Nichols 2009 Sediment Strat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

sementara versi Gary nichols (2009) membagi batuan sedimen dalam dua kelompok saja (penyederhanaan) berupa kelompok klastik dan non-klastik. seperti ilustrasi dibawah ini



klasifikasi batuan sedimen klastik dan non-klastik, Nichols (2009) Strukturnya? Teksturnya? dua tahun yang lalu (dihitung mulai sebelum tulian ini ditulis tentunya) seorang mahasiswa yang selalu datang telat dan menanyakan pertanyaan pertanyaan bodoh bertanya pada dosen yang pintar dan selalu meremehkan mahasiswa “pak apa yang membuat batuan sedimen berlapis??”… seisi ruangan langsung melongo dan si mahasiswa berpikir sederhana bahwa seisi ruangan bakal bilang “goblok banget nih orang nanya batuan sedimen berlapis.. ya pasti berlapis lah…” dan jawaban bijak dari si dosen “baca lagi buku-bukunya…”. sederhana saja… oke si mahasiswa bego tapi jawaban dari pertanyaan sederhana itu ada yang bisa jawab dengan jawaban sederhana?? sama seperti pertanyaan bodoh lainnya: “apa itu batu?? apa



itu batuan???” kata dosen pas sidang.. hahahaha.. jadi pertanyaan bodoh itu.. tetap disimpan oleh si mahasiswa sampai tulisan ini ditelurkan.. menurut Tucker (dalam bukunya berjudul Sedimentary rocks in the field, 1952, 1996) “layering occur as response to change in sedimentation pattern” (gua lupa halaman berapa tapi kalimat di handbook itu cukup wow menurut gw menjawab pertanyaan simple dan sederhana gue yang kalau ditanya ke orang “kenapa batuan sedimen berlapis?? jawabannya ya karena arus lah, karena proses pengendapanlah, dan sejuta jawaban ambigu lainnya yang ‘ngegantung’ betul kan??) Tekstur wew… ini yang paling unik, batuan sedimen itu kita sudah tahu berbeda langit dan bumi dengan batuan beku karena genetiknya beda maka strukturnya dant tesksutrnya pun beda.. kita sudah tahu kan? kalau istilah tekstur itu berhubungan dengan intergrain relationships (artinya dia gak jauh dari hubungan ukuran butir dan gak lebih gede dari butir) sementara struktur adalah keanehan yang hadir di batuan tapi ukurannya lebih gede dari butir (lebih ke arah tubuh batuanya baik internal maupun eksternal dan bukan individu butir). untuk teksturnya, saya rasa sobat-sobat sekalian udah pada pahamlah bagaimana itu pemilhaan (sortasi), hubungan kebundaran butir menyudut tidaknya, kemas (hubungan menyentuh dan tidaknya butir), dan lain sebagainya untuk tekstur sedimen klastik.. tapi bagaimana dengan tipe batuan sedimen kedua (tipe P) atau tipe ketiga (tipe A) dimana kristalnya bisa tumbuh dan membentuk tekstur-tekstur mirip batuan beku??? nah.. yang ini yang kita bahas disini.. hampir mirip kayak proses kristalisasi pada batuan beku (tapi gak mirip mirip amat soalnya disini kondisi P dan T rendah), ada proses nucleasi dan crystal growth saat presipitasi berlangsung nucleasi yang lambat dan pertumbuhan kristal yang lambat memungkinkan terbentuknya kristal kristal karbonat gede (misalnya), kristal yang terbentuk dapat bertekstur subhedral, anhedral, euhedral (mirip kayak kristal-kristal silikat dibatuan beku) tergantung kondisi nucleasi dan crystal growth tadi.. keren kan? tentunya anak kimia lebih tahu ini.



tekstur tekstur equigranular-mosaic, equigranular sutured, fibrous, drussy texture, radial-fibrous, spherulitic, poikilitic, dan berbagai macam nama aneh lainnya dapat ditemui pada mineral precipitate yang unik unik karena berkaitan dengan proses kristalisasi mineral-mineral mineral tersebut. teksur kristalin ini dicirkan dalam batuan berupa: tekstur kristalin dari presipitat biokimia dan kimia primer, tekstur kristalin pada semen, tekstur kristain pada batuan y ang mengalami rekristalisasi (karena proses diaganetik).



ini ilustrasi tekstur tekstur mineral kelompok precipitate yang hadir sebagai semen, fragmen dan lain sebagainya dalam batuan sedimen menurut Raymond (2002) pertumbuhan kristal dan nukleasi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor: (1) komposisi kimia dari air yang ikut bereaksi sebagai larutan (air biasa/air meteorik, air tanah, air laut, air tawar, air pori, dan lain lain), (2) temperatur, (3) aktivitas pertumbuhan organisme, (4) tingkat evaporasi, (5) porositas dan permeabilitas, (6) kuantitas, komposisi dan tingkat dari aliran larutan (air) yang melewati sedimen, dan (7) reaksi yang terajadi pada kristalkristal dan antar muka larutan-kristal. menurut Longman (1980) dalam Raymond (2002) menyebutkan bahwa aliran flida merupakan faktor yang paling penting dalam pertumbuhan semen pada batuan karbonat, selain itu juga merupakan faktor pengontorl yang penting pada batuan silisiklastik. maksud yang faktor pengontrol yang disebutkan Longman ini adalah proses lanjutan setelah sedimentasi yaitu proses post-sedimentasi yang dikenal dengan proses diagenesis (meliputi: kompaksi, sementasi, dan litifikasi). maka jelas sekali bahwa tekstur kristalisasi semen dan mienral sekunder yang dibentuk oleh proses diagensis yang dikontrol oleh fluida yang melewati pori batuan memiliki tekstur tersendiri pada batuan sedimen, kita akan diskusikan proses diagenesisi ini dilain kesempatan.. insya’allah.. sekarang bagaimana tekstur pada batuan klastik (tipe S dan tipe lainnya bila hadir dalam genetik klastik) ada istilah tekstur epiklastik yang menggambarkan suatu packing butiran sedimen yang tersementasi oleh semen y ang mengisi ruang antar butiran, atau amalgamasi butiran matriks. sementara ada juga yang menyebutkan bahwa epiklastik merupakan jenis endapan rombakan dari piroklastik (Nichols, 2009 hal 265). untuk tekstur pada batuan klastik kita akan berurusan dengan parameterparameter hubungan antar butir seperti: pemilahan (sorting), bentuk butir (grain shape) atau kebundaran (roundness), dan porostas (bila memungkinkan). pemahaman detail mengenai hubungan ini sudah dijelaskan dalam samboggs hal 51-73 serta dalam Nichols halaman 7-27.



ukuran butir yang umum menggunakan ukuran yang telah ditetapkan C.K Wentworth (1922) yang kita kenal dengan skala wentworth. skala ini menunjukan kisaran ukuran butir yang hadir dalam batuan sedimen. dapat juga diekspresikan dalam nilai phi.



nilai phi ini berbanding terbalik dengan nilai diameter butir yang ada di wentworth scale dimana nilai Phi akan semakin tinggi untuk butiran yang sangat halus sedangkan untuk diameter (d) bernilai 1 mm (untuk pasir kasar) maka nilai phi menjadi nol hal ini berdasarkan persamaan logaritma diatas. (sebelumnya perlu diketahui bahwa phi digunakan bila satuan ukuran butir dalam milimeter). pertanyaannya buat apa para sedimentologist memakai parameter phi untuk ukuran butir?? kan diameter skala wentworth (liat tabel dibawah) udah ada, buat apa pake phi?? oke mari kita analisis: melihat nilai batasan untuk parameter ukuran butir dalam milimeter (skala wentworth) angkaangka tersebut terlalu jauh deviasinya.. maksudnya bayangkan kita memiliah ukuran batuan dari boulder (bongkah 256 mm sampai lempung super halus 1/256 mm) melihat angka ini sungguh tidak beraturan maka bila melihat pola phi (disertakan di dalam tabel juga) angkanya memiliki pola ritmik bilangan bulat sehingga memudahkan kita untuk memplotnya dalam diagram, perhitungan statistik (kalau mau melakukan riset sedimentologi/sedimentografi butiran sedimen dll), standar deviasi, analisis keseragaman butir, fasies dan lain lain. perhatikan pola susunan angka phi… sexy kan?



skala wentworth, gue ambil ini dari buku Raymond, 2002 di samboggs 2006 sama Nichols 2009 ada yang lebih keren tapi kegedean.. atau kalo belum puas silahkan cari cari sendiri di gugel gambar skala wentworth yang lebih keren.. Kita mulai dari pemilahan (Sorting) atau sortasi merupakan tekstur yang mendeskripsikan ukuran keseragaman butir batuan sedimen. batuan dianggap memiliki sortasi yang baik bila semua ukukurannya hampir sama atau sama besar, sebaliknya bila ukuran komponen (butiran) yang menyusunnya bersoratasi buruk maka ukuran butirannya tidak seragam. analisis pemilahan yang lebih lengkap dan komprehensip dilakukan di lab dan melalui analisis distribusi butir dan metode kuartil (So=akarQ3/Q1) seperi tyang dijelaskan oleh Pettijohn.



tingkat sortasi butiran sedimen (cari sendiri di gugel untuk gambar kerennya ini ilustrasi dari Raymond, 2002)



sortasi butir (dalam Boggs, 2006) Bentuk butiran, aspek deskriptif yang ini berkaitan dengan bentuk butir (grain form), kebundaran (roundess) atau menyudutnya butiran (angularity) dan kebulatan (asphericity) atau kelengkungan permukaan butran sedimen. (pusing milih kata-kata yang tepat :D). roundness, sphericity, dan angularity dari butiran sedimen klastik menggambarkan ukuran bentuk sedimen, dikatakan membundar baik bila bentuknya betul betul bundar (menyerupai bola atau lingkaran) sedangkan butiran dikatakan menyudut bila butiran membentuk suatu kenampakan yang menyudut. adapaun kebulatan (sphericity) ketika semua sisi butiran sedimen menunjukan rasion yang hampir sama terhadap sisi lainnya ketika melewati titik pusatnya, ketika butiran lonjong berarti butiran itu memiliki spericity yang rendah sedangkan kebundaran meskipun longjong tapi tidak menunjukan tonjolan-tonjolan yang menyudut dia memiliki kebundaran yang relatif baik biar lebih jelas liat ilustrasi dibawah . dalam Boggs Jr memilah lagi



kategori lain yaitu form (untuk bentuk butir yang pipih atau platy dan butir yang equant atau yang berbentuk tubuh menyerupai bola seperti kategori diatas).



Angularity (rondness) vs Sphericity bagian penting ketiga dari tekstur batuan sedimen adalah kemas (fabric) dimana aspek ini berkaitan dengan grain packing (atau paket hubungan antar butir) apakah saling bersentuhan atau tidak, dalam Boggs Jr (2006) dijelaskan pula bagaimana perilaku bidang sentuh antar butir (dalam analisis yang lebih detil lagi). suatu kemas dikatakan terbuka bila butiran yang menyusun batuan saling berjauhan (ruang kosongnya dapat diisi matrik atau semen), sedangkan kemas tertutup semua butiran saling bersentuhan. seperti aspek deskriptif pertama diatas (ukuran butir) ini dapat dilakukan secara detil seperti metode Wedell (1992) ada dalam Boggs kita tidak akan bahas panjang lebar disini semoga disekempatan berkutanya. perhitungan ukuran butir (grain size) menurut Boggs (halaman 61 dlm principle of sedimentology and stratigraphy) berguna untuk: (1) menginterpretasi flukdtuasi perubahan muka laut pada straitgrafi pantai (coastal), (2) untuk melacak transport sedimen glasial dan siklus sedimen glasiel yang terbawa dari darat ke laut, (3) untuk kepentingan geokemis laut (marine geochemist) guna memahami fluks (aliran), siklus, bujet, source, dan sinks (jatuhnya) dari unsur kimia yang ada di alam (ke laut), (4) untk memahami ciri fisika massa (geoteknik) dari sedimen di lantai laut, misalnya derajat dimana sedimen akan cenderung megnalami slumping, sliding, atau deformasi lainnya. adapun analisis particle shape (roundness, sphericity, angularity) dapat dilakukan analisis yang lebih detil seperti yang disebutkan diatas (lagi lagi metode detilnya



ada dalam Boggs, hal 65-71). menurut Boggs (2006) manfaat mengukur kebulatan (sphericity) dari partikel sedimen adalah untuk memahami bagaimana perilaku abrasi dari partikel selama transportasi berlangsung, dan sphericity ini menurut Boggs mempengaruhi settling velocity (kecepatan jatuh/tenggelam/terendapkannya) partikel. settling velocity (kecepatan tenggelam/jatuh) dari partikel sedimen kecil akan semakin cepat untuk partikel yang speris (membundar baik) dibandingkan yang non-sperikal, dan kemampuan transportasi (transportability) dari partikel speris ukuran gravel yang terangkut oleh arus traksi (menggerus dasar) akan berputar leibh baik dibandingkan yang menyudut. meskipun sphericity ni dapat mempengeruhi perilaku transport partikel, tapi belum diketahui pasti hiubungannya dengan interpretasi lingkungan pengendapan. meskipun studi empiris terlah dialkukan namun belum ada bukti yang cukup untuk mengetahui ciri lingkungan pengendapan secara pasti berdasarkan parameter bentukkebulatan (sperisitas) butir ini.



skema sperisitas (Boggs, Jr. 2006) untuk ukuran kebundaran partikel sedimen (roundness), butiran endapan sedimen merupakan fungsi dari komposisi, ukuran butir, jenis proses transportasi, dan jarak transprotasi (Boggs, 2006). kurang lebih pendekatan tadi dapat dipakai untuk menyimpulkan bagaimana kontrol-kontrol yang mempengaruhi kebundaran partikel untuk membantu interpretasi. butiran yang keras seperit minieral resisten (kuarsa, zirkon) akan cenderung menyudut semetnera yang lemah dan tidak stabil seperti feldspar dan piroksen akan mudah membundar. sementara dari parameter ukuran klastika seperti pebble sampai cobble akan lebih mudah membundar karena abafrasi selama transport berlangsung dibandingkan dengan partikel yang



lebih halus (ukuran pasir-pasir halus) karena yang besar lebih mudah terpengaruh arus traksi (bedload) didasar channel atau daerah transport. Kuenen (1959, 1960) melalui studi percobaan berkesimpulan bahwa transport dengan media udara 1001000 lebih efektif dari transport melalui media air akan lebih cepat membuat butiran kuarsa membundar. kekerasan klastika kasar ukuran pebble juga sama layaknya butiran mineral (komposisi penyusun partikel) ketika untuk kelompok mieral yang keras-keras kayak kuarsa, zirkon, korundum, dan lain lain lebih resisten daripada amfibol, olivin, dan feldspar. fragmen lapukan kuarsit (batuan metamorf) dan chert (rijang) tentu saja lebih resisten daripada batupasir, batulempung berukuran sama (pebble). meskipun menurut Nichools (2005) mineral biotit (mika hitam) meskipun memiliki resistensi yang lebih rendah dari kuarsa dan mineral lain dengan densitas yang sama dia memiliki settling velocity yang rendah dan dapat tertransport lebih jauh (tidak mudah terabrasi) akibat bentuknya yang pipih berlembar (aerodinamis) maka jangan kaget dalam batulempung kita bisa saja menemukan jumlah biotit yang signifikan. grain packing (kemas atau fabric) hal ini berkaitan dengan bagaimana perilaku hubungan antar butir dalam batuan sedimen. kalau aspek deskriptif sebelumnya lebih membahas kearah karakter fisik dari butiran sedimen, bagian yang ini menggambarkan bagaimana pemilahan dari susunan butir mempengaruhi karakter fisik lain dari batuan seperti ketersediaan ruang (porositas) dan kemampuan batuan mengalirkan fluida melalui porinya (permeabilitas). ketika batuan memiliki sortasi buruk, butiran menyudut, dan kemas tgerbuka, maka ruang yang kosong akan terisi lempung dan bidang menyudut dari partikel dapat juga mengurangi ruang kosong (pori dalam) dalam batuan. sebaliknya ketika batuan membundar baik, memiliki kemas tertutup (komponen fragmen saling bersentuhan), terpilah baik (ukuran butiran seragam).. maka porositas batuan dapat menjadi baik. bentuk kontak antar butiran juga sangat berpengaruh dalam menentukan porositas, batuan yang sudah terdeformasi misalnya dapat membentuk pola packing rombohedral (kubus yang merencong) dapat mengurangi tingkat porositas batuan.



persentase porositas berkurang ketika berubah dari kubik ke rombohedral



pola perilaku kontak butiran (tangential, concave, long, sutured) selanjutnya dalam pembahasan fabric ini (oleh Boggs) dijelaskan, bagaimana pada butiran dapat membentuk suatu pola imbirkasi (clast imbrication) berupa kemelurusan susunan butir (saling memunggung) akibat arus yang juga bisa



mencirikan struktur sedimen (bukan hanya tekstur meskipun bisa saja masuk kategori tekstur). arah memunggungnya batuan (condong ke arah mana) mengindikasikan arah arus purba.



pola-pola Imbrikasi butir yang dikontrol arus Struktur baik, ini bagian yang paling fundamental dan menarik dari batuan sedimen (sama seperti tekstur). berbagai penulis mencoba membuat pola klasifikasi sistematis untuk menjelaskan struktur-struktur sedimen.. kurang lebih semuanya sama. struktur sedimen dapat berukuran kecil (internal) maupun berskala besar (skala bed).mari kita lihat klasifikasi yang dibuat Boggs (2006).



klasifikasi struktur sedimen (Boggs, 2006) menurut Boggs (2006), struktur sedimen dikelompokan menjadi tiga katgegori yang umum: struktur perlapisan (stratifikasi) dan bedform, penciri bidang perlapisan (bedding plane marking), dan struktur lainnya (selain dua kategori



tadi). struktur stratifikasi (layer perlapisan) dan bedform (bentuk tubuh perlapisan) keduanya dibagi lagi (oleh Boggs) ke dalam empat kategori: planar bedding dan laminasi, bedform, cross-stratification, danirregular stratification. sementara plane marking berkatian dengan struktur-struktur erosional yang ada dipermukaan bidang perlapisan, struktur lain berkaitan dengan kenampakan yang ada pada tubuh batuan sedimen selain yang disebutkan tadi (bioturbasi, likuifaksi (dike and sill), dan lain lain.



bedform dan struktur internalnya (hasil migrasi struktur ripple), pola crest (tubuh sumbu ripple) yang sejajar (lurus) akan membentuk palanar cross bed dan struktur trough cross bed terbentuk akibat pola ripple asimetris dengan bagian crest nya tidak lurus.



ilustrasi dua jenis struktur silang siur (Cross) yg paling populer, perhatikan gambar ini dan gambar diatasnya (sebenarnya sih analog dengan gambar ini), dua jenis cross ini (hampir semua cross stratification sih sebenarnya) terbentuk akibat migrasi struktur riple dan dune).



proses migrasi ripple dari tubuh dune yang membentuk struktur cross stratification. yang perlu dipethatikan disini adalah bagaimana bentuk dari bedform (simetris atau tidak) akan mempengaruhi bagaimana struktur cross yang terbentuk (apakah trough atau planar) mungkin anda, saya, dan kita masih bingung apa sih maksud paragraf diatas (:D :D) oke, stratifikasi itu artinya berlembar lembar (layering) contoh yang ini paling banyak dijumpai dilapangan mulai dari struktur batuan sedimen yang berlapis secara konvensional (perlapisan perlapisan pada batuan sedimen) atau dikenal planar bedding serta struktur laminasi (paralel laminasi) yang lebih kecil, kemudian struktur perlapisan mendatar tadi memiliki struktur internal menghalus keatas (graded bedding) juga termasuk kategori ini artinya struktur ini banyak ditemukan dilapangan, sedangkan bedform itu artinya perlapisan tadi membentuk suatu tubuh yang bergelombang contohnya dune, antidune, ripple (gelembur



gelembur akibat gelombang dan ombak), untuk struktur silang siur (cross stratification) seperti cross bedding/lamination, ripple cross lamination, flaser dan lenticular, serta humomocky juga termasuk kedalam kategori ini (stratification and bedform) karena struktur internal (dalam tubuh perlapisan btuan sedimen) ini memiliki perlapisan-perlapisan (stratifikasi) meski miring dan perlu anda, saya dan kita ketahui bahwa struktur internal dari bedform (ripple, dune, antindune) tadi tersusun dari perlapisan perlapisan silang siur (cross bed), untuk ukuran laminasi silang siur umum dijumpai dalam flaser, atau lenticular (keduanya merupakan struktur ripple yang terperangkapnya pasir dalam lempung/utk lenticular dan lempung dalam pasir/utk flaser kalau ditilik lebih dekat lagi pake lup didalamnya menunjukan stratifikasi cross silang siur). kemudian sisa struktur lain dari kategori ini adlah stratifikasi yang tidak beraturan seperti flamse struktur (menyerupai kobaran api) meski tidak selalu berlapis masuk kategori ini (bedofrmnya lebih dominan dari stratifikasi), ball and pillow, synsedimetary fold and fault, channel, stromatolite (meski ini genetiknya biogenik tetap masuk kategori ini karena kenampakannya yang berlaminasi), dll.



ilustrasi perbandingan struktur flaser dan lenticular bedding (or lamination) adapun struktur erosional hal ini tidak masuk kategori yang diatas karena terbentuk akibat mekanisme erosi pada permukaan batuan sedimen (akumulasi sedimen). struktur struktur seperti flute cast, groove cast, dan lain sebagainya. parting lineation terbentuk akibat kerja regim aliran atas (upper flow regime) yaitu arus yang cepat namun tidak kuat dan dapat mengendapkan material seukuran pasir (medium-halus) tapi tidak cukup kuat mengendapkan material lebih halus (lanau, lempung dll). parting lineation menunjukan arah kemelurusan butiran, atau erosi oleh media air (tanpa bantuan material lain), sedimen yang terendapkan dan masih sangat lunak dapat membentuk struktur ini dipermukaannya.. permukaan pada struktur paralel laminasi (laminasi sejajar biasa kita liat disamping nah dari atasnya/permukaan bednya suka muncul struktur ini).



struktur paralel laminasi pada batupasir (gue yakin semua makhluk heolohi pasti pernah liat ini dilapangan)



sementara struktur sisanya (biogenik dan lain lain) merupakan variasi lain dari struktur yang ada pada batuan sedimen diluar dua kategori kenampakan yang muncul pada batuan diatas. struktur struktur seperti sill and dikes strcutures (jadi mirip intrusi dalam struktur internal batuan sedimen ada intrusi intrusi material sedimen di dalamnya.. haha lucu yah).



gambar parting lineation modern (perhatikan kelurusan garis-garis yang merupakan arah arus) struktur ini mengindikasikan arah arus purba meski hanya trendnya saja (arah pasti searahnya kemana tidak tahu).. digambar arah arus masuk dan keluar gambar agak menyerong dikit (kanan bawah-kiriatas).. kemungkinan gambar ini diambil dipantai. skema klasifikasi yang dibuat Boggs diatas menggambarkan pembagian berdasarkan bentuk morfologi kenampakan struktur sedimen sedangkan hubungan-hubungan (proses) yang membentuk struktur ini dibagi lagi pada tabel kecil (inset) yang ada dibawahnya dari gambar diatas.



ini yang saya maksud trend arus purba (dua arah tidak tahu arah pastinya cuma trendnya saja) dari struktur parting lineation. Clast imbrication, adalah jenis struktur kemelurusan kemas butiran akibat arus. sebenernya mungkin asosiasinya lebih ke tekstur sedimen karena menjelaskan hubungan grain to grain relationships (perhatikan gambar 3.12 dari Boggs diatas), tapi karena dia juga bisa berprilaku sebagai struktur (yang menunjukan vektor arah arus sehingga bisa dijadikan paleocurrent indicator). sejatinya saya memperhatikan (dengan perspektif heolohis amatir hahaha) perilaku arah arus yang membentuk struktur sedimen (paleocurrent indicator yang primer kayak bedform bukan erosional or post depositional or syndepositional deformation structure) sebenernya memperlihatkan perilaku saling memunggung satu sama lain (silahkan lihat skema ilustrasi migrasi struktur bedform diatas yang membentuk cross bed pada gambar diatas (4.15 dan 4.17 dari Nichols 2007). begitu juga pada clast imbrication ternyata kawan, butirannya memang lebih kasar tapi



perilaku tiap butiran klastika yang gede gede itu mengikuti pola satu paket punggung dari gumuk pasir atau ripple yang hadir pada bedform (satu unit gumuk bukan internal cross bednya). kita akan bahas lebih detil di postingan paleocurrent di suatu waktu,,, semoga :’(



ilustrasi clast imbrication (Nichols, 2007)



ilustrasi lain dari clasat imbrication (dengan komposisi clast supported dan matrix supported) perhatikan pola saling ‘memunggungnya’ butiran



perilaku pergerakan fragmen yang membentuk struktur clast imbrication pada batuan sedimen (gambar dari internet cari sendiri ya :D). satu hal yang menarik disini.. saat dibangku perkuliahan seorang dosen memberikan ‘pencerahan’ bahwa clast imbrication ini sejatinya tidak mungkin begini mana mungkin partikel bisa gerak begitu karena menurut beliau kita harus pake logika gerakannya seharusnya menggelinding kesamping (ngertikan maksudnya?) partikel lebih mudah bergerak paralel pada sumbu yang lebih pendeknya bukan yang panjangnnya dan ini akan sulit.. tapi gue dengan segala keteguhan hati (ugh!) mencoba lebih percaya pada ‘dosen-dosen’ bayangan yang nulis texbook dan internet karena mereka memberikan segala ide dan gambaran melalui hasil experimen di laboratorium dan fakta empiris di lapangan. dan saya menghargai itu… sama seperti pendapat Galileo galilei yang mengatakan segala hipotesis fisika haruslah didasarkan pada eksperimen dan tidak ada yang menyangkal pendapat aristoteles bahwa batu harus jatuh lebih dulu dari kertas, kayu atau apapun yang lebih ringan jika dilepaskan dari atas tanpa kecepatan awal (gerak jatuh bebas) tapi Galileo berpendapat lain benda benda itu (mengabaikan gesekan angin) akan jatuh bersamaan dengan percepatan (9.8 m/s2 yang ditemukan newton puluhan tahun berikutanya) Galileo semakin dibenci kaum gerejani karena pendapatnya.. aah lupakan… jadi clast imbrication tetap begini mekanismenya dan bisa dijadikan indikator arus purba. silahkan perhatikan galeri tambahan dibagian akhir postingan. pada dasarnya sturktur sedimen yang hadir menunjukan proses-proses saat sedimentasi terjadi serta proses lain yang menyertainya. kita akan bahas setiap



struktur sedimen yang diketahui dan proses apa yang menyebabkan struktur itu terbentuk: Struktur bedform (ripple, dune, antidune) merupakan sturktur sedimen yang umum dijumpai di lingkungan fluvial, marine, submarine, transisi, ataupun daerah dengan sistem aeolian (gurun dan pantai dengan agen transport dominan angin), keterbentukan struktur ini tak lepas dari kerja aliran arus (flow current) yang mengangkut sedimen. para ahli mengenal istilah regim aliran (flow regime) yang paling mungkin menjelaskan proses kinematika yang menghubungkan kecepatan aliran serta kemampuan preservasi (pengendapan) sedimen. kita akan bahas lebih detail dipostingan berikutnya. karena berhubungan langsung dengan arah aliran arus maka struktur bedform (beberapa meski tidak semua) dapat dijadikan salah satu parameter struktur sedimen untuk mengukur arus purba (paleocurrent). struktur struktur seperti assymetrical dune, assymetrical ripple, dan lain sebagainya dapat mengindikasikan arah pengendapan (arus purba) dari sejarah pengendapan material sedimen tersebut. begitu juga dengan struktur cross bed, struktur cross bed ini tidak lepas dari mekanisme aliran arus (artinya hubungan lateral arah arus dominan bekerja) pola inclined (miring) dari stratifikasi menggambarkan arah pengendapan dan struktur cross bed menjadi parameter utama dalam pengukuran arus purba. struktur internal dari bedform umumnya diisi oleh pola silang siur (cross bed) yang hadir di dalamnya. maka keterbentukan semua struktur ini dapat dijelaskan melalui mekanisme regim alira (flow regime). contoh arus yang bekerja dengan konsep regim aliran ini adalah arus turbidit pada lereng laut/danau. dimana aliran dapat terjadi setelah longsoran laut (grooving pada dasar) dan arah aliran ini berangsur menjadi tenang membentuk regim aliran atas (upper flow regime) terbentuklah struktur cross, ripple, dan paralel laminasi (parting lineation) pada bagian akhir, ketika arus semakin tenang material yang lebih halus (pasir sangat halus-lanau) dapat terendapkan membentuk ripple dan paralel laminasi (lower flow regime) dan lumpur (mud) pada bagian akhir ketika arus semkain tenang dan aliran terhenti (arus suspensi bekerja). fasies endapan turbidit dikenal dengan sikuen Bouma (Bouma sequence oleh Bouma 1962).



sikuen Bouma melihat ilustrasi suksesi Bouma diatas, ada beberapa fasies yang muncul seperti Ta, Tb, Tc, Td, Te.. huruf ‘T’ ini mungkin merupakan singkatan dari ‘Turbidite’ yang mengacu kepada arus yang bekerja menghasilkan endapan ini. pada fasies Ta struktur yang hadir adalah struktur erosional (scour pada dasar) dan pola struktur internal berupa graded bedding (pola gradasi menghalus keatas) struktur ini umum terjadi pada lingkungan subaqueous (dasar tubuh air yang dalam dan tenang saya mengguankan definisi ini), pada kaus arus turbidit (longsoran laut) arus terjadi (karena arus sulit terjadi pada laut dalam karena tekanan yang tinggi dan super tenang beda dengan laut dangkal yang selalu saja bergerak terus menerus), karena adanya kolom air dan arus semakin tenang maka pengendapan material yang lebih halus akan terjadi lebih akhir (bisa dibayangkan kan?. sementara struktur paralel laminasi secara umum terbentuk akibat arus yang tenang tapi pada sikuen bouma ada struktur paralel yang diinterpretasikan terbentuk pada regime aliran atas (arus masih kenceng) diapit oleh struktur cross dan ripple.



struktur fasies graded bedding batupasir kontak dengan lanau (pasir sangat halus) dibawahnya struktur graded bedding diatas adalah normal grading (menghalus keatas) akibat arus suspensi, turbdit, heavy flood, badai dan lain lain yang dapat membentuk pola menghalus keatas setelah arus tenang. meskipun begitu proses yang paling umum dijumpai pada arus turbidit (Boggs, 2006 hal 80). ada juga pola grading yang mengkasar keatas kebalikan dari normal grading dikenal dengan ‘reverse grading’ pola struktur internal ini terjadi karena dua proses: (1) dispersive pressure dan (2) kinetic sieving (Boggs, 2006). proses pertama (dispersive pressure) menjelaskan bagaimana butiran yang lebih kasar cenderung terdorong ketas karena kepadatan material yang lebih halus dibawahnya, sementara kinetic sieving terjadi pada material sedimen dengan viskositas tinggi (mixture air sedikit) dimana butiran yang yang halus akan tersaring kedasar oleh butiran kasar yang terendapkan bersamanya. meski demikian proses reverse grading ini belum begitu banyak diketahui. umum dijumpai pada endapan vulkanik, atau pada alluvial fan, dan sedimen laut dengan mekanisme pengendapan cepat.



reverse grading kebalikan dari struktur normal grading (mengkasar keatas) kita tinggalkan bedform beralih ke struktur irregular (convolute, flame, ball and pillow) dan synsedimenter (slump, convolute, sill and dikes dll). convolute bedding and convolute lamination, struktur ini membentuk pola laminasi atau perlapisan ‘contorted’ (awas salah baca bagi yang cadel cadel hahaha) dan terbentuk akibat proses konvolusi pada sedimen berbutir halus (silt, pasir halus), hal ini terjadi karena berbagai macam mekanisme bisa likuifaksi (liquifaction) akibat goncangan dan air keluar dari dalam tubuh maerial sedimen yang terendapkan, overloading diferensial akibat gerusan sedimen diatas tubuh sedimen yang lebih halus dan menghasilkan konvolusi (deformasi pada sedimen lunak halus), atau deformasi plastis sesaat saat sedimen diendapkan, serta dapat juga terjadi karena breaking waves (dirusak gelombang ombak). arah kemiringan perlipatan (konvolusi) dapat menunjukan arah arus purba. umum dijumpai pada daerah river floodplain, delta, point bar, dan intertidal-flat. umum juag dijumpai pada suksesi turbidit.



struktur convolute bedding (hampir mirip slump cuma ukurannya lebih kecil) struktur flame, membentuk suatu struktur menyerupai ‘flame’ (kobaran api) menunjukan proses drag movement atau sediment loading dimana sedimen halus (lempung, silt, atau pasir sangat halus) yang belum kompak ‘membuncah’ (squeezing) keatas akibat adanya atau datangnya sedimen baru umumnya lebih kasar (pasir) jatuh diatasnya dan dia ‘muncrat’ (squeezed) dan karena berada dalam kolom air dia terperangkap dalam tubuh sedimen yang datang (lempung yang muncrat tadi) terbentuklah struktur menyerupai kobaran api (flame structure).



contoh flame structure modern pada sedimen yang belum kompak



struktur flame yang ideal dengan parameter heolohisnarsis.. lupa nyolong disitus apa



ilustrasi struktur flame ball and pillow structures, struktur membentuk bantal dan bola bola ini hadir pada bagian dasar dari lapisan batupasir, dan tidak umum pada batugamping yang



menutupi shale (lempung). struktur ini menyerupai ginjal atau bola bola hemisperikal dari massa batupasir atau batugamping dan dibagian internalnya menunjukan strutkur laminasi. bagaimana struktur ini terbentuk? bola bola ini berada dalam tubuh lempung yang berada dibawahnya diketahui terbentuk akibat proses breakup atau foundering (rubuhnya) pasir yang masih terkonsolidasi semi (semiconsolidated sand) masuk ke dalam lapisan lanau atau lempung yang lebih lunak dibawahnya akibat goncangan (shock bisa jadi karena earthquake), sementara bentuk hemisperikal dari pasir atau sedimen gampiingan terjadi akibat liquifaction.



ball and pillow structure



pillow structure kemudian struktur slump (synsedimentary fold) merupakan lipatan miring yang terbentuk pada unconsolidated atau semiconsolidated sediment yang sangat dipengaruhi oleh gravitasi (pada lereng). Potter dan Pettijohn (1977) menjelskan struktur ini sebagai hasil dari: (1) pervasive movement yang meliputi tranprortasi massa interior sedimen, menghasilkan pencampuran chaotic dari berbagai tipe sdimen, seperti perlapisan mud ang rusak terlipat dalm sedimen pasiran, atau (2) decolement (gerusan) pada permukaan sedimen yang belum terkonsolidasi kuat dapat membentuk struktur ini. umum dijumpai pada sedimen yang diendapkan pada lereng. sturktur slump ini umum dapat terbentuk di mudsonte dan sandy shale dan tidak umum (jarang) pada batupasir, batugamping dan evaporit. terbentuk pada unit batuan yang terendapkan secara ceapat. terbentuk pada sedimen glasial, verved silt, dan lempung dengan origin lakustrin, serta pada pasir eolian, rubidit, delta, dan reef front sedimen, subaqueous dune, dan sedimen pada head dari submarine canyon, turbiti, reef-front sedimen, continental shelves,dan dinding dari trench laut dalam, dan tempat-tempat lainnya dimana ada lereng dan



sedimen yang diendapkan disitu tertahan dan hampir jatuh kebawah (cekungan). intinya struktur ini umum dijmupai pada lereng di tepi cekungan. arah kemiringan dari lipatan slump dapat mengindikasikan arah lereng dan arus purba.



struktur slump dari formasi misaki, Jepang (perhatikan bagaimana periaku doyongnya ‘antiklin’ slump.. arah doyong ini -ke kanan- menunjukan arah kemiringan lereng purba… sekilas dibagian kanan org berjaket orange slump terpotong sesar)



variasi kenampakan struktur slump dilapangan (terlihat satu flank dari slump yang ‘tersingkap’ difoto) perlu dicatat yang membedakan struktur ini dengan deformasi perlapisan yang terlipat karena tektonik adalah lipatan-lipatan dari struktur slump ini sifatnya LOKAL dan TIDAK mempengaruhi perlapisan yang ada diatasnya dan dibawahnya.. (artinya yang kelipat lapisan yang mengandung struktur ini doang) jadi slump bukan terjadi karena pengaruh deformasi tektonik… digambar diatas arah kemiringan lereng purba kayaknya ke kiri… ;p struktur dish and pillar, struktur dish umumnya subhorizontal, datar sampai cekung keatas, membentuk laminasi lempung (hampir mirip flaser tapi gede). sementara struktur pillar menyerupai dish namun susunannya lebih vertikal. struktur ini dpat dijumpai pada sediment gravity flow seperti endapan turbidit dan liquified flow. yaitu pada daerah delta, alluvial, lakustrin, dan shallow marine, juga pada layer endapan abu vulkanik (tuff). struktur ini mengindikasikan pengendapan cepat danmembentuk ruang utnuk terbebasnya air saat konsolidasi berlangusng (jalur bebasnya air ini membentuk dish dan pillar tadi). selama kompaksi grandual dan dewatering, laminasi semipermabel menjadi barrier bagi naiknya air yang



menangkut sedimen halus, laminasi ini membentuk dishes bila bergerak lateral, dan beberapa yang bergerak vertikal akan membentuk struktur pillar.



struktur dish (fluid escape) ukuran minor



nih structur dish dan pillar (fluid escape) yang lebih gede lagi, perhatikan pergerakan terbebasnya air (fluida) dari tubuh sedimen yang belum terkompaksi bergerak secara lateral dan vertikal



pergerakan vertikal dari terbebasnya fluida yang ini disebut ‘pillar’ structure (gambar ini versi kecilnya)



pillar structure (fluid escape) yang lebih jelas lagi… setruktur dewatering ini terjadi ketika soft sediment (belum terkompaksi) mengalami goncangan dan air keluar dari dalamnya (tubuh sedimen) menerobos lapisan sedimen yang diatasnya (belum kompak juga).. proses ini dikenal dengan liquifaction. struktur erosional gak perlu diceritain mekanismenya bagaimana (gerusan material yang melewati permukan akumulasi sedimen) mekanisme pergerakan pertikel dalam fluida karena arus traksi (roling, rotation, saltation) dapat membentuk struktur ini, namun geometri dan perilaku struktur ini untuk menentukan younging direction (untuk mengetahui terjadi tidaknya pembalikan) dan arah paleocurrent (untuk struktur erosional tertentu).



geometri struktur flute (flute cast) dan erosional structure lainnya (dalam Nichols, 2005) perhatikan gambar flute cast diatas (yang kiri), lihat arah pergerakan arus dan partikel (sedimen yang mengerosi atau menggerus permukaan bed gambar ilustrasi diatas kebetulan bergerak kekanan), pada profil penampang sudut kemiringan bidang gerusan yang dihasilkan semakin melandai ke ke arah pergerakan arus dan curam dari arah berlawanan (datangnya arus), dan terkadang seringkali terjadi miss interpretasi dilapangan bagi sebagian ‘helolohis’ amatir seperti saya yang mengira arus bergerak sebaliknya (kearah dipping gerusan yang curam). penjelasannya begini: ketika partikel bergerak dalam arus maka kecepatan awalnya maksimal (sebelum tumbukan dengan permukaan bed), energi kinetiknya maksimal sesaat ketika tumbukan terjadi, kemudian terbentuklah gerusan tentu saja energi kinetiknya menurun seiring dengan berkuranngya kecepatan, dengan perubahan energi kinetik yang lebih rendah usaha yang dihasilkan pergerakan pertikel pun lebih kecil dari sebelumnya maka dipping (kemirngan) dari sudut gerusan berikutnya lebih kecil. tentu saja perilaku arah arus yang bergerak lateral atau acak (turbulen) akan semakin mempengaruhi geometri bidang gerusan yang telah terbentuk artinya bidang erosi akan termodifikasi ketika obstacle or rintangan (dari flutecast yang terbentuk tadi) akibat arus acak (eddie current) yang ‘ngebor’ obstacle ini (tapi arus ini jarang ditemui pada obstacle rendah seperti flute karena pasti rusak sebab sedimennya lunak banyak terjadi pada batuan-batuan yang lebih keras seperti batuan sedimen yang lebih tua, beku, or metamorf pernah



liat kan batu-batu yang bolong2 kalau jalan disungai?) kita tidak akan bahas detil disini, kita akan diskusikan di postingan berikutnya (semoga) isnya’allah. struktur flute ini dapat hadir di berbagai lingkungan, seperti pada endapan tutbidit (bagian bawah dari sikuen or sole marknya), sedimen sedimen pada laut dangkal dan non marine (fluvial, aelian) dan lain lain dimana kerja arus traksi (yang ngegerus gerus bed) cukup intens.



flute cast pada sample batuan (dari gambar arah arus purba dari kiri atas ke kanan bawah). perhatikan bahwa ini terbentuk pada bagian dasar dari bed, artiya kenapa disebut ‘cast’ (cetakan), flute cast terbentuk karena arus menggerus sedimen yang lebih lunak (lempung misalnya atau pasir sangat halus) ketika gerusan ini diisi oleh material sedimen baru yang lebih resisten (pasir) kemudian terangkat, terbalik, tererosi, terbentuklah cetakan pasir yang mengisi tadi… so far clear bro?? itulah mengapa susah mengamati flute cast dalam bentuk profil tapi (singkapan yang belum terbalik) karena geometri secara umum tidak terlihat jelas.



struktur flute cast dengan arah arus ‘pada gambar’ dari kiri atas ke kanan bawah (sekali lagi ini singkapan udah mengalami pembalikan) sole part (bagian dasar) dari bed. selain itu perilaku bentuk butiran or fragmen sedimen yang bergerak dalam arus juga akan mempengaruhi morfologi dari struktur erosional (grove cast dan kawan kawan) pada gambar kanan dari gambar diatas. meski tidak eksklusif (tidak selalu) geometri penjelasan dari struktur grove dan kawan kawan (tool, prod, brush, bonce, skip, roll mark) agak sedikit berbeda dengan flute. arah pergerakan material gerusan (arus purba) menunjukan pola yang bervariasi dan tidak selalu menunjukan pola geometri menyerupai flute. (liat gambar b dari ilustrasi dibawah).



perhatikan pola geometri yang muncul dari brush mark (B) dan prod marks (C) geometri gerusan memiliki dipping yang lebih dalam ke arah arus, serta gambar berkutanya (roll dan skip marks) menunjukan pola ritmik kelurusan tidak kontinu dan arah arusnya berarah ke arah bekas gerusan dengan geometri yang lebih kecil (gaya dan kecepatan partikel semakin melemah). struktur berikutnya kita kenal dengan load cast (struktur pembebanan). ciri ini sedikit berbeda (meski masuk kategori plane marking), karena yang lain banyak berhubungan dengan erosional event, yang ini beda mas bro.. hampir mirip kayak mekanisme sysedimentary soft sedimen structure (ball and pillow) karena liquifaction cuma yang ini murni pembebanan material sedimen yang lebih keras (pasir) terhadap sedimen lebih lunak (lempung) dibawahnya.



striation (gores garis) struktur grove cast pada dasar, batuan sedimen yang terdeformasi (miring).



striation structure (entah grove, entah flute) tapi ini struktur erosional pada dasar perlapisan (sole mark berupa cast or cetakan).. biasanya struktur flute agak susah dilihat dari samping nah kalo udah keerosi dan bagian bawahnya kesingkap ‘cast’nya bisa keliatan.. digambar ini arus purba berarah dari kanan bawah ke kiri atas. (*semoga benar soalnya tidak berada dilokasi gambar :D bentuk dari load cast ini rada rada mirip sama flute, tapi yang membedakannya adalah tidak ada orientasi pola upcurrent dan downcurrentnya or pola paleocurrent (kayak di flute) serta bentuknya cenderung irregular (gak beraturan) menjadikan struktur ini berbeda jauh dengan flute.



ilustrasi struktur load cast, bila massa yang tertanam terlepas atau putus karena goncangan dapat membentuk bola bola (ball and pillow structure). dan bisa saja hadir bersama struktur-struktur yang dibawa oleh liquifaction (ball and pillow, convolute, flame, etc).



load cast dilapangan, perhatiin struktur ini lebih mudah diliat dari section (profile) dibandingin flute cast. dan bentuknya lonjong aja kebawah gak ada pola gerusan kemiringan akibat arus yang bekerja lateral, jadi pada proses ini lebih dominan pengaruh gravitasi yang bekerja vertikal (yang narik sedimen yang lebih agak berat dan yang menindih bagian sedimen yang lebih lunak. biasanya proses ini hadir berbarengan dengan mekanisme liquifaction.



load cast yang lain



struktur load cast pada inti bor (drill core).. lihat polanya yang tidak beraturan (irregular) kemungkinan ini adalah load casat bukan flute cast… :)



contoh load cast di lapangan Struktur struktur fluid escape (dewatering) lainnya dikenal juga istilah mudcrack atau rekahan rekahan pada lempung (batulempung) akibat terbebasnya fluida yang tersimpan didalamnya karena pemanasan (pengeringan) oleh penyinaran matahari di permukaan, mudcrack ini merupakan rekahan rekahan yang membentuk pola heksagonal (segi enam), poligonal, atau diskontinu.. mungkin perilaku ini terbentuk akibat kemampuan partikel lempung yang begitu halus mempertahankan sisa fluida yang berada di dalamnya (kohesifitasnya yang tinggi). dikenal istilah dessciation crack dan synaerisis crack, perbedaan antara kedua istilah ini ada pada genetik lokasi keterbentukan cracknya, meskipun terkadang synaerisis berukuran lebih kecil, dan memiliki pola geometri/morfologi yang lebih sederhana dan tidak kontinu, serta berdasarkan ciri keberadaan jejak hewan dan organisme (apakah laut atau darat) (Shelley, 2000). dessication crack merupakan struktur mudcrack yang terbentuk dipermukaan (subaerial), sedangkan synaerisis crack merupakan struktur mudcrack yang terbentuk pada lingkungan subaqueous



(dalam air). struktur mudcrack ini mudah sekali terisi mineral sekunder bila lingkungannya mendukung (membawa banyak larutan garam) seperti dekat daerah pantai, playa lake, dan lain sebagainya.



struktur mudcrack subaerial (dessication crack)



synaerisis crack (subaqueous mudcrack) sekarang apa kegunaan lain dari struktur ini dilapangan, setelah melihat ilustrasi foto dan gambar gambar diatas, kita bisa menggunakan keberadaan struktur ini sebagai clue (petunjuk) bagi kita buat nentuan younging up strata dari batuan sedimen (bagian mana yang lebih muda jika seandainya terjadi pembalikan). perhatikan gambar-gambar berikut



perilaku younging up strata dari struktur sedimen untuk menentukan top and bottom dari batuan. anak panah menunjukan arah lapisan yang lebih muda (Top) jadi bila terjadi tilting (pemiringan) atau pembalikan setidaknya gambaran kita mengenai struktur sedimen yang terbentuk pada plane-bed marking atau bedform dan stratification yang hadir dapat diketahui apakah perlapisan itu telah benar benar terbalik. clear? ok lanjut pak Om..



ilustrasi tectonic tilting marked by scouring structure Semua struktur struktur diaatas dapat menunjukan material sedimen terigen (silisiklastik), namun dapat juga berlaku pada sedimen lainnya jika mengalami proses-proses seperti batuan silisiklastik (pelapukan, erosi, transportasi). pada batuan karbonat berbagai struktur sedimen dapat hadir (cross, laminasi, planar cross, tabular, slump, etc). namun ada struktur lain yang tidak kala pentingnya dalam formasi batugamping yaitu struktur biogenik. seperti stromaotlit dan struktur biogenik lainnya (akibat aktivitas organisme). struktur biogenik (selain ichnofosil pada batuan sedimen) ini pada batugamping memiliki ciri khas sendiri dan cukup eksklusif (hanya ada di batugamping saja) dan menjadi kerangka yang membentuk batugamping tertentu (pada gamping terumbu kelompok boundstone dan turunannya). perhatikan ilustrasi dibawah ini. Stromatolite merupakan struktur sedimen yang terbentuk secara organik memperlihatkan pola laminasi sedimen berukuran halus-sampai sangat halus (pasir halus-lempung). kebanyakan stromatolite hadir dalam batugamping tapi ternyata eh ternyata ada juga yang komposisinya silisiklastik (oooh…). bentuknya juga cemacem (liat ilustrasi dibawah), ada yang kayak biskuit berlapis, bulet, bunder kayak kubis, kayak kolom, dll.. Logan, Rezak dan Ginsburg (1964) mengklasifikasikan stormatolit yang berbentuk umum hemisperis (setengah bunder) ini kedalam beberapa tipe bentuk dasar: (1) hemispheroid yang terhubung secara lateral, (2) diskrit, merupakan hemisperoid yang bertumpuk secara vertikal, (3) spheroid diskirt, atau struktur spheroidal (liat ilustrasi dibawah ini klasifikasi versi geologis-geologis itu utk stromatolit). selain itu bentuk kombinasi dari ketiganya dapat saja hadir. istilah thrombolite diajukan oleh Aitken (1967) untuk struktur yang menyerupai stromatolit untuk bentuk eksternalnya tapi bagian dalamnya tidak ada laminasi. baik stormatolit maupun trombolit keduanya memiliki genetik keterbentukan yang sama yaitu hasil produksi alga biru cyanobacteria (blue-green alga). laminasi dalam tubuh stromatolite ini berkisar kurang dari sampai 1 mm. laminasi ini berisi kalsium karbonat halus, material organik halus, dan detritus lanau dan



lempung.tap ada juga stromatolite yang berisi butiran butiran kuarsa kata Davis (1968). stromatolite diketahui secara umum hadir pada lingkungan shallow subtidal, intertidal, dan zona supratidal di laut. selain itu di lingkungan lakustrin juga umum dijumpai. mungkin ada sobat sobat heolohi yang bertanya bagaimana sih prosesnya kok ‘makhluk’ unik bin aneh ini bisa hadir?? Ok mari kita intip sobat… alga hijau-biru (cyanobacteria) ini sejenis makhluk hidup yang bisa melakukan fotosintesis untuk nyari makan. jadi dia memerlukan lingkungan laut yang tidak keruh agar matahari bisa masuk, so paling mungkin di lingkungan laut dangkal. sedangkan lingkungan laut dangkal itu arusnya kuat dan paling mungkin gampang sekali keruh karena aktivitas transportasi seidmen yang ada di dalamnya, ketika si alga ini berfotosintesis dia akan menghasilkan mat atau alga mat (sejenis filamen yang kaya kalsium karbonat yang diproduksi alga ini), ketika dia menjadi tertutup sedimen halus (yang kasar susah ditangkap tentunya karena memang jaringannya begitu tips), karena ketutup dia harus tumbuh lagi agar bisa berfotosintesis. siklus ini yang terjadi terus terusan (perlangan pertumbuhan mat dan tertutupnya mat oleh sedimen yang dibawa arus) akan membentuk membentuk struktur laminasi pada stromatolit. lantas kok bisa bentuknya hemisperis tadi (bunder bunder)? ini kemungkinan akibat pengaruh arus yang dapat mengerosi. ketika kita menemukan tipe stormatolit yang saling terhubung (tidak soliter) artinya ini mengindikasikan lingkungan laut dangkal yang lebih tenang sehingga si alga dapat tumbuh dan bercabang membetnuk pola pola stromatolit hemisperis yang saling terhubung karena tidak dirusak oleh arus.



contoh ilustrasi struktur stromatolite yang dibuat oleh alga, dapat hadir sebagai patch reef yang hadir di paparan laut dangkal



Stromatolite modern



trombolit modern



struktur internal stromatolit



bongkah trombolit



struktur internal trombolit (dibatasi garis koneng) bersama sedimen yang menutupinya (mungkin trombolit ini mati karena penurunan air laut or mungkin karena terlalu keruh akhirnya ketimbun deh ama sedimen) sebetulnya struktur internal trombolit terkadang juga ada laminasi seperti stromatolit hanya saja tidak begitu jelas. struktur biogenik lain yang dapat hadir pada batuan sedimen hasil aktivitas organisme laut saat mencari makan dan membuat sarang dinamakan sebagai bioturbasi (secara umum hasil aktivitas organisme baik darat maupun laut) tapi bila membicarakan asosiasinya secara luas maka dikenal dengan ichnofacies (karena menunjukan kelompok geometri tertentu di lingkungan laut). perhatikan skema berikut.



jenis jenis ichnofacies yang penting yang dapat dipakai untuk menentukan zonazona lingkungan pengendapan… (wuiiih.. keren gak sob??) ichnofacies ini hanya menggambarkan jejak organisme (meski fosil aslinya or tubuh organisme yang buat itu jejak udah tidak ada), cetakan cetakan (cast) ini sangat bermanfaat untuk penentuan lingkungan pengendapan dan rekonstruksi paleogeografi.. pokoknya keren bagi anda anda yang suka dunia paleontologi



(bercita cita jadi paleontologist) ^^’ (bila sedang tidak membicarakan fasiesnya dengan detail dan spesifik struktur jejak ini dikenal dengan istilah struktur bioturbasi) kita akan coba jelaskan secara singkat satu persatu. Skolithos ichnofasies, dicirikan oleh bentuk silindirs, dan burrows U-shape (seperti hewan hewan bernama Ophimorpha, Diplocretrion, dan Skolithos). ichnofacies ini berkembang pada lingkungan sedimen berpasirdimana secara realtif gelombang laut yang tinggi tapi kekuatannya sedang. organisme pada lingkungan ini akan membentuk sarang yang lebih dalam (burrow) untuk menghindari dessication (deawatering) akibat perubahan temperatur dan salinitas selama arus surut (low tide) terjadi, dan menghindari keluarnya substrate ke permukaan (ketika arus kuat/pasang terjadi) (Pemberton, MacEachern, dan Frey 1992). ichnofacies skolithos secara khas hadir pada lingkungan shoreline berpasir, tapi juga dapat tersebar di sepanjang lingkungan shallow shelf. dan beberapa juga diketahui berada pada lingkungan laut dalam, seperti kipas laut dalam dan slope bathyal. weeeew…



skolithos ichnofacies berbentuk-U yang tegak lurus ke permukaan. Cruziana ichnofacies, hadir pada lingkungan laut yang agak lebih dalam dari skolithos sekitar daerah subtidal zone dibawah fair-weather base (FWWB atau daerah dengan kondisi gelombang laut sedang yang terjadi tiap hari mungkin sekitar uppershorface) tapi diatas storm wave base (SWB, atau daerah dengan gelombang laut besar yang dapat mencapai dasar ketika badai terjadi) (Frey dan Seilacher, 1980). mungkin kurang lebih berada pada daerah middle dan outershelf lah. tapi juga bisa hadir pada beerapa daerah nearshore. ichnofacies ini dicirikan dengan kehadiran asosiasi pencampuran dari fosil fosil jejak seperti vertical burrows, inclined U-burrows (Rhizocorallium), dan struktur horizontal (Cruziana), dan jejak orginasisme yang bergerak dekat dengan permukaan (Thalassionides),



dan fosil jejak yang neh lainnya hahaha membentuk bintang (Asteriacites) atua bentu-C (Arenicolites). iknofasies cruziana mengindikasikan sedimen lunak dan halus, terpilah baik, dan pasir yang mungkin berlumpur, dengan kondisi arus yang cukup tenang (karena berada diantara arus kuat dan arus yang tenang).



ichnofacies cruziana, menunjukan pola yang lebih aneh dankomplek dari skolithos, karena hewan hewan disini bisa lebih ‘berekspresi’ karena kondisi sedimen yang lunak, halus, dan arus yang tenang.. hehe



Zoophycos Ichnofacies, menunjukan lingkungan air yang tenang dengan kandungan oksigen rendah dan bagian dasarnya berlumpur tapi dapat juga hadir substrate lainnya. dicirikan oleh trace fosil dari yang simpel sampai yang komplek, seperti Spirophyton. jejak jejak (trace) fosil yang bersifat individu mungkin banyak tapi keberagamannya rendah (makhluknya itu itu aja). kemudian sedimen pada iknofasies zoopikos ini mungkin secara keseluruhan terbioturbasi (rusak terbombak lagi) (Bromley, 1996). meksipun secara umum mengindikasikan lingkugan laut dalam fasies ini terkadang juga hadir di laut dangkal, maka parameter paleodepth indicator yang digunakan menjadi problematis (aiiih…. ini kata Boggs, 2006), gak masalah lah kita kan heolohis harus interpretatif menanggapi sesuatu :D… distribusinya hadir dibatasi oleh kadar oksigen dan tipe sdimen dasar dan kedalaman laut (asosiasi asosiasi ini menjadi pertimbangan keberadaan iknofasies ini).



Zoophycos ichnofacies…. perhatiin bentuk yang paling kanan.. mirip apa?? mirip apa?? hahahaha gak usah teriak.. sebut dalam hati aja… :p



Nereites Ichnofacies, merupakan ciri lingkungan laut dalam dan umumnya terbentuk pada lingkungan turbidit (tabah tabah bearrti hewan yang idup disini sob…). dicirkan oleh perputaran yang komplek secara horizontal dan jejak hewan yang berkoloni dan pola struktur feeeding (nyari makan) dan dwelling (menyatu). diantara genus yang umum hadir seperti paleodictyon, spirorhaphe, dan nereite. keberagamannya tinggi, tapi kelimpahan untuk jejak individunya rendah. nereites ichnofacies berkembang pada sedimen pasiran (turbidit) substratenya mungkin bagian dari tubuh koloni dari beberapa muddy (pelagic) deposits yang terbentuk pada bagian atas dari sandy turbidite.



iknofasies nereites ichnofasies yang sedikit dijelaskan diatas adalah bebrapa ichnofacies yang penting, sebenernya masih banyak seperti psilonichus ichnofacies, scoyenia ichnofacies, trypanites ichnofacies, glossifungites ichnofacies, dll… tapi keburu kepala botak duluan sebelum umur 40 kalo dibahas semua.. hahaha :D… tidak tidak… sebetulnya menarik tapi kita batasi diskusi kita sampai sini saja untuk ichnofacies. struktur terakhir yang akan kita diskusikan disore hari yang bahagia ini (semoga anda membaca artikel superpanjanjangini di sore hari) adalah styolite dan hummocky cross stratification, dan nodul dan kongkresi. Styolite merupakan struktur sedimen (yang bisasanya bergerigi) berhubungan dengan proses diagenetik (kita akan bahas detail dipostingan berikutnya) yaitu berhubungan dengan mekanisme fluid pressure dalam rekahan batuan sedimen, sedangkan hummocky cross merupakan variasi lain dari struktur silang siur (cross stratification) yang merupakan salah satu fasies penciri pada lingkungan storm wave dominated (lower shorface) yang terpengaruh gelombang badai laut (storm) atau Storm wave base (SWB) sikeun lengkap dari humocky cross stratification (HCS) bersama asosiasinya dengan fasies lain dikenal sebagai tempestite (hampir mirip seperti suksesi turbidit hanya saja cross pada turbidit diganti HCS). nodul dan konkresi merupakan struktur diagenetik membentuk bulatan-bulatan mirip telor dalam batuan sedimen, proses akibat diagensis pada batuan sedimen (sementasi dan pembebanan) membentuk konkresi dan nodul. kita akan bahas sedikit meski tidak detil. Styolite umum dijumpai pada batugamping, akibat pelarutan dan tekanan yang tinggi saat proses diagenesis terjadi, dimana fludia yang berada di dalam (air tanah) tubuh batuan menjadi aktif dan melarutkan batugamping, hal ini meninggalkan kesan seperti garis yang bergerigi pada batuan.



contoh styolite pada batugamping (garis gerigi gerigi hitam) setelah proses pelarutan terjadi akan meninggalkan kesan warna hitam yang distingtif karena presipitasi kembali dari laruatan tadi akan membawa senyawa lain yang ikut terendapkan kembali dalam pori batuan (bukan hanya CaCO3 tapi ion lain yang ikut bereaksi dengannya).



styolite dalam sample marmer (marble) jadi hampir mirip urat tapi mineral pengisi urat sifatnya insitu. Nodul merupakan fragmen menyerupai bola bola atau elipsoidal dalam batuan sedimen, bentuknya lucu kayak telor ayam. kenapa bisa terbentuk benda lucu ini??



konsentrasi lokal dari semen dalam tubuh sedimen atau tubuh fosil atau material lain (chert, gravel) yang tertanam dalam sedimen, ketika kompaksi berlangsung (early diagenesis) komponen nodul ini juga ikut terkompaksi bahkan bentuk buletnya yang speris (meksi ada juga yang gak beraturan) mungkin terjadi akibat ekualitas tekanan diseluruh permukaan nodul dalam massa sedimen halus tempat ia tertanam (biasanya dalam lempung). genesis dari nodul ini dijelaskan cukup singkat tapi cukup detil dalam Tucker (1982 hal 92-95).



ilustrasi kompaksi pada tubuh nodul dalam sedimen selama proses diagensis (litifikasi) terjadi. ketika sementasi terjadi, konsentrasi lokal material sedimen halus yang memiliki akumulasi semen yang cukup signifikan akan mempertahankan semen dari pelarutan (hal ini masuk akal karena porositas dan permeabilitas sedimen halus cukup kecil untuk meloloskan fluida, jadilah semen tadi terkonsentrasi disitu dan kompaksi (litifikasi) lokal terjadi dan membentuk nodul, bentuk membundar ini



terjadi karena tekanan akibat pembebanan oleh sedimen disekitarnya selama burial (diagensis) terjadi. however, mekanisme terbentuknya nodul ini masih kontroversi.



gambar ‘telor’ nodul yang siap untuk digoreng.. :D



nodul yang tertanam dalam batuan sedimen siap untuk ‘dipanen’ :D kemudian yang terakhir adalah struktur hummocky cross stratification, Struktur ini merupakan variasi cross bedding yang hadir pada lingkungan badai (storm) danmerupakan salah satu fasies penciri endapan tempestite (fasies badai). istilah Hummocky Cross-Stratification pertama kali diperkenalkan olah Harms et al, (1975). meskipun para peneliti dan geologis terdahulu menggunakan nama yang berbeda dalam observasinya dilapangan. struktur ini menunjuknan pola berupa stratifikasi silang siur dari dua bentuk hmmock (bagian yang menggelembung) dan Swalles (bagian yang cekung) jadi struktur ini merupakan kombinasi lensa lensa cross bed yang terperangkap dalam laminasi batuan sedimen halus.



ilustrasi hcs dalam boggs jr (2006 hal 93)



ilustrasi Hummocky cross stratification (dalam Nichols 2007) endapan tempestite merupakan penciri fasies badai (wave storm dominated), hampir mirip dengan suksesi turbidit (bouma) tapi struktur crossnya diganti dengan hummocky. pola cross yang terbentuk (hummocky ini) tidak dapat dgunakan sebagai parameter paleocurrent layaknya struktur cross kebanyakan karena pola arusnya yang acak dan bolak balik (biasalah badai suka iseng).



suksesi fasies tempestite dalam endapan storm-wave dominated shelf. Struktur terakhir dan paling akhir yang akan kita bahas adalah struktur geopetal (Geopetal Structure). struktur ini dapat dipakai sebagai indikator untuk mengukur nilai lereng purba (paleoslope), umumnya hadir pada lereng reef batugamping. lantas struktur apa ini?? ini hanya struktur cavity filling dari suatu tubuh cangkang fosil yang kosong oleh sedimen, kemudian cangkanya hilang (larut) atau juga mungkin tetap tersisa akan membentuk strutkur ini. nah kemiringan dari permukaan geopetal sturktur ini (cekungan sedimen pengisi) dengan teliti kita akan mendapatkan nilai dip asli dari lereng tempat sedimen diendapkan pertama kali.. keren kan Om??



struktur geopetal (tubuh fosil atau benda cekung yang terisi sedimen) sebetulnya struktur geopetal ini oleh sebagian penulis merupakan istilah untuk struktur struktur yang dapat menunjukan arah top dan bottom perlapisan batuan (sebagaimana telah dijelaskan diatas). seperti flute, erosional grove cast, load coasat, dan lain lain.. tapi dalam Tucker (1982) struktur geopetal diartikan seperti ini (gambar diatas).



contoh struktur geopetal (sumber: http://lostgeologist.blogspot.com/2008/11/geopetal-structure.html) sebetulnya banyaaaak sekali struktur sedimen yang lainnya beberapa struktur yang telah dijelaskan diartikel super ‘pendek’ ini kadangkala terbagi lagi menjadi berbagai variasi yang tidak dibahas semua disini.. tapi setidaknya dengan memahami uraian singkat diatas kita jadi cukup melek akan struktur sedimen beserta tekststurnya. oh lupa kita belum bahas komposisinya…. karena batuan sedimen itu sangat beragam sekali dari segi ukuran (breksi sampai lempung lihat skala wentworth) tentunya cukup sulit menjabarkan secara keseluruhan parameter komposisi material penyususn sedimen, lebih mudah kita bahas satu persatu untuk jenis batuan sedimen silisiklastik berdasarkan ukuran dan biogenik serta kimia dipostingan berikutanya (mudah mudahan ingat).



ini cuma pola gambaran geometris dari struktur dalam pada tubuh batuan sedimen dari yang kecil sampai gambaran tubuh formasi batuan yang secara keseluruhan menempati cekungan. (ilustrasi dari raymond 2002 halaman 263) barangkali itu aja brader untuk hidangan postingan ‘pendek’ kali ini… semoga terhibur.. seperti biasa.. ditunggu caci makinya untuk kata-kata yang kurang berkenan dan tidak dimengerti… wabillahitaufik walhidayah.. wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.. ini cuma sedikit galeri tambahan



gambar clast imbrication modern di sungai (belum jadi batu!! :D) yang atas foto jauh channel sungai dibawah foto deketnya.. perhatiin pola memunggunnya klast sedimen, bener kan arah memunggnunya ini yang menunjukan arus purba? ini adalah bukti modern bahwa clast imbrication arah arusnya ya kesitu (dari kiri ke kanan) bukan dari arah sumbu pendeknya (luar ke dalam gambar dan sebaliknya



seperti kata dosen yang sudah dijelaskan di paragraf paragraf awal diatas yang ada galileo dan aristotelesnya ^^V peace pak piss… saya jangan diomelin)



‘clast imbrication’ kemelurusan fragmen cangkang fosil di pantai ketika air laut surut (perhatikan bagaimana perilaku saling ‘memunggungi’ dari fragmen cangkang ini arah arus dari kanan ke kiri) sexy kan sexy kan?? :p