Nurani Mila Utami A1a119052 Mazhab Austria [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

NAMA



: NURANI MILA UTAMI



NIM



: A1A119052



RUANG



: R002



MATA KULIAH



: SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI



RESUME KELOMPOK 1 MAZHAB AUSTRIA



Mazhab Austria Mazhab Austria adalah mazhab ekonomi yang didasarkan pada konsep individualisme metodologis, artinya fenomena sosial tercipta berkat motivasi dan tindakan seseorang. Mazhab ini muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 di Wina melalui karya-karya Carl Menger, Eugen Böhm von Bawerk, Friedrich von Wieser, dan lain-lain. Secara metodologis, mazhab ini berseberangan dengan mazhab historis Prusia. Perbedaan antara keduanya disebut Methodenstreit). Ekonom modern yang mengikuti mazhab Austria tersebar di berbagai negara, namun gagasan mereka tetap disebut ekonomi Austria. Kisah Mazhab Austria dimulai pada abad 15, saat para pengikut St. Thomas Aquinas, menulis dan mengajar di Universitas Salamanca di Spanyol. Mereka berupaya menjelaskan seluruh cakupan tindakan manusia dan organisasi sosial. Kaum Skolastik Akhir ini mengamati keberadaan hukum ekonomi, kekuatan tak tertolak dari sebab dan akibat yang berlaku seperti hukum alam lainnya. Melewati beberapa generasi, mereka menemukan dan menjelaskan hukum penawaran dan permintaan, penyebab inflasi, operasi nilai tukar asing, dan sifat subyektif dari nilai ekonomi – seluruh hal yang membuat Joseph Schumpeter memuji mereka sebagai ekonom nyata yang pertama. Turgot adalah bapak intelektual dari satu garis panjang para ekonom besar Perancis dari abad 18 dan 19, terutama, Jean Baptiste Say dan Claude-Frederic Bastiat. Say adalah ekonom pertama yang memikirkan mengenai metode ilmu ekonomi. Dia sadar bahwa ilmu ekonomi bukan soal mengumpulkan data, tapi lebih menyangkut uraian verbal mengenai fakta-fakta (sebagai contoh, keinginan itu tidak terbatas, barang-barang itu langka) dan implikasi logis mereka.



Tokoh utama Mazhab Austria Terdapat beberapa tokoh mahzab Austria diantaranya Karl Menger, Friedrich von Wieser, Eugen von Bohm-Bawerk, Knut Wicksell : 1. Karl Menger (1840-1921) Karya utama karl Menger adalah Grusatze der Volks Wirtschaftslehre (1817). Dalam bukunya ia mengembangkan teori utilitas marginal. 2. Friedrich von Wieser (1851-1920) Karya utama Knut Wicksell adalah Uber der Ursprung und die Hauptyesetze des Wirtschaftlichen Wertes (1884), Der Naturliche Wert (1889) dan Theory der Gesellschatlichen Wirtschaft (1914). Ia sangat berjasa dalam mengembangkan teori utilitas Menger dengan menambahkan formulasi biaya-biaya oportunitas (Opportunity Cost). 3. Eugen von Bohm-Bawerk (1851-1914) Karyanya adalah Capital an Interest (1884) dan Positive Theory of Capital (1889). Kontribusi utamanya adalah dalam pengembangan teori tentang modal (theory of Capital) dan teori tentang tingkat suku bunga kemudian teori-teori mereka dikembangkan oleh tokoh lain seperti knut Wiksel 4. Knut Wicksell (1851-1926) Ia berjasa dalam mengasimilasikan analisis keseimbangan umum Walras dengan teori kapital dan suku bunga Bohm-Bawerk menjadi teori distribusi. Dan pengembangan teori moneter yang dihubungkan langsung antara tingkat suku bunga dengan harga-harga. Karya utamanya adalah Lectures on Political Economy (1901).



Teori Nilai Subjektif Teori subjektif merupakan teori nilai yang berlandaskan ide bahwa nilai tidak berasal dari sifat yang melekat pada barang maupun jumlah kerja yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut, akan tetapi bisa berbeda-beda berdasarkan pemenuhan keinginan atau kebutuhan seseorang akan barang tersebut (disebut kepuasan). Misalnya saja pelukis lebih menghargai kanvas dan cat lebih dari orang-orang yang bukan pelukis, pecinta kopi akan menghargai kopi lebih tinggi dari orang-orang yang tidak suka kopi, dll. Intinya orang-orang memiliki selera-selera yang berbeda, dan mereka menilai sesuatu secara berbeda.Para pelopor teori nilai subjektif adalah Herman Heinrich Gossen, Karl Menger, dan Von Bohm Bawerk. Dalam teori nilai objektif dikemukakan bahwa suatu barang yang memiliki guna pakai umum akan bernilai tinggi. Akan tetapi teori ini terbentur pada suatu paradoks bahwa air yang mempunyai guna pakai tinggi, tetapi bernilai rendah, sedangkan berlian/intan yang mempunyai guna pakai umum kecil, tetapi justru bernilai tinggi. Paradox antinomi nilai ini tidak dianalisis lebih lanjut oleh ajaran klasik. Analisis nilai suatu barang harus berpangkal pada subjek pemakai berhubung dengan pemuasan kebutuhannya. Gambaran yang lebih jelas dapat kalian ikuti analisis pemuasan kebutuhan menurut Hukum Gossen.



Teori nilai menurut Gossen terkenal dengan nama hukum Gossen I dan hukum Gossen II. Hukum Gossen I berbunyi “ Jika pemuasan kebutuhan dilakukan terus menerus, maka kenikmatan semakin lama semakin berkurang, dan pada suatu saat akan tercapai titik kepuasan” Hukum Gossen I disebut hukum guna batas yang semakin menurun. Bagaimana kenyataan hukum Gossen I tersebut dalam praktik? Hukum Gossen tidak selalu berlaku tepat, karena ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Dalam kenyataan hukum Gossen I masih mendapatkan kritikan : 1. Tidak berlaku bagi pengisap madat, ganja, miras, obat terlarang (narkoba) yang semakin banyak minum justru semakin merasakan kenikmatan 2.Orang tidak selalu memuaskan satu macam kebutuhan hingga mencapai kepuasan maksimal. Pada saat memuaskan telah mencapai titik kepuasan tertentu akan menyusul kebutuhan lain yang harus dipuaskan pula. Untuk menyempurnakan hukum pertama, Gossen menyusun analisisnya lebih lanjut . Hasilnya adalah Hukum Gossen II, yang berbunyi “Manusia berusaha memuaskan kebutuhannya yang beraneka ragam hingga mencapai tingkat intensitas yang sama (harmonis). Hukum Gossen II oleh karl menger digunakan untuk menyelidiki bagaimana orang membagi penghasilannya guna memenuhi kebutuhannya yang bermacam-macam. Pada umumnya seseorang akan menggunakan penghasilannya dengan sebaik-baiknya agar supaya kebutuhannya yang bermacam-macam dapat dipenuhi hingga tingkat kepuasan yang sama. Kebutuhan yang perlu di dahulukan misalnya, makan, pakaian, perumahan, pendidikan, kesehatan baru kebutuhan sekunder seperti: rekreasi, hiburan, dan tabungan Gossen Gossen mengemukakan hokum kejenuhan yang kemudian terkenal sebagai Hukum Gossen I dan II. Hukum Gossen I Tingkat kenikmatan, bilamana terus-menerus dipenuhi, maka kenikmatan itu akan berkurang dan lama-kelamaan sampai pada kejenuhan. Hukum Gossen II Manusia selalu berusaha memenuhi bermacam-macam kebutuhanya sampai tingkat intensitas yang sama dengan demikian Gossen telah mengunakan rumus-rumus matematis untuk gejalagejala psikologis bagi ilmu ekonomi dan Karl Menger menyusun skema dari hukum Gossen tersebut, sebagai berikut.



I II III IV 10 9 8 7 7 6 6 5 5 4 4 4 3 3 3 2 2 2 1 1 1 1 0000000000



V



VI



VII



VIII



IX



X



2 1



9 8 7 6 5 4 3 2 1



8 7 6



6



5



5



5



4



4



3



3



2



2 1



3 2



1



4 3 2



1



1



Dari skema diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak akan ada yang memenuhi salah satu kebutuhannya sepuas-puasnya dan semua kebutuhan lainnya dibiarkan tak tepuaskan. Guna total akan dimaksimalisasikan bilamana pendapatnya dibagi sedemikian rupa atas macam-macam kategori kebutuhannya hingga pengeluarannya terakhir yang memberikan nilai guna yang sama.



Nilai pakai subjektif dan nilai tukar subjektif Nilai pakai Nilai pakai merupakan nilai barang untuk dipakai memenuhi kebutuahan hidup, nilai pakai ini dibedakan menjadi dua, diantaranya yaitu nilai pakai subjektif dan nilai pakai objektif. Nilai pakai subjektif Nilai pakai subjektif adalah kemempuan barang untuk dipakai memenuhi kebutuhan hidup bagi setiap individu secara peribadi, contohnya, sebuah atal pertukangan seperti palu bagi seseorang tukang kayu ialah barang yang sangat berguna dan memiliki nilai pakai yang tinggi bagi pekerjaannya. Lain hal nya bila digunakan seseorang bapak untuk memakau jendela kamar yang rusak,disini palu memiliki nilai pakai hanya pada saat tertentu saja. Nilai tukar Nilai dari hubungan pertukaran antara nilai guna satu hal dan lainnya, antara jumlah tertentu dari satu produk dan jumlah tertentu dari yang lain. Hubungan ini selalu berubah dengan tempat dan waktu, sehingga sifatnya relatif. Nilai tukar ini tidak dinyatakan dengan uang, tapi kuantitas satu komoditas ditukar dengan komoditas lain.Misalnya satu kilogram beras ditukar satu kilogram gandum.



Nilai tukar subjektif Kemampuan barang guna ditukar dengan barang lain dan bersifat individualis, artinya bahwa antara orang yang satu dengan yang lain berbeda. Tergantung sudut pandang dan juga kondisi orang yang mempunyai barang tersebut.



Teori Pertanggungan menurut Mahzab Austria Menurut mazhab Austria, semua alat produksi dari golongan lebih tinngi, yang berturut-turut dan sambung menyambung mempunyai guna yang sama bagi subjek ekonomi. Alat-alat produksi mempunyai guna yang dirinci dari guna barang-barang konsumsi (menurut ahli ekonomi belanda Beaujour: barang akhir ( final goods) yang memiliki guna spontan/serta merta. Teori pertanggungan hendak memberi jawaban atas pertanyaan “ Dengan cara bagaimana barang-barang golongan yang lebih tinggi mendapatkan nilai barang-barang golongan pertama?” Hal ini sangat penting bagi ajaran nilai subjektif. Oleh sebab itu kaum produsen dapat mengetahui nilai alat-alat produksi mereka, sedangkan penghasilan mereka dari menawarkan faktor-faktor produksi, demikian pula untuk para pekerja dan pemilik modal. Perlunya diadakan pembedaan antar pertanggungan teknis dan pertanggungan ekonomis . pertanggungan teknis menyelidiki bagian mana dari nilai hasil yang diperoleh dibuat dengan berbagai macam faktor produksi. Sedangkan pertanggungan ekonomis adalah bagian mana nilai yang dihasilkan harus dipertanggungjawabkan atas berbagai macam faktor produksi. Von Thunen juga mempelajari masalah ini, yang menjadi pangkal penelitiannya adalah hukum teknis dari kelebihan hasil yang semakin berkurang dan hukum subtitusi.



Pandangan Ekonom Austria tentang Uang Para ekonom Austria mempuanyai sudut pandang yang lebih radikal dibandingkan dengan para ekonom Monetaris maupun Keynesians dalam melihat inflasi.Ekonom Austria mendefinisikan inflasi sebagai peningkatan dari volume money supply.Adapun harga-harga yang meningkat yang terjadi setelah peningkatan money supply merupakan konsekuensi dari inflasi, meski bukan merupakan inflasi itu. Jika inflasi adalah peningkatan money supply, maka penyebab inflasi adalah pencetakan uang oleh pemerintah untuk membiayai anggaran defisit dan penciptaan kredit oleh sistem fractional reserve banking. Peningkatan money supply tanpa diimbangi dengan peningkatan cadangan emas atau comodity money lainnya akan memberikan effect harmful terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu ekonom Austria, Ludwig von Mises bahkan berpendapat bahwa penciptaan kredit melalui fractional reserve lending oleh perbankan mirip dengan pencetakan uang. Hanya cara uang tersebut masuk ke



dalam sirkulasi yang berbeda...” by lowering the interest rate they charge,banks can intensify the demand for credit. Then, by satisfying this demand, they can increase the quantity of fiduciary media in circulation”



Kerelevanan Mazhab Austria Mazhab Austria merupakan suatu aliran mazhab mengemukakan tentang teori nilai subjektif dimana nilai suatu barang diliat dari kemampuan barang tersebut memberikan nilai guna bagi suatu barang diliat dari kemampuan barang tersebut memberikan nilai lebih subjek penilainya. Namun juga dijelaskan bahwa dalam menilai barang juga harus diperhatikan tentang kelangkaannya. Bila diterapkan denag kondisi saat ini sangat jelas terlihat bahwa jika suatu barang yang memiliki nilai guna sangat besar bagi subyek penilai mengalami kelangkaan, maka harga barang itu memiliki nilai guna yang tinggi, dengan harga tinggi pun masyarakat akan tetap membeli. Misalnya saja beras dan bensin. Pada saat ini kedua barang tersebut tentu merupakan barang yang sangat besar nilai gunanya. Dan saat barang tersebut mengalami kelanngkaan, masyarakat akan tetap membeli meski harga jual.