Otitis Media Supuratif Akut: .1 Anamnesis [PDF]

  • Author / Uploaded
  • asya
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT



.1 Anamnesis(2)  Dilakukan secara alo- anamnesis  Data identitas pasien secara lengkap  Riwayat penyakit sekarang  Riwayat penyakit dahulu  Menanyakan riwayat penyakit sebelumnya jika ada  Riwayat imunisasi 



Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi.



 Keluhan penyakit yang dialami :  Tanyakan apakah ada keluhan : 



Gangguan pendengaran/pekak (tuli) - Bila ada keluhan gangguan pendengaran, perlu ditanyakan apakah keluhan tersebut pada satu atau kedua telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap dan sudah berapa lama diderita. - Adakah riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik, terpajan bising, pemakaian obat ototoksik sebelumnya atau pernah menderita penyakit infeksi virus







Suara berdenging/berdengung (tnitus) - Dapat berupa berdengung atau berdenging, yang dirasakan di kepala atau di telinga, pada satu sisi atau kedua telinga.







Rasa pusing yang berputar (vertigo) - Keluhan ini merupakan gangguan keseimbangan dan rasa ingin jatuh yang disertai rasa mual, muntah, rasa penuh di telinga, telinga berdenging yang mungkin kelainannya terdapat di labirin. Bila vertigo disertai keluhan neurologis seperti disartri, gangguan penglihatan kemungkinan letak kelainannya di sentral. Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu dan berkurang bila pasien berbaring dan akan timbul lagi bila bangun dengan gerakan yang cepat. Kadang-kadang keluhan vertigo akan timbul



Blok 23: Special Sense| MAKALAH MANDIRI



seperti parotitis, influenza berat dan meningitis.



1



bila ada kekakuan otot-otot di leher. Penyakit diabetes melitus, hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung, anemia, kanker, sifilis dapat juga menimbulkan keluhan vertigo dan tinitus. 



Rasa nyeri di dalam telinga (otalgia) - Bila ada keluhan dalam telinga perlu ditanyakan apakah pada telinga kiri atau kanan dan sudah berapa lama. Nyeri alih ke telinga (referred pain) dapat berasal dari rasa nyeri di gigi molar atas, sendi mulut, dasar mulut, tonsil atau tulang servikal karena telinga dipersarafi oleh saraf sensoris yang berasal dari organ-organ tersebut







Keluar cairan dari telinga (otore) -



Sekret yang keluar dari liang telinga di sebut otore. Ditanyakan apakah sekret ini keluar dari satu atau kedua telinga, disertai nyeri atau tidak dan sudah berapa lama. Sekret yang sedikit biasanya berasal dari infeksi telinga luar dan bersifat mukoid umumnya berasal dari telinga tengah. Bila berbau busuk menandakan adanya kolesteatom. Bila bercampur darah harus dicurigai adanya infeksi akut yang berat atau tumor. Bila cairan yang keluar seperti air jernih, harus waspada adanya cairan liquor serebral.



 Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinganya, keluhan di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.  Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar.  Pada bayi dan anak kecil sering terlihat gejala khas OMA seperti suhu tinggi dapat sampai



diare, kejang-kejang, dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit.  Riwayat Penyakit Keluarga  Riwayat Pribadi  Riwayat Sosial Ekonomi 3.2 Pemeriksaan Fisik(3)  Pemeriksaan tanda vital : 



Suhu tubuh : 39,8°C, febril







Tekanan darah







Denyut nadi : 100x/menit







Frekuensi nafas : 20x/menit



Blok 23: Special Sense| MAKALAH MANDIRI



39,5°C (pada stadium supuratif), anak gelisah, sukar tidur, menjerit tiba-tiba pada waktu tidur,



2



 Inspeksi menggunakan Otoskop:  Daun telinga : mula-mula dilihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang daun telinga (retro aurikuler) apakah terdapat tanda peradangan atau sikatriks bekas operasi. Dengan menarik daun telinga ke atas dan ke belakang, liang telinga menjadi lebih lurus dan akan mempermudah untuk melihat keadaan liang telinga dan membran timpani.  Membran timpani : Pasien duduk dengan posisi badan condong sedikit ke depan dan kepala lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat liang telinga dan membrana timpani. Pemeriksaaan membrana timpani dilakukan dengan memakai otoskop supaya dapat terlihat dengan lebih jelas. Otoskop dipegang dengan tangan kanan untuk memeriksa telinga kanan pasien dan dengan tangan kiri bila memeriksa telinga kiri. Supaya posisi otoskop ini stabil maka jari kelingking tangan yang memegang otoskop ditekankan pada pipi pasien. Pada bayi/anak kecil akan terlihat berwarna merah muda.  Auskultasi: Dengan stetoskop didengar dan dihitung bunyi pernafasan pasien. Rata-rata frekuensi normal pernafasan pada anak 2-3 tahun adalah 25-35 x/menit.



3.3.1



Pemeriksaan Radiologi



 Radiologi Konvesional tulang temporal



Setelah memperoleh riwayat lengkap dan pemeriksaan telinga tengah dan mastoid yang cermat dengan otoskop, maka dapat diputuskan perlu tidaknya pemeriksaan radiologis tulang temporal . Radiogram konvensional pada tulang temporal khususnya bermanfaat untuk mempelajari mastoid, telinga tengah, labirin dan kanalis akustikus internus. Posisi yang seringkali digunakan adalah posisi Law, Schuller, Mayer, Owens, Towne dan Stenvers



3.3.2



Pemeriksaan pendengaran



Blok 23: Special Sense| MAKALAH MANDIRI



3.3 Pemeriksaan Penunjang



3



 Uji penala Rinne



Uji Rinne dilakukan dengan menggetarkan garpu tala 512 Hz dengan jari atau mengetukkannya pada siku dan lutut pemeriksa. Kaki garpu tala tersebut diletakkan pada lubang mastoid telinga yang diperiksa selama 2-3 detik. Pasien menentukan di tempat mana yang terdengar lebih keras. Jika bunyi terdengar lebih keras bila garpu tala diletakkan di depan liang telinga berarti telinga yang diperiksa normal atau menderita tuli sensorineural. Keadaan seperti ini disebut Rinne positif. Bila bunyi yang terdengar lebih keras di tulang mastoid, maka telinga yang diperiksa menderita tuli konduktif dan biasanya lebih dari 20 dB. Hal ini disebut Rinne negatif.  Uji penala Weber



Uji Weber dilakukan dengan meletakkan kaki penala yang telah digetarkan pada garis tengah wajah atau kepala. Ditanyakan pada telinga mana yang terdengar lebih keras. Pada keadaan normal pasien mendengar suara di tengah atau tidak dapat membedakan telinga mana yang mendengar lebih keras. Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sehat) berarti telinga yang sakit menderita tuli sensineural. Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sakit (lateralisasi ke telinga yang sakit) berarti telinga yang sakit menderita tuli konduktif.



Pemeriksaan ini diperlukan untuk menilai kondisi telinga tengah. Gambaran timpanometri yang abnormal (adanya cairan atau tekanan negatif di telinga tengah) merupakan petunjuk adanya gangguan pendengaran konduktif.



1. DIAGNOSIS 1.1 Working Diagnosis (Diagnosis Kerja) (5,6)



Dari anamnesis diketahui bahwa pasien seorang anak laki-laki berusia 2 tahun datang dengan keluhan tiba-tiba terbangun di tengah malam sambil menangis dan memegangi telinganya menunjukkan adanya rasa sakit dari bagian dalam telinganya. Sejak 3 hari yang lalu anak itu juga menderita demam, batuk



Blok 23: Special Sense| MAKALAH MANDIRI



 Timpanometri(4)



dan pilek.



4



Gejala



OMA Oklusi



OMA Hiperemis



OMA Supuratif



OM Efusi



Terbangun sambil



-



-



+



-



Riwayat ISPA



+



+



+



+/-



Suhu 39,8°C



-



+



+



-



Nadi dan



(?)



(?)



+



(?)



menangis (karena nyeri) dan memegang telinga kanan



pernapasan cepat



Dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan gejala klinik yang ditunjukkan, diagnosis kerja bagi kasus ini adalah otitis media supuratif akut. 1.2 Differential Diagnosis (Diagnosis Banding) (7)  Otitis Media Akut Stadium Hiperemis



Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta sedikit edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat



 Otitis Media Akut Stadium Perforasi



Pada stadium perforasi, anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar akibat membran timpani meruptur karena faktor seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi. 2. ETIOLOGI(8)



Otitis media terjadi karena faktor pertahanan tubuh yang terganggu, adanya infeksi serta sumbatan tuba Eustachius yang disebabkan oleh sekret, tampon dan tumor merupakan faktor penyebab utama. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu,



Blok 23: Special Sense| MAKALAH MANDIRI



eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.



5



sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Kuman penyebab utama OMA ialah bakteri piogenik, seperti : (i)



Streptococcus haemolyticus



(ii)



Staphylococcus aureus



(iii)



Pneumococcus



(iv)



Haemophilus influenza



(v)



Escherichia coli



(vi)



Streptococcus anhemolyticus



(vii)



Proteus vulgaris



(viii) Pseudomonas auruginosa



Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran nafas atas.



3. EPIDEMIOLOGI



Otitis Media Akut (OMA) sering dideritai pada anak, karena tuba Eustachiusnya masih pendek, lebih lebar, dan letaknya lebih horizontal. Haemophilus influenza sering ditemukan pada anak berusia di bawah 5 tahun. 6. PATOFISIOLOGI OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT(9)



Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba



pasien. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (=otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME). Pembagian tersebut dapat terlihat pada Gambar 1.



Blok 23: Special Sense| MAKALAH MANDIRI



Eustachius, enzim dan antibodi. Gejala klinik OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur



6



Gambar 1. Skema pembagian otitis media



Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis media akut = OMA) dan otitis media supuratif kronik (OMSK / OMP). Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis) dan otitis media serosa kronis. Selain itu, terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain ialah otitis media adhesiva. Obtruksi Tuba Eustachius (10)



Gambar 2. Letak tuba Eustachio pada bayi dan anak Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Fungsi tuba ini adalah ventilasi, drenase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke teling tengah. Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam telinga tengah selalu sama dengan



orang dewasa 37,5 mm dan pada anak di bawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Obstruksi tuba dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan di nasofaring, peradangan adenoid atau tumor nasofaring.



Blok 23: Special Sense| MAKALAH MANDIRI



tekanan udara luar. Pada anak, tuba lebih pendek dan kedudukannya lebih horizontal. Panjang tuba



7



Gambar 3. Patogenesis terjadi otitis media akut - otitis media efusi - otitis media supuratif kronik



Perubahan tekanan udara secara tiba-tiba, alergi, infeksi dan sumbatan oleh sekret, tampon, dan tumor menyebabkan terjadi gangguan pada tuba Eustachius. Tekanan dalam telinga tengah menjadi negatif sehingga menyebabkan terjadi efusi di dalam telinga tengah. Pada anak yang mempunyai sistem pertahanan tubuh yang baik akan sembuh, namun pada anak yang tetap terganggu fungsi tubanya tetapi



infeksi kuman, akan terjadi otitis media akut yang bisa sembuh setelah diberikan pengobatan, atau terjadinya otitis efusi atau otitis media supuratif kronik / congek jika terjadinya perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. 7. MANIFESTASI KLINIK(11)



Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5°C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang. Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium yaitu :



Blok 23: Special Sense| MAKALAH MANDIRI



bukan disebabkan infeksi akan melanjut menjadi otitis media efusi. Sedangkan pada adanya disertai



8



(i)



Stadium oklusi Tuba Eustachius



Tanda adanya oklusi tuba Eustachius



ialah gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya



tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorbsi udara. Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa disebabkan oleh virus atau alergi.



(ii)



Stadium Hiperemi (Pre-supuratif)



Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.



(iii)



Stadium Supuratif



Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibattekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat terlihat sebagai daerah



Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak akan menutup kembali.



(iv)



Stadium Perforasi



Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi,



Blok 23: Special Sense| MAKALAH MANDIRI



yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur.



maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang



9



telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut otitis media akut stadium perforasi.



(v)



Stadium Resolusi



Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. Otitis media akut berubah menjadi otitis media supuratif kronis bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya perforasi.



 Telinga berair (Otore)



Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah



 Gangguan pendengaran/pekak (tuli)



Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.



 Nyeri telinga (Otalgia)



Blok 23: Special Sense| MAKALAH MANDIRI



kemungkinan tuberkulosis.



10



Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.  Rasa pusing yang berputar (Vertigo)



Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.  Suara berdenging/berdengung (tinitus) 8. KOMPLIKASI (12)  Mastoiditis



Merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum timpani. Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang-ulang dapat menyebabkan timbulnya perubahan pada mastoid berupa



dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin banyak, yang akhirnya mencari jalan keluar ke arah daerah yang lemah biasanya terletak di belakang telinga, menyebabkan abses subperiosteium. Kelainan pada mastoid dapat berupa reaksi peradangan mukosa, edema dan pada beberapa tempat terjadi ulserasi. Macam mastoiditis ialah :



(i)



Mastoiditis + nanah + jaringan granulasi



(ii)



Mastoiditis + kolesteatoma



(iii) Campuran (i) & (ii) (iv) Mastoiditis yang sklerotik



Gejalanya adalah suhu meningkat dan keluar cairan dari telinga yang banyak. Kadang-kadang tampak



Blok 23: Special Sense| MAKALAH MANDIRI



penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama-kelamaan akan terjadi peradangan tulang (oseitis)



pulsasi cairan. Hal ini disebabkan denyutan pembuluh darah yang diteruskan oleh cairan. Nyeri di belakang telinga, pembengkakan di belakang telinga dan hal ini menunjukkan bahwa proses peradangan



11



telah melampaui korteks, menyebar ke jaringan lunak di atas tulang mastoideus, kemudian terjadi abses di belakang telinga. Adanya abses Bezold, yaitu pembengkakan os zigomatikus dan leher, gejala iritasi vestibular berupa vertigo, nistagmus, mual dan muntah.  Meningitis otogenik



Merupakan salah satu komplikasi dari peradangan telinga tengah. Penyakit ini terbanyak ditemukan pada anak. Hal ini disebabkan jarak antara ruang telinga tengah dengan fossa media relatif pendek pada anak dan dipisahkan oleh masa tipis yang kadang-kadang berpori, tebalnya 3-4 m, disebut tegmen timpani. Tegmen timpani ini dilalui sutura skuamosa. Pada bayi dan anak, sutura ini masih renggang, sehingga duramater fosa media masih berimpit dengan mukosa telinga tengah. Sutura ini sampai anak umur 2 tahun masih dapat terlihat, malahan kadang-kadang menetap sampai tua. Penyebabnya ialah kuman yang menyebabkan otitis media, yaitu Streptococcus, Staphyloccoccus, dan Pneumococcus. Menurut Boies, Streptococcus hemolyticus merupakan kuman penyebab meningitis otogenik tersering (60%), menyusul Staphylococcus aureus dan albus (30%) dan sisanya Streptococcus viridans, Haemophilus influenza dan lain-lain. Gejalanya berupa keadaan umum yang menunjukkan penderita sakit berat, gelisah, mudah terangsang, Suhu tubuh meningkat. Pada anak yang besar nyeri kepala merupakan gejala penting, karena nyeri kepala ini sangat hebat. Menggigil, terutama pada permulaan perjalanan perjalanan penyakit. Didapatkan tanda rangsangan meningeal berupa kaku kuduk.  Abses otak



meningis dan sebagainya. Gejalanya berupa nyeri kepala, demam, muntah, kesadaran menurun, nadi lambat, kejang dan gejala proses desak ruang intrakranial. 10. PENATALAKSANAAN(13)



Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.



10.1 Medikamentosa



Blok 23: Special Sense| MAKALAH MANDIRI



Merupakan komplikasi otitis media dan biasanya terjadi setelah tromboflebitis snius lateral, petrositis,



10.1.1 Terapi Farmakologi



12



 Antibiotika



Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah kuman dan bukan oleh sebab virus atau alergi. Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin tau ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam darah bagi menghindari terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.



Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg BB per hari, dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kg BB/hari. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.  Obat tetes hidung



Obat tetes hidung diberikan terutama untuk membuka kembali tuba Eustachius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Obat yang diberikan adalah HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak kurang dari 12 tahun atau HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk anak yang umur di atas umur 12 tahun dan pada orang dewasa.



10.1.2 Terapi Bedah  Miringotomi(14)



Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang melibatkan tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar terjadi drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Tindakan ini idealnya dilakukan setelah pemberian antibiotika bila membran timpani masih utuh. Untuk melakukan tindakan minringotomi ini beberapa syarat yang harus diperhatikan, yaitu : (i) dilakukan secara a-vue (dilihat langsung) (ii) anak harus tenang dan dapat dikuasai (sehingga membrane timpani terlihat dengan baik) Lokasi miringotomi ialah kuadran posterior-inferior. Untuk tindakan ini haruslah memakai lampu kepala



Blok 23: Special Sense| MAKALAH MANDIRI



 Analgetika



yang mempunyai sinar cukup terang, memakai corong telinga yang sesuai dengan besar liang telinga, dan pisau khusus (miringotom) yang digunakan berukuran kecil dan steril. Dianjurkan untuk melakukan



13



miringotomi dengan narkosis umum dan memakai mikroskop, selain aman, dapat juga untuk mengisap sekret dari telinga tengah sebanyak-banyaknya. Miringotomo hanya dilakukan bila jelas tampak adanya nanah di telinga tengah. Dengan miringotomi, gejala-gejala klinis lebih vepat hilang dan ruptur dapat dihindari. 11. PENCEGAHAN(15)



1. Profilaksis antibiotik. Pengunaan antibiotik dosis rendah selama 6-12 bulan. Namun karena pengunaan antibiotik dosis rendah dihindari, biasanya cara ini dilakukan pada situasi yang tidak biasa. Misalnya pada pasien yang akan menjalani tympanostomy tube replacement karena infeksi berulang. tidak dianjurkan pada pasien dengan otitis media efusi.



2. Perubahan gaya hidup. Penghindaran dari asap rokok dapat mencegah lebih sering timbulnya OMA. Pemberian ASI dan pengurangan penggunaan dot/botol susu juga mengurangi resiko OMA meskipun mekanismenya belum diketahui.2



3. Operasi. Timpanostomi dapat dilakukan kalau sering terjadi infeksi berulang.2



4. Evaluasi imunologi. faktor IgA menaikkan resiko OMA, sinusitis, dan pneumonia.2



5. Vaksin. Pemberian vaksin untuk influenza dan bakteri pneumococcus dibuktikan mampu menurunkan angka kejadian OMA. Transfer antibodi pasif dari ibu ke bayi juga sudah dibuktikan sehingga ada baiknya calon ibu untuk divaksin.2



12. PROGNOSIS Prognosis OMA adalah baik. Gejala akan membaik antara 24-72 jam setelah pengobatan.(16) Relaps biasanya terjadi karena eradikasi yang kurang sempurna. Karena itu pasien dihimbau untuk mengkonsumsi antibiotik secara tepat dan tetap melakukan kontrol meskipun gejala telah membaik.(17)



Blok 23: Special Sense| MAKALAH MANDIRI



Pasien yang sering relaps perlu diperiksa sistem imunnya. Adanya immunodefisiensi terutama



14



13. KESIMPULAN



Otitis media merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid sehingga dapat menyebabkan gangguan pendengaran/tuli pada penderita. Usaha pencegahan dan penanggulangan yang tepat dan cepat dapat menghindari atau



DAFTAR PUSTAKA 1. Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi et all, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok



Blok 23: Special Sense| MAKALAH MANDIRI



mencegah dari terjadinya fatal.



15



Kepala dan Leher. Dalam : Zainul A. Djaafar, Helmi, Ratna D. Restuti, Definisi Otitis Media. Edisi Keenam Cetakan ke-IV, 2010 Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; h65. 2. Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi et all, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala dan Leher. Dalam : Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi, Anamnesis Otitis Media. Edisi Keenam Cetakan ke-IV, 2010 Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; h1-3. 3. Siegel LG, Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Anamnesis dan pemeriksaan kepala dan leher, penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam: Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC: Jakarta; 1997. 4-11, 88-117. 4. Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi et all, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala dan Leher. Dalam : Ronny Suwento, Semiramis Zizlavsky dan Hendarto Hendramin, Pemeriksaan Timpanometri. Edisi Keenam Cetakan ke-IV, 2010 Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; h35. 5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penyakit telinga bagian luar. Dalam: Hasan R, Alatas H, editor. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Volume 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. h918. 6. Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi et all, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala dan Leher. Dalam : Ronny Suwento, Semiramis Zizlavsky dan Hendarto Hendramin, Otitis Media Supuratif Akut. Edisi Keenam Cetakan ke-IV, 2010 Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; h35. 7. Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi et all, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala dan Leher. Dalam : Zainul A. Djaafar, Helmi, Ratna D. Restuti, Otitis Media Stadium Hiperemis dan Perforasi. Edisi Keenam Cetakan ke-IV, 2010 Jakarta : Fakultas Kedokteran



8. Siegel LG, Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Etiologi Otitis Media. Dalam: Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC: Jakarta; 1997. 4-11, 88-117. 9. Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi et all, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala dan Leher. Dalam : Zainul A. Djaafar, Helmi, Ratna D. Restuti, Patofisiologi Otitis Media Supuratif Akut. Edisi Keenam Cetakan ke-IV, 2010 Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; h66-7. 10. Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi et all, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala dan Leher. Dalam : Zainul A. Djaafar, Helmi, Ratna D. Restuti, Obstruksi Tuba Eustachius. Edisi Keenam Cetakan ke-IV, 2010 Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; h64-5.



11. Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi et all, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok



Blok 23: Special Sense| MAKALAH MANDIRI



Universitas Indonesia; h66-7.



Kepala dan Leher. Dalam : Zainul A. Djaafar, Helmi, Ratna D. Restuti, Manifestasi Klinik Otitis



16



Media. Edisi Keenam Cetakan ke-IV, 2010 Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; h64-5. 12. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Komplikasi Otitis Media. Dalam: Hasan R, Alatas H, editor. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Volume 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000. h921-2. 13. Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi et all, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala dan Leher. Dalam : Zainul A. Djaafar, Helmi, Ratna D. Restuti, Penatalaksanaan Otitis Media. Edisi Keenam Cetakan ke-IV, 2010 Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; h67-8. 14. Prof. Dr. Efiaty Arsyad Soepardi et all, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok Kepala dan Leher. Dalam : Zainul A. Djaafar, Helmi, Ratna D. Restuti, Terapi Bedah Miringotomi . Edisi Keenam Cetakan ke-IV, 2010 Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; h68-9. 15. Siegel LG, Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Pencegahan Otitis Media. Dalam: Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC: Jakarta; 1997. 4-11, 88-117. 16. Nelson WE, Behram RE, Kliegman R, Arvin AM. Infeksi streptokokus. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC; 2008.p.929. 17. Gelfand SA. Middle ear disorder : otitis media. Essential of audiology, 3rd Ed. New York : Thieme



Blok 23: Special Sense| MAKALAH MANDIRI



Medical Publisher Inc.;2009.p.172-6.



17