Paradigma Ritel Tradisional [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I MANAJEMEN RITEL Paradigma Ritel Tradisional, Lingkup, dan Proses Perencanaan Rotel Modern 1.1.



Paradigma Ritel Tradisional Paradigma ritel tradisional merupakan pandangan yang menekankan pengelolaan



ritel dengan menggunakan pendekatan konvensional dan tradisional. Melalui pendekatan paradigma konvensional dan tradisional, bisnis ritel dikelola dengan cara-cara yang lebih menekankan pada “apa yang bisa disiapkan oleh pengusaha namun kurang memperhatikan bagaimana kebutuhan dan keinginan konsumen untuk dipahami dan bahkan berusaha untuk dipenuhi”. Beberapa ciri dari paradigma pengelolaan ritel tradisional adalah sebagai berikut: 1.



Kurang Memilih Lokasi Lokasi merupakan faktor yang sangat penting dipertimbangkan dalam pengelolaan ritel. Mengingat sekali keputusan pilihan lokasi ditetapkan maka akan diikuti oleh konsekuensi investasi maupun strategi yang kompleks. Paradigma pengelolaan ritel tradisional seringkali dihadapkan pada pilihan yang sulit untuk memutuskan lokasi ritel karena terkendala permodalan, sehingga penetapan lokasi yang strategis menjadi salah satu hal yang dipandang dapat dikorbankan. Pengelolaan ritel tradisional sering memutuskan untuk memilih lokasi yang saat itu telah dimiliki atau kebetulan telah tersedia, misalnya lokasi rumah yang telah dimiliki dan digunakan sekaligus sebagai tempat usaha ritelnya. Dengan demikian aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi strategis seringkali terabaikan dalam konteks pengelolaan ritel tradisional.



2.



Tidak Memperhitungkan Potensi Pembeli Pengukuran dan prediksi potensi pembeli merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya, bahkan sangat terkait satu dengan yang lain. Pemilihan lokasi juga mempertimbangkan potensi pembeli pada lokasi tersebut. Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengukur dan memprediksi potensi pembeli dalam wilayah



tertentu. Potensi pembeli seharusnya dipahami juga sebagai banyaknya jumlah pembeli potensial yang sekaligus memiliki daya beli atau kemampuan membeli. Namun dalam konteks pengelolaan ritel tradisional seringkali hal ini diabaikan. 3.



Jenis Barang Dagangan yang Tidak Terarah Salah satu aspek daya tarik bisnis ritel bagi pelanggan adalah keragaman barang dagangan baik dari sisi banyaknya jenis klasifikasi barang dagangan maupun variasi merek untuk setiap kategori barang dagangan. Dalam konteks ritel tradisional



hal



ini



seringkali



diabaikan.



Pengelolaan



barang



dagangan



(merchandising) yang terarah sesuai dengan segmen pasar yang dilayani seringkali dikorbankan dalam pengelolaan ritel tradisional karena terkendala kurangnya kemampuan dan posisi tawar (bargaining) peritel dalam membangun relasi bisnis dengan para suplier. Peritel tradisional seringkali dihadapkan pada pilihan yang sulit saat supplier menawarkan berbagai barang dagangan yang tidak sesuai dengan segmen pasar yang dilayani namun memberikan tawaran termin pembayaran yang cukup panjang jangka waktunya dan menarik program promosinya. 4.



Tidak Ada Seleksi Merek Pelanggan ritel telah menjadi sasaran iklan dari produsen barang dagangan dengan merek-merek tertentu. Dengan demikian pelanggan akan mencari produk tersebut pada ritel-ritel yang dipandang akan menyediakan merek-merek tersebut. Ritel tradisional terkendala dalam melakukan seleksi merek barang dagangan mereka untuk menyediakan merek-merek favorit pelanggan karena mereka tidak mempunyai bargaining yang kuat dalam hal penyeleksian merek barang dagangan yang akan ditawarkan bagi pelanggan.



5.



Kurang Memperhatikan Pemasok Seleksi terhadap pemasok atau suplier merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam bisnis ritel. Pemasok yang baik akan memperhatikan: kualitas barang dagangan, kesinambungan pengiriman untuk menjaga ketersediaan barang dagangan di toko maupun mekanisme pembayaran barang dagangan. Dalam



konteks ritel tradisional seleksi atas tiga hal yang telah disebutkan untuk menyeleksi pemasok kurang mendapat perhatian, khususnya dalam hal jaminan kualitas dan ketersediaan barang dagangan. Seringkali ritel tradisional lebih mementingkan faktor lunaknya mekanisme pembayaran barang dagangan dalam melakukan seleksi terhadap pemasok atau suplier. 6.



Melakukan Pencatatan Penjualan Sederhana Sebagian besar ritel tradisional melakukan pencatatan penjualan secara sederhana,



bahkan



banyak



peritel



tradisional



yang



tidak



melakukan



pencatatan penjualan sama sekali. Pencatatan penjualan penting dilakukan sebagai upaya untuk melakukan kontrol dan evaluasi terhadap penjualan. Namun peritel tradisional seringkali terkendala oleh kurangnya pengetahuan teknik pencatatan penjualan maupun kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya untuk melakukan pencatatan penjualan secara kontinyu dan berkesinambungan. 7.



Tidak Melakukan Evaluasi Terhadap Keuntungan Per Produk Sebagai implikasi lanjutan dari tidak terarahnya barang dagangan dan tidak dilakukannya pencatatan penjualan, maka ritel tradisional dihadapkan pada kendala untuk melakukan evaluasi terhadap keuntungan per produk. Padahal evaluasi terhadap keuntungan per produk barang dagangan yang ditawarkan pada pelanggan merupakan dasar untuk dapat menetapkan strategi pengelolaan ritel dengan lebih komprehensif.



8.



Cash Flow Tidak Terencana Pengelolaan aliran dana tunai merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis ritel. Kesuksesan ritel akan sangat tergantung pada ketersediaan dan keragaman barang dagangan, apabila aliran dana tunai tidak terencana dengan baik maka peritel tidak akan mampu menjamin ketersediaan barang dagangan bagi pelanggannya. Mengapa kendala cash flow yang tidak terencana seringkali dihadapi oleh ritel tradisional? Hal ini terkait dengan masih banyaknya peritel tradisional yang memberikan kesempatan pelangganya untuk tidak membayar secara tunai



(berhutang), maupun tidak dipisahkannya pembukuan toko dengan keluarga sehingga seringkali modal toko tersedot untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga. 9.



Pengembangan Bisnis Tidak Terencana Kondisi ritel tradisional yang terkendala karena rendahnya kontrol dan mekanisme untuk melakukan evaluasi usaha mengakibatkan peritel tradisional seringkali tidak mampu melakukan perencanaan yang matang dalam melakukan pengembangan bisnisnya.



1.2.



Paradigma Ritel Modern Pola perilaku belanja pelanggan yang sedikit demi sedikit berubah, perlu direspon



secara aktif oleh peritel untuk dapat mempertahankan keberlanjutan usahanya dalam jangka panjang. Pelanggan sangat memperhatikan hal-hal yang terkait dengan nilai tambah terhadap kenyamanan mereka dalam melakukan aktivitas belanja mengingat berubahnya pandangan



bahwa



belanja



merupakan



aktivitas



rekreasi,



maupun



pemenuhan



keanekaragaman kebutuhan mereka dalam satu lokasi (one stop shoping). Paradigma ritel modern merupakan pandangan yang menekankan pengelolaan ritel dengan menggunakan pendekatan modern di mana konsep pengelolaan peritel lebih ditekankan dari sisi pandang pemenuhan kebutuhan konsumen yang menjadi pasar sasarannya. Beberapa ciri dari paradigma pengelolaan ritel modern adalah sebagai berikut : 1.



Lokasi Strategis Merupakan Faktor Penting Dalam Bisnis Ritel Lokasi merupakan faktor yang sangat penting dipertimbangkan dalam pengelolaan ritel, mengingat sekali keputusan pilihan lokasi ditetapkan maka akan diikuti oleh konsekuensi investasi maupun strategi yang kompleks. Pilihan lokasi dalam suatu area perdagangan seperti mall dan plaza banyak dipertimbangkan dalam paradigma ritel modern dewasa ini dengan mempertimbangkan banyak aspek, antara lain: kemudahan akses oleh pelanggan, keamanan dan fasilitas yang lebih terjamin baik bagi peritel, pelanggan, maupun pemenuhan terhadap kebutuhan pelanggan yang menginginkan one stop shopping. Dengan demikian aspek-aspek



yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi strategis tidak boleh terabaikan dalam konteks pengelolaan ritel modern. Peritel modern sangat menyadari bahwa sekali keputusan lokasi ditetapkan maka akan berimplikasi pada biaya investasi dan keputusan tersebut adalah keputusan dalam orientasi jangka panjang. 2.



Prediksi Cermat Terhadap Potensi Pembeli Pengukuran dan prediksi potensi pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam pengelolaan ritel modern. Dalam memutuskan pemilihan lokasi, peritel juga harus mempertimbangkan potensi pembeli pada lokasi tersebut. Potensi pembeli dapat dievaluasi sekaligus terkait dengan daya beli atau kemampuan belanja. Dengan demikian potensi pembeli dapat dilihat dari dua perspekstif, yaitu perspektif kuantitas atau jumlah pembeli potensial maupun dari perspektif kualitas atau kemampuan/daya beli pembeli potensial.



3.



Pengelolaan Jenis Barang Dagangan Terarah Dalam konteks ritel modern pengelolaan jenis barang dagangan yang terarah merupakan hal yang sangat strategis dan penting. Pengelolaan barang dagangan (merchandising) yang terarah harus disesuaikan dengan segmen pasar yang dilayani dan hal ini akan berimplikasi terhadap strategi bauran ritel yang akan ditetapkan oleh peritel yang memiliki paradigma pengelolaan ritel modern.



4.



Seleksi Merek yang Sangat Ketat Ritel modern seringkali mematok untuk menyiapkan merek-merek produk barang dagangannya yang mempunyai pangsa pasar yang cukup besar (biasanya merek-merek yang mempunyai peringkat lima teratas dalam hal penguasaan pangsa pasar). Hal ini dilakukan dengan tujuan menyeleksi barang dagangan mereka untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam hal penyediaan merek-merek favorit pelanggan.



5.



Seleksi Ketat Terhadap Pemasok Seleksi terhadap pemasok atau suplier merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam bisnis ritel. Pemasok yang baik akan memperhatikan: kualitas barang dagangan, kesinambungan pengiriman untuk menjaga ketersediaan barang dagangan di toko, maupun mekanisme pembayaran barang dagangan. Dalam konteks ritel modern seleksi atas tiga hal yang telah disebutkan untuk menyeleksi pemasok mendapat perhatian yang sangat besar, khususnya dalam hal jaminan kualitas dan ketersediaan barang dagangan. Ritel modern memiliki posisi tawar (bargaining) yang cukup besar untuk dapat melakukan seleksi terhadap supliernya, mengingat suplier yang dapat memasok ritel-ritel modern dan besar juga dapat menggunakan referensi tersebut dalam mengembangkan bisnisnya menjadi lebih maju.



6.



Melakukan Pencatatan Penjualan Dengan Cermat Paradigma ritel modern mensyaratkan untuk melakukan pencatatan dengan cermat berangkat dari pemikiran bahwa bisnis ritel adalah bisnis yang sangat detail dan hanya memiliki margin keuntungan yang sangat kecil. Dengan demikian sebagian besar ritel yang memiliki paradigma ritel modern melakukan pencatatan penjualan dengan cermat bahkan dengan bantuan perangkat lunak (software) yang memungkinkan melakukan pencatatan ribuan transaksi penjualan setiap harinya. Kondisi ini mutlak dilakukan oleh peritel mengingat jumlah item produk yang mencapai jumlah puluhan ribu pada ritel modern tidak memungkinkan lagi ditangani dengan mekanisme pencatatan penjualan secara manual.



7.



Melakukan Evaluasi Terhadap Keuntungan Per Produk Evaluasi terhadap keuntungan per produk barang dagangan yang ditawarkan pada pelanggan merupakan dasar untuk dapat menetapkan strategi pengelolaan ritel dengan lebih komprehensif. Melalui evaluasi keuntungan per produk, peritel dapat mengklasifikasikan mana produk-produk yang tergolong sebagai produk cepat laku (fast moving product) dan mana yang dikelompokkan sebagai produk yang kurang laku (slow moving product).



8. Cash flow Terencana Pengelolaan aliran dana tunai merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis ritel. Kesuksesan ritel akan sangat tergantung pada ketersediaan dan keragaman barang dagangan. Apabila aliran dana tunai tidak terencana dengan baik maka peritel tidak akan mampu menjamin ketersediaan barang dagangan bagi pelanggannya. Paradigma ritel modern yang berpandangan bahwa cash flow harus terencana



biasanya



memiliki



sistem



dan



prosedur



yang



mendukung



perencanaan cash flow dengan baik. 9.



Pengembangan Bisnis Terencana Arah pengembangan bisnis ritel modern direncanakan dengan baik dan berkesinambungan dalam jangka panjang. Hal ini terkait dengan investasi besar yang harus disiapkan dalam bisnis ritel modern maupun dukungan sistem informasi dan pengelolaan yang handal dan memungkinkan untuk melakukan pengembangan bisnis ritel dengan terencana Tabel 1.1. Perbedaan Paradigma Pengelolaan Ritel dan Modern Paradigma Ritel Tradisional



Paradigma Ritel Modern



Kurang memilih lokasi



Pemilihan lokasi sangat diperhatikan



Tidak memperhitung potensi pembeli



Potensi pembeli diprediksi dan terus dievaluasi



Jenis barang dagangan tidak terarah



Jenis barang dagangan terfokus dan disesuaikan dengan target pasar



Tidak ada seleksi merek



Seleksi merek barang dagangan ketat



Kurang memperhatikan pemasok



Ketat melakukan seleksi terhadap pemasok



Pencatatan penjual sangat sederhana



Penjualan dicatat dan dipelajari



Keuntungan per produk tidak



Keuntungan per produk dievaluasi untuk



dievaluasi



menetapkan strategi bauran ritel



Melayani hutang



Penjualan secara tunai/credit card



Kurang memperhatikan efisiensi



Sangat memerhatikan efisiensi



Cash flow tidak terencana



Cash flow sangat terencana



Keuangan tercampur dengan keuangan Terpisah dengan jelas keluarga Pengembangan bisnis tidak terencana



Pengembangan bisnis terencana



Sumber: Olahan Penulis, 2006 1.3.



Pendorong Pertumbuhan Bisnis Ritel Modern Industri ritel berubah sangat cepat. Perubahan tersebut terjadi karena munculnya



faktor pendorong pertumbuhan bisnis ritel modern maupun perubahan tuntutan konsumen terhadap kenyamanan dan pelayanan yang lebih tinggi. Beberapa perubahan yang penting dan mendukung pertumbuhan bisnis ritel modern dewasa ini adalah: 1.



Meningkatkan Konsentrasi Industri Saat jumlah dan jenis format ritel meningkat, maka jumlah pesaing dalam tiap format akan cenderung menurun. Hal ini terjadi sebagai akibat banyak ritel yang harus keluar dari format tersebut (dampak adanya persaingan) dan masuk pada format ritel lain yang dinilai belum jenuh tingkat persaingan maupun karena mereka akan terpecah dalam konsentrasi frmat ritel yang lebih banyak dan beragam. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi berbagai industri.



2.



Globalisasi Saat ini, knsep ritel yang berhasil di negara asal mereka, telah berkembang secara global. Beberapa faktor yang mendororng globalisasi yang dilakukan para ritel internasional tersebut antara lain: a. Pasar domestic yang semakin dewasa b. Keahlian dan sistem (skill and system) c. Penghalang perdagangan (trade barrier)



3.



Penggunaan Berbagai Cara dan Media Untuk Berinteraksi Dengan Konsumen Peritel mempunyai cara yang berbeda dalam berinteraksi dengan konsumen yang menjadi target pasarnya. Hal yang menjadi faktor penentu cara peritel barinteraksi dengan konsumen adalah kemajuan teknologi maupun keberagaman



jenis format ritel. Ritel dengan format tanpa toko (non-store) akan banyak mengoptimalkan kemajuan teknologi informasi untuk berinteraksi denga konsumen. Contohnya Amazon.com adalah toko yang berinteraksi dengan konsumen malalui situs internet (web site). Sedangkan ritel dengan format toko (store retailer) seperti makro, Matahari maupun Giant, lebih mengoptimalkan pengunaan katalog maupun direct mail untuk berinteraksi dengan konsumen. 1.4.



Fungsi Utama yang Dijalankan Oleh Ritel Keberadaan bisnis ritel selain berimpliksi terhadap perkembanga bisnis lain



sebenarnya juga menjalankan beberapa fungsi. Funsi yag dijalankan ritel dipandang dari sisi konsumen adalah dapat meningkatkan nilai prduk dan jasa yang mereka jual pada konsumen. Funsi tersebut adalah sebagai berikut: 1.



Menyediakan Berbagai Jenis Produk Dan Jasa. Konsumen selalu mempunyai pilihan sendiri terhadap berbagai jenis produk dan jasa. Untuk itu, dalam fungsinya sebagai peritel, mereka berusaha menyediakan beraneka ragam produk dan jasa yang dibutuhkan konsumen.



2.



Memecah (Breaking Bulk). Memecah (breaking bulk) di sini berarti memecah beberapa ukuran produk menjadi lebih kecil, yang akhirnya menguntungkan produsen dan konsumen.



3.



Penyimpan Persediaan. Fungsi utama ritel adalah mempertahankan persediaan yang sudah ada, sehingga produk akan selalu tersedia saat konsumen menginginkannya.



4.



Penyedia Jasa. Dengan adanya ritel, maka konsumen akan mendapat kemudahan dalam mengkonsumsi produk-produk yang dihasilkan produsen.



5.



Meningkatkan nilai produk dan jasa. Dengan adanya beberapa jenis barang atau jasa, maka untuk suatu aktivitas pelanggan dapat ditingkatkan manfaat yang diperoleh oleh pelanggan dari nilai yang diperoleh dari produk/jasa tersebut.



1.5.



Keunggulan Bersaing Berkelanjutan Dalam Bisnis Ritel Mengembangkan keungugulan bersaing berarti ritel membangun sebuah dinding di



sekitar posisinya pada pasar ritel. Hal ini membuat para pesaing sulit keluar dari dinding atau pembatas untuk menghubungkan konsumen pada target pasar ritel. 1.



Loyalitas Konsumen Loyalitas konsumen berarti bahwa konsumen bersedia untuk berbelanja di lokasi ritel. Dasar yang digunakan untuk mempertahankan keunggulan barang bersaing, juga membantu menarik perhatian dan mempertahankan para konsumen yang loyal Gambar 1.2. Keunggulan Bersaing Berkelanjutan (Sustainabel Cmpetitive Advantage) Sumber: Levi & Weitz (2004) Kesetiaan Konsumen Lokasi



Layanan Konsumen Keunggulan Bersaing yang Berkelanjutan



Manajemen SDM



Hubungan para Pedagang



Barang Daganga yang Unik



Sistem Distibusi dan informasi



Beberapa cara dalam membangun loyalitas adalah dengan : a. Mengembangkan strategi yang jelas dan tepat b. Menciptakan hubungan emosionla dengan para konsumen melalui program loyalitas



Gambar 1.3. Kesetiaan Pelanggan Sumber: Ma’ruf & Henry (2005) Jumlah Gerai yang Dikunjungi



Tinggi Komitmen Rendah



2.



Sedikit



Banyak



Loyal Murni



Kesetiaan Pelanggan Terpendam Switcher (suka berpindah)



Habituals Kesetiaan Pelanggan Palsu



Program Kesetiaan Pelanggan Merupakan bagian dari keseluruhan manajemen hubungan antar konsumen. Program kesetiaan pelanggan bekerjasama dengan CRM (Costumer Relationship Marketing). Anggita program kesetiaan pelanggan diketahui saat mereka membeli, karena mereka menggunakan beberapa tipe kartu kesetiaan pelanggan.



3.



Lokasi Lokasi merupakan faktor utama yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam pemilihan toko. Lokasi yang strategis merupakan keuntungan bersaing yang tidak dengan mudah ditiru. Contohnya carrefour yang selalu menentukan lokasi didaerah strategis. Menetukan lokasi yang bagus secara khusus sangat menantang pesaing. Melalui pemilihan lokasi yang tepat mempunyai keuntungan yaitu: a.



Merupaka komitmen sumber jangka panjang yang dapat mengurangi fleksibilitas masa depan ritel itu sendiri



b.



Lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan bisnis ritel pada masa akan datang.



4.



Manajemen Sumber Daya Manusia Peritel merupakan bisnis yang menggunakan tenaga kerja secara intensif. Para pegawai memiliki peran penting dalam layanan pada konsumen dan membangun kesetiaan pelanggan konsumen.sumber daya manusia yang bersikap, bermental dan berkeahlian buruk akan sangat berpengaruh terhadap terjadinya kemungkinan meningkatnya kerusakan dan pencurian barang dagangan.



5.



Sistem Distribusi dan Informasi Ritel yang suskses akan berusaha melakukan pengelolaan operasional secara efisien. Ritel dapat mencapai efisiensi ini denga mengembangkan sistem distribusi dan informasi yang handal.



6.



Barang-barang Unik Sangat sulit ritel mangembangkan keunggulan bersaing melalui barangbarang, karena para pesaing dapat membeli dan menjual merek-merek nasional yang sama terkenal. Tetapi beberapa ritel menyadari keunggulan bersaing yang dapat dipertahankan dengan mengembangkan merek-merek berlabel privat atau pribadiyang merupan prduk-produk yang dikembangkan dan dipasarkan oleh ritel dan hanya tersedia dari ritel tersebut.



7.



Hubungan-hubungan Pedagang/Penjual Dengan mengembangkan hubungan yang kuat pada pedagang atau penjual, rotel bisa mendapatka hak-hak eksklusif antara lain: a.



Untuk menjual barang-barang di daerah atau lokasi tertentu



b.



Untuk mendapat perlakuan khusus dan membeli barang dagangan yang tidak dtawarkan pada para pesaing lain



c.



Untuk menerima barang-barang merek terkenal dalam pengiriman yang singkat.



8.



Layanan dan Komitmen Konsumen Beberapa ritel menawarkan berbagai layanan pada konsumen dengan tujuan membuat konsumen melakukan pembelian barang dagangann pada ritel tersebut. Contohnya komitmen layanan dari carrefour.



9.



Mengkombinasikan Berbagai Keunggulan Untuk membangun keunggulan yang bisa dipertahankan, ritel secara kusus tidak hanya tergantung pada pendekatan tunggal seperti biaya rendah atau layanan yang bagus. Mereka membutuhkan berbagai pendekatan untuk membangun dinding pembatas disekitar posisi mereka dengan setinggi mungkin untuk bertahan dari



pesaing. Cintohnya keberhasilan PT. Matahari Putra Prima dengan memberikan perhatian pada penyediaan nilai yang bagus bagi konsumen agar harapan mereka terpenuhi. 1.6.



Perencanaan Ritel Strategi Perencanaan ritel strategi merupakan sekumplan langkah – langkah yang dilalui ritel



untuk mengembangkan perencanaan ritel secara strategis. Langkah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Jelaskan Misi dan Tujuan 2. Laksanakan analisis dan situasi a. Faktor pasar b. Faktor pesaing c. Faktor lingkungan 3. Jelaskan kesempatan – kesempatan strategis 4. Evaluasi kesempatan – kesempatan strategis 5. Menentukan tujuan – tujuan kusus dan mengalokasikan sumber – sember daya a. Pengelolaan, termasuk adanya kemajuan yang bisa diukur b. Kerangka waktu dimana tujuan harus dicapai c. Tingkat investasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut 6. Kembangkan penggabungan ritel untuk melaksanakan strategi 7. Evaluasi pengelolaan dan melakukan penyesuaian yang diperlukan



BAB II BISNIS RITEL: Karakteristik dan Klasifikasi 2.1.



Karakteristik Dasar Bisnis Ritel Karakteristik



dasar



bisnis



ritel



dapat



digunakan



sebagai



dasar



dalam



mengelompokan bisnis ritel. Terdapat tiga karasterik dasar yaitu : 1.



Pengelompoka bersasarkan unsur – unsur yang digunakan ritel untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Terdapat empat unsur yang digunakan ritel untuk memuaskan kebutuhan konsumen yang berguna untuk menggolongkan ritel yaitu :  Jenis – jenis barang yang dijual  Perbedaan dan banyaknya barang – barang yang dijual  Tingkatan layanan konsumen  Harga barang dagangan Dengan memahami unsur – unsur yang digunakan ritel untuk memuaskan kebutuhan konsumen dan terkait dengan usnur jenis barang – barang dagangan yang dijual serta perbedaan dan banyaknya barang – barang yang dijual. Secara lengkap ritel dapat dibedakan menjadi : 1. Conventional supermarket 2. Big-box retailer 3. Supercenter 4. Hypermarket 5. Warehouse 6. Convenience store 7. General merchandise ritel



2.



Pengelompokan Berdasarkan Penggunaan Sarana atau Media yang digunakan oleh Ritel. Pada bisnis ritel, terdapat dua bentuk utama penggunaan sarana atau media. Dua bentuk tersebut adalah ritel dengan sistem store dan ritel dengan sistem nonstore. a. Penjualan melalui toko untuk pemasaran produk, jelas bahwa terdapat aktivitas pendistribusian produk dari produsen kepada konsumen melalui ritel dan wholesaler. Diantara penjual dan pembeli terdapat hubungan secara langsung, yaitu melalui tatap muka dan komunikasi langsung. Pada penjualan ritel ini, barang dan jasa disediakan pada toko atau sejenisnya, sedangkan konsumen harus mendatangi tempat – tempat tersebut. b. Penjualan tidak melalui toko 



Electronic ritailing Adalah format bisnis ritel atau ritel yang menggunankan komunikasi dengan pelanggang mengenai produk, layanan, dan penjualan melalui internet. Dalam electronic ritailing terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan aktivitas jual beli, yaitu : -



Menggambarkan jasa dan produk yang ditawarkan penjual melalui situs internet



-



Memungkinkan pembeli mencari informasi, mengidentifikasi apa yang mereka butuhkan atau inginkan, serta memesan dengan kartu kredit.







Katalog dan pemasaran surat langsung Pemasaran



melalui



katalog



terjadi



ketika



perusahaan



mengirimkan satu atau lebih katalog produk kepada penerima yang terpilih.