P1 Pemeriksaan Syaraf Refleks-2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMERIKSAAN SYARAF / REFLEKS



Disusun Oleh : Lutvi E



I1C018051



Sabila Hoirun N



I1C018055



Wiwi Astuti



I1C018067



Faradina Qorina Nadzif



I1C018071



Vania Fauziyah



I1C018087



Nindya R



I1C018097



Asisten : Hawariyyun Sastranegara G1A016033



LABORATORIUM FISIOLOGI KEDOKTERAN UMUM UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2018



BAB I PENDAHULUAN



A. Judul Praktikum Pemeriksaan Syaraf / Refleks



B. Waktu, Tanggal Praktikum Hari/ Tanggal



: Rabu, 21 November 2018



Pukul



: 15.00 – 17.00 WIB



C. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui mekanisme terjadinya refleks 2. Mengetahui definisi pemeriksaan refleks 3. Melakukan prosedur pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis dengan benar 4. Menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan refleks 5. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan refleks fisiologis



D. Dasar Teori Refleks adalah responss apapun yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar. Jalur – jalur saraf yang berperan dalam pelaksanaan aktivitas refleks dikenal sebagai lengkung refleks, yang biasanya mencakup lima komponen dasar : 1. Reseptor 2. Jalur aferen 3. Pusat integrasi 4. Jalur eferen 5. Efektor



(Sherwood, 2001)



Aktivitas di lengkung refleks berawal di reseptor sensorik dengan potensial reseptor yang besarnya setara dengan kekuatan rangsangan. Hal ini menghasilkan potensial aksi tuntas-atau-gagal di saraf aferen,dengan jumlah potensial aksi setara dengan ukuran potensial reseptor. Di sistem saraf pusat (SSP), respons kembali mengalami gradasi dari segi potensial pascasinaps eksitatorik (EPSP) dan potensial pascasinaps inhibitorik (IPSP) di taut sinaps. Respons tuntas–ataugagal (potensial aksi) terbentuk di saraf eferen. Ketika mencapai efektor, respons ini kembali menghasilkan respons tergradasi. Jika efektornya adalah otot polos,respons-respons saling menjumlahkan untuk menghasilkan potensial aksi di otot polos,tetapi jika efektornya adalah otot rangka maka respons tergradasi telah adekuat untuk menghasilkan potensial aksi yang menyebabkan kontraksi otot.hubungan antara neuron aferen dan eferen di SSP,dan aktivitas di lengkung refleks dimodifikasi oleh banyak masukan yang berkonvergensi di neuron eferen atau di setiap sinaps yang terdapat dalam lengkung refleks( Ganong, 2009 ). Medulla spinalis atau sumsum tulang belakang bermula pada medulla oblongata, menjulur kea rah kaudal melalui foramen magnum, dan berakhir diantara vertebrae lumbalis pertama dan kedua. Disini medulla spinalis meruncing sebagai konus medularis, dan kemudian sebuah sambungan tipis dari pia mater disebut filum terminale, yang menembus kantung dura meter, bergerak menuju koksigis. Sumsum tulang belakang berukuran panjang sekitar 45cm ini, pada bagian depannya dibelah sebuah fisura anterior yang dalam, sementara bagian belakang dibelah sebuah fisura yang sempit. Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, yaitu penebalan servikal dan penebalan lumbal.Dari penebalan ini, pleksus-pleksus saraf bergerak guna melayani anggota badan atas dan bawah dan fleksus dari daerah toraks membentuk saraf-saraf interkostalis (Pearce, 2006).



Gerak refleks merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat



terkena debu, menarik kembali tangan dari benda panas yang menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja.Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan sadr, misalnya bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan benda panas itu.Saraf-saraf spinal.Tiga puluh satu saraf sumsum tulang belakang muncul dari segmen-segmen medulla spinalis melalui dua akar, akar anterior dan akar posterior.Serabut saraf motorik membentuk akar entrior yang berpadu dengan serabut saraf sensorik pada akar posterior guna bersama membentuk saraf spinalis gabungan.Penyatuan ini terjadi sebelum serabut saraf itu melintasi foramen intervertebrali, tetapi segera setelah itu membagi diri lagi menjadi serabut primer anteriordan serabut primer posterior. Serabut primer posterior melayani kulit dan oto punggung sedang serabut primer anterior membentuk berbagai cabang yang menjadi fleksus saraf anggota gerak dan membentuk saraf-saraf interkostalis pada daerah torax ( Pearce, 2009). E. Metode Pemeriksaan 1. Refleks Biseps 2. Refleks Triseps 3. Refleks Patela 4. Reflek Achilles F. Alat Bahan -



Palu refleks



G. Cara Kerja 1. Refleks Biseps 1) Pasien duduk, 2) Letakkan lengan pasien di atas tangan pemeriksa, 3) Lengan rileks, 4) Ketokan pada jari pemeriksa pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku.



2. Refleks Triseps 1) Pasien duduk dengan rileks, 2) Lengan pasien diletakkan di atas lengan pemeriksa, 3) Pukullah tendon triseps melakui fosa olekrani. 3. Refleks Patela 1) Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai, 2) Raba daerah kanan - kiri tendon untuk menentukan daerah yang tepat, 3) Ketuk tendon patela dengan palu refleks. 4. Refleks Achilles 1) Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai, 2) Fleksikan tungkai bawah sedikit,, kemudian pegang kakipada ujungnya untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki, 3) Raba daerah belakang tungkai bawah untuk menemukan daerah yang tepat, 4) Ketuk tendon achilles dengan palu refleks.



BAB II ISI dan PEMBAHASAN



A. Hasil Probandus 1 Nama



: Wiwi Astuti



Jenis Kelamin



: Perempuan



Umur



: 19 tahun



No. Macam-macam gerak refleks



Gerak refleks Fleksi Ekstensi



1



Refleks Biceps







-



2



Refleks Triceps



-







3



Refleks Patella



-







4



Refleks Achilles







-



Probandus 2 Nama



: Vania Fauziyah



Jenis Kelamin



: Perempuan



Umur



: 17 tahun



No. Macam-macam gerak refleks



Gerak refleks Fleksi Ekstensi



1



Refleks Biceps







-



2



Refleks Triceps



-







3



Refleks Patella



-







4



Refleks Achilles







-



B. Pembahasan Pada percobaan pemukulan pada bagian patella, kaki bergerak kedepan seolah menendang, dan pada saat membaca, tendangan atau gerakan kaki lebih kuat. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan,pada waktu lutut praktikan dipukul, maka lutut memberikan respon dengan adanya gerakan refleks yaitu dengan menggerakan lututnya. Refleks pada lutut ini disebut refleks sumsum tulang belakang, karena saraf penghubungnya terletak di dalam sumsum tulang belakang. Pada pemeriksaan refleks biseps didapatkan bahwa refleks biseps didapat melalui peregangan tendon biseps pada saat siku dalam keadaan fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu tangan sambil menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu refleks pada tendon fosa cubiti. Respons normal adalah fleksi pada siku dan kontraksi biseps. Pada pemeriksaan refleks triseps didapatkan bahwa untuk menimbulkan refleks triseps, lengan pasien difleksikan pada siku dan diposisikan di samping badan. Pemeriksa menyokong lengan pasien dan mengidentifikasi tendon triseps. Pemukulan langsung pada tendon fosa olekrani normalnya menyebabkan kontraksi otot triseps dan ekstensi siku. Pada pemeriksaan refleks achilles didapatkan bahwa refleks achilles didapatkan dengan mengetok tendon achilles dengan posisi kaki menjuntai dan telapak kaki ditumpu oleh tangan pemeriksa. Respon normalnya fleksi kaki karena kontraksi m.gastrocnemius.



C. Aplikasi Klinis Motor Neuron Disease (MND) adalah suatu Penyakit ini unik karena ditemukannya tanda-tanda Upper Motor Neuron (UMN) dan Lower Motor Neuron (LMN) secara bersamaan pada seorang penderita. Pada MND dijumpai adanya degenerasi progresif yang khas dari medulla spinalis, batang otak dan korteks serebri. Gejala klinisnya bervariasi dengan gambaran khas



berupa disfungsi safar tipe UMN maupun LMN. Penyebab pastinyabelum diketahui. Berbagai macam obat telah dicoba dan diteliti, tetapi sampai saat ini tidak ada satupun yang efektif.(Ramby,2004) Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang sering dijumpai. Stroke iskemik dapat terjadi berdasarkan 3 mekanisme yaitu trombosis serebri, emboli serebri dan pengurangan perfusi sitemik umum. Trombosis serebri adalah obstruksi aliran darah yang terjadi pada proses oklusi satu atau lebih pembuluh darah lokal. Emboli serebri adalah pembentukan material dari tempat lain dalam sistem vaskuler dan tersangkut dalam pembuluh darah tertentu sehingga memblokade aliran darah. Pengurangan perfusi sistemik dapat mengakibatkan kondisi iskemik karena kegagalan pompa jantung atau proses perdarahan atau hipovolemik (Caplan,2000). Stroke hemoragik terjadi akibat pecahnya pembuluh darah baik di dalam jaringan otak yang mengakibatkanperdarahan intraserebral, atau di ruang subarakhnoid yang menyebabkan perdarahan subarakhnoid (Heart and Stroke Foundation, 2003).



BAB III KESIMPULAN



1. Mekanisme gerak refleks disebut juga lengkung refleks. Terdiri dari organ reseptor, neuron aferen, area sentral di SSP (medulla spinalis) neuron eferen, dan organ reseptor. 2. Refleks terdiri dari dua jenis yaitu Refleks fisiologis dan refleks patologis. Refleks fisiologis adalah refleks yang harus terjadi pada orang normal. Sementara refleks patologis adalah refleks yang terjadi pada orang abnormal. 3. Pemeriksaan refleks fisiologis terdiri dari pemeriksaan refleks bisep, trisep, brakhioradialis, periosteum radialis, periosteum ulnaris, dan patella. Sedangkan refleks patologis terdiri dari refleks hoffman tromer, refleks grasping, refleks snouting, refleks babinski, refleks oppenheim, refleks gordon, refleks schaefer, refleks caddock. Dimana terjadi konsolidasi refleks babinski pada refleks oppenheim, gordon, schaefer, dan refleks caddock. 4. Pada probandus yang normal, refleks fisiologis berupa sebagai berikut: a. Refleks Bisep berupa fleksi pada siku dan kontraksi bisep b. Refleks Trisep berupa ekstensi siku dan kontraksi trisep disendi siku c. Refleks Brakhioradialis berupa gerakan menyentak pada radius d. Refleks Periosteum Radialis berupa fleksi lengan bawah dan supinasi tangan e. Refleks Periosteum Ulnaris berupa pronasi tangan f. Refleks patella berupa kontraksi otot kuadrisep dan ekstensi lutut



5. Pada probandus yang abnormal, refleks patologis akan muncul berupa sebagai berikut: a. Refleks babinski berupa normalnya kontraksi jari kaki bergerak fleksi, abnormalnya ibu jari bergerak dorsofleksi sedangkan keempat jari lainnya abduksi. b. Refleks hoffman tromer berupa ibu jari adduksi dan jari-jari tangan adduksi. c. Grasping refleks berupa menggenggam jari tangan pada orang yang abnormal. d. Refleks snouting berupa timbul respon refleks menyusu.



DAFTAR PUSTAKA Caplan, R. 2000. Caplan ‘ s Stroke : a Clinical Approach . 3 rd ed : Buterworth – Heinemann: Boston. Ganong,W.F.2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC. Heart and Stroke Foundation. 2003. Let’s Talk About Stroke: An Information Guide for Survivors and Their Families. Ottawa. Mardiani,Elita.2006.Faktor-faktorRisikoPrenataldanPerinatalKejadia CerebralPalsy (Studi Kasus di YPAC Semarang). http://eprints.undip.ac.id/15503/1/Elita_Mardiani.pdf.



Diakses pada 26 November



2018 Pearce,Evelyn.2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia. Rambe, Adly S. 2004. Motor Neuro. Disease : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sherwood, Laura Iee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.