proprioseptor Tanggal Pelaksanaan Praktikum : 30 April 2021 Nama Praktikan/Kelas : Nabila Rifa Anisa/B NPM : 1917021031 Prodi : Biologi Tujuan Praktikum: Menguji efektifitas proprioseptor pada manusia dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proprioseptor pada tiap manusia.



Latar Belakang: Proprioseptor terdapat pada otot dan sendi-sendinya yang memberikan informasi akan tempat-tempat tertentu pada tubuh, tanpa harus menggunakan indera penglihatan sebagai input (masukan) ke sistem saraf. Posisi tubuh tertentu dapat dijaga secara spontan dengan menyertakan otot-otot antagonis dan proprioseptor-proprioseptornya. Untuk menguji efektifitas proprioseptor saja yang dilakukan dengan menutup mata. Umumnya reseptor kita dengan cepat mampu beradaptasi artinya berhenti berespon sampai pada suatu tingkatan masukan yang tetap. Akan tetapi, reseptor pada indera tertentu tidak bekerja demikian seperti pada proprioseptor. Proprioseptor adalah reseptor indera yang didistribusikan di seluruh otot ke impuls saraf. Selanjutnya memungkinkan otak untuk menentukan keadaan kontraksi otot tersebut. Jika seseorang mulai kehilangan keseimbangan proprioseptor dari kaki memberi tahu otak dengan serentak melakukan aksi untuk memperbaikinya. Alat dan Bahan: Stopwatch, gawai, alat tulis, penggaris, dan kertas.



Prosedur Praktikum: Pada uji A, berdiri pada satu kaki dan rentangkan kedua tangan. Sambil memejamkan mata, mencatat berapa lama anda bertahan berdiri. Lakukan hal yang sama dengan mata terbuka. Setiap orang melakukan uji tersebut dan catat pada lembar kerja. Pada uji B, memejamkan mata dan merentangkan tangan sejauh-jauhnya satu sama lain. Menggeser tangan dengan tanpa harus membengkokkan siku. Sejajarkan jari-jari telunjuk dari tangan satu dengan lainnya. Mencatat berapa jauh jarak antara tangan satu dengan lainnya jika masing-masing gagal bersentuhan. Lakukan oleh setiap anggota kelompok. Pada uji C, memejamkan mata dan merentangkan jauh-jauh kedua lengan, tapi kali ini bengkokkan siku hingga jari-jari telunjuk saling berhadapan. Menggeser tangan-tangan tersebut hingga masing-masing telunjuk saling bersentuhan. Mencatat berapa jauh jarak antara jari satu dengan lainnya jika gagal bersentuhan. Lakukan oleh setiap anggota kelompok. Hasil dan Pembahasan: Untuk hasil percobaan uji A, diperoleh bahwa lama individu dapat bertahan dalam berdiri dengan keadaan mata tertutup yaitu individu 1 selama 14 detik, individu 2 selama 10 detik, individu 3 selama 12 detik, dan individu 4 selama 7 detik. Sedangkan, lama individu dapat bertahan dalam berdiri dengan keadaan mata terbuka yaitu individu 1 selama 61 detik, individu 2 selama 90 detik, individu 3 selama 84 detik, dan individu 4 selama 73 detik. Untuk hasil percobaan uji B, diperoleh bahwa jarak antara tangan satu dengan lainnya jika masing-masing gagal bersentuhan yaitu individu 1 sebesar 11 cm, individu 2 sebesar 16 cm, individu 3 sebesar 13 cm, dan individu 4 sebesar 12 cm. Untuk hasil percobaan uji C, diperoleh bahwa jarak antara jari satu dengan lainnya jika gagal bersentuhan yaitu pada semua individu memberikan hasil 0 cm, hal ini dikarenakan semua individu jari satu dan lainnya dapat bersentuhan.



Hasil dan Pembahasan: Adapun pembahasan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: Indera penglihatan berperan sangat penting terhadap proprioseptor. Sistem visual (penglihatan) yaitu mata mempunyai tugas penting bagi kehidupan manusia yaitu memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan objek sekitarnya. Dengan input visual, maka tubuh manusia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan sehingga sistem visual langsung memberikan informasi ke otak, kemudian otak memberikan informasi supaya sistem musculoskeletal (otot dan tulang) dapat bekerja secara sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh (Prasad, et al., 2011). Hal ini didasarkan pada hasil pengamatan, hampir secara keseluruhan untuk posisi tubuh dengan berdiri satu kaki dan mata terbuka lebih dapat bertahan daripada posisi tubuh berdiri dengan mata tertutup. Pada saat mata terbuka, propiroseptor tidak terlalu berperan karena terdapat mata sebagai organ yang membantu menjaga homeostatis tubuh pada saat itu. Tetapi pada saat mata tertutup, yang berperan adalah proprioseptor yang terdapat pada sendi dan otot yang memberikan informasi untuk tetap menjaga homeostatis tubuh tanpa menggunakan mata sebagai indera penglihatan. Pada kondisi tanpa cahaya (visual gelap) tidak dapat memberikan banyak informasi untuk tubuh, maka propioseptif bekerja lebih dominan saat sendi menyentuh atau terjadi tekanan langsung dengan permukaannya. Saat mata tertutup kaki masih dapat merasakan dimana kita berdiri sekarang, tempat miring, berbatu kasar atau datar, dan lain-lain. Dari informasi yang diterima oleh golgi tendon dan muscle spindle terkumpul cukup baik selanjutnya neuron akan meneruskan untuk dikirim ke sistem saraf pusat melalui ganglion basalis hingga sampai ke sistem saraf pusat seperti perjalanan di gambar kemudian otak menentukan bagaimana menyikapi terhadap permukaan tersebut (Kisner & Allen, 2007). Perbedaan ketahanan pada kondisi tersebut dapat dipengaruhi oleh keadaan sendi, otot, membran sel, dan sistem saraf yang berfungsi pada proprioseptor tersebut. Dapat juga dikarenakan faktor kebiasaan dan usia seseorang sehingga mampu mempertahankan posisi tubuh dalam keadaan mata tertutup atau ketika memejamkan mata. Berdasarkan pegamatan yang telah dilakukan dapat dilihat juga perbedaan gerak refleks masing-masing individu. Hal ini dikarenakan, kepekaan dari tiap-tiap reseptor yang dimiliki setiap individu berbeda-beda, dan setiap tanggapan rangsangan yang diterima maka gelombang eksistansi disalurkan melalui permukaannya. Penyaluran gelombang eksistansi ini ada yang lambat dan ada yang cepat, hal inilah yang membuat respon tiap-tiap individu berbeda. Fungsi dari gerak refleks adalah untuk mengatasi kejadian yang tiba-tiba dan bersifat membahayakan. Kecepatan respon manusia ditentukan oleh kualitas sistem sarafnya, yang menghubungkan antara otak sebagai pusat kendali dengan organ-organ di seluruh tubuh. Jika susunan sarafnya tidak stabil, maka kecepatan perintah itu akan terganggu bahkan mengalami kelambatan. Demikian pula jika kualitas sarafnya buruk, kecepatan respon juga akan menurun. Salah satu keanehan pada sistem saraf berdampak pada kualitas sarafnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa perilaku ialah suatu respons dinamika suatu sistem suatu suatu rangsangan melalui mekanisme tertentu. Pada dasarnya kecepatan respon manusia didukung dengan saraf sensorik dan saraf motorik (Ika, 2009). Referensi: Ika Puspita Wulandari. 2009. Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia Berbasis Mikrokontroller At 89s8252. Jurnal Neutrino. Vol. 1(2): 208-219. Kisner, C dan Colby L. A. 2007. Therapeutic Exercise: Foundations and Techniques. 5th Ed. Philadelphia: F. A. Davis Company. PP: 2. Sashank Prasad dan Steven L. Galetta. 2011. Chapter 1 - Anatomy and Physiology of The Afferent Visual System. Handbook of Clinical Neurology. Vol. 102(3): 3-19.