Nabila Syafa Fattiya - 4183240007 - UAS Komputasi Fisika Bumi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama



: Nabila Syafa Fattiya



NIM



: 4183240007



Kelas



: Fisika Nondik 2018



Mata Kuliah



: Komputasi Fisika Bumi



LEMBAR JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER



1.



Untuk menentukan nilai hambatan dalam metode resistivity akan di dapat nilai hambatan



“semu”. Apakah yang dimaksud dengan nilai hambatan semu ini?



JAWAB : Nilai hambatan semua atau resistansi semu (reaktansi) adalah nilai tahanan semu dari komponen elektronika yang terjadi pada aliran arus AC. Komponen elektronika yang memiliki nilai reaktansi pada rangkaian AC adalah resistor (R), kapasitor (C) dan induktor (L). Yang dimaksud dengan rangkaian arus bolak-balik adalah hubungan listrik dari sumber energi listrik arus bolakbalik dengan satu atau lebih alat pemakai listrik. Energi ini dapat berupa generator arus bolakbalik, transformator atau jaringan arus bolak-balik. Suatu peralatan listrik secara ekivalen dapat terdiri sebuah resistor (R), reaktansi induktif (XL), atau reaktansi kapasitif (XC). Dalam pemakaian energi listrik seringkali dalam suatu rangkaian arus bolak-balik kita banyak mejumpai resistor-resistor tersebut dihubungkan secara paralel, seri atau hubungan campuran (seri-paralel). Komponen Yang Memiliki Resistansi Semu (Reaktansi)



2.



Apa hubungan nilai hambatan “semu” dengan nilai hambatan “nyata” dalam proses



inversi resistivity.



JAWAB : Hubungannya dalam inversi resistivity dapat dilihat pada kenyataannya bumi terdiri atas beberapa lapisan dengan nilai resistivitas yang berbeda-beda, sehingga nilai potensial yang terukur merupakan pengaruh dari lapisanlapisan tersebut. Bumi yang terdiri dari lebih dari satu lapisan, resistivitas yang diukur tentunya adalah resistivitas rata-rata. Sehingga nilai resistivitas yang terukur bukan nilai resistivitas satu lapisan saja. Jadi, di bumi yang tidak homogen, resistivitas yang diukur sebenarnya bukan resistivitas sebenarnya dari bawah permukaan. Untuk bumi dengan lebih dari satu lapisan, resistivitas semu yang diukur akan menjadi rata-rata resistivitas lapisan tambahan. Data resistivitas semu perlu diinterpretasikan dalam bentuk model bawah permukaan untuk menentukan resistivitas sebenarnya dari lapisan.



3.



Jelaskan apa yang dimaksud dengan gambar di bawah ini



JAWAB : Gambar diatas merupakan bentuk dari konfigurasi Wenner yaitu konfigurasi empat elektroda dimana jarak antar C1P1=P1P2=P2C2=a, dimana kedua pasang elektroda ini dipasang secara simetris terhadap titik sounding. sebagaimana dapat diketahui dalam mencari nilai k adalah 1 di bagi dengan jarak 1 per r1, kurang 1 per r2, tutup kurung besar kurang lagi, kurung buka 1 per r3 dikurang 1 per r4 tutup kurung dan diselesaikan secara matematika. Sedangkan jarak untuk masing-masing elektroda arus terhadap titik sounding adalah a/2, maka jarak masing- masing elektroda terhadap sound 3a/2. Untuk resistivity mapping maka spasi a tidak diubah- ubah, sedangkan untuk sounding dilakukan pengubahan jarak elektroda yang diperbesar secara gradual. Konfigurasi wenner ini terdapat tiga macam yaitu wenner alfa, beta dan gama yang memiliki sensitivitas yang berbeda pula. Konfigurasi ini memiliki kemampuan sangat baik dalam resolusi vertikal, untuk CST, dan kesensitivan secara lateral. Semakin besar bentangan antar elektroda maka semakin besar kesensitifannya.



4.



Coba jelaskan keunggulan metode resistiity konfigurasi “pole pole” dibandingkan dengan



metode resististivity konfigurasi “pole dipole”.



JAWAB : Kelebihan Konfigurasi Pole-pole dimana konfigurasi dengan salah satu elektroda potensial dan elektroda arusnya dibentangkan dengan jarak tak hingga, atau C1 dan P2 tak hingga, dimana jarak antara B-M atau C2-P1 adalah a,sehingga konfigurasinya lebih simple dan jauh lebih mudah untuk dilakukan dan biaya yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan konfigurasi Pole-dipole dimana, konfigurasi elektrodanya salah satu dari elektroda potensial atau P2 dibentangkan pada jarak tak hingga, sedangkan untuk jarak spasi C1-C2 yaitu a dan jarak spasi C2 dan P1 adalah na, Sehingga konfigurasi lebih kompleks dan membutuhkan biaya yang lebih besar bila dibandingkan dengan konfigurasi pole-pole