P5 - Laporan Praktikum Farmakologi Ii [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II MATERI PRAKTIKUM 5 ANALISIS EFEK TOKSISITAS AKUT OBAT PADA HEWAN UJI



DISUSUN OLEH : KELAS



: IV B FARMASI



KELOMPOK



: KLOTER A3/KELOMPOK 3



NAMA ANGGOTA



: 1. SIFA RADIANA P. 2. SUSTRININGSIH K.



(P27241020118) (P27241020119)



3. UMAHATUL KIROM (P27241020120) 4. UUN ROCHMAWATI (P27241020121) HARI/ TGL PRAKTIKUM : SENIN/ 11 APRIL 2022 DOSEN PEMBIMBING



: apt. Nur Atikah, M.Sc. Muhammad Anugerah Alam W., M.Si., Apt



PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA JURUSAN FARMASI PRODI DIII FARMASI 2021/2022



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI.................................................................................................................i BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1 A. Latar Belakang.................................................................................................1 B. Tujuan Praktikum............................................................................................2 C. Manfaat Praktikum..........................................................................................2 BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................................3 A. Tinjauan Bahan Obat.......................................................................................3 B. Mencit................................................................................................................5 BAB III METODE PRAKTIKUM............................................................................8 A. Alat.....................................................................................................................8 B. Bahan.................................................................................................................8 C. Cara Kerja.........................................................................................................8 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................11 A. Hasil dan Data Praktikum.............................................................................11 B. Pembahasan....................................................................................................12 C. Lembar Kegiatan Mahasiswa........................................................................15 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................19 A. Kesimpulan......................................................................................................19 B. Saran................................................................................................................19 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20 LAMPIRAN...............................................................................................................21



Belum fiks



i



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toksisitas adalah kemampuan suatu bahan atau senyawa kimia untuk menimbulkan kerusakan pada saat mengenai bagian dalam atau permukaan tubuh yang peka. Untuk dapat mengetahui informasi efek toksik dari suatu obat atau bahan tertentu, maka dapat diperoleh dari percobaan menggunakan hewan uji sebagai model yang dirancang pada serangkaian uji toksisitas yang meliputi uji toksisitas akut oral, toksisitas subkronis oral, toksisitas kronis oral teratogenisitas, sensitisasi kulit, iritasi mata, iritasi akut dermal, iritasi mukosa vagina, toksisitas akut dermal, dan toksisitas subkronis dermal. Pemilihan uji tersebut, tergantung dari tujuan penggunaan suatu zat dan kemungkinan terjadinya risiko akibat pemaparan pada manusia. Banyak faktor dapat mempengaruhi validitas hasil uji toksisitas diantaranya faktor dari sediaan uji, penyiapan sediaan uji, hewan uji, dosis, teknik dan prosedur pengujian, serta kemampuan SDM sehingga sangat diperlukan pemahaman terhadap bermacam-macam faktor tersebut. Informasi awal terhadap bahan yang akan diuji toksisitasnya akan sangat mempengaruhi hasi uji toksisitas, oleh karena ini penting untuk menyediakan informasi yang akurat terhadap sampel uji toksisitas. Informasi itu dapat berupa : 1. Sediaan uji yang berupa zat kimia memerlukan informasi berikut: a. Identitas bahan b. Sifat fisiko- kimia c. Kemurnian d. Kadar cemaran 2. Sediaan uji yang berupa simplisia tanaman obat memerlukan informasi berikut: a. Nama latin dan nama daerah tanaman b. Deskripsi daerah penanaman c. Bagian tanaman yang digunakan d. Pemerian simplisia e. Cara pembuatan dan penanganan simplisia f. Kandungan kimia simplisia



1



Beberapa Faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan Uji Toksisitas: 1. Dosis Uji Dosis uji harus disesuaikan dengan dosis penggunaan yang lazim pada manusia. Dosislain meliputi dosis dengan faktor perkalian tetap yang mencakup dosis yang setara dengan dosis penggunaan lazim pada manusia sampai mencapai dosis yang dipersyaratkan untuk tujuan pengujian atau sampai batas dosis tertinggi yang masih dapat diberikan pada hewan uji. 2. Kelompok Kontrol Pada setiap percobaan digunakan kelompok kontrol yang diberi pelarut/pembawa sediaan uji tanpa sampel uji dan dapat juga digunakan kelompok kontrol tanpa perlakuan tergantung dari jenis uji toksisitas. 3. Cara Pemberian Sediaan Uji Misalnya peroral (PO), topikal, injeksi intravena (IV), injeksi intraperitoneal (IP), injeksi subkutan (SK), injeksi intrakutan (IK), inhalasi, melalui rektal dll. 4. Hewan Uji Kriteria hewan yang digunakan dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut: No. Jenis Hewan Bobot Minimal Umur 1 Mencit 20 g 6-8 minggu 2 Tikus 120 g 6-8 minggu 3 Marmut 250 g 4-5 minggu 4 Kelinci 1800 g 8-9 minggu Tabel 1.1 Kriteria hewan uji yang digunakan dalam uji toksisitas (Atikah dan Muhammad, 2022). B. Tujuan Praktikum Mahasiswa mampu memberikan obat sesuai rute pemberian pada hewan uji mencit (Mus musculus L). C. Manfaat Praktikum 1. Setiap mahasiswa mampu memahami dan menberikan obat sesuai rute pemberian pada hewab uji mencit (Mus musculus L). 2. Mahasiswa paham dan mampu menghitung konversi dosis pada hewan uji.



2



BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Bahan Obat 1.



Golongan Obat Antikonvulsan, Barbiturat (Medscape, 2022). Antiepilepsi (BPOM RI, 2017).



2.



Sifat Fisika Kimia Obat Rumus struktur:



Gambar 2.1 Struktur Kimia Fenobarbital (Depkes RI, 2020) Rumus molekul



: C12H12N2O3



Berat molekul



: 232,24



Nama IUPAC



: Asam 5-etil-5-fenilbarbiturat



Sinonim



: Phenobarbitalum, fenobarbital, luminal, phenobarbital



Pemerian



: Hablur atau serbuk hablur; putih tidak berbau; rasa agak pahit



Kelarutan



: Sangat sukar larut dalam air; larut dalam etanol (95%) P, dalam eter P, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat



Titik lebur



: 174 sampai 178



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik



Khasiat penggunaan



: Hipnotikum, sedativum



Dosis maksimum



: Sekali 300 mg, sehari 600 mg (DepKes RI, 1979). 3



3.



Mekanisme Kerja Obat Menekan korteks sensorik dan motorik, serebelum. Aktivitas antiseizure terjadi terutama di mana GABA memediasi neurotransmisi. Efek hipnotis barbiturat dihasilkan dari aktivitas pada reseptor GABA di formasi reticular otak tengah polisinaps (mengendalikan gairah SSP). Penggunaan



di



luar



label



untuk



hiperbilirubinemia:



Fenobarbital



menginduksi glukuronil transferase dan protein Y pengikat bilirubin hepatik untuk menurunkan konsentrasi bilirubin serum (Medscape, 2022). 4.



Indikasi Epilepsi, semua jenis, kecuali petit mal, status epileptikus (BPOM RI, 2017).



5.



Kontraindikasi Depresi pernapasan berat, porfiria (BPOM RI, 2017).



6.



Dosis dan Bentuk Sediaan Oral: 60-180 mg (malam). Anak: 5-8 mg/kg BB/ hari Injeksi intramuskular/ intravena, 50-200 mg, ulang setelah 6 jam bila perlu, maksimal 600 mg/hari. Encerkan dalam air 1:10 untuk intravena Bentuk sediaan: tablet 30 mg, 100 mg (BPOM RI, 2017).



7.



Cara Pemakaian Minum obat ini melalui mulut dengan atau tanpa makanan, biasanya sekali sehari sebelum tidur untuk mengontrol kejang, atau seperti yang diarahkan oleh dokter Anda. Ambil dengan makanan atau susu jika sakit perut terjadi. Jika Anda menggunakan obat ini dalam bentuk cair, ukur dosisnya dengan hati-hati menggunakan alat/cangkir pengukur khusus. Jangan gunakan sendok rumah tangga karena Anda mungkin tidak mendapatkan dosis yang tepat. Dosis didasarkan pada kondisi medis Anda, kadar fenobarbital darah, dan respons terhadap pengobatan. Dosis pada anak-anak mungkin juga didasarkan pada berat badan. Ikuti instruksi dokter Anda dengan hati-hati. Jangan mengonsumsi obat ini lebih atau kurang dari yang ditentukan. Mungkin perlu beberapa minggu



4



untuk mencapai dosis terbaik untuk Anda dan mengendalikan kejang Anda sepenuhnya. Obat ini bekerja paling baik ketika jumlah obat dalam tubuh Anda dijaga pada tingkat yang konstan. Minumlah pada waktu yang sama setiap hari. Jangan berhenti minum obat ini (dan obat antikonvulsan lainnya) tanpa berkonsultasi dengan dokter Anda. Kejang Anda dapat memburuk atau menyebabkan kejang yang sangat parah yang sulit diobati (status epileptikus) ketika obat ini tiba-tiba dihentikan. Jika Anda tiba-tiba berhenti menggunakan obat ini, Anda mungkin mengalami gejala penarikan (seperti kecemasan, halusinasi, kedutan, kesulitan tidur). ). Penarikan dari fenobarbital bisa parah dan termasuk kejang dan (jarang) kematian. Untuk membantu mencegah penarikan, dokter Anda mungkin menurunkan dosis Anda secara perlahan. Penarikan lebih mungkin terjadi jika Anda telah menggunakan fenobarbital untuk waktu yang lama atau dalam dosis tinggi. Beri tahu dokter atau apoteker Anda segera jika Anda mengalami penarikan. Meskipun obat ini membantu banyak orang, obat ini terkadang dapat menyebabkan kecanduan. Risiko ini mungkin lebih tinggi jika Anda memiliki gangguan penggunaan zat (seperti penggunaan berlebihan atau kecanduan obat-obatan/alkohol). Minum obat ini persis seperti yang ditentukan untuk menurunkan risiko kecanduan. Fenobarbital hanya boleh digunakan untuk waktu yang singkat untuk kecemasan atau tidur. Bicarakan dengan dokter Anda jika obat ini berhenti bekerja dengan baik. Beri tahu dokter Anda jika kecemasan atau kontrol kejang Anda memburuk (seperti jumlah kejang meningkat) (Medscape, 2022). 8.



Efek Samping Mengantuk, letargi, depresi mental, ataksia, nistagmus, iritabel dan hiperaktif pada anak: agitasi, resah dan bingung pada lansia; reaksi alergi pada kulit, hipoprotrom binemia, anemia megaloblastik (BPOM RI, 2017).



9.



Interaksi Obat Peningkatan efek sedatif pada pengunaan bersama alkohol (BPOM RI, 2017). Beberapa produk yang dapat berinteraksi dengan obat ini meliputi: darunavir, etravirine, orlistat, rilpivirine. Obat ini dapat mempercepat pembuangan obat lain dari tubuh Anda, yang dapat memengaruhi cara



5



kerjanya. Contoh obat yang terpengaruh termasuk artemeter/lumefantrine, asunaprevir, atazanavir, cobicistat, lurasidone, ranolazine, sofosbuvir, sorafenib, vorikonazol, penghambat saluran kalsium tertentu seperti felodipine/nimodipine. Phenobarbital sangat mirip dengan primidon. Jangan menggunakan obat yang mengandung primidon saat menggunakan fenobarbital (Medscape, 2022). B. Mencit Mencit (Mus musculus) adalah hewan coba yang mudah ditangani. Ia bersifat penakut, fotofobia, cenderung berkumpul sesamanya, serta lebih aktif di malam hari dari pada siang hari. Aktivitas mencit dapat terganggu dengan keberadaan manusia. Suhu tubuh normal 37,4°C dan laju respirasi normal 163 kali per menit (Refdanita, dkk., 2018).



C. Toksisitas Toksisitas akut didefinisikan sebagai efek berbahaya yang terjadi dala waktu singkat setelah pemberian obat dalam waktu 24 jam hingga beberapa hari umumnya 3-14 hari, tergantung gejala yang ditimbulkan. Dewasa ini, penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik didalam maupun didalam negeri semakin berkembang pesat. Penelitian yang berkembang terutama pada segini farmakologi maupun fitokimia berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang telah digunakan sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji secara empiris. Hasil penelitian tersebut tentunya telah memantapkan para pengguna tumbuhan obat atas khasiat maupun kegunaannya (Masfufah, dkk., 2018). Pengujian toksisitas akut dengan menggunakan hewan percobaan diperlukan untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemberian suatu zat dalam dosis tunggal atau dosis berulang yang diberikan secara dalam waktu tidak lebih dari 24 jam; apabila pemberian dilakukan secara berulang, maka interval waktu tidak kurang dari 3 jam. Hasil toksisitas akut dievaluasi berdasarkan kriteria bahaya dari GHS (Globally Harmonised Classification System for Chemical Substances and Mixtures) yang tercantum dalam Thirteenth Addendum to The OECD Guidelines for The Tesing of Chemicals (2001). Kriteria penggolongan menurut OECD (2001) digunakan untuk penentuan kategori toksisitas akut 6



bahan kimia seperti pestisida serta untuk pelabelannya (Atikah dan Muhammad, 2022). Tabel 2.1 Kriteria penggolongan toksisitas menurut OECD (pada tikus) Dosis (mg/ kg/ BB)



Kematian 2 dari ekor mati



5 5



2 dari 5 ekor



2



1 ekor dengan gejala toksisitas dan



3



tidak ada kematian 2 dari 5 ekor mati



3



1 ekor dengan gejala toksisitas dan atau



4



1 mati



2 dari 5 ekor mati



2000 2000



2



toksisitas dan tidak ada kematian



300 300



1



1 ekor menunjukkan gejala



50 50



Kategori



4



1 ekor dengan gejala toksisitas dan tidak ada kematian Tidak ada gejala toksisitas



5 5/ unclassified



Sedangkan untuk obat, obat tradisional dan bahan lainnya (Generally Recognized As Safe/GRAS) seperti bahan pangan, penentuan kategori toksisitas akut digunakan penggolongan klasifikasi seperti pada tabel berikut: Tabel 2.2 Kriteria penggolongan toksisitas (Hodge dan Sterner, 1995) Tingkat Toksisitas



LD50 oral (pada tikus) 1 mg/ kg



1 2 3 4 5



1-50 mg 50-500 mg 500-5000 mg 5-15 g



6



15 g



Klasifikasi Sangat toksik Toksis Toksik sedang Toksik ringan Praktis tidak toksik Relatif tidak membahayakan (Atikah dan Muhammad, 2022).



D. Metode Uji Toksisitas Akut



7



Pada awalnya toksistas akut diuji menggunakan metode konvensional, namun metode ini mempunyai kelemahan yaitu hewan uji yang dibutuhkan dalam menentukan parameter akhir cukup banyak, dimana bertentangan dengan animal welfare. Oleh karena itu pada tahun 1984 telah dibuat metode alternatif dimana hewan yang digunakan jumlahnya lebih sedikit yaitu metode Up and Down Procedure, Fixed Dose Method dan Toxic Class Method (Atikah dan Muhammad, 2022). Metode Alternatif ini merupakan revisi metode OECD tahun 1984 untuk mendapatkan jalan pintas dalam mengklasifikasikan senyawa kimia. Pada metode alternatif, hanya menggunakan satu jenis kelamin hewan uji. Hal ini disebabkan karena dari literatur tidak ada perbedaan nilai LD50 yang signifikan akibat perbedaan jenis kelamin, tetapi pada keadaan yang berbeda nilai LD50 umumnya jenis kelamin betina lebih sensitif, maka pada uji alternatif hanya menggunakan hewan betina. Jumlah hewan yang digunakan pada uji alternatif lebih sedikit dibandingkan dengan metode konvensional. Dalam pedoman ini hanya dibahas uji toksisitas akut metode konvensional dan Fixed Dose Method (Atikah dan Muhammad, 2022).



8



BAB III METODE PRAKTIKUM A. Alat 1. Batang pengaduk 2. Beaker 3.



Erlenmeyer



4.



Gelas ukur



5.



Hot plate



6. Mixer 7. Spoit 1 mL 8. Spoit oral 9. Stopwatch 10. Timbangan analitik 11. Timbangan berat badan 12. Kertas perkamen B. Bahan 1. Alkohol 70% 2. Aqua destilata 3. Natrium CMC 4. Fenobarbital



C. Cara Kerja 1. Cara Pembuatan Natrium CMC 1%



9



2. Cara Pembuatan Suspensi Fenobarbital 1,56% b/v



3. Metode Uji Toksisitas Konvensional



10



11



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Data Praktikum 1. Perhitungan Konversi Dosis Fenobarbital a. Dosis lazim fenobarbital 480 mg b. Konversi dosis BB 20 g



1) Kelompok III Konversi dosis BB 23 g



Dosis ini diberikan dalam volume Dibuat larutan persediaan sebanyak Jumlah fenobarbital yang digunakan



% kadar fenobarbital



Fenobarbital yang diberikan pada mencit:



12



2) Kelompok I Konversi dosis BB 27 g



Dosis ini diberikan dalam volume Dibuat larutan persediaan sebanyak Jumlah fenobarbital yang digunakan



% kadar fenobarbital



Fenobarbital yang diberikan pada mencit:



3) Kelompok II Konversi dosis BB 25,88 g



13



Dosis ini diberikan dalam volume Dibuat larutan persediaan sebanyak Jumlah fenobarbital yang digunakan



% kadar fenobarbital



Fenobarbital yang diberikan pada mencit:



4) Kelompok IV Konversi dosis BB 18 g



Dosis ini diberikan dalam volume Dibuat larutan persediaan sebanyak Jumlah fenobarbital yang digunakan



14



% kadar fenobarbital



Fenobarbital yang diberikan pada mencit:



5) Perhitungan Kontrol Na. CMC Volume yang diberikan: 0,2 mL Dosis untuk BB Mencit: 24,38 g



2. Tabel Hasil Praktikum Gejala Toksisitas Fenobarbital Kelomp ok



Kontrol



Waktu (s)



Perna pasan



Atak sia



Nistag mus



Dia re



Urin asi



Sali va



5



+



-



-



-



-



-



10



+



-



-



+



-



-



20



+



-



-



-



+



-



40



-



-



-



-



-



-



80



-



-



-



-



+



-



120



-



-



-



-



-



-



15



Juml ah Hewa n Mati



0



I Fenobar bital 0,1 mL/ 30 g BB II Fenobar bital 0,2 mL/ 30 g BB III Fenobar bital 0,4 mL/ 30 g BB IV Fenobar bital 0,8 mL/ 30 g BB



5



-



+



+



-



-



-



10



+



+



+



-



-



-



20



+



+



+



-



-



-



40



+



+



+



-



-



-



80



+



+



+



+



-



-



120



-



-



-



+



-



-



5



+



-



-



-



+



+



10



+



-



-



-



-



+



20



+



-



-



-



-



+



40



+



+



-



+



-



-



80



+



-



-



+



-



+



120



+



-



-



+



+



-



5



+



+



+



-



-



-



10



+



+



-



-



-



-



20



+



+



-



-



-



+



40



+



+



+



-



-



+



80



+



+



+



-



-



+



120



+



+



+



-



-



+



5



-



-



-



-



-



-



10



+



+



-



-



-



+



20



+



+



+



-



-



+



40



+



+



+



-



-



+



80



+



+



+



+



+



+



120



+



+



+



+



+



+



Tabel 4. 1 Hasil pengamatan gejala toksisitas fenobarbital pada mencit



B. Pembahasan C. Lembar Kegiatan Mahasiswa 1. Carilah 1 artikel penelitian tentang toksisitas obat pada hewan uji! Jawaban:



2. Analisis/ review tentang gejala toksisitasnya dan cara perhitungan toksisitas! 16



0



0



0



0



Jawaban:



3. Hitunglah LD50 jika diketahui urutan kematian per kelompok adalah 0,1,3,5 dan dosis lazim obat pada manusia 200 mg! Jawaban: Diketahui = D (dosis yang diberikan)



200 mg/ kg



d (log kelipatan dosis)



dosis diberikan dengan kelipatan 2x, jadi log 2 = 0,301



r (urutan kematian per kelompok)



karena hewan yang mati, pada kelompok 1 = 0, kelompok 2 = 1, kelompok 3 = 3, dan kelompok 4 = 5, maka urutannya = 0,1,3,5



f (faktor kematian pada tabel Weil)



menurut tabel Weil untuk urutan 0,1,3,5 faktor f = 0,7



Ditanya: Nilai LD50? Jawab: Perhitungan LD50:



17



Jadi, LD50 pada fenobarbital adalah 649,680 mg/kg atau 0,6496 g/kg.



18



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Mahasiswa dapat memberikan rute pemberian obat secara sub kutan, oral dan intra peritoneal serta dapat menghitung konversi dosis yang akan digunakan pada hewan uji (mencit). 2. .



B. Saran



19



DAFTAR PUSTAKA



Atikah, N., Muhammad, A. A. W., 2022. Petunjuk Praktikum Farmakologi II. Jurusan Farmasi Prodi DIII Farmasi, Poltekkes Kemenkes Surakarta, Klaten. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI)., 2017. Fenobarbital (Fenobarbiton), dalam: Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta: BPOM RI, KOPERPOM dan CV Sagung Seto, hal. 400. BPOM RI., 2020. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Tentang Pedoman Uji Toksisitas Praklinik Secara in Vivo. Journal of Chemical Information and



Modeling,



53(9),



hal.



21–25.



Available



at:



http://www.elsevier.com/locate/scp. Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 481. Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 582. Medscape,



2022,



‘Drug



&



Diseases’.



URL:



https://reference.medscape.com/drug/phenobarbital-343017 (diakses tanggal 15 April 2022). Nuryati., 2017. BAHAN AJAR REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN (RMIK) FARMAKOLOGI. Tahun 2017. Edited by N. S. Mustofa, Dina, Nurul Fitriana. Jakarta: PUSAT PENDIDIKAN SUMBER DAYA MANUSIA



KESEHATAN,



PEMBERDAYAAN



BADAN



SUMBER



DAYA



PENGEMBANGAN MANUSIA



DAN



KESEHATAN,



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Refdanita, dkk., 2018. Petunjuk dan Paket Materi Praktikum Farmakologi. Fakultas Farmasi Institut Sains Dan Teknologi Nasional Jakarta, hal. 1–50. Available at: http://repository.istn.ac.id/444/1/MODUL PRAKT NOSI_JULI 2020.pdf.



20



LAMPIRAN



Dokumentasi Kegiatan Praktikum



Gambar 1 Penimbangan mencit jantan 1



Gambar 2 Penimbangan mencit jantan 2



Gambar 3 Penimbangan mencit jantan 3



Gambar 4 Pemberian obat dengan rute sub kutan pada mencit jantan 1



21



Gambar 5 Pemberian obat dengan rute oral pada mencit jantan 2



Gambar 6 Pemberian obat dengan rute intra peritoneal pada mencit jantan 3



22



23