Negeri 5 Menara [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Negeri 5 Menara: Bukan yang Paling Tajam, tapi yang Paling Bersungguh-sungguh



Pengarang



: Ahmad Fuadi



Sutradara



: Affandi Abdul Rachman



Judul Film



: Negeri 5 Menara



Tahun Terbit : 2012 Pemain : Alif, Baso, Said, Atang, Raja, Dulmajid, Ustadz Salman, Ayah dan Ibu Alif, serta Pak Kiai Durasi



: 1 jam 51 menit 42 detik



Film “Negeri 5 Menara” merupakan sebuah film yang diadaptasi dari novel bestseller dengan judul yang sama karangan Anwar Fuadi. Film bergenre religi ini memiliki ide cerita yang sangat sesuai dengan realita kehidupan saat ini, sehingga sangat cocok ditonton untuk segala usia dan tentunya film ini sangat menginspirasi bagi para penontonnya. Film “Negeri 5



Menara” ini adalah film yang memadukan antara kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia dengan pekatnya nilai-nilai keislaman, dan memiliki jalan cerita yang runtut sehingga Film “Negeri 5 Menara” ini mudah dimengerti. Film “Negeri 5 Menara” akan membuat semua penontonnya, untuk lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan meskipun banyak halangan, rintangan dan masalah yang datang menerjang. Dengan motto “Man Jadda WaJada” yang artinya siapa yang bersungguhsungguh, dia akan berhasil. Kata-kata motivasi yang dapat dipetik dari film ini adalah “Bukan yang paling tajam, tapi yang paling bersungguh-sungguh”. Meskipun Film “Negeri 5 Menara” ini kualitas gambar yang kurang bagus dan musik pengiring yang kurang dramatis pada beberapa adegan, hal itu tidak menutupi kelebihan yang ada pada film ini. Film “Negeri 5 Menara”, menceritakan tentang seorang pemuda minang yang bernama Alif, yang harus mengubur dalam impiannya selama ini untuk melanjutkan sekolahnya menuju perguruan tinggi di salah satu Universitas favorit di Indonesia, yaitu ITB (Institut Teknologi Bandung). Hal ini terjadi karena Ibu Alif menyarankannya untuk masuk ke pesantren agar dapat memperdalam ilmu agamanya. Awalnya Alif menolak, karena keinginan Ibunya bertentangan dengan yang selama ini Alif cita-citakan. Tapi setelah direnungkan, tidak ada salahnya Alif mengikuti keinginan Ibunya yang selama ini belum pernah meminta apapun kepada Alif. Untuk keberangkatan Alif ke pesantren, Ayahnya rela menjual satu-satunya kerbau (hewan ternak) yang dimiliki oleh keluarganya. Perjalanan Alif menuju pesantren “Pondok Madani” yang terletak di Ponorogo dilepas oleh Ibu dan Adiknya, sementara Ayahnya menemani Alif untuk menuju Pesantren. Perjalanan panjang mereka melintasi dua pulau besar di Indonesia (Sumatera dan Jawa) dan menyeberangi selat Sunda akhirnya terbayarkan ketika Alif, berhasil lolos dalam test masuk pesantren. Hari-hari Alif di Pondok Madani dimulai dengan Ustadz Salman yang mempraktekkan dan menjelaskan arti dari sebuah kesungguhan dengan semboyan “Man Jadda Wajada”, bukan yang paling tajam, tapi yang paling bersungguh-sungguh. Dengan aksi Ustadz Salman tersebut, para santri menjadi sangat bersemnagat dan semangat mereka menjadi berkobarkobar. Dipondok Madani ini Alif berteman dengan 5 temannya yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia, yaitu Baso, Said, Raja, Atang dan Dulmajid. Diantara kelima teman Alif yang sangat menjadi sorotan dalam film ini adalah Baso. Baso merupakan sosok yang selalu



bersemangat, selalu ingin berusaha, dan tetap tegar dalam menjalani kehidupan. Baso sangat menyukai kisah perantauan Ibnu Batutah, yang menjelajahi seluruh negeri. Dari sini seluruh teman-temannya mempunyai mimpi menjelajah dunia dan berfoto dimenara yang menjadi icon masing-masing benua. Sejarah pun dimulai, Baso berhasil menjadi juara 2 dalam Madani’s English Speech berkat bantuan dan dorongan dari teman-temannya. Mereka bertambah kompak dari waktu ke waktu. Mereka berhasil memperbaiki genset pondok yang setiap malamnya selalu mati karena mesinnya sudah tua, mereka juga mengadakan nonton bareng final piala Thomas. Mereka bisa menggebrak ketatnya peraturan pondok Madani. Sayangnya, kebersamaan mereka tidak berlangsung lama, ketika Baso sang penyemangat, harus kemabli ke Goa (kampungnya) untuk merawat neneknya (satu- satunya keluarga yang ia punya) yang sakit keras. Pada bagian ini terlihat konfik yang terjadi antara 6 orang bersahabat itu, dan dapat membuat penonton masuk kedalam suasana film ini. Kepergian



Baso



membuat



Alif



kehilangan



keyakinan



untuk



menamatkan



pendidikannya di pondok Madani. Tapi Alif sadar, bahwa dimana pun ia belajar, apabila dirinya bersungguh-sungguh ia akan bisa berhasil mencapai impiannya. Dan dipondok Madani ini Alif juga memiliki sahabat yang selalu ada bersamanya. Pada pementasan seni, kelas Alif menampilkan sebuah kisah klasik “Ibnu Batutah” untuk mengenang Baso. Pementasan ini berhasil membuat setiap mata yang menyaksikannya terpukau dan terkesima. Sukseslah sebuah persembahan mereka untuk sahabat yang selalu ada dihati mereka, Baso. Waktu berlalu begitu cepat, hal yang selama ini mereka impikan dapat terwujud, masing-masing mereka berhasil menjelajahi benua dan berfoto dimenara yang menjadi icon benua yang mereka kunjungi. Mereka telah menjadi orang-orang besar dan sukses meraih impiannya. MAN JADDA WAJADA… BUKAN YANG PALING TAJAM, TAPI YANG PALING BERSUNGGUH-SUNGGUH… ALLAAHU AKBAR …~^.^~ Kesimpulan: Film ini merupakan film yang sangat menyentuh perasaan dan membuat penonton masuk kedalam cerita film yang sesuai dengan keadaan nyata saat ini. Belum sempurna rasanya, jika anda belum menyaksikan film ini. Film ini sangat cocok ditonton saat berkumpull bersama keluarga dan sahabat. Resensator: Tesya Mulia Saver, kelas XI MIPA 5.