Partisi Ayu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM DWI AYUDITA NADJAMUDIN NIM. 821418015 ASISTEN : ABDULLAH WALANGADI JURUSAN FARMASI LABORATORIUM BAHAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO A. Judul EVAPORASI DAN PARTISI CAIR-CAIR B. Tujuan Percobaan ini bertujuan untuk : 1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan partisi 2. Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis partisi 3. Agar mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari partisi C. LatarBelakang Farmasi merupakan ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik formulasi obat, identifikasi,kombinasi, analisis dan standarisasi atau pembakuan obat serta pengobatan termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusi penggunaannya yang aman. Dalam dunia farmasi salah satu ilmu yang dipelajari yaitu fitokimia. Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organic yang ada pada tumbuhan baik tentang struktur kimia, perubahan dan metabolisme, biosintesis, fungsi biologis dan senyawa organik yang menyebar secara alami. Fitokimia terdapat pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh dan memiliki efek bagi kesehatan dan memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit, salah satunya yaitu tanaman obat. Tanaman obat didefinisikan sebagai jenis tanaman yang sebagian atau seluruh tanaman tersebut digunakan sebagai obat ramuan tradisional. Tanaman obat berfungsi sebagai obat ramuan alami untuk mengobati berbagai penyakit yang seringkali timbul. Obat



1



tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang perlu terus dilestarikan dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan. Obat tradisional Indonesia sangat besar perannya dalam pelayanan kesehatan masyarakat diindonesia, sehingga obat tradisional sangat berpotensi untuk dikembangkan. Tanaman obat sangat berguna untuk menyembuhkan berbagai penyakit, tanaman ini juga banyak dibutuhkan oleh industry-industri obat-obatn, rumah sakit, dan perusahaanperusahaan yang bergerak dibidang penjualan produk kessehatan. Beberapa ahli herbalis yakin bahwa pemanfaatan bahan-bahan yang bersifat sintetik, walaupun mereka tahu betul bahwa khasiat pemanfaatan bahan-bahan yang alami cenderung relatif lambat. Pilihan untuk memanfaatkan tanaman obat diperkarangan, perkebunan, maupun hasil hutan untuk berbagai pengobatan juga merupakan pilihan yang sangat tepat untuk tetap melestarikan tanaman obat dan memudahkan dalam mendapatkan jika akan dipergunakan. Dalam proses pengobatan terdapat metode partisi dan evaporasi dalam ekstraksi. Metode ekstraksi mengandalkan sifat kelarutan dan senyawa yang akan diekstraksikan terhadap pelarut yang digunakan. Keberhasilan ekstraksi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga perlu adanya ketelitian dalam memilih metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstrak senyawa metabolisme yang diinginkan. Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut. Komponen-komponen kimia yang terkandung di dalam tumbuh-tumbuhan sangat dibutuhkan senyawa yaitu ektraksi dingin yang terbagi duametode yaitu metode maserasi dan perkolasi. Dikedua metode tersebut pun terdapat dua bagian yaitu partisi dan evaporasi. Partisi adalah proses pemisahan untuk memperoleh komponen zat terlarut dari campurannya dalam padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Dapat juga didefinisikan sebagai dispersi komponen kimia dari ekstrak yang telah dikeringkan dalam suatu pelarut yang sesuai berdasarkan kelarutan dari komponen kimia dan zat-zat yang tidak diinginkan seperti garam-garam tidak dapat larut. Operasi ekstraksi ini dapat dilakukan dengan mengaduk suspensi padatan di dalam wadah dengan atau tanpa pemanasan. Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan, menurunkan aktivitas air.



2



D. Dasar Teori 1. Pengertian Partisi Cair-Cair Partisi atau ekstraksi cair - cair merupakan suatu metode ekstraksi yang menggunakan corong pisah sehingga biasa juga disebut dengan ekstraksicorong pisah. Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia diantara dua fase pelarut yang tidak dapat saling bercampur kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik, dan pelarut air dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya lagi larut pada fase kedua. Kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase zat cair. Komponen kimia akan terpisah kedalam dua fasa tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap (Sudjadi, 1988). 2. Prinsip Partisi Cair-Cair Prinsip yang digunakan dalam proses ekstraksi cair-cair adalah pada perbedaan koefisien distribusi zat terlarut dalma dua larutan yang berbeda fase dan tidak saling bercampur. Bila suatu zat terlarut terdistribusi antaradua larutan yang saling bercampur, berlaku hukum mengenai konsen zat terlarut dalam kedua fase pada kesetimbangan. Peristiwa ekstraksi caircairatau disebut ekstraksi saja adalah pemisahan komponen suatu campuran cair dengan mengontakkan pada cairan lain. Sehingga disebut juga ekstraksicair atau ekstraksi pelarut (solvent



extract ).



Prinsip



kerjanya



adalah



pemisahan



berdasarkan



perbedaan



kelarutan (Sudjadi, 1988). 3. Pengertian Evaporasi Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk, meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan, menurunkan aktivitas air aw (Praptiningsih 1999). Evaporasi adalah suatu proses yang bertujuan memekatkan larutan yang terdiri atas pelarut (solvent) yang volatile dan zat terlarut (solute) yang non volatile (MC. Cab,dkk., 1993). Menurut Praptiningsih (1999), Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk, meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan, menurunkan aktivitas air. Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Evaporasi dilakukan dengan menguapkan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Evaporasi tidak sama dengan pengeringan. Dalam evaporasi sisa



3



penguapan adalah zat cair yang sangat kental, bukan zat padat. Evaporasi berbeda pula dengan destilasi, karena uapnya adalah komponen tunggal. Evaporasi berbeda dengan kristalisasi, karena evaporasi digunakan untuk memekatkan larutan bukan untuk membuat zat padat atau Kristal (MC. Cab,dkk., 1993). 4. Tujuan Evaporasi Menurut Wirakartakusumah (1989), di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk: 1) Meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan sebelum diproses lebih lanjut.Sebagai contoh pada pengolahan gula diperlukan proses pengentalan nira tebusebelum proses kristalisasi, spray drying, drum drying dan lainnya 2) Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya pengepakan, penyimpanan dan transportasi 3) Menurunkan aktivitas air dengan cara meningkatkan konsentrasi solid terlarut sehingga bahan menjadi awet misalnya pada pembuatan susu kental manis.. 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Evaporasi Menurt Wirakartakusumah (1989), adapun faktor-faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi kecepatan pada proses evaporasi adalah : a.



Kecepatan hantaran panas yang diuapkan ke bahan



b.



Jumlah panas yang tersedia dalam penguapan



c.



Suhu maksimum yang dapat dicapai



d.



Tekanan yang terdapat dalam alat yang digunakan



e.



Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama proses penguapan.



6. Faktor yang Mempengaruhi Proses Evaporasi Menurut Wirakartakusumah (1989) , Faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaporasi menurut antara lain : 1) Luas permukaan bidang kontak Semakin luas permukaan bidang kontakantara cairan dengan pemanas, maka semakin banyak molekul air yang teruapkan sehingga proses evaporasi akan semakin cepat. 2) Tekanan Kenaikkan tekanan sebanding dengan kenaikan titik didih. Tekanan bisa dibuat vakum untuk menurunkan titik didih cairan sehingga proses penguapan semakin cepat. 3) Karakteristik zat cair a. Konsentrasi Walaupun cairan yang diumpankan kedalam evaporator cukup encer sehingga beberapa sifat fisiknya sama dengan air, tetapi jika konsentrasinya meningkat, larutan itu akan semakin bersifat individual.



4



b. Pembentukan busa Beberapa bahan tertentu, terutama zat-zat organic berbusa pada waktu diuapkan. Busa yang dihasilkan akan ikut ke luar evaporator bersamauap. c. Kepekaan terhadap suhu Beberapa bahan kimia, bahan kimia farmasi dan bahan makanan dapat rusak bila dipanaskan pada suhu tinggi dalam waktu yang lama. Dalam mengatur konsentrasi bahan-bahan seperti itu maka diperlukan teknik khusus untuk menurunkan suhu zat cair dan mengurangi waktupemanasan. d. Kerak Beberapa larutan tertentu menyebabkan pembentukan kerak pada permukaan pemanasan. Hal ini menyebabkan koefisien menyeluruh semakin lama semakin berkurang. 7. Prinsip Evaporator Menurut Praptiningsih (1999), Prinsip Evaporator adalah alat untuk mengevaporasi larutan sehingga prinsip kerjanya merupakan prinsip kerja atau cara kerja dari evaporasi itu sendiri. Prinsip kerjanya dengan penambahan kalor atau panas untuk memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat terlarut yang memiliki titik didih tinggi dan zat pelarut yang memiliki titik didih lebih rendah sehingga dihasilkan larutan yang lebih pekat serta memiliki konsentrasi yang tinggi a. Pemekatan larutan didasarkan pada perbedaan titik didih yang sangat besar antara zat-zatnya. Titik didih cairan murni dipengaruhi oleh tekanan. b. Dijalankan pada suhu yang lebih rendah dari titik didih normal. c. Titik didih cairan yang mengandung zat tidak mudah menguap (misalnya: gula)akan tergantung tekanan dan kadar zattersebut. d. Beda titik didih larutan dan titik didih cairan murni disebut Kenaikan titik didih. 8. Metode Evaporator Menurut Praptiningsih (1999), Metode Evaporator yaitu: a. Single effect evaporation Menggunakan satu evaporator saja, uap dari zat cair yang mendidih dikondensasikan dan dibuang. Walaupun metode ini sederhana, namun proses ini tidak efektif dalam penggunaan uap. Untuk menguapkan llb air dari larutan, diperlukan 1 – 1.3 lb uap. b. Double effect evaporation Uap dari satu evaporator dimasukkan ke dalam rongga uap (steam chest) evaporator kedua, dan uap dari evaporator kedua dimasukkan ke dalam condenser. c. Multiple Effect Evaporation Evaporator yang digunakan dalam suatu metode lebih dari satu, seperti misalnya uap dari evaporator kedua dimasukkan ke dalam rongga uap evaporator ketiga, dan berlanjut sampai beberapa evaporasi.



5



E. Uraian Tanaman 1. Bunga Biduri



a. Klasifikasi Regnum Divisio Kelas Ordo Familia Genus Species b. Morfologi



: Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Gentanales : Apocynaceae :Calotropis  :Calotropisgiganteae



Bunga Biduri ( Calotropisgiganteae )



Biduri atau Widuri (Calotropis gigantea) merupakan tanaman perdu menahun (perennial). Tinggi pohon bisa mencapai 4 meter. Batang biduri berbentuk silindris dengan percabangan bertipe simpodial (cabang menyerupai batang). Batangnya berwarna hijau keputihan dan berlapis lilin. Batang mengeluarkan getah yang berwarna putih susu saat dilukai (Dalimartha, 2000). Daun biduri berupa daun tunggal, berhadapan, berbentuk bulat telur dengan ujung tumpul dan pangkal berlekuk, serta tepi daun rata. Daun berwrna hijau keputih-putihan, berukuran panjang 8-30 cm dan lebar 4-15 cm. Daun memiliki tangkai pendek dan pertulangan menyirip. Permukaan atas daun berambut tebal saat muda dan berangsurangsur hilang ketika tua. Bunga Biduri majemuk dengan bentuk payung yang tumbuh di ujung ranting (terminal) atau di ketiak daun. Tangkai bunga panjang (3-5 cm) dengan kelopak terbentang dan taju bulat telur, berbulu halus, dan berwarna hijau, serta memiliki daun pelindung sempit. Benang sari membentuk tabung dan kepala putik lebar, bersegi lima. Mahkota bunga berbentuk bulat telur, berwarna putih atau putih keungu-unguan dengan diameter 4-4,5 cm (Amar, 2002). Buah Biduri berbentuk bulat telur memanjang menyerupai bumbung dengan ujung yang berbentuk kait dan berwarna hijau. Buah berukuran panjang 9-10 cm. Bijinya kecil, lonjong, pipih, berwarna cokelat, berambut pendek dan tebal. Biji memiliki umbai rambut serupa sutera panjang, sehingga biji bisa diterbangkan oleh angina (Wisma, 2009). c.



Kandungan Kimia Akar Biduri mengandung saponin, sapogenin, kalotropin, kalotoksin, uskarin,



kalaktin, gigantin, dan harsa. Bagian ini dapat dimanfaatkan untuk mengobati demam, perut terasa penuh, kaki pegal dan lemas, gigitan ular beracun, bisul (furunculus), dan 6



Penyakit kulit lainnya. Batang mengandung tanin, saponin, dan kalsium oksalat (Dalimartha, 2000). d.



Manfaat Di Indonesia tanaman Biduri belum banyak dimanfaatkan. Pemanfaatan biduri



yang umumnya diketahui di Indonesia adalah sebagai tanaman obat-obatan (herbal) terutama pada bagian kulit akar, daun, getah, dan bunga. Sedangkan getahnya mengandung racun. Daun tanaman biduri mengandung saponin, flavonoida, polifenol, tanin, dan kalsium oksalat.Bagian daun digunakan obat herbal untuk mengobati kudis, luka kulit, bisul (furunculus), sariawan, gatal pada cacar air (varicella), campak (measles), demam, dan batuk (Dalimartha, 2000). 2.



Pecut Kuda



a. Klasifikasi Regnum Divisio Kelas Ordo Familia Genus Species



: Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Lamiales : Verbenaceae :Stacitarpheta :Stacitarpheta jamaisensis L



b. Morfologi Pecut kuda tumbuh liar di tepi jalan, tanah



Pecut Kuda ( Stacitarpheta jamaisensis L )



lapang dan tempat- tempat terlantar lainnya. Tanaman yang berasal dari Amerika ini dapat ditemukan di daerah cerah, sedang, terlindung dari sinar matahari dan pada ketinggian 1- 1500 m dpl. Pecut kuda merupakan terna tahunan, tumbuh tegak, tinggi ± 50 cm, tumbuh liar disisi jalan daerah pinggir kota, tanah kosong yang tidak terawat. Daun letak berhadapan, bentuk bulat telur, tepi bergerigi, tidak berambut. Bunga duduk tanpa tangkai pada bulir - bulir yang berbentuk pecut, panjang 4 - 20 cm. bunga mekar tidak berbarengan, kecil - kecil warna ungu, putih (Dalimartha, 2000). Tanaman pecut kuda memiliki tinggi antara 1 meter hingga 3 meter.Tanaman ini memiliki daun berwana hijau sepanjang tahun di semua musim.Daun pecut kuda tersusun secara berlawanan pada batang utama.Bentuk daunnya adalah mulai dari bulat hingga lonjong dengan tepi daun bergerigi kecil dan pangkal daunnya tidak berteoreh.Permukaan daun pecut kuda, memiliki tekstur berkerut seperti kulit jeruk tetapi kerutannya lebih tajam.Ukuran daun tidak terlalu besar, yaitu lebarnya antara 1



7



sampai 4,5 inchi dan panjang daun antara 3/4 sampai 2,5 inchi.Daun pecut kuda yang terpapar sinar matahari seharian penuh akan berwarna hijau gelap atau hijau tua. c. Kandungan Kimia Pecut kuda mengandung karbohidrat, glikosida, flavonoid, tannin, saponin, terpenoid dan alkaloid (Dalimartha, 2000). d. Manfaat Pecut kuda memiliki beberapa manfaat bagi kehidupan manusia yaitu untuk obat. Tumbuhan pecut kuda memiliki kanduangan kimia seperti alkaloid fan glikosa. Alkaloid dan glikosa dapat menangani penyakit amandel, radang tenggorokan, batuk dan hepatitis A.Bagian tanaman yang sering digunakan untuk pengobatan adalah bunga, akar dan daunnya. Tanaman pecut kuda juga dapat digunakan untuk mengobati infeksi kencing batu, rematik, haid tidak teratur dan keputihan. Bunga dan tangkai pecut kuda dapat mengobati radang hati atau hepatitis A. Keputihan yang sering dialami oleh wanita juga dapat diatasi menggunakan air rebusan akar pecut kuda. Selain untuk obat, pecut kuda juga bisa digunakan untuk tanaman hias, kerena bunganya berbunga sepanjang tahun sehingga dapat lebih lama menghiasi rumah(Dalimartha, 2000). F.



Uraian Bahan a) Alkohol (FI III, 1979) Nama resmi



: AETHANOLUM



Nama lain



: Etanol



Rumus molekul



: C2H60



Berat molekul



: 47,06 g/mol



Rumus strukrur



:



Pemerian



: Cairan tidak berwarna jernih, mudah menguap dan mudah gerak, bau khas, rasa panas dan mudah terbakar.



Kelarutan



: Sangat mudah larut dalam air dan dalam kloroform p dalam eter p



Kegunaan



: Sebagai desinfektan



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup rapat.



b) Aquadest (FI III, 1979)



8



Nama resmi



: AQUA DESTILA



Nama lain



: Aquadest



Rumus molekul



: H2O



Berat molekul



: 18,02 g/mol



Rumus struktur



:



Pemerian



: Cairan jernih tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak berasa.



Kegunaan



: Sebagai pelarut



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik



c) N-Heksan (FI III, 1979) Nama resmi



: HEXAMINUM



Nama lain



: Heksamina



Rumus molekul



: C6H12N4



Berat molekul



: 140,19 g/mol



Rumus struktur



:



Pemerian



: Hablur mengkilap, tidak berwarna atau serbuk hablur ptih, tidak berbau, rasa terbakar manis kemudian agak pahit, jika di panaskan dalam suhu 260 derajat celciu menyublin.



Kelarutan



: Larut dalam 1,5 bagian air, dalam 12,5 ml etanol, (95%) P dan dalam lebih kurang 10 bagian kloroform P.



Penyimpanan



: Dalam wadah tertutup baik.



9



G. Alat Dan Bahan 1.



Alat Nama Alat



Gambar



Fungsi



Alat pemanas



Untuk memanaskan wadah pada saat



(kompor)



proses evaporasi



Untuk meletakkan hasil ekstrak kental Botol vial



setelah proses evaporasi



Batang pengaduk



Untuk mengaduk pada saat proses evapora si



Corong



Untuk memindahkan ekstrak cair ke dalam gelas ukur



Untuk memisahkan dua cairan yang Corong pisah



tidak saling bercampur pada proses partisi cair-cair



Gelas ukur



Untuk mengukur volume ekstrak cair dan pelarut yang digunakan



10



Untuk menampung ekstrak yang Gelas kaca



berasal dari corong pisah



Untuk menimbang ekstrak kental Neraca ohauss



setelah proses evaporasi



Untuk meletakan hasil ekstrak ke Spatula



dalam botol vial



Statif dan klem



Untuk meletakan corong pisah



Wadah pemanas



Untuk memanaskan sampel pada saat



(dandang)



evaporasi



Untuk meletakan sampel yang Wadah steinless



dipanaskan pada wadah pemanas (dandang)



2. Bahan



11



Nama Bahan



Gambar



Fungsi



Alkohol 70%



Digunakan untuk membersihkan alat



Aluminium Foil



Digunakan untuk menutupi bagian atas pada wadah ekstrak kental



Aquadest



Digunakan sebagai pelarut pada proses pemanasan



Digunakan sebagai pelarut yang N- heksan



bersfat non polar



Sampel Ekstrak



Digunakan pada sampel untuk proses



Maserasi



evaporasi



Sampel Ekstrak



Digunakan sebagai sampel pada



Perkolasi



proses evaporasi



Tisu



Digunakan untuk membersihkan alat setelah pencucian.



H. Skema Kerja 1. Evaporasi



12



Diukur ekstrak maserasi



Disiapkan alat dan bahan



Dirangkai alat pemanas



Diukur ekstrak maserasi



Dimasukkan kewadah stainless



Dilakukan proses evaporasi sampai sampel mengental



Dimasukkan kedalam wadah pemanas



Dimasukan ke dalam wadah steinles



3



Dimasukan ekstrak kental kedalam botol vial



Hasil Ditimbang ekstrak kental pada neraca ohaus



2. Partisi cair-cair



Disiapkan alat dan bahan



Dirangkai alat partisi cair-cair



13 Dimasukan ekstrak perkolasi ke dalam corong pisah



Didiamkan corong pisah sampai membentuk dua lapisan



Dilakukan pemisahan antara polar dan non polar



Dikocok corong pisah



Diukur ml banyak dari masing-masing bagian



Ditambahkan pelarut ke dalam corong pisah



Hasil ekstrak polar



14 Hasil ekstrak non polar



I.



Hasil dan Pembahasan



1. Hasil Nama Metode



Evaporasi



Gambar



Keterangan



Warna hijau muda menjadi hujau pekat.



Partisi cair-cair



Warna hijau pucat



(polar)



menjadi bening kehijauan dan sedikit kental.



Partisi cair-cair



Warna hijau muda



(non polar)



menjadi hijau botol dan cair.



2. Perhitungan Rendamen a. Evaporasi (maserasi)



15



gr ekstrak kental x 100 % gr simplisia awal 17,5 g x 100% = 35% 50 g b. partisi cair-cair a). polar



gr ekstrak kental x 100 % gr simplisia awal 12 gr x 100% = 48% 25 gr b). Non polar



gr ekstrak kental x 100 % gr simplisia awal 4 gr x 100% = 16% 25 gr 3. Pembahasan a. Partisi cair-cair Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, pada ekstraksi cair-cair, zat yang diekstraksi terdapat didalam campuran yang berbentuk cair (Rahayu, 2009) Partisi cair-cair merupakan



proses pemisahan suatu



zat berdasarkan



perbedaan



kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase zat cair (Lully, 2016). Tujuan dilakukan praktikum partisi yaitu untuk lebih memudahkan penarikan senyawa, berdasarkan kepolarannya. Proses partisi sebenarnya dapat dilakukan dengan partisi cair-cair ataupun partisi padat cair, namun pada praktikum kali ini hanya dilakukan partisi cair-cair. Pada Praktikum partisi cair-cair ekstrak yang digunakan yaitu ekstrak perkolasi (Bunga Biduri), dan pelarut yang digunakan yaitu n-Heksan. Menurut Rahayu (2009), digunakan pelarut n-Heksan karena merupakan pelarut yang non polar. Jika digunakan pelarut polar, maka dikhawatirkan adanya senyawa nonpolar yang ikut terlarut. Karena pelarut polar, selain mampu melarutkan senyawa yang bersifat polar juga mampu melarutkan senyawa yang bersifat nonpolar. Akibatnya pemisahan senyawa berdasar kepolaran tidak akan maksimal. Selain itu, digunakan n-Heksan dikarenakan sifatnya yang stabil dan mudah menguap. Langkah awal yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, membersihkan alat dengan alkohol 70%. Menurut Manangka (1996), penggunaan alkohol 70%



16



pada alat-alat laboratorium sangat diperlukan, alcohol merupakan desinfektan yang memiliki aktivitas antimikroba dan tidak meninggalkan sisa kimia. Diukur ekstrak perkolasi bunga biduri dan hasilnya adalah 190 mL. Maka, n-Heksan sebagai pelarut yang akan diukur juga sebanyak 190 mL, karena menggunakan perbandingan 1:1. Dirangkai alat partisi cair-cair . Dimasukan kedalam corong pisah ekstrak perkolasi sebanyak 190 ml. Ditambahkan pelarut n-Heksan, kemudian dikocok hingga homogen atau tercampur secara merata. Selama pengocokan sesekali membuka tutup bagian atas corong pisah. Menurut Renaldi (2007), hal tersebut bertujuan untuk mengeluarkan udara atau gas yang terbentuk dari hasil pengocokan. Didiamkan corong pisah selama 5 menit sampai terbentuk dua lapisan. Menurut Renaldi (2007), setelah didiamkan beberapa saat akan terbentuk dua lapisan yang berada dibawah dengan kerapatan lebih besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisis selanjutnya. Menurut Rahayu (2009), Suatu senyawa akan terpisah dengan adanya pengocokan yang ditandai dengan terbentuknya dua lapisan yang tidak saling campur, adanya dua lapisan terjadi karena perbedaan massa jenis kedua pelarut. Dimana, senyawa polar akan berada dilapisan bagian bawah dan senyawa nonpolar akan berada di bagian atas. Menurut Lully (2016), hal ini dikarenakan massa jenis senyawa polar lebih besar dibandingkan senyawa nonpolar. Dipindahkan bagian pelarut polar dan nonpolar ke masing masing gelas kaca yang telah disediakan dan diberi label dengan hati-hati agar keduanya tidak saling bercampur. Dimasukkan kedalam wadah pemanasan untuk diuapkan. Menurut Rahayu (2009), Tujuan penguapan ekstrak cair adalah untuk memisahkan solvent dari larutan sehingga menghasilkan larutan yang lebih pekat atau ekstrak kental. Dilakukan proses evaporasi sampai ekstrak mengental. Ekstrak kental ditandai dengan terbentuknya gelembung gelembung udara yang pecah pada permukaan ekstrak. Dipindahkan ekstrak kedalam botol vial. Sebelumnya dihitung dulu berat vial kosong. Setelah dimasukkan ekstrak, ditimbang dan dikurangi dengan berat vial kosong untuk mendapatkan berat ekstrak sebenarnya. Menurut Renaldi (2007) tujuan penimbangan yaitu agar hasil dapat dihitung secara statistik, sehingga hasil yang didapatkan baik dan akurat. Dihitung % Rendemen. Menurut Alamin (2007), Rendemen adalah perbandingan jumlah (kuantitas) ekstrak yang dihasilkan dari ekstraksi tanaman yang dinyatakan dalam %. Massa ekstrak kental yang terbentuk adalah pada polar 48 % dan non polar 16%.



b. Evaporasi



17



Evaporasi adalah suatu proses yang bertujuan memekatkan larutan yang terdiri atas pelarut (solvent) yang volatile dan zat terlarut (solute) yang non volatile (Rahayu, 2009). Selain itu, Menurut Alamin, dkk (2007), Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut, di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk, meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan, menurunkan aktivitas air. Pada praktikum evaporasi ekstrak yang digunakan yaitu ekstrak maserasi (Daun Pecut kuda). Langkah awal yang dilakuakn adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, membersihkan alat dengan alkohol 70%. Menurut Manangka (1996), penggunaan alkohol 70% pada alat-alat laboratorium sangat diperlukan, alkohol merupakan desinfektan yang memiliki aktivitas antimikroba dan tidak meninggalkan sisa kimia. Diukur ekstrak maserasi daun pecut kuda dan didapatkan hasilnya adalah 1000 mL. Dimasukkan kedalam wadah stainles. Menurut Manangka (1996), digunakan wadah stainles untuk proses evaporasi karena stainless merupakan wadah yang tahan panas, selain itu agar wadah tidak meleleh ketika dipanaskan. Dirangkai alat pemanas. Dimasukkan air ke dalam panci, dan nyalakan api hingga air mendidih, dan masukkan wadah stainless yang berisi ekstrak ke dalamnya. Selama proses evaporasi, diaduk ekstrak cair sampel agar ekstrak kental yang akan dihasilkan tidak akan mengendap di bagian bawah stainless yang bisa saja hangus. Pada evaporasi terjadi proses penguapan pelarut. Menurut Lully (2016), Tujuan penguapan ekstrak cair adalah untuk memisahkan solvent dari larutan sehingga menghasilkan larutan yang lebih pekat atau ekstrak kental yang ditandai dengan terbentuknya gelembunggelembung udara yang pecah pada permukaan ekstrak. Ditimbang vial kosong. Ekstrak kental yang telah dihasilkan, dipindahkan kedalam botol vial. Kemudian ditimbang. Hasilnya dikurangi berat vial kosong, untuk mendapatkan berat ekstrak sesungguhnya. Menurut Renaldi (2007) tujuan penimbangan yaitu agar hasil dapat dihitung secara statistik, sehingga hasil yang didapatkan baik dan akurat. Dihitung % Rendemen. Menurut Alamin (2007), Rendemen adalah perbandingan jumlah (kuantitas) ekstrak yang dihasilkan dari ekstraksi tanaman yang dinyatakan dalam %. Massa ekstrak kental (rendamen) yang terbentuk adalah 35%. Kemungkinan kesalahan yang dilakukan pda praktikum kali ini yaitu kurang teliti dalam mengukur pelarut yang digunakan dan kurang teliti dalam memindahkan ekstrak kedalam vial dan dalam proses pemanasan dan kurang teliti dalam proses pengadukkan ekstrak.



18



J.



Kesimpulan Dan Saran



1.



Kesimpulan a. Partisi adalah proses pemisahan untuk memperoleh komponen zat terlarut dari campurannya dalam padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Dapat juga didefinisikan sebagai dispersi komponen kimia dari ekstrak yang telah dikeringkan dalam suatu pelarut yang sesuai berdasarkan kelarutan dari komponen kimia dan zat-zat yang tidak diinginkan seperti garam-garam tidak dapat larut. Operasi ekstraksi ini dapat dilakukan dengan mengaduk suspensi padatan di dalam wadah dengan atau tanpa pemanasan.Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut, memperkecil volume larutan, menurunkan aktivitas air. b. Jenis-Jenis partisi yaitu : Ekstraksi padat-cair (partisi padat-cair) adalah proses pemisahan untuk memperoleh zat terlarut dan campurannya dalam padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi cair-cair (partisi cair-cair) adalah proses pemisahan zat terlarut di dalam dua macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organic dan pelarut air. c. Ekstraksi cair-cair dilakukan dengan cara pemisahan komponen kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur. Dimana sebagian komponen larut pada fase pertama, dan sebagian larut pada fase kedua. Lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, dan didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan. Yakni fase cair dan komponen kimia yang terpisah.



2.



Saran a. Saran untuk jurusan Diaharapkan agar alat dan bahan penunjang praktikum fitokimia 1 dapat dilengkapi sehingga mahasiswa farmasi dapat mengikuti perkembangan teknologi dibidang farmasi dan mempunyai kemampuan akademik yang kompenten. b. Saran untuk laboratorium Sebaiknya alat-alat yang ada di laboratorium sebaiknya dirawat lagi agar saat praktikum, praktikan bisa menggunakannya dengan baik. c. Saran untuk asisten Diharapkan agar kerja sama antara asisten dan praktikan lebih ditingkatkan lagi agar tercipta suasan yang nyaman selama praktikum dilakukan.



19



DAFTAR PUSTAKA Alamin, dkk. 2007. Kimia Analitik. Makassar ; Alauddin Press Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta ; Departemen Kesehatan RI. Ginman, 1999. Nutrion screaninng and assessment. Medical clinics. Halim M.A., 2016, Phytochemical and biologi study of Bougainvillae spectabilis family Nyctaginaceae growing in Egypt Kinho, J, dkk. 2011. Tumbuhan Obat Tradisional Di Sulawesi Utara Jilid I. Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado Kurdi A. 2010. Tanaman Herbal Indonesia : Cara Mengolah dan Manfaatnya Bagi Kesehatan. Lully, Hani. 2016. Farmakologi dan Fitokimia. Jakarta: Madya Jaya. McCabe, Warren L, dkk.1993.Unit Operatin Of Chemical Engineering. McGraw Hill: New York Praptiningsih, Y., 1999. Teknologi Pengolahan. Jember ;Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember. Rahayu, Iman., 2009, Praktis Belajar Kimia 1. Jakarta ;Penerbit Departemen Pendidikan Nasional. Renaldi, Okky. 2007. Pengembangan Bisnis Benzz!!! United untuk Meningkatkan Pendapatan. Skripsi pada Fakultas Bisnis Telekomunikasidan Media, Institut Manajemen Telkom. Bandung. Rowe, R.C et al. 2005. Handbook Of Pharmaceutcal Excipients 5 th ed. The Pharmaceutical Press. Rukmana, R., 1995, Bertanam Wortel, Yogyakarta ;Kanisius. Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Yogyakarta: UGM Press. Wirakartakusumah, M.A. 1989. Pengantar Teknik Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pertanian Bogor ;Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar universitas Pangan dan Gizi Institut.



20