Paper Karakteristik Lahan Basah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Karakteristik Lahan Basah



2017 KARAKTERISTIK LAHAN BASAH



OLEH :



MURIADY 1709200300003 WULAN WINDARI 1709200300008 PROGRAM S2 MAGISTER PENGELOLAAN LINGKUNGAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA



0



Karakteristik Lahan Basah



KARAKTERISTIK LAHAN BASAH



A. Pengertian Lahan Basah Lahan basah adalah istilah kolektif tentang ekosistem yang pembentukannya dikuasai air, dan proses serta cirinya terutama dikendalikan air. Suatu lahan basah adalah suatu tempat yang cukup basah selama waktu cukup panjang bagi pengembangan vegetasi dan organisme lain yang teradaptasi khusus (Maltby, 1986). Lahan basah ditakrifkan (define) berdasarkan tiga parameter, yaitu hidrologi, vegetasi hidrofitik, dan tanah hidrik (Cassel, 1997). Lahan basah atau wetland adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal. Digolongkan



ke



dalam



lahan



basah



ini,



di



antaranya,



adalah rawa-



rawa (termasuk rawa bakau), paya, dan gambut. Air yang menggenangi lahan basah dapat tergolong ke dalam air tawar, payau atau asin. Pengertian lain menyatakan bahwa Lahan basah adalah wilayah daratan yang digenangi air atau memiliki kandungan air yang tinggi, baik permanen maupun musiman. Ekosistemnya mencakup rawa, danau, sungai, hutan mangrove, hutan gambut, hutan banjir, limpasan banjir, pesisir, sawah, hingga terumbu karang. Lahan ini bisa ada di perairan tawar, payau maupun asin, proses pembentukannya bisa alami maupun buatan. Sedangkan menurut Konvensi Ramsar, pengertian lahan basah adalah Area rawa, lahan gambut atau air, baik alami atau buatan, permanen atau sementara, dengan air yang statis atau mengalir, segar, payau atau asin, termasuk area air laut dengan kedalaman saat surut tidak melebihi enam meter. Lahan basah merupakan wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan kebanyakan ekosistem. Di atas lahan basah tumbuh berbagai macam tipe vegetasi (masyarakat tetumbuhan), seperti hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, hutan bakau, paya rumput dan lain-lain. Margasatwa penghuni lahan basah juga tidak kalah beragamnya, mulai dari yang khas lahan basah sepertibuaya, kura-kura, biawak, ular, aneka jenis kodok, dan pelbagai macam ikan; hingga ke ratusan jenis burungdan mamalia, termasuk pula harimau dan gajah.



1



Karakteristik Lahan Basah



Gambar 1.



Lahan Basah



Sumber :



Wikipedia.com



B.



Karakteristik Lahan



Basah Luas



lahan



basah di Indonesia diperkirakan 20,6 juta ha atau sekitar 10,8dari luas daratan Indonesia. Pada umumnya lahan basah dikelola menjadi areal pertanian ataupun perkebunan. Sebagian besar lahan basah dimanfaatkan masyarakat untuk budi daya tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, karet, disusul tanaman pangan meliputi padi, jagung, selanjutnya tanaman hortikultura buah Sekitar 9,53 juta lahan basah di Indonesia berpotensi untuk lahan pertanian, dengan rincian 6 juta ha berpotensi untuk tanaman pangan dan 4,186 juta ha telah direklamasi untuk berbagai penggunaan terutama transmigrasi (Rahmi obin, dkk. 2015). Luasnya lahan basah yang telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan pemukiman menjadikan lahan ini dapat mengalami kerusakan jika tidak dikelola dengan tepat dan terpadu. Penggunaan lahan basah harus direncanakan dan dirancang secara cermat dengan asas tata guna lahan berperspektif jangka panjang. Lahan basah menjadi sangat peka terhadap perubahan yang dilakukan manusia karena lahan basah memiliki peran penting bagi kehidupan manusia dan margasatwa lain. Fungsi lahan basah tidak hanya untuk sumber air minum dan habitat beraneka ragam makhluk, tapi memiliki fungsi ekologis seperti pengendali banjir, pencegah intrusi air laut, erosi, pencemaran, dan pengendali iklim global. Dengan demikian, kehati-hatian dan pengelolaan tepat guna sangat diperlukan dalam pengelolaan lahan basah. Ekosistem lahan basah terdiri dari dua jenis, yaitu lahan basah alami (rawa, hutan gambut, hutan mangrove, paya, dan lain-lain) dan lahan basah buatan. Tiap lahan basah tersusun atas sejumlah komponen fisik, kimia, dan hayati, seperti air, tanah, spesies tumbuhan dan hewan, serta unsur hara. Ciri-ciri yang berkaitan dengan 2



Karakteristik Lahan Basah



komponen fisik, kimia dan hayati tidak sama antara lahan basah yang satu dengan yang lain (Notohanagoro, 1996). Suatu lahan dapat disebut lahan basah jika memenuhi salah satu atau lebih dari tiga kondisi berikut :  Pertama, secara periodik terdapat tanaman air.  Kedua, merupakan areal yang cukup basah dalam jangka waktu yang lama.  Ketiga, secara permanen dalam keadaan jenuh. Lahan Basah Alami a. Rawa Rawa adalah daerah rendah yang tergenang air dan pada umumnya permukaan air rawa selalu dibawah atau sama dengan permukaan air laut, sehingga airnya selalu mengegenang dan permukaan airnya selalu tertutup oleh tumbuhan air. Rawa atau rawa-rawa terkadang sangat sulit dibedakan dengan sungai, terkadang ada sungai yang seperti dengan Rawa, dimana sungai tersebut jika dilihat sangat mirip dengan rawa, padahal banyak sekali perbedaan antara rawa dan sungai, Dalam proses terbentuknya rawa juga sangat harus diketahui agar dapat mengetahui jelas tentang rawa. Karakteristik rawa adalah :  Dilihat dari air rawa adalah airnya asam dan berwarna coklat sampai 



kehitam-hitaman. Berdasarkan tempatnya, Rawa-rawa ada yang terdapat di pedalaman



 



daratan tetapi banyak pula yang terdapat di sekitar pantai. Air rawa disekitar pantai sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut Pada saat air laut pasang permukaan rawa tergenang banyak dan saat air







surut daerah ini kering. Rawa di tepi pantai ini banyak ditumbuhi oleh pohon bakau sedangkan yang ada di daerah pedalaman banyak dtumbuhi palem nipah (Sejenis







palem ). Rawa tersebut selalu digenangi air karena kekurangan drainase atau



  



letaknya lebih rendah dari daerah sekitarnya. kurang baik untuk mengairi tanaman, bagian dasar rawa terdapat banyak gambut. Pada daerah rawa pada umumnya banyak terdapat sarang nyamuk malaria, namun hal ini dapat diberantas dengan membuat perikanan di daerah rawarawa tersebut.



3



Karakteristik Lahan Basah



Ga mbar 2. Rawa Sum ber : Wikipedia.com



b. Lahan Gambut Lahan gambut didefinisikan sebagai lahan dengan tanah jenuh air, terbentuk dari endapan yang berasal dari penumpukkan sisa-sisa (residu) jaringan tumbuhan masa lampau yang melapuk, dengan ketebalan lebih dari 50 cm (Rancangan Standar Nasional Indonesia-R-SNI, Badan Sertifikasi Nasional, 2013). Adapun karakteristik dari lahan gambut adalah : Sifat dan ciri tanah gambut dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik dan kimianya. Sifat Fisik dan kimia tersebut berupa:  Warna. Gambut berwarna coklat tua sampai kehitaman, meski bahan dasarnya berwarna kelabu, cokelat atau kemerah-merahan, tetapi setelah 



mengalami dekomposisi muncul senyawa humik berwarna gelap; Berat isi. Berat isi tanah organik bila dibandingkan tanah mineral adalah rendah. Tanah gambut yang telah mengalami dekomposisi lanjut memiliki







berat isi berkisar antara 0,2 – 0,3; Kapasitas menahan air. Akibat berat isi yang rendah, maka gambut memiliki kapasitas menyimpan air yang besar, sekitar 2 – 4 kali dari berat bobot keringnya, bahkan gambut lumut yang belum terdekomposisi dapat menyimpan air 12 atau 15 bahkan 20 kali dari bobotnya sendiri; 4



Karakteristik Lahan Basah







Sifat kolidal. Tanah gambut memiliki luas adsorbsi yang besar, yaitu







sampai 4 kali lebih besar dibanding liat montmorillonit; Reaksi masam. Dekomposisi bahan organik akan akan menghasilkan asam-asam organik yang terakumulasi pada tubuh tanah, sehingga akan







meningkatkan keasaman tanah gambut; Sifat penyangga. Umumnya tanah gambut memperlihatkan daya resistensi yang nyata terhadap perubahan pH bila dibandingkan dengan tanah mineral. Akibatnya, tanah gambut membutuhkan lebih banyak kapur untuk menaikkan pH pada tingkat nilai yang sama dengan tanah mineral. Begitupun tanah gambut membutuhkan dosis pupuk yang lebih tinggi dari







tanah mineral; Kadar unsur hara. Kadar N dan bahan organik tinggi pada tanah gambut juga mempunyai perbandingan C dan N yang tinggi, namun walaupun demikian prosis nitrifikasi N juga tinggi, akibat tingginya kadar N, cukup Ca dan tidak aktifnya sebagian karbon dari bahan yang resisten, sehingga kegiatan



organisme heterotropik tidak



terlalu



dirangsang,



akibatnya



organisme yang aktif dalam proses nitrifikasi memperoleh kesempatan melakukan aktifitasnya. Selain itu, kadar P dan K tanah gambut umumnya rendah dibanding tanah mineral, oleh sebab itu tanaman yang diusahakan diatas tanah gambut sangat respon terhadap pemupukan P dan K.



5



Karakteristik Lahan Basah



Gambar 3. Hutan Gambut Sumber : wikipedia.com



c. Hutan Mangrove Hutan mangrove juga disebut hutan bakau atau hutan air payau. Hutan bakau tumbuh subur di daerah pantai berlumpur yang terlindung, terutama pada daratan menjorok ke laut. Di hutan ini zonasi jenis-jenis pohon yang mendominasi hampir sejajar dengan garis pantai. Adapun ciri-ciri hutan bakau sebagai berikut.  Jenis tanahnya berlumpur, berlempung, atau berpasir dengan bahan-bahan 



yang berasal dari lumpur, pasir, atau pecahan karang. Lahannya tergenang air laut secara berkala setiap hari sampai daerah yang







hanya tergenang saat pasang purnama. Mendapat cukup pasokan air tawar dari darat yang berfungsi untuk







menurunkan salinitas serta menambah pasokan unsur hara dan lumpur. Airnya payau dengan salinitas antara 2–22 ppm (1 ppm = 0,05%) atau asin dengan salinitas mencapai 38 ppm.



Indonesia memiliki hutan bakau terluas di dunia, kemudian disusul Nigeria, Meksiko, dan Australia. Menurut perkiraan, luas hutan bakau di Indonesia mencapai 4,25 juta hektare (Giesen, 1993). Sekarang luas tersebut sudah mengalami penyusutan akibat berbagai alih fungsi lahan menjadi lahan 6



Karakteristik Lahan Basah



pertambakan, pertanian, dan permukiman. Hutan bakau terluas di Indonesia terdapat di Papua (58%), Sumatra (19%), dan Kalimantan (16%).



Gambar 4. Hutan Mangrove (Bakau) Sumber : wikipedia.com



d. Paya Paya atau disebut juga paya-paya adalah sejenis lahan basah yang terbentuk dari lapangan yang sering atau selalu tergenang oleh air. Paya adalah rawa dangkal yang terutama ditumbuhi oleh rerumputan seperti wlingi, mendong,



gelagah,



atau terna sejenis bakung,



teratai dan



sebangsanya.



Terkadang ada, namun jarang, adalah tumbuhan berkayu yang lambat tumbuh. Lingkungan paya mungkin digenangi oleh air tawar, payau atau asin. Paya bisa



jadi



merupakan



seperti mangrove atau



bagian hutan



dari ekosistem yang



rawa



gambut.



Atau,



lebih



besar,



merupakan



wilayah ekoton (peralihan) antara danau, sungai dan hutan rawa air tawar. Wilayah yang berpaya-paya ini seringkali kaya akan jenis-jenis ikan, sehingga menjadi habitat yang penting bagi pelbagai margasatwa, terutama burung



7



Karakteristik Lahan Basah



burung



merandai, bebek liar



serta angsa liar.



Juga



berjenis



jenis buaya dan reptil lainnya seperti ular sanca dan anakonda. Lahan Basah Buatan Lahan basah buatan (human-made wetlands) adalah suatu ekosistem lahan basah yang terbentuk akibat intervensi manusia, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Lahan basah buatan yang pembentukannya disengaja, biasanya dibuat untuk memenuhi berbagai kepentingan tertentu; misalnya untuk meningkatkan produksi lahan pertanian dan perikanan, pembangkit tenaga listrik, sumber air, atau untuk meningkatkan keindahan bentang alam bagi keperluan pariwisata. Sedangkan lahan basah buatan yang pembentukannya tidak disengaja umumnya memiliki tujuan pemanfaatan yang kurang jelas; misalnya genangan air yang terbentuk di lahan-lahan bekas kegiatan tambang. Dalam perkembangannya, lahan basah buatan dapat mengalami suksesi sehingga tampak seperti ekosistem alami (Wibowo et al., 1996). Klasifikasi Habitat Lahan Basah Buatan : a. Klasifikasi habitat lahan basah buatan berdasarkan Sistem Klasifikasi Ramsar (Ramsar Convention on Wetlands, The, 2004): 1. Kolam budidaya organisme air (misalnya: ikan dan udang). 2. Kolam; termasuk kolam-kolam pertanian, kolam bibit, dan tangki-tangki air berukuran kecil (umumnya di bawah 8 Ha). 3. Lahan teririgasi; termasuk saluran irigasi dan sawah. 4. Lahan pertanian yang tergenang air secara musiman; termasuk padang rumput berumput basah yang dikelola secara intensif. 5. Lahan eksploitasi garam, meliputi ladang penguapan dan pendulangan garam. 6. Area penampungan air; misalnya: bendungan/waduk, bendung, dan tandon. 7. Lubang/kolam di area pertambangan; yaitu lubang/kolam yang terbentuk akibat kegiatan pertambangan (misalnya: pertambangan batu, kerikil, dan batu bara). 8. Area pengolahan air limbah; meliputi saluran pembuangan air limbah, kolam sedimentasi, kolam oksidasi, dsb. 9. Kanal, saluran drainase, dan parit. b. Klasifikasi habitat lahan basah buatan berdasarkan IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dalam Dugan, 1990: 1. Budidaya perairan/perikanan  Kolam budidaya perikanan, termasuk kolam ikan dan udang. 8



Karakteristik Lahan Basah



2. Pertanian  Kolam, termasuk kolam pertanian, kolam pembibitan, dan bak- bak penampungan air.  Lahan beririgasi dan saluran irigasi.  Lahan yang tergenangi secara musiman. 3. Eksploitasi garam  Lahan pendulangan garam 4. Urban/industri  Penggalian, termasuk lubang galian dan tambang yang tergenangi air  Daerah pengolahan limbah termasuk penampungan limbah, kolam pengolahan, dan kolam oksidasi limbah. 5. Daerah penampungan air  Penampungan/reservoir air untuk irigasi dan/atau untuk air minum.  Dam-dam air dengan fluktuasi air mingguan atau bulanan secara teratur



DAFTAR PUSTAKA



Cassel, D.K. 1997. Foreword. Dalam: M.J. Vepraskas & S.W. Sprecher (eds.), Aquic Conditions and Hydric Soils: The Problem Soils. SSSA Special Publication Number 50. h vii. Maltby, E. 1986. Waterlogged wealth. An Earthscan Paperback. London. 198 h. Rahmi, ombin dkk. 2015. engelolaan Lahan Basah Terpadu di Desa Mulia Sari Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin. ISSN .08534217. http://journal.ipb.ac.id/index .php/ JIPI.EISSN 24433462. Rifani, Muhammad. 1998. Karakteristik Ekosistem Pertanian Lahan Basah. Ditjen Dikti Depdikbud. http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/en/berita-terbaru-topmenu58/937-gamb4 https://freelearningji.wordpress.com/2013/03/20/tanah-gambut/ 9



Karakteristik Lahan Basah



https://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_bakau https://id.wikipedia.org/wiki/Lahan_basah https://id.wikipedia.org/wiki/Paya https://jurnalbumi.com/lahan-basah/ http://www.unesco.org/csi/intro/mangrove.htm Tanggal Akses : 17 februari 2016, 12.00 WIB



10