Patofisiologi Dispneu, Sianosis, Pucat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Patofisiologi Dyspnoe Dispnea merupakan suatu keadaan sukar bernapas (sesak) yang merupakan perasaan subjektif dari seseorang. Pada penyakit paru restriktif dan obstruktif seperti penyakit kardiovaskular yang mempengaruhi perfusi paru. Perfusi yang menurun mengakibatkan jumlah gas yang ditranspor kedalam darah menjadi berkurang, meskipun saturasi O2 dan pembuangan O2 di alveolus masih adekuat. Juka resistensi aliran meningkat, kemungkinan dapat terjadi akibat serius pada sirkulasi karena seluruh curah jantung harus melewati paru. Prnapasan juga akan terganggu pada disfungsi neuron pernapasan serta motoneuron, saraf, dan otot yang diaturnya. Namun, perunahan gerakan pernapasan yang terjadi bila pengaturan pernapasan terganggu tidak selalu menimbulkan perubahan ventilasi alveolus. Akibat dari pernapasan yang tidak adekuat dapat menyebabkan hipoksemia, hiperkapnia atau hipokapnia didalam darah yang kaya O2. Suplai O2 kedalam sel juga pembuangan CO2 dari perifer tidak hanya bergantung pada pernapasan yang adekuat tetapi juga pada transport oksigen yang tidak terganggu didalam darah dan sirkulasi yang adekuat. Sianosis Sianosis adalah warna kebiru- biruan pada kulit dan selaput lendir yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolute hemoglobin tereduksi. Dapat merupakan tanda insufisiensi pernapasan, meskipun bukan merupakan tanda yang dapat diandalkan. Ada dua jenis sianosis: sianosis sentral dan perifer. Sianosis sentral disebabkan oleh insufisiensi oksigenasi hemoglobin dalam paru-paru dan paling mudah diketahui pada wajah, bibir, cuping telinga, serta bagian bawah lidah. Sianosis biasanya tak diketahui sebelum jumlah absolute hemoglobin tereduksi mencapai 5g per 100ml atau lebih pada seseorang dengan konsentrasi hemoglobin yang normal. Jumlah normal hemoglobin tereduksi dalam jaringan kapiler adalah 2,5g per 100ml. Pada orang dengan konsentrasi hemoglobin yang normal, sianosis akan pertama kali terdeteksi pada kejenuhan oksigensekitar 75% dan PaO2 50mmHg atau kurang. Penderita anemia (konsentrasi hemoglobin rendah) mungkin tak pernah mengalami sianosis meskipun mereka menderita hipoksia jaringan yang berat karena jumlah absolute hemoglobin tereduksi kemungkinan tidak dapat mencapai 5g per 100ml. Sebaliknya orang yang menderita polisitemia (konsentrasi hemoglobin yang tinggi) dengan mudah mempunyai kadar hemoglobin tereduksi 5g per 100ml walaupun hanya mengalami hipoksia yang rinagn sekali.



Selain sianosis yang disebabkan oleh insufisiensi pernapasan (sianosis sentral), sianosis perifer akan terjadi bila aliran darah banyak berkurang sehingga sangat menurunkan saturasi darah vena dan akan menyebabkan suatu daerah menjadi biru. Sianosis perifer dapat terjadi akibat insufisiensi jantung jantung, sumbatan pada aliran darah, atau vasokonstriksi pembuluh darah akibat suhu yang dingin. Sianosis juga dapat ditimbulkan oleh sejumlah kecil methemoglobin atau sulfhemoglobin dalam sirkulasi walaupun jarang terjadi. Karena ada hal yang mengakibatkan sianosis dan sianosis kulit sulit dikenali, maka sianosis merupakan petunjuk insufisiensi paru-paru yang tidak dapat diandalkan. Pucat Mekalnisme pucat pada kelainan pada jantung adalah berkurangnya curah jantung akibat terjadi gagal jantung kiri. Akibatnya terjadi vasokonstriksi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan peningkatan Hb tereduksi di dalam darah maka akan timbulah sianosis.



Daftar pustaka: Silbernagl S, Lang F. Teks dan Altas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.