Pedoman Komunikasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pedoman komunikasi



RUMAH SAKIT CITRA HUSADA KABUPATEN MELAWI 2019



DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Ruang Lingkup BAB 2 KOMUNIKASI EFEKTIF 2.1 Klasifikasi 2.2 Jenis Komunikasi 2.3 Model Komunikasi 2.4 Komunikasi Yang Efektif BAB 3 KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN MASYARAKAT 3.1 Populasi masyarakat yang dilayani 3.2 jenis informasi yang dikomunikasikan 3.2.1 pelayanan 24 jam 3.2.2 pelayanan rawat jalan 3.2.4 pelayanan penunjang lainnya 3.2.5 informasi kualitas pelayanan 3.3 strategis komunikasi dengan masyarakat 3.4 informasi tentang asuhan yang berkelanjutan Dikomunitas BAB 4 KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN KELUARGA 4.1 Komunikasi Efektif dokter dan pasien 4.1.1 sikap profesional dokter 4.1.2 Edukasi persetujuan general consent 4.1.3 Edukasi persetujuan informed consent 4.2 komunikasi efektif perawat dan pasien 4.3 komunikasi efektif paramedis nonparamedis dan petugas rumah sakit lainnya dengan pasien 4.4 komunikasi dan edukasi pasien/keluarga pasien 4.5 edukasi pada pasien tahap terminal BAB 5 KOMUNIKASI ANTAR TENAGA KESEHATAN PEMBERI ASUHAN DIDALAM DAN LUAR RUMAH SAKIT 5.1 Komunikasi efektif antar tenaga kesehatan didalam rumah sakit 5.1.1 komunikasi efektif informasi yang akurat dan tepat aktu diseluruh rumah sakit 5.1.1.1 Keadaan Urgent



5.1.1.2 informasi yang bersifat umum atau tidak memerlukankan penanganan cepat 5.1.2 komunikasi efektif asuhan pasien dan hasil asuhan 5.2 komunikasi efektif antar tenaga kesehatan diluar rumah sakit BAB 6 PENUTUP



RUMAH SAKIT CITRA HUSADA Jl. Dharma Bakti No. 45C Telp ( 0568 ) 22355 – Fax ( 0568 ) 21645 Email : [email protected] NANGA PINOH – MELAWI KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CITRA HUSADA NOMOR : 020 /SK-DIR/RSCH/ I /2019 TENTANG PEDOMAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DIRUMAH SAKIT CITRA HUSADA



Menimbang



: 1.



Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Citra Husada Melawi, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi;



2.



Bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Citra Husada Melawi dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya panduan Komunikasi yang Efektif Di Rumah Sakit Citra Husada Melawi.



3.



Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur Rumha Sakit Citra Husada Melawi.



Mengingat



: 1.



Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);



2.



Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);



3.



Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5072);



4.



Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 159)



5.



Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;



6.



Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2015 tentang upaya Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit.



7.



Keputusan



Menteri



983/Menkes/SK/VI/1996



Kesehatan Tentang



Pedoman



Nomor Organisasi



rumah Sakit Umum; 8.



Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 /Menkes /SK/VIII/2004 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Daerah;



9.



Keputusan



Menteri



Kesehatan



Nomor



004/Menkes/SK/XII/2012 Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Daerah;



10.



Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 / Menkes/ SK / II / 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal



MEMUTUSKAN :



Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CITRA HUSADA TENTANG PEDOMAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF RUMAH SAKIT CITRA HUSADA



Kesatu



: Pedoman Komunikasi yang efektif Di Rumah Sakit Citra Husada Melawi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Rumah Sakit Citra Husada Melawi.



Kedua



: Pedoman Komunikasi yang efektif Di Rumah Sakit Citra Husada Melawi merupakan landasan dalam melaksanakan komunikasi di lingkungan Rumah Sakit Citra Husada Melawi.



Ketiga



: Keputusan Direktur ini Mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kesalahan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya. DITETAPKAN



: DIMELAWI



PADA TANGGAL



: 08 JANUARI 2019 DIREKTUR



RUMAH SAKIT CITRA HUSADA



Dr.SANTOSO TJHIN, M.Si



LAMPIRAN I : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT CITRA HUSADA MELAWI NOMOR



: 020 /SK-DIR/RSCH/ I /2019



TANGGAL



: 08 JANUARI 2019



TENTANG



: PEDOMAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF DI RUMAH SAKIT CITRA HUSADA MELAWI



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain, yang bertujuan untuk mencapai kesamaan pandangan



atas



ide



yang



disampaikan



tersebut.dalam



sebuah



organisasi,termasuk rumah sakit, keberhasilan misi rumah sakit sangat ditentukan oleh keluwesan berkomunikasi setiap petugas, perawat dan dokter. Pelayanan rumah sakit selalu berhubungan dengan berbagai karakter dan perilaku pasien yang berkepentingan dengan jasa perawatan, sehingga semua petugas rumah sakit harus memahami dan mengerti bagaimana cara komunikasi yang efektif pada semua situasi. Komukasi efektif harus tercipta dengan semua pihak,baik antara rumah sakit dengan masyarakat, antara rumah sakit dengan pasien dan keluarga, serta antara staf klinis di rumah sakit. Dalam profesi kedokteran,komunikasi dokter dengan pasien merupakan salah satu faktor kompetensi yang harus dikuasi dokter. Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Di indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebihlanjut. Dari sisi pasien, umumnya



pasien merasa berada dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter sehingga takut bertanya dan bercerita atau mengungkapkan diri. Hasilnya, pasien menerima saja apa yang dikatakan dokter. Paradigma inilah yang harus diperbaiki. Pasien dan dokter harus berada dalam keududkan setara sehingga pasien tidak merasa rendah diri dan malu untuk menceritakan sakit atau keluhannya secara jujur dan jelas. Komunikasi yang efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya. Kutz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu yang lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan waktu yang lebih sedikit karena petugas, perawat dan dokter terampil mengenali kebutuhan pasien. Atas dasar kebutuhan pasien, perawat dan dokter melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien. Untuk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman komunikasi efektif untuk seluruh pegawai di Rumah Sakit Citra Husada Melawi untuk memudahkan dalam berkomunikasi dengan masyarakat, pasien dan keluarga,serta antar petugas atau staf klinis. B. Tujuan Secara umum tujuan penyususnan pedoman komunikasi efektif ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan pengetahuan dan pedoman bagi petugas, perawat dan dokter mengenai cara berkomunikasi dengan masyarakat, pasien dan keluarga, serta antar petugas rumah sakit di lingkungan Rumah Sakit Citra Husada Melawi. 2. Agar petugas, perawat dan dokter dapat melakukan komunikasi yang efektif dengan masyarakat, pasien dan keluarga, serta antar staf klinis di lingkungan Rumah Sakit Citra Husada Melawi. 3. Menghindarkan kesalah pahaman yang bisa menimbulkan dugaan malpraktek di lingkungan Rumah Sakit Citra Husada Melawi.



C. Ruang Lingkup Pedoman komunikasi efektif meliputi kegiatan pemberian informasi dan edukasi secara satu arah dan dua arah atau hubungan timbal balik antara pimpinan rumah sakit dan staf dalam organisasi,serta antara rumah sakit dengan masyarakat. Komunikasi dilakukan dengan berbagai media yang telah ditetapkan sesuai kebutuhan.



BAB 2 KOMUNIKASI EFEKTIF



Komunikasi berasal dari bahasa latin “ communis” yang artinya bersama. secara terminologi, komukasi diartikan sebagai satu proses penyampaian pikiran dan informasi (pesan) dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan suatu media.menurut ahli kamus bahasa, komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya.webster’s ne collegiate dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui system lambang- lambang tanda –tanda atau tingkah laku. A. Klasifikasi Komunikasi Berdasarkan



kepada



penerima



pesan



atau



komunikan,



komunikasi



diklarifikasi menjadi : 1. Komunikasi intrapersonal Penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri, antara individu dengan tuhan-Nya. Komunikasi intrapesonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemprosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. 2. Komunikasi Interpersonal Komunikasi



interpersonal



berlangsung



dengan



dua



arah,



antara



komunikator dan komunikan, antara seorang tenaga medis dengan teman sejawat, atau antara tenaga medis dengan pasien. 3. Komunikasi Kelompok Merupakam bentuk komunikasi yang terjadi dalam sebuah kelompok. Komunikasi tidak hanya terjadi antara seseorang dengan seseorang



lainnya, tapi juga dengan sekelompok orang. Menurut Michael Burgoon, komunikasi kelompok adalah interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang diketahui, seperti berbagai informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, dimana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggotanya yang lain secara tepat, misalnya organisasi profesi, kelompok remaja dan kelompok-kelompok sejenisnya.Komunikasi dapat dalam bentuk diskusi, rapat dan sebagainya. 4. Komunikasi Publik Komunikasi yang dilakukan secara aktif maupun pasif, yang dilakukan di depan umum. Dalam komunikasi publik, pesan yang disampaikan dapat berupa suatu informasi, ajakan, atau gagasan. Komunikasi ini memerlukan keterampilan komunikasi lisan dan tulisan agar pesan dapat disampaikan secara efektif dan efisien. 5. Komunikasi Organisasi Merupakan komunikasi yang dilakukan dalam suatu organisasi atau antar organisasi baik secara formal maupun informal. Komunikasi Organisasi pada umumnya tentang struktur dan fungsi organisasi serta hubungan antar manusia. 6. Komunikasi Massa Komunikasi ini melibatkan sejumlah besar komunikan heterogen yang tersebar disuatu wilayah geografis yang luas dan berkepentingan pada pesan komunikan yang sama



B. Jenis Komunikasi Komunikasi dapat dibedakan dalam lima jenis, yaitu komunikasi tertulis, komunikasi verbal, komunikasi non verbal, komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. 1. Komunikasi tertulis. Merupakan komunikasi yang penyampaian pesannya secara tertulis, baik manual maupun melalui media seperti email, surat, dan media cetak lainnya. Prinsip-prinsip komunikasi tertulis, yaitu:



a. Lengkap b. Ringkas c. Pertimbangan d. Konkret e. Jelas f. Sopan g. Benar. Dalam



rumah



sakit,



komunikasi



tertulis



dapat



berupa



catatan



perkembangan pasien, catatan medis, laporan perawat dan catatan lainnya, yang memiliki fungsi sebagai berikut: a.



Sebagai tanda bukti tertulis otentik, misalnya persetujuan operasi.



b.



Alat pengingat, atau berpikir bila mana diperlukan misalnya yang telah diarsipkan.



c.



Dokumentasi historis, misalnya rekam medis pasien.



d.



Jaminan keamanan, misalnya surat keterangan jalan.



e.



Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat pengangkatan, SPO.



Keuntungan komunikasi tertulis adalah : a.



Adanya dokumen tertulis.



b.



Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman.



c.



Dapat menyampaikan ide yang rumit.



d.



Memberikan analisa evakuasi dan peringkasan.



e.



Menyebarkan informasi kepada khalayak ramai.



f.



Dapat menegaskan, menafsirkan, dan menjelaskan komunikasi lisan.



g.



Membentuk dasar kontrak atau perjanjian.



h.



Untuk penelitian dan bukti di pengadilan.



2. Komunikasi Verbal. Merupakan komunikasi yang disampaikan secara lisan. Komikasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui sarana komunikasi seperti telepon.



Kelebihan



dari



komunikasi



ini



terletak



pada



keberlangsungannya, yakni dilakukan secara tatap muka sehingga umpan balik dapat diperoleh secara langsung dalam bentuk respon dari pihak komunikan. Komunikasi verbal ini harus diperhatikan arti denotatif dan konotatif, kosa kata, tempo bicara, intonasi, kejelasan, dan keringkasan, serta waktu dan kesesuaian. Jenis komunikasi ini sering digunakan dalam pelayanan dirumah sakit dalam hal pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi ini bisanya lebih akurat dan tepat waktu. Kelebihan dari komunikasi ini adalah memungkinkan setiap individu untuk merespon secara langsung. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi verbal adalah : a.



Memahami arti denotatif dan konotatif Arti denotatif memberikan aartian yang sama dengan kata yang sama dengan kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Misalnya kata ‘kritis’. Secara denotatif, kritis berarti cerdas, tetapi perawat menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan pasien tenaga medis harus berhati hati memilih kata-kata, sehingga tidak mudah untuk disalah artikan terutama saat menjelaskan pasien mengenai kondisi kesehatannya dan saat terapi.



b.



Kosa kata mudah dipahami Komunikasi tidak akan berhasil jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Kemampuan dalam pengetahuan kosa kata, khususnya yang berhubungan dengan dunia medis, berperan penting dalam komunikasi verbal. Banyak istilah teknis yang digunakan oleh tenaga medis di rumah sakit, misalnya istilah : “auskultasi”, akan lebih mudah dipahami oleh pasien bila diucapkan dengan menggunakan kosa kata “mendengarkan”.



c.



Intonasi Pembicaraan seseorang dapat diartikan berdasarkan pada intonasi atau nada. Seseorang yang berbicara dengan nada tinggi menunjukan



seseorang tersebut sedang marah. Sebaliknya seseorang yang berbicara dengan nada riang menunjukkan orang tersebut sedang bergembira. Tugas tenaga medis rumah sakit hendaknya menjaga intonasi yang menunjukkan perhatian dan ketulusan kepada pasien. d.



Jelas dan singkat Komunikasi yang efektif harus sederhana, ringkat dan maksudnya dapat diterima dengan jelas. Semakin sedikit kata-kata yang digunakan semakin kecil terjadinya kerancuan. Komunikasi dapat diterima dengan jelas apabila penyampaiannya dengan berbicara secara lambat dan pengucapan vokalnya dengan jelas. Selain itu, komunikator harus tetap memperhatikan tingkat pengetahuan komunikan.



e.



Selaan dan tempo bicara. Kecepatan atau tempo bicara yang tepat dapat menetukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang



cepat



pada



pokok



pembicaraan



lain



mungkin



akan



menimbulkan pesan bahwa komunikator sedang menyembunyikan sesuatu. Hal ini harus diperhatikan petugas dan tenaga medis di rumah sakit, jagan sampaai pasien menjadi curiga karena selaan yang lama dan pengalihan yang cepat. Selaan dapat dilakukan untuk menekankan pada hal tertentu, misalnya memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya. f.



Ketepatan waktu dan relevansi Komunikasi yang dilakukan pada waktu yang tepat akan membawa hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, misalnya, bila paasien sedang menangis kesakitan, bukan waktunya tenaga medis menjelaskan resiko operasi. Oleh karena itu tenaga medis harus peka terhadap ketepatan waktu berkomunikasi. Relevansi atau kesesuain materi



komunikasi



juga



merupakan



faktor



penting



untuk



diperhatikan. Komunikasi akan efektif apabila topik pembicaraan berkenaan dengan masalah yang dihadapi oleh komunikan. Komunikasi verbal akan lebih bermanfaat jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien. g.



Humor Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa dapat mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres dan dapat meningkatkan keberhasilan tenaga medis dalam memberikan dukungan emosional terhadap pasien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi katekolamin dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap



sakit,



mengurangi



ansietas,



memfasilitasi



relaksasi



pernafasaan. Humor dapat digunakan untuk menutupi rasa takut, dan tidak enak, atau ketidak kemampuannya dalam berkomunikasi dengan pasien. Dalam menyebutkan kata yang sulit, maka pemberi pesan harus mengeja hurufnya dengan menggunakan kode alphabet internasional, yaitu:



Karakter



Kode Alfabet



Karakter



Kode Alfabet



A



Afa



N



November



B



Bravo



O



Oscar



C



Charlie



P



Papa



D



Delta



Q



Quebec



E



Echo



R



Romeo



F



Foxtrot



S



Sierra



G



Golf



T



Tango



H



Hotel



U



Uniform



I



India



V



Victor



J



Juliet



W



Whiskey



K



Kilo



X



Xray



L



Lima



Y



Yanke



M



Mike



Z



Zulu



Sumber : Wikipedia. 3.



Komunikasi Non Verbal. Merupakan proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata- kata. Komuniksi ini adalah cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.tenaga medis perlu menyadari pesan verbal dan nonverbal yang disampaikan oleh si pasien mulai dari saat pengkajian evaluasi asuhaan keperawatan karena pesan nonverbal dapat memperkuat pesan yang disampaikan secara verbal,misalnya mengunakan gerak isyarat, bahasa tubuh,ekspresi wajah,kontak



mata,simbol-simbol



serta



cara



berbicara,seperti



intonasi,penekaan,kwalitas suara,gaya emosi,dan gaya berbicara. Dalam komunikasi non verbal ada yang disebut metakomunikasi,yaitu suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara



komunikator dan komunikan,misalnya terenyum meskipun hati kecewa atau marah. Metakomunikasi dapat dilihat dari: a.



Penampilan fisik. Penampilan seseorang merupakan faktor yang menarik perhatian dalam komunikasi antar pribadi. Penampilan fisik,cara berpakaian dan cara berhias akan menunjukan kepribadian seseorang.tenaga medis yang memperhatikan penampilan diri dapar menampilkan citra profesionalisme yang positif



b.



Nada suara atau intonasi bicara Intonasi bicara berpengaruh terhadap arti pesan yang disampaikan oleh seseorang kepada pihak lain.oleh sebab itu,pengendalian emosi merupakan faktor yang sangat penting dalam berkomunikasi.



c.



Ekspresi wajah Kondisi perasaan seseorang dapat di ketahui dari ekspresi wajah. Sakit,susah,senang,takut,ngeri,jijik,dan sebagainya dapat di ketahui dari ekspresi wajah.ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar dalam menentukan pendapat seseorang ketika berkomunikasi tatap muka.



4.



Komunikasi satu arah Komunikasi satu arah merupakan komunikasi yang berlangsung satu pihak saja,yaitu hanya dari pihak komunikator dengan tidak memberi kesempatan kepada komunikan untuk memberikan respon atau tanggapan. Contohnya: Keuntungan keuntungan satu arah adalah; a.



Lebih cepat dan efisien



b.



Dalam hal-hal tertentu dapat memberikan kepuasaan kepada komunikator,karena pihak komunikan tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan respon atau tanggapan terhadap hal-hal yang disampaikan oleh komunikator.



c.



Dapat



membawa



wibawa



komunikator



(pimpinan),karena



komunikan tidak dapat mengetahui dan menilai secara langsung kesalahan atau kelemahan komunikator. Sedangkan kelemahannya adalah: a.



Tidak memberikan kepuasan kepada komunikan karena komunikan tidak ada kesempatan untuk menberikan tanggapan.



b.



Memberikan kesan otoriter



c.



Dapat menimbulkan kesalahpahaman dan ketidak jelasan,sehingga muncul presangka yang tidak baik.



5.



Komunikasi dua arah Komunikasi dua arah merupakan komunikasi dimana terjadi timbal balik atau respon saat pesan dikirimkan oleh komukator kepada komunikan. Kedua pihak berperan aktif saling berkesimbungan dan memberikan respon terhadap pesan yang dikirimkan satu sama lain. Komunikasi dua arah mungkin bisa dianggap bentuk komunikasi yang ideal karena memungkinkan kedua belah pihak memberikan pandangan atau responnya terhadap pesan yang disampaikan. Kelebihan komunikasi dua arah adalah: d.



Informasi yang diterima lebih jelas dan akurat karena disampaikan langsung oleh sumber pesan,yang juga dapat diberikan respon oleh penerima pesan



e.



Terjadi perbincangan, bahkan bisa mengarah pada dialog antara kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi.



f.



Dapat memunculkan rasa keakraban dan kekeluargaan, serta membangun iklim demokratif karena kemungkinan masing-masing pihak menyampaikan respon dan pendapatnya.



Kelemahan komunikasi dua arah adalah: a.



Informasi sampai dengan cenderung lebih lambat karena adanya proses pemberian respon,timbal balik dan feedback baik dari penerima pesan maupun respon balasan dari pemberi pesan.



b.



Karean informasi disampaikan lebih lambat,keputusan yang harus diambil pun tidak bisa di tentukan dengan cepat.



c.



Memberikan kesempatan bagi penerima pesan untuk bersikap menyerang opini dari pemberi pesan dan memungkinkan terjadinya konflik dalam proses komuniksi tersebut.



C. Model komunikasi Model kuminukasi adalah ilustrasi alur komunikasi yang menunjukan unsur-unsur penting didalamnya. Menurut beberapa pakar komunikasi, model adalah peyederhanaan tiori yang disajikan dalam bentuk gambar. Salah satu model komunikasi adalah model komunikasi SMCR/BERLO. Model komunikasi SMCR/BERLO mensyaratkan ada 4 unsur komunikasi (source =sumber informasi;message =pesan;channel = saluran;receicer = penerima pesan) untuk dapat terjadinya komunikasi. Unsur-unsur komunikasi tersebut adalah sebagai berikut:



1.



Sumber informasi Sumber (pengirim pesan) adalah orang yang menyampaikan pemikiran atau informasi yang dimilikinya kepada orang lain (penerima pesan). Pengirim pesan bertanggung jawab dalam menerjemahkan pemikiran dan informasinya menjadi sesuatu yang berarti,dapat berupa pesan verbal, non verbal, atau kombinasi dari ketiganya. Pengirim pesan (komunikator) yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,pengetahuannya luas tentang informasi yang disampaikan,cara berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan).



2.



Pesan atau informasi Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pesan komunikasi adalah: a.



Tingkat kepentingan informasi



b.



Sifat pesan



c.



Kemungkinan pelaksanaannya dan kebenaran pesan



3.



d.



Kondisi pada saat pesan diterima



e.



Penerima pesan



f.



Cara penyampaian pesan



Saluran Saluran komunikasi adalah media yang dillalui pesan. Jarang sekali komunikasi



berlangsung



melalui



hanya



satu



saluran,biasanya



menggunakandua sampai empat saluran yang berbeda secara simultan. Contoh : Dalam interaksi tatap muka, kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara),tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (salutan olfaktori) dan seringkali kita bisa saling menyentuh (saluran taktil). Media fisik yang sering digunakan dirumah sakit adalah telepon, brosur,surat edaran,memo, internet, royal, news,dll. 4.



Penerima pesan Penerima pesan adalah orang yang menerima pesan dari sumber informasi (komunikator). Penerima pesan akan menerjemahkanpesan (decoding) berdasarkan pada batasan pengertian yang dimilikinya. Dengan demikian dapat saja terjadi kesenjangan antara yang dimaksud oleh pengirim pesan dengan yang dimengerti oleh penerima pesan yang disebabkan oleh adanya kemungkinan hadirnya gangguan / hambatan. Hambatan ini bisa karena perbedaan sudut pandang,pengetahuan atau pengalaman, perbedaan budaya, masalah bahaya dan lainnya. Pada saat menyampaikan pesan, komunikator harus memastikan apakah pesan telah diterima dengan baik atau tidak. Sementara penerima pesan perlu berkonsentrasi agar pesan diterima dengan baik dan memberikan umpan balik (fedback) kepada pengirim pesan.



5.



Umpan balik Umpan balik merupakan tanggapan komunikan terhadap pesan yang diberikan oleh komunikator. Umpan balik dapat berupa tanggapan verbal



atau non verbal dan sangat penting sekali sebagai proses klarifikasi untuk memastikan tidak terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan pesan. Pada saat penerima pesan melakukan proses umpan balik, pengirim pesan (komunikator)yang baik harus memiliki kemampuan sebagai berikut: a.



Cara berbicara Komunikator harus menguasai cara berbicara, termasuk cara bertanya (mengerti waktu penggunaan pertanyaan tertutup dan terbuka), menjelaskan, klarifikasi, paraphrase, intonasi.



b.



Mendengar Komunikator harus mendengarkan dengan baik umpan balik dari penerima pesan tanpa memotong pembicaraannya.



c.



Cara mengamati Komunikator



harus



bisa



mengamati



cara



berbicara



komunikan,misalnya bahasa non verbal yang digunakan dibalik ungkapan kata atau kalimatnya,gerak tubuhnya. d.



Menjaga sikap Komunikator



harus



berkomunikasi komunikasi



menjaga



dengan



dan



untuk



sikap



komunikan menghindari



(bahasa agar



tubuh)



tidak



selama



mengganggu



kesalahpahaman



dalam



mengartikan gerak tubuh yang dilakukan oleh komunikator. 6.



Gangguan Gangguan adalah segala sesuatu yang menghambat atau mengurangi kita untuk mengirim dan menerima pesan. Gangguan komunikasi ini meliputi: a. Pengacau indra, misalnya suara terlalu keras atau lemah, bau menyengat, udara panas dan lain-lain. b. Faktor faktor pribadi, antara lain prasangka,lamunan,dan lain-lain.



D. Komunikasi Yang Efektif Komunikasi dikatakan efektif jika memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: 1. Pesan yang disampaikan sesuai kebutuhan.



2. Pesan dipahami. 3. Menggunakan media komunikasi. 4. Menggunakan metode dan teknik yang tepat. 5. Sesuai dengan tujuan. 6. Ada proses timbal balik. 7. Tidak membosankan. 8. Dilakukan oleh mereka yang paham. 9. Berdampak pada perubahan perilaku (PHBS). Komunikasi dapat



efektif apabila pesan diterima dan



dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan, dan tidak ada hambatan untuk hal itu. Komunikasi efektif sebagai dasar untuk memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga agar mereka memahami kondisi kesehatannya sehingga pasien berpatisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang asuhannya. 2.5 edukasi Edukasi kesehatan adalah kegiatan upaya meningkatkan upaya meningkatkan pengetahuan kesehatan perorangan paling sedikit mengenai pengelolaan faktor faktor resiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya meningkatkan status kesehatan peserta,mencegah timbulnya kembali penyakit dan memulihkan penyakit. Menurut Ross(1998) dalam (Afiatin,2007),



pendidikan



yang



berusaha



mengubah



pengetahuan, sikap dan perilaku, lebih penting dibandingkan hanya sekedar memberikan informasi tanpa disertai usaha pembentukan sikap dan perubahan perilaku nyata. Haloran (1970) menyatakan bahan interaksi dengan tatap muka



langsung antara pihak penerima pesan dan pihak penyampai pesan



merupakan



intervensi



memungkinkan untuk



dua



arah



yang



lebih



menghasilkan perubahan. Dengan



demikian peningkatan pengetahuan yang bertujuan untuk mengubah sikap akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara tatap muka langsung. Menurut Ross ( 1998) dalam (Afiatin,2007), pendidikan yang berusaha mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku, lebih penting dibandingkan hanya sekedar memberikan informasi tanpa disertai usaha pembentukan sikap dan perubahan perilaku nyata. Haloran (1970) menyatakan bahwa interaksi dengan tatap muka langsung antara pihak penerima pesan dan pihak penyampai pesan merupakan intervensi dua arah yang lebih memungkinkan untuk



menghasilkan perubahan. Dengan



demikian peningkatan pengetahuan yang bertujuan untuk mengubah sikap akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara tatap muka langsung. Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan,



himbauan,



ajakan,



memberikan



informasi,



memberikan kesadaran, dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhn kesehatan. Memang dampak yang timbul dari cara ini terhadap perubahan perilaku masyarakat memakan waktu yang lama, dibanding dengan cara koersi. Namun demikian bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka akan langgeng, bahkan selama hidup dilakukan. Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku kesehatan masyarakat,



tampaknya



pendekatan



edukasi(



pendidikan



kesehatan ) lebih tepat dibandingkan dengan pendekatan koersi. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu



bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan mengupayakan perilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.



BAB 3 KOMUNKASI EFEKTIF DENGAN MASYARAKAT



Rumah sakit harus mengenali komunitas dan populasi pasiennya, serta merencanakan komunikasi berkelanjutan dengan kelompok kunci (keygroup) tersebut. Komunikasi dapat dilakukan kepada individu secara langsung atau melalui media public dan agen yang ada di komunitas atau pihak ketiga melalui komunikasi efektif. Tujuan komunikasi efektif dengan masyarakat adalah memfasilitasi akses masyarakat kepelayanan dirumah sakit dan informasi tentang pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit. 3.1



Populasi Masyarakat yang dilayani



Rs Citra Husada menetapkan populasi yang dilayani berdasarkan atas demografi yang diuraikan menurut usia, etnis, agama, domisili, tingkat pendidikan, termasuk angka buta huruf,  0-28



Berdasarkan usia 65



Dayak Madura Jawa Bugis Tionghoa Batak Inggris Jumlah



Sumber: rekam medis  Islam



Berdasarkan agama Kristen



Katolik



Hindu



Budha



Lain-



Tak



lain



terdata



Sumber: rekam medis 



Berdasarkan domisili



No



Kecamatan



1



Nanga pinoh



2



Pinoh selatan



3



Pinoh utara



4



Sayan



5



Sokan



6



Tanah pinoh



7



Tanah pinoh barat



8



Belimbing



9



Belimbing hulu



Jumlah



Persentase



10



Ella hilir



11



Menukung



Sumber: Rekam medis  Berdasarkan tingkat pendidikan SD



SMP



SMA



D3



S1



Tidak terdata



Sumber: Rekam medis



 Data populasi berdasarkan bahasa Data populasi pasien berdasarkan bahasa yang diketahui oleh pasien terhitung 1 juli 2019 – 30 Juli 2019, dapat dilihat pada table berikut: Bahasa



Jumlah



Persentase



Indonesia Melayu Dayak Madura



 Angka buta huruf Data populasi pasien berdasarkan Angka buta huruf terhitung mulai 1 juli 2019 – 30 juli 2019 dapat dilihat pada tabel berikut: Angka buta huruf



Jumlah



Persentase



Buta huruf Tidak buta huruf Jumlah



Sumber: Rekam medis 3.2 Jenis komunikasi yang diinformasikan RS Citra Husada merupakan RS tipe D dengan visi menjadi rumah sakit pilihan utama dan terbaik di Kabupaten Melawi. Kegiatan Pelayanan RS Citra Husada antar lain : 3.2.1 Pelayanan 24 Jam 1. Instalasi Gawat Darurat 2. Laboratorium 3. Instalasi Farmasi 4. Instalasi Radiologi 5. Kamar Operasi 6. Ambulance 7. Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)



3.2.2 Pelayanan Rawat Jalan Pelayanan rawat jalan meliputi jam pendaftaran, nama poliklinik, jadwal dokter, nama dokter, dan penyuluhan kesehatan rawat jalan. Jam Pendaftaran :Senin – Jumat Pagi (08.00 – 13.00) Sore (17.00 – 20.00) Sabtu - Minggu Pagi(08.00 – 12.00) Sore (17.00 – 20.00) Nama poli klinik, jadwal dokter, dan nama dokter : DAFTAR NAMA DOKTER DAN JADWAL POLIKLINIK RS CITRA HUSADA TAHUN 2019 NO



NAMA POLI



JADWAL



1.



Poliklinik Penyakit Senin s/d Minggu



NAMA DOKTER dr.Royke Thanos SpPD



Dalam 2



Poliklinik Gigi



Senin s/d Jumat



Drg.Badaria Salim



3



Poliklinik Anak



Senin s/d Minggu



dr.Fanny



Js



Tangkudung



M.Sc,SpA 4



Poliklinik Bedah



Senin s/d Minggu



dr. Rachmat Wiardi SpB



5



Poliklinik



Senin s/d Minggu



dr. Muhammad alif SpOG



Kandungan 6



Poliklinik Mata



Senin s/d Sabtu



dr.Maretha amrayni SpM



7



Spesialis Radiologi



Senin s/d Sabtu



dr.John



Kurniawan



Rantepadang,Sp.Rad 8



Dokter Umum



1.



dr. Corina Rukmana



2.



dr. Hartanto Lee



3.



dr.Julianto



4.



dr.Laura V.Yaffri



5.



dr.Muthi’ah



6.



dr.one Priamita Intansari



Total Jumlah dokter spesialis 7 orang dan dokter umum 6 orang. Jumlah dokter spesialis dan dokter umum bisa berubah karena ada yang pindah atau melanjutkan pendidikan. RS Citra Husada mengusahakan kelengkapan jenis dan jumlah dokter spesialis sesuai kebutuhan untuk melayani berbagai masalah medis pasien. Dokter Spesialis dan dokter umum yang bertugas di RS Citra Husada diharuskan telah mempunyai surat ijin praktek yang masih berlaku. Penyuluhan kesehatan rawat jalan merupakan salah satu bentuk komunikasi dan edukasi dengan masyarakat yang melibatkan PPA RS Citra Husada.Penyuluhan dilakukan 1 bulan 2 kali atau disesuaikan



dengan



hari



hari



besar



kesehatan



nasional.



Penyuluhan kesehatan juga menginformasikan mengenai jam pendaftaran, nama poliklinik, jadwal dokter, nama dokter apabila ada perubahan atau ada tambahan. 3.2.3 PelayananRawat Inap Instalasi rawat inap memberikan pelayanan rawat inap antara lain: 1. Rawat inap biasa :untuk perawatan pasien anak dan dewasa yang stabil dan tidak memerlukan observasi ketat. 2. Ruang ICU : untuk pasien kritis yang memerlukan observasi ketat. 3. Ruang Perinatalogi :ruang perawatan bayi 0-28 hari. 4. Kamar Bayi Patologis : untuk perawatan bayi baru lahir dan neonates 5. Kamar isolasi : kamar untuk penyakit menular 6. Kamar jenazah : kamar untuk orang meninggal yang belum dibawa pulang Rumah Sakit Citra Husada menyediakan berbagai jenis kamar rawat inap sesuai kondisi medis dan kondisi ekonomi. Total jumlah tempat tidur kelas 3 jumlah 14 TT dewasadan 7 TT untuk anak, kelas 2 jumlah 11 TT, kelas 1 jumlah 9 TT, kelas VIP jumlah 7 TT, kelas VVIP jumlah 5 TT, kamar Utama jumlah 2 TT, kamar



jenazah jumlah 1 TT , kamar HCU 2 TT, Perinatalogi jumlah 3 incubator dan 2 box bayi, kamar patologis 1 box bayi. Kamar isolasi 1 TT. Jumlah tempat tidur bias sewaktu-waktu berubah sesuai dengan situasi dan perkembangan Rumah Sakit seperti perluasan bangunan ruangan rawat inap, kamar rawat inap melayani berbagaimacam tipe dan kasus pelayanan seperti penyakit dalam, anak, kebidanan, mata, dan bedah, sesuai dengan pelayanan Spesialis yang ada. Jam berkunjung pasien rawat inap adalah :pagi (09:00 s/d 11:00) dan sore (17:00 s/d 19:00).



JumlahTempatTidur No Ruangperawatan



Jumlahtempattidur



1



Kelas III



21



2



Kelas II



11



3



Kelas I



9



4



KelasUtama



2



5



Kelas VIP



7



6



Kelas VVIP



5



7



perinatalogi



5



8



Ruangpatologisbayi



1



9



KamarJenazah



1



10



Kamarisolasi



1



3.2.4 Pelayanan Penunjang Lainnya: 1. USG 3 D/4 D 2. EKG 3. Rontgen 4. Medical Check up 5. PKRS 3.2.5 Informasi Kualitas Pelayanan



Informasi mengenai kualitas pelayanan yang dipublikasikan ada 2 yakni: 1. Walk Through Audit (WTA) Merupakan indeks penilaian kepuasan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhadap pelayanan fasilitas kesehatan Rumah Sakit tahun 2017. Evaluasi ini dilakukan setiap bulan dirawat jalan dan rawat inap Rumah Sakit Citra Husada.Hasil penilaian ini ditempel dipapan informasi selasar IGD dan website RS Citra Husada. 2. Survai Kepuasan Masyarakat Merupakan penilaian kepuasan masyarakat tentang pelayanan rumah sakit. Evaluasi ini dilakukan satu tahun sekali di RS Citra Husada. Hasil dari penilaian ini ditempel di papan informasi selasar IGD dan website RS Citra Husada. 3. Angket kepuasan klien dalam pelayanan di IGD Merupakan penilaian kepuasan pasien dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan RS Citra Husada yang dilakukan 3 bulan sekali. Hasil dari penilaian ini ditempel dipapan informasi selasar IGD dan website RS Citra Husada. 3.3 Strategi komunikasi dengan Masyarakat Dalam melakukan komunikasi, data demografi digunakan sebagai dasar dalam membuat strategi dengan masyarakat, selain itu unit informasi dan pengaduan masyarakat RS Citra Husada juga melakukan sosialisasi kemasyarakat sehingga informasi terkait rumah sakit dapat diakses oleh masyarakat, seperti informasi fasilitas pelayanan, informasi dokter baru dan kegiatan rumah sakit. 1. Berdasarkan golongan usia, umur 45-64 tahun merupakan golongan yang paling tinggi sebesar 11326. Untuk golongan ini tidak memiliki hambatan yang berarti dalam melakukan komunikasi, 2. Berdasarkan Etnis, melayu merupakan etnis yang paling banyak. Untuk golongan ini tidak memiliki hambatan yang berarti karena rata-rata etnis melayu bisa berbahasa Indonesia,hal ini diperkuat lagi dengan data



demografi untuk bahasa yang digunakan 87% bisa berbahasa Indonesia sehingga leaflet yang digunakan bahasa Indonesia. Rumah Sakit menyediakan penerjemah berdasarkan empat etnis/suku terbanyak yang berkunjung ke RS Citra Husada yakni Dayak 9%,Tionghoa 8%, Madura 5%. Untuk suku Melayu dengan kunjungan 72% memang tidak disediakan penerjemah karena rata-rata bisa berbahasa Indonesia seperti yang disebutkan diatas. 3. Berdasarkan Agama, Islam merupakan agama yang paling banyak sehingga RS Citra Husada menyediakan rohaniawan yang beragama Islam untuk pasien-pasien pada tahap terminal. 4. Pelayanan yang tersedia diRS Citra Husada di informasikan melalui neonbox yang diletakan pada luar gedung RS Citra Husada. Daftar dokter tetap RS Citra Husada diletakan didalam gedung RS Citra Husada yaitu didepan poli penyakit dalam / selasar poli. 5. Pamlet dan brosur yang berisi informasi pelayanan dan fasilitas kesehatan disediakan di berbagai titik didalam gedung RS Citra Husada seperti diruang tunggu poliklinik rawat jalan, dimeja informasi pasien serta diruang tunggu IGD. Hak dan Kewajiban pasien disediakan dimasingmasing ruang perawatan. 6. Banner yang berisi hak dan kewajiban pasien yang diletakan diaula pendaftaran rawat jalan dan aula pendaftaran rawat inap 7. Poster yang berisi alur pelayanan rawat jalan yang ada dibelakang pendaftaran pasien rawat jalan ,alur pelayanan rawat inap dan IGD yang ada didepan pintu masuk IGD. 8. Lembar bolak-balik yang berisi tata tertib /aturan RS Citra Husada,hak dan kewajiban



pasien,informasi



kesehatan,cara



pendaftaran



bpjs,alur



pelayanan rawat jalan,jadwal dokter, fasilitas ruangan dan denah rumah sakit tersedia dimasing-masingmeja jaga perawat. 9. RS Citra Husada memiliki website rschmelawi.id dan dapat diakses oleh masyarakat umum. Website ini berisi profil rumah sakit citra



husada,informasi, fasilitas,tariff,prosedur serta laporan dan kegiatan rumah sakit. 10. Masyarakat dapat memberikan komentar mengenai pelayanan rumah sakit Citra Husada baik itu informasi pengaduan maupun saran melalui sms kenomor 08125768217 ,website dan kotak saran yang telah tersedia dan aplikasi android.



DAFTAR PUSKESMAS,DOKTER PRAKTEK DAN KOMUNITAS DIKABUPATEN MELAWI 2019



NO 1



PUSKESMAS



ALAMAT



NoTelepon / HP



2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14



NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11



KOMUNITAS



ALAMAT



No Telepon/HP



NO



DOKTER



ALAMAT



No Telepon/HP



PRAKTEK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



BAB 4 KOMUNIKASI DENGAN PASIEN DAN KELUARGA Pasien dan keluarga membutuhkan informasi lengkap mengenai asuhan dan pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit,serta bagaimana untuk mengakses pelayanan tersebut. Memberikan informasi ini penting untuk membangun komunikasi yang terbuka dan terpecaya antara pasien, keluarga dan rumah sakit. Informasi tersebut membantu mencocockan harapan pasien dengan kemampuan rumah sakit. Informasi ini bisa dimasukan dalam website rumah sakit atau dalam bentuk brosur /leaflet/banner/yang ditempatkan diarea yang mudah diperoleh atau dilihat pasien dan keluarga.



Informasi sumber alternative asuhan dan pelayanan ditempat lain juga diberikan kepada pasien dan keluarga jika dirumah sakit tidak dapat menyediakan asuhan serta pelayanan yang dibutuhkan pasien diluar misi dan kemampuan rumah sakit. Sebaiknya rumah sakit mengadakan perjanjian kerja sama dengan tempat asuhan dan pelayanan alternative tersebut. Pasien hanya dapat membuat keputusan yang dikemukakan dan berpatisipasi dalam proses asuhan apabila mereka memahami informasi yang diberikan kepada mereka.Oleh karena itu,perhatian khusus perlu diberikan terhadap format dan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi serta pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga. Respon pasien akan berbeda terhadap format edukasi berupa instruksi lisan, materi tertulis, video, demonstrasi / peragaan dan lain-lain. Demikian juga penting untuk mengerti bahasa yang dipilih. Ada kalanya, anggota keluarga atau penerjemah mungkin dibutuhkan untuk membantu dalam edukasi atau menerjemahkan materi. 4.1 Komunikasi efektif dokter dan pasien Dalam hubungan dokter dan pasien, keduanya dapat berperan sebagai sumber atau pengirim pesan dan penerima pesan secara bergantian. Pasien sebagai penerima pesan menyampaikan apa yang dirasakan atau menjawab pertanyaan tenaga medis sesuai dengan jelasan penyakit, rencana pengobatan dan terapi,efek samping obat yang mungkin terjadi,serta dampak dari dilakukan dan tidak dilakukannya terapi tertentu. Dalam penyampaian ini,tenaga medis bertanggung jawab untuk memastikan pasien memahami apa yang disampaikan. Sebagai penerima pesan, dokter perlu bekonsentrasi dan memperhatikan setiap pernyataan pasien. Untuk memastikan apa yang dimaksud oleh pasien,sesekali dokter perlu membuat pertanyaan atau pernyataan klarifikasi. Mengingat kesenjangan informasi dan pengetahuan yang ada antara dokter dan pasien, dokter perlu mengambil peran aktif.ketika pasien dalam posisi sebagai penerima pesan,dokter perlu secara proaktif memastikan apakah pasien benarbenar



memahani



pesan



yang



telah



disampaikan.



Misalnya



dalam



menginterprestasikan kata ‘’panas’’. Dokter yang mempunyai pasien berumur dua tahun memesankan kepada ibu pasien,’’kalau dia panas berikan obatnya’’. Pengertian panas oleh ibu pasien mungkin saja berbeda dengan yang dimaksud oleh dokter. Pasien perlu mencari cara untuk memastikan si ibu mempunyai pemahaman yang sama, misalnya dengan menggunakan ukuran yang tepat, yaitu thermometer.dokter



mengajarkan



cara



menggunakan



thermometer



untuk



mengetahui keadaan anaknya.si ibu diminta memberikan obat yang telah diresepkan dokter kepada anaknya apabila suhu tubuh anak mencapai angka tertentu yang dimaksud dokter mengalami ‘’panas’’. Dalam dunia kesehatan, warna yang berbeda,ukuran yang berbeda-beda,rasa yang berbeda, bisa menjadi hal yang sangat viral karena bisa membedakan intensitas radang, intensitas nyeri yang pada akhirnya bermuara pada diagnose maupun jenis obat yang harus diminum. Peran dokter sebagai fasilitator pembicaraan amat penting agar tidak terjadi salah interprestasi. Silverman ( 1998 ) menjelaskan bahwa komunikasi efektif tidak berhenti sampai pemberi pesan selesaimenyampaikan maksudnya. Komunikasi baru dapat dikatakan lengkap ketika pembicara mendapatkan umpan balik dari penerima yang meyakinkan bahwa tujuan komunikasinya tercapai



( penerima pesan



memahani sesuai yang diharapkan). Disease centered communication style adalah komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala. Iiiness centered communication style adalah komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik, termasuk pendapat pasien,apa yang menjadi kepentingannya, apa kekwatirannya, harapannya, apa yang dipikirkannya akan menjadi akibat dari penyakitnya (kurtz ,1998 ). Pada dasarnya komunikasi efektif adalah bagaimana menyatukan sudut pandang pasien maupun dokter menjadi sebuah bentuk relasi dokter- pasien ( doctor-patiebt partnership ),keduanya berada dalam level yang sejajar dan saling bekerja sama untuk menyelesaikan masalah kesehatan pasien.



Di dunia kedokteran,model proses komunikasi tersebut telah dikembangkan oleh Van Dalen (2005) menjadi model yang sangat sederhana dan aplikatif. 1



3 2







3



Kotak 1 : pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang dikemukan oleh dokter (patient takes the lead throuugh open ended question by thr doctor ).







Kotak 2 : dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan tertutup / terstruktur yang telah disusun sendiri ( doctor takes the lead through closed question by the doctor) .







Kotak 3 :kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan negosiasi kedua belah pihak (Negotiating agenda by both). Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak. Khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati dapat diraih melali kecukupan dokter akan listening skills dan training skill yang dapat diraih melalui latihan. Carna L.Bylund & gregory makoul dalam tulisan tentang emphatic communication in physician –patient encounter 2002, menyatakan betapa pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan definisi berikut : a.



kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien



b. kemampuan afektivitas/sensitivitas seorang dokter terhadap perasaan pasien. c.



kemampuan prilaku dokter dalam memperlihatkan /menyampaikan empatinya kepada pasien.



Berikut adalah contoh aplikasi empati yang dikembangkan oleh bylund & makoul 2002.



Tingkat atau level empati dalam komunikasi dikodekan dalam suatu system. Ada 6 level pada pengkodean ini,yaitu: Level 0 : dokter menolak sudut pandang pasien. Level 1 : doker mengenal secara sambil lalu. Level 2 : dokter mengenal sudut pandang pasien secara implisit. Level 3 : dokter menghargai pendapat pasien. Level 4 : dokter menginformasikan kepada pasien. Level 5 : dokter berbagi perasaan dan pengalaman dengan pasien. Keterangan: Level 3-5 adalah pengenalan dokter terhadap sudut pandang pasien tentang penyakitnya secara eksplisit. Contoh-contoh kalimat : Level 5 : berbagi pengalaman maupun perasaan. ‘’ya saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan anda berdua. Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kemanilan berikutnya mereka sangat khawatir. Level 4 : konfirmasi “ anda sepertinya sangat sibuk,saya mengerti seberapa besar usaha anda untuk menyempatkan berolahraga “. Level 3 : penghargaan “ anda bilang anda sangat stress datang ke sini ? apa anda mau menceritakan lebih jauh apa yang membuat anda stress??” Level 2 : pengenalan dokter terhadap sudut pandang pasien ( terhadap penyakitnya ) secara implisit. Pasien” pusing saya ini membuat saya sulit bekerja “ Dokter : ya.... bagaiman bisnis anda akhir-akhir ini ?” Level 1 : pengenalan secara sambil lalu. “A- ha “. Tapi dokter mengerjakan hal lain ,menulis, membalikkan badan, menyiapkan alat, dan lain-lain. Level 0 : penolakan trehadap apa yang menjadi sudut pandang pasien . -mengacuhkan pendapat pasien



-membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien, seperti: “ kalau stress,ya... mengapa datang kesini ? Keterampilan empati bukan hanya sekedar basa basi atau bermanis mulut kepada pasien melainkan : a. Mendengarkan aktif. b. Responsif pada kebutuhan pasien. c. Responsif pada kepentingan pasien. d. Usaha memberikan pertolongan kepada pasien. 4.1.1 Sikap Profesional Dokter: Sikap profesional dokter dapat ditunjukkan ketika dokter berhadapan dengan tugasnya,yang berarti mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan peran dan fungsinya, mampu mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu, pembagian tugas profesi dan tugas-tugas pribadi yang lain, dan mampu menghadapi berbagai macam tipe pasien serta mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya.didalam proses komunikasi dokterpasien,sikap profesional ini penting untuk menjalin sambung rasa,sehingga pasien merasa nyaman,aman, dan dapat percaya kepada dokter, yang merupakan landasan bagi berlangsungnya komunikasi secara efektif ( silverman1998 ). 1. Tahap pengumpulan informasi. Dimulai dari tahap pengalian informasi yang terdiri dari : a.



Mampu mengenali alasan kedatangan pasien. Penggalian informasi akan berhasil apabila dokter mampu menjadi pendengar yang aktif, sehinga pasien dapat menggungkapkan kepentingan, harapan, kecemasannya secara terbuka dan jujur. Hal ini akan membantu dokter dalam menggali riwayat kesehatannya yang merupakan hal-hal penting untuk menegakkan diagnosis.



b.



Pengalian riwayat penyakit. Pengalian riwayat penyakit ( anamnesis ) dapat dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka dahulu, yang kemudian diikuti dengan pertanyaan tertutup yang membutuhkan jawaban “ya” atau “tidak” .van dalen (2005) menyebutkan bahwa dokter adalah seorang ahli yang akan menggali riwayat kesehatan pasien sesuai kepentingan medis. Pertanyaan –pertanyaan terbuka yang dapat ditanyakan : 1) Bagaimana pusing trrsebut anda rasakan, dapat diceritakan lebih jauh? 2) Menurut anda, pusing tersebut reda bila nada melakukan sesuatu, meminum obat tertentu atau bagaimana menurut anda? Sedangkan pertanyaan tertutup yang merupakan inti dari anamnesis meliputi: 3) Eksplorasi terhadap riwayat penyakit dahulu 4) Eksplorasi terhadap riwayat penyakit keluarga. 5) Eksplorasi terhadap riwayat penyakit sekarang, contoh menggunakan pedoman macleaod’s clinical examination seperti yang disebutkan dalam kurtz ( 1998), sebagai berikut : a) Dimana dirasakan? b) Sampai di bagian tubuh mana hal tersebut dirasakan? c) Bagaimana



karakteristik



dari



nyerinya,



berdenyut-denyut? hilang timbul? Nyeri terus menerus? d) Nyeri?



Amat nyeri? Sampai tidak dapat



melakukan kegiatan mengajar ?



e) Berapa lama nyeri berlangsung? Sebentar? Berjam-jam ? berhari-hari ? f) Setiap waktu tertentu nyeri tersebut dirasakan? Berulang-ulang? Tidak tentu? g) Adakah keluhan lain yang menyertainya? 2. Tahap penyampaian informasi Setelah



pengumpulan



informasi



dilakukan



dengan



akurat,maka dokter masuk ke tahap penyampaian informasi. Tahap informasi yang akurat di tahap pengumpulan informasi, dokter dapat terjebat ke dalam kecurigaan yang tidak beralasan.secara ringkas ada 6 (enam) hal penting yang harus diperhatikan agar efektif dalam berkomunikasi dengan pasien, yaitu: a. Materi informasi apa yang disampaikan. 1) Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik ( kemungkinan rasa tidak nyaman/sakit saat pemeriksaan). 2) Kondisi saat ini berbagi kemungkinan diagnosis. 3) Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan



diagnosis



(manfaat,resiko,efek



samping/komplikasi). 4) Hasil dan interprestasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis. 5) Diagnosis, jenis atau tipe. 6) Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi ( kekurangan dan kelebihan masing-masing cara). 7) Prognosis dukungan ( support )yang tersedia. b. Siapa yang diberi informasi. A. Pasien, kalau pasiennya menghendaki dan kondisnya memungkinkan. B. Keluarga atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.



C. Keluarganya ataupihak lain yang menjadi wali / pengampu dan bertanggung jawab atas pasien kalau kondisi



pasien



tidak



memungkinkan



untuk



berkomunikasi sendiri secara langsung. c. Berapa banyak atau sejauh mana. 1) Untuk pasien : sebanyak yang pasien kehendaki,yang dokter merasa perlu dengan memperhatikan kesiapan mental pasien. 2) Untuk keluarga: sebanyak yang pasien /keluarga kehendaki dan sebanyak yang dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya. d. Kapan menyampaikan informasi. Segara, jika kondisi dan situasinya memungkinkan. e. Dimana menyampaikannya. 1) Di ruang praktek dokter. 2) Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat. 3) Di ruang diskusi 4) Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan dokter. f. Bagaimana penyampaiannya. 1) Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui telepon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos, facsimile,SMS, atau internet. 2) Persiapan meliputi: a) Materi yang akan disampaikan ( bila diagnosis, tindakan medis,prosnosis sudah disepakati oleh tim ). b) Ruangan



yang



nyaman,



memperhatikan



privasi,tidak terganggu orang lalu lalang, suara gaduh dari tv/ radio,telepon.



c) Waktu yang cukup. d) Mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemui oleh keluarga/ orang yang di tunjuk ; bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya lebih dari satu orang ). 3) Jajaki sejauh mana pengertian pasein,/ keluarga tentang hal yang akan di bicarakan. 4) Tanyakan kepada pasien / keluarga, sejauh mana informasi



yang



pasien/keluarga



diinginkan menerima



dan



amati



informasi



kesiapan



yang



akan



diberikan. Agar tujuan komunikasi tercapai, seorang dokter harus menjadi pendengar yang aktif. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah: a) Perhatikan sikap non verbal pasien. 



Bila



terlihat



amat



lemas,tentunya



dokter



memberi kesempatan untuk berbincang, duduk ataupun yang dapat membantunya selama proses konsultasi. 



Bila terlihat amat memperhatikan penjelasan dokter,



maka



dokter



dapat



meneruskan



penjelasannya, dengan melakukan periksa silang ( cross check), apakah pasien merasa sudah jelas atau belum. 



Bila pasien terlihat tergesa-gesa, dokter dapat menawarkan segala sesuatu yang membuat proses konsultasi berlangsung cepat dengan cara bernegosiasi dengan pasien. Bila perlu pasien dapat datang lagi di sempatan berikutnya.







Bila pasien terlihat ingin bertanya tetapi raguragu,maka



dokter



hendaknya



memberi



kesempatan pasien untuk berbicara. b) Mulai dengan pertanyaan terbuka. Contoh : ‘’bagaimana keadaan bapak hari ini ? ‘’apa yang ingin ibu sampaikan atau ingin didiskusikan hari ini? ‘’ c) Dengarkan keluhan pertama kali yang di sampaikan pasien yang belum tentu keluhan medis. Contoh : sekarang susah ya,mencari pekerjaa.... ‘’harga sembako semakin mahal saja ya.... d) Fasilitas keluhan dengan : 



Mendengarkan aktif jawaban pasien, tanpa interupsi.







Menanggapi dengan ucapan,’’baik...’’ atau .....”oke....”atau



“Aha...”,



atau



mengganggukkan kepala. 



Merespon atau memberikan umpan balik maupun klarifikasi dengan pertanyaan atau jawaban pada waktu yang tepat.



e) Tanyakan bila ada keraguan. f) Konfirmasi maupun negosiasi agenda hari ini dengan mengikutsertakan pendapat atau putusan pasien, “ jadi bapak mengeluhkan tentang pusing dan kelelahan, apakah ada lagi yang ingin disampaikan?”.... kalau tidak,bisakah kita mulai sesi hari ini dengan ........ kemudian dilanjutkan dengan ......?



4.1.2 Edukasi Persetujuan General Consent



General consent merupakan lembar persetujuan umum yang diminta persetujuan umum kepada pasien atau keluarganya berisi persetujuan terhadap tindakan yang berisiko rendah, prosedur diagnosis, dan pengobatan lainnya. Adapun isi general consent adalah : 1. Persetujuan



diagnosis,perawatan



dan



pengobatan. 2. Persetujuan dan pemberian ijin khusus 3. Privasi dan kerahasiaan informasi 4. Hak dan kewajiban pasien 5. Praktek klinik mahasiswa 6. Perlindungan harta benda 7. Informasi biaya Persetujuan umum diminta saat pertama kali pasien masuk rawat jalan atau setiap kali masuk rawat inap. 4.1.3. Edukasi Persetujuan Informed Consent Informed consent adalah setiap tindakan medis yang



mengandung



resiko



cukup



besar,



mengharuskan adanya persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh pasien setelah sebelumnya pasien



itu



memperoleh



informasi



tentang



perlunya tindakan medis yang bersangkutan serta resiko yang berkaitan dengan pasien tersebut. Informed consent sangat penting bagi dokter dan pasien dalam pelayanan medis karena informed consent merupakan proses komunikasi antara dokter dan pasien untuk menentukan terapi atau penyembuhan yang terbaik dan tepat bagi pasien. Dalam komunikasi tersebut, dokter akan



mengedukasi



pasien mengenai



resiko



dan



komplikasi yang dapat terjadi atas suatu tindakan



medis



yang



akan



dilakukan



berdasarkan atas informasi atau penjelasan yang disampaikan dokter tersebut maka pasien akan menyampaikan kehendaknya yaitu menerima atau menolak tindakan medis dari dokter. Persetujuan pasien tersebut menjadi dasar pengambilan keputusan medis. Pengambilan keputusan medis akan mudah dilakukan jika segala sesuatu yang berkaitan dengan proses komunikasi sebelum pengambilan keputusan sudah dilakukan dengan baik yaitu menyangkut informasi atau penjelasan yang disampaikan dokter dapat dipahami pasien dan pasien menyatakan persetujuannya. Edukasi yang dilakukan dokter ditulis di dalam form informed consent dan ditandatangani oleh dokter dan pasien atau keluarga pasien dan didokumentasikan dalam rekam medis. 4.2 Komunikasi Efektif Perawat Dan Pasien Jenis komukasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawataan di rumah sakit dalam hubungan perawat dan pasien adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Dalam setiap tahapan



pelaksanaan



proses



keperawatan,



perawat selalu menggunakan komunikasi verbal. Oleh karena itu perawat harus memahami halhal yang harus diperhatikan dalam komunikasi verbal.



Tahapan



komunikasi



dalam



keperawatan



meliputi



tahap



pengkajian,



perumusan



diagnosis,perencanaan,pelaksanaan,dan evaluasi. 1. Tahap pengkajian. Pengkajian merupakan tahap awal proses pelayanan di rumah sakit yang dilakukan oleh petugas regustrasi/ admisi dan perawat untuk



mengumpulkan



tersebut



data



diperlukan



pasien.data



sebagai



dasar



pelaksanaan proses keperawatan pada tahap selanjutnya. Data pasien diperoleh dari : a. Wawancara, terdiri dari : -wawancara admisi Wawancara ini dilakukan pada saat pertama kali pasien masuk rumah sakit dengan tujuan untuk



mendapatkan



data



umum



atau



identutas pasien. 5) Wawancara riwayat hidup. Wawancara



ini



dilakukan



oleh



perawat



untuk



mendapatkan informasi mengenai keluhan pasien, riwayat kesehatan,perjalanan penyakit dengan tujuan untuk mengetahui alasan pasien datang ke rumah sakit dan menjadi acuan rencana tindakan keperawatan. 6) Wawancara terapeutik. Wawancara ini ditekankan pada fakta,ide dan isi dalam rangka pengembangan hubungan sehat yang bertujuan untuk membantu pasien mengidentifikasi masalahnya. Wawancara ini memberikan peluang kepada pasien untuk



mengungkapkan



pesaraan,



mengenai



dan



mengetahui



masa



lalunya. Wawancara terapeutik



banyak digunakan oleh profesional kesehatan seperti perawat,dokter,



psikolog,



dan



psikiater,biasanya



diterapkan pada pasien yang mengalami gangguan psikologis. b. Pemeriksaan fisik. c. Pemeriksaan



diagnostik



(



laboratorium,radiologi dan sebagainya.) d. Informasi/ pencatatan dari tenaga medis lain dan dari keluarga pasien. Kemampuan



berkomunikasi



sangat



berpengaruh pada kelengkapan data pasien. Oleh karena itu, peningkatan komunikasi



seorang



mendapatkan



perawat



perlu



perhatian.



Dalam



berkomunikasi



perawat



perlu



memperhatikan



budaya



yang



berpengaruh pada waktu dan tempat terjadinya



komunikasi,



penggunaan



bahasa, usia dan perkembangan pasien. Ada beberapa hal yang menjadi kendala pasien dalam menyampaikan, menerima, dan



memahami



informasi



yang



diterimanya. Beberapa hal yang menjadi kendala,antar lain : 7) Kemampuan bahasa Perawat perlu memperhatikan bahasa yang mampu dipahami oleh pasien dalam berkomunikasi karena penguasaan



bahasa



sangat



berpengaruh



terhadap



penafsiran pasiendalam menerima informasi yang diberikan.



8) Ketajaman panca indra. Ketajaman panca indra dalam mendengar, melihat, merasa dan mencium bau merupakan faktor penting dalam berkomunikasi. Pasien akan menerima pesan komunikasi dengan baik apabila panca inderanya berfungsi baik. Bagi pasien yang mengalami gangguan pendengaran, ada tahapan yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian,yaitu informasi medik yang



mengidentifikasikan



adanya



kelemahan



pendengaran.memperhatikan perlu/ tidaknya pasien menggunakan alat bantu dengar yang masih berfungsi, memperhatikan kemampuan pasien membaca ekspresi wajah dan gerak bibir perawat, dan apakah pasien mampu menggunakan gerak isyarat sebagai bentuk komunikasi non verbal. 9) Kelemahan fungsi kognitif. Kerusakan yang melemahkan fungsi kognitif, misalnya tumor otak yang dapat mempengaruhi kemampuan pasien



untuk



mengungkapkan



dan



memahami



bahasa.dalam mengkaji pasien ini, perawat harus dapat menilai respon, baik secara verbal maupun non verbal yang disampaikan oleh pasien dalam menjawab pertanyaan. 10) Gangguan struktural. Gangguan struktural tubuh terutama yang berhubungan langsung dengan suara, seperti mulut dan hidung dapat berpengaruh pada proses komunikasi. 2. Tahap perumusan diagnosa. Diagnosa dirumuskan



berdasarkan data



yang diperoleh dari



tahap pengkajian.



Perumusan



diagnosa



keperawatan



merupakan hasil penilaian perawat dengan melibatkan pasien dan keluarganya, tenaga kesehatan lain yang berkenaan dengan masalah yang dialami pasien. Diagnosa keperawatan yang tepat memerlukan sikap komunikatif perawat dan sikap kooperatif pasein. 3. Tahap perencanaan. Pengembangan



rencana



tindakankeperawatan



kepada



pasien



diperlukan interaksi dan komunikasi dengan pasien.hal ini untuk menentukan alternatif rencana keperawatan yang akan diterapkan. Misalnya,



sebelumnya



memberikan



makanan kepada pasien. Rencana tindakan yang dibuat oleh perawat merupakan media komunikasi antar tenaga kesehatan yang berkesinambungan



sehingga



pelayanan



dapat dilaksanakan secara teratur dan efektif. 4. Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.



Aktivitas



ini



memerlukan



ketrampilan dalam berkomunikasi dengan pasien.



Terdapat



dua



kategori



umum



aktivitas perawat dalam berkomunikasi, yaitu saat mendekati pasien untuk memenuhi kebutuhan dan saat pasien mengalami masalah psikologis.pada saat menghadapi pasien,perawat perlu:



11) Menentukan raut wajah yang mencerminkan ketulusan agar



tercipta



suasana



saling



percaya



saat



berkomunikasi. 12) Kontak pandang yang menunjukan perhatian dan kesungguhan perawat. 13) Fokus pada pasien. 14) Bersikap terbuka untuk menumbuhkan keberanian pasien dalam mengikuti tindakan keperawatan yang dilakukan. 15) Mendengarkan secara seksama dan penuh perhatian untuk mendapatkan informasi dari pasien. Perawat lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Hal ini akan menumbuhkan kepercayaan pasien kepada perawat. 16) Mendengarkan



keluhan



pasien



dan



memahami



perasaan. 17) Perawat mampu menjadi pembimbing dan konseling terhadap pasien. 18) Bersikap tenang selama berada di depan pasien. 5. Tahap evaluasi Evakuasi proses



memuat dan



kriteria



keberhasilan



keberhasilan



keperawatan.keberhasilan



proses



tindakan dapat



dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman / rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dantingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.



Terdapat



tiga



kemungkinan



hasil



evaluasi,yaitu :  Tujuan tercapai : apabila pasien telah menunjukan perbaikan / kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.  Tujuan tercapai sebagian : apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal,sehingga



perlu



dicari



penyebab dan cara mengatasinya.  Tujuan tidak tercapai: apabila pasien tidak



menunjukan



perubahan/



kemajuan sama sekali,bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini perawat perlu



mengkaji



mendalam



secara



apakah



lebih terdapat



data,analisis,diagnosa,tindakan,dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang



menjadi



penyebab



tidak



tercapainya tujuan. 4.3 Komunikasi Efektif Paramedis Nonmedis Dan Petugas Rumah Sakit Lainnya Dengan Pasien. Semua petugas rumah sakit baik paramedis, nonmedis dan semua rumah



sakit



lainnya



(



satpam,



manajemen, petugas clining servis, petugas parkir) harus menerapkan 3S, yaitu : senyum,salam,dan sapa, untuk



komunikasi



selanjutnya



disesuaikandengan situasi saat itu



dan



memperhatikan



keluarga



paisen



pasien



dengan



dan



sebaik-



baiknya. 4.4



Komunikasi



Dan



Edukasi



Pasien/ Keluarga Pasien. Rumah sakit melaksanakan edukasi terhadap pasien dan keluarganya sehingga



mereka



mendapat



pengetahuan serta ketrampilan untuk berpartisipasi



dalam



proses



pengambilan



keputusan



dan



asuhan



pasien. Rumah sakit memasukkan edukasi ke dalam proses asuhan sesuai dengan misi,jenis pelayanan yang diberikan, dan populasi pasien. Edukasi



direncanakan



untuk



menjamin



bahwa



pasien



setiap



diberikan edukasi sesuai dengan kebutuhannya. Edukasi



harus



pengetahuan



berfokus dan



pada



ketrampilan



spesifik yang dibutuhkan pasien dan keluarga



dalam



pengambilan



keputusan, serta berpartisipasi dalam asuhan dan asuhan berkelanjutan di rumah. Terdapat tiga tahap dalam pemberian edukasi,yaitu: a. Tahap assesmen pasien. Sebelum



melakukan



pertama-tama



petugas



edukasi, menilai



kebutuhan edukasi pasien dan



keluarga



pasien



formulir



assesmen



berdasarkan kebutuhan



edukasi. Hal-hal yang harus di perhatikan adalah:  Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga  Kemampuan



membaca,



tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan  Hambatan emosional dan motivasi.  Keterbatasan



fisik



dan



kognitif.  Kesediaan pasien untuk menerima informasi. b. Tahap



hambatan



dalam



menerima informasi dan edukasi. Pelaksanaan



edukasi



dan



pemberian informasi tidak dapat dilaksanakan dengan baik apabila terdapat



hambatan



menerima



dalam



informasi



dan



edukasi.jika pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang maka proses komunikasi edukasinya



bisa



langsung



dijelaskan kepada pasien sesuai dengan kebutuhan edukasinya. Adapun



intervensi



mengatasi



hambatan



dapat



dilakukan



dengan cara sebagai berikut: 



Jika



pasien



memiliki



hambatan dalam bahasa yang



digunakan,Rumah



Sakit



Citra



Husada



menyiapkan penterjermah bahasa madura, bahasa inggris, bahasa tionghoa dan bahasa dayak yang diatur di dalam keputusan direktur



tentang



penterjermah. 



Jika



pasien



memiliki



hambatan fisik ( tuna rungu dan tuna wicara ) maka proses komunikasi edukasinya



dapat



disampaikan



dengan



menggunakan



media



cetak seperti brosur yang diberikan kepada pasien dan keluarga ( suami,istri, anak,



orang tua,



atau



saudara sekandung )dan menjelaskan



kepada



mereka. 



Jika



pasien



hambatan



memiliki



emosional



(



pasien marah atau depresi ) maka proses komunikasi



edukasinya



juga



disampaikan melibatkan



dapat dengan



keluarga



terdekat



dan



menggunakan



media



cetak seperti brosur dan menyarankan untuk



pasien



membacanya.



Apabila



pasien



tidak



mengerti



materi



edukasi,pasien menghubungi



bisa medical



information. 



Jika



pasien



memiliki



hambatan dalam budaya /agama/spiritual pasien. 



Jika



pasien



memiliki



hambatan



dalam



penglihatan maka proses komunikasinya disampaikan



dengan



membacakan materi. 



Jika



pasien



hambatan huruf



memiliki



berupa maka



buta proses



penyampaian



edukasi



dilakukan



dengan



menggunakan



media



cetak seperti lembar bolak balik. c. Tahap pelaksanaan



Pelaksanaan



edukasidapat



dilaksanakan setelah dilakukan assessment kebutuhan informasi dan



edukasi



hambatan



serta



dalam



analisa menerima



informasi dan edukasii. Materi edukasi pasien dan keluarga yang standar terkait pelayanan pasien paling sedikit mengenai topiktopik berikut : 



Penggunaan obat-obatan yang



didapat



pasien



secara efektif dan aman ( bukan hanya obat yang diresepkan untuk dibawa pulang), termasuk potensi efek samping obat. 



Penggunaan



peralatan



medis secara efektif dan aman. 



Potensi interaktif antara obat yang diresepkan dan obat lainnya termasukobat yang



tidak



diresepkan



serta makanan. 



Diet dan nutrisi.



  



Manajemen nyeri. Teknik rahabilitasi. Cara cuci tangan yang benar. Bila pasien atau keluarganya secara



langsung berpartisifasi dalam pemberian pelayanan (contoh : mengganti balutan, menyuapi pasien, memberikan obat,dan tindakan pengobatan ) maka mereka perlu diberikan edukasi, begitupun sebaliknya pasien dan keluarga diberikan edukasi tentang hak dan tanggungjawab mereka untuk berpartisipasi pada proses asuhan. Pasien tanda tangan di form edukasi setelah dilakukan edukasi sesuai dengan assessment kebutuhan informasi dan edukasi pasien. d. Tahap verifikasi Pada tahap ini, petugas memastikan kepada pasien dan keluarga mengenai kejelasan dan pemahaman materi edukasi yang diberikan. Kesempatan untuk interaksi antara staf,pasien, dan keluarga pasien dapat memberikan umpan balik untuk memastikan bahwa informasi dimengerti, berfaedah,dan dapat digunakan. Profesional pemberi asuhan (PPA) memahani kontribusinya masing masing dalam pendidikan, dengan demikian mereka dapat berkolaborasi lebih efektif. Kolabarasi pada gilirannya dapat membantu menjamin bahwa



informasi yang diterima pasien dan keluarga adalah komprehensif, konsisten, dan efektif.  Apabila pada saat pemberian edukasi, pasien dalam kondisi baik dan senang maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan.  Untuk pasien yang mengalami hambatan fisik maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan kepada keluarganya dengan pertanyaaan yang sama, yaitu”apakah bapak/ibu bisa memahami materi edukasi yang kami berikan?”  Untuk pasien yang mengalami hambatan emosional ( marah atau depresi ) maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan kepada pasien mengenai sejauh mana pasien telah mengerti tentang materi edukasi yang diberikan melalui brosur. Proses pertanyaan ini bisa melalui telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang. Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan



komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Apabila pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien. Pada proses pemberian edukasi, petugas harus mendorong pasien dan keluarga untuk bertanya dan memberi pendapat agar dapat sebagai peserta aktif. 4.5 Edukasi Pada Pasien Tahap Terminal Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah kematian, contohnya penyakit jantung dan kanker. Penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obatobatan, dan tim medis sudah menyerah. Penyakit pada stadium lanjut, penyakit utama tidak dapat diobati, pengobatan hanya bersifat paliatif ( mengurangi gejala dan keluhan,serta memperbaiki kualitas hidup ). Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal



menurut stuart & sundeen (2009) adalah sebagai berikut : kanker, penyakit infeksi ( meningitis), chronic renal failure (CRF), stroke multiple sklerosis, cedera kepala, dan AIDS. Tujuan perawatan penyakit terminal adalah sebagai berikut :  Menghilangkan atau mengurangi rasa kesendirian, takut dan depresi.  Mempertahankan rasa aman, harkat, dan rasa berguna.  Membantu pasien menerima rasa kehilangan.  Membantu Membantu kenyamanan fisik.



 Mempertahankan harapan Komunikasi dengan pasien penyakit terminal merupakan komunikasi yang tidak mudah. Petugas harus memiliki pengetahuan tentang penyakit yang mereka alami serta pengetahuan tentang proses berduka dan kehilangan. Membangun hubungan saling percaya dan caring dengan pasien dan keluarga melalui penggunaan komunikasi terapeutik membentuk dasar bagi intervensi pelayanan paliatif. Teknik-teknik komunikasi pada pasien dengan penyakit terminal menurut stuart & sundeen (2009) adalah sebagai berikut : a. Fase menolak (denial) : Pada tahap ini kita dapat menggunakan teknik komunikasi sebagai berikut : 1. Listening :



 Dengarkan apa yang diungkapkan pasien, pertahankan kontak mata, dan observasi komunakasi non verbal.  Beri keamanan emosional, yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan suasana tenang. 2. silent :  Duduk bersama pasien dan mengkomunikasikan minat perawat pada pasien secara non verbal.  Menganjurkan pasien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak menghindar dari situasi sesungguhnya. 3. Broad opening :  Mengkomunikasikan topik/pikiran yang sedang dipikirkan pasien.  Menanyakan tentang kondisinya atau proknosisnya dan pasien dapat mengekspresikan perasaan-perasaannya. b. Fase marah (anger) Pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi listening : perawat berusaha dengan sabar mendengarkan apapun yang dikatakan pasien lalu diklarifikasikan. 



Membiarkan pasien untuk mengekspresikan keinginan, menggambarkan apa yang akan dan sedang terjadi pada mereka.







Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri.







Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa marah merupakan hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kematian.



c. Fase menawar (bargaining) 1) Focusing :  Bantu pasien mengembangkan topik atau hal yang penting.  Ajarkan pasien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang bermakna. 2) Sharing perception :



 Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai kemampuan untuk meluruskan kerancuan.  Dengarkan pasien pada saat bercerita tentang hidupnya. d. Fase kemurungan (depresi) 



Perlalukan pasien dengan sabar, penuh perhatian dan tetap realitas.







Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi pasien, jika ada salah pengertian harusnya diklarifikasi.







Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal, yaitu dengan duduk tenang di sampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.



e. Fase menerima atau pasrah (acceptance) : 



Informing : Membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang aspek yang sesuai dengan kesejahteraan atau kemandirian pasien. 



Broad opening : Komunikasikan dengan pasien tentang apa yang dipikirkannya dan harapan-harapannya.







Focusing : Membantu pasien mendiskusikan hal yang menjadi topik utama dan menjaga agar tujuan komunikasi tercapai. Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang dan damai. Kepada keluarga dan temantemannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaannya dan perlu dilibatkan seobtimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu menlong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.



BAB 5 KOMUNIKASI ANTAR TENAGA KESEHATAN DI DALAM DAN LUAR RUAH SAKIT



Dalam memberikan pelayanan di Rumah Sakit Citra Husada, antar tenaga kesehatan pemberi asuhan melakukan komunikasi, baik untuk menyampaika informasi yang akurat dan tepat waktu di seluruh rumah sakit (termasuk yang urgent), maupun informasi asuhan pasien dan hasil asuhan. 5.1 komunikasi efektif anatar tenaga kesehatan didalam rumah sakit Komunikasi ini merupakan bentuk komunikasi yang adaa dilingkungan rumah sakit meliputi komunikasi efektif yang akurat dan tepat waktu diseluruh rumah sakit dan komunikasi efektif tentang asuhan pasien dan hasil asuhan antar PPA. 5.1.1 komunikasi efektif informasi yang akurat dan tepat waktu di seluruh rumah sakit Lomunikasi ini untuk keadaan urgent maupun informasi yang bersifat umum atau tidak memerlukan penanganan yang cepat 5.1.1.1 kadaan urgent Ada kalanya di rumah sakit memerlukan penyampaian informasi yang akurat dan tepat waktu, khususnya keadaan yang urgent, seperti code blue dan code red. Code blue merupakan salah satu kode prosedur emergensi yang harus segera diaktifkan jika ditemukan seseorang dalam kondisi cardiorespiratory arrest di dalam area rumah sakit. Sedangkan tim code blue adalah suatu tim yang dibentuk oleh rumah sakit yang bertugas merespon kondisi code blue di dalam area rumah sakit. Tim code blue terdiri dari dokter dan perawat yang sudah terlatih dalam penanganan kondisi cardiac respiratory arrest. Bantuan hidup dasar menekankan pada pentingnya mempertahankan sirkulasi dengan segera melakukan kompresi sebelum membuka jalan nafas dan memberikan nafas bantuan. Perubahan pada siklus bantuan hidup dasar menjadi



C-A-B



(compression-airway-breathing)



ini



dengan



pertimbangan



segera



mengembalikan sirkulasi jantung sehingga berfungsi jaringan dapat terjaga. Penatalaksanaan code blue adalah sebagai berikut : 1. Saksi yang berada di TKP segera minta pertolongan dan menghubungi petugas/satpam di nomor 131. 2. Satpam/petugas segera menghubungi tim code blue untuk mengumumkan status code blue dengan menggunakan alat pengeras suara, untuk segera mengimformasikan status code blue. Dengan menyebut : “ CODE BLUE DIAKTIFKN DI .... (sebutkan lokasi kejadian) di ulang sebanyak 3 kali. 3. Petugas/satpam menelpon kembali tim kode blue dengan menggunakan iphone keruang : UGD



: 100



ICU



: 803111



Cempaka



: 156



Puring



: 803118



4. Tim code blue segera menuju lokasi 5. Tim code blue mengatasi urgent medis pasien



Code Red merupakan code yang mengumumkan adanya ancaman kebakaran di lingkungan rumah sakit (api maupun asap), sekaligus mengaktifan tim siaga bencana rumah sakit untuk kasus kebakaran. Tim ini terdiri dari seluruh personil rumah sakit, yang masing-masing memiliki peran spesifik yang harus dikerjakan sesuai panduan tanggap darurat bencana rumah sakit. Penatalaksanaan code red adalah sebagai berikut : 1. Petugas jaga menyalamatkan pasien dan ditempatkan ditempat yang aman (titik kumpul evakuasi) 2. Menyelamatkan sarana dan prasarana yang bisa di selamatkan. 3. Salah satu petugas jaga lapor kepada penanggung jawab yang saat ini bertugas jaga diruangan. Untuk selanjutnya menghubungi unit terkait lainnya di pusat



informasi/satpam ke nomor 131 dengan mengucapkan : “telah terjadi kebakaran di ruangan .........., mohon untuk mengaktifkan kode merah” di ulang sebanyak 5 kali. 4. Penanggung jawab ruangan bertugas sebagai koordinator untuk mengkoordinir semua kegiatan penanggulanggan bencana. 5. listrik dipadamkan serta dilakukan pemadaman dengan alat yang tersedia. 6. Jika dirsa perlu agar menghubungi dinas pemadaman kebakaran setempat untuk mendapatkan pertolongan. 7. Setelah kebakaran teratasi, dibawah koordinasi pihak rumah sakit, pasien dan seluruh peralatan yang ada di pindahkan ditempat penampungan sementara. 8. Mendata seluruh kerugian bagunan rumah sakit yang terbakar. 9. Jika hanya ruangan perawat yang kebakar, maka dibawah koordinasi pihak rumah sakit dan kepala ruangan mencari tempat penampungan sementara untuk pasien dan sarana lingkungan rumah sakit. 10.



Setelah



kebakaran



dapat



diatasi



satpam



menginformasikan



untuk



menonaktifkan kode merah. Apabila ada kendala dalam pelayanan kepada pasien yang memerlukan penangganan cepat, maka unit terkait bisa melaporkan keatasan langsung unit yang bersangkutan atau grup WA Rumah Sakit Citra Husada. Grup ini beranggotakan seluruh karyawan Rumah Sakit Citra Husada yang mempunyai aplikasi WA. 5.1.1.2 Informasi yang bersifat umum atau tidak memerlukan penangganan cepat. Informasi yang akan disampaikan keseluruh karyawan Rumah Sakit Citra Husada disampaikan secara akurat dan tepat waktu secara rutin melalui apel pagi 2 kali dalam satu minggu senin dan kamis, rapat rutin bulanan 1 bulan sekali, rapat rutin mingguan seminggu 2 kali, rapat akreditasi seminggu 2 kali, rapat komite tenaga kesehatan lainnya 1 bulan sekali, rapat evaluasi 6 bulan sekali, surat edaran, dan grup wa Rumah Sakit Citra Husada 5.1.2 Komunikasi efektif tentang asuhan pasien dan hasil asuhan antar PPA



Komunikasi dan pertukaran informasi di antara dan antara staf klinik selama bekerja dalam shif atau antar shif penting untuk berjalan mulusnya proses asuhan. Informasi penting dapat dikomunikasikan dengan cara lisan, tertulis atau elektronik. Setiap rumah sakit menentukan informasi yang akan dikomunikasikan dari satu staf klinik kepada staf klinik lainnya, meliputi : 1. Status kesehatan pasien, termasuk catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT). Catatan perkembangan pasien terintegrasi adalah langkah-langkah yang digunakan dalam mendokumentasikan perkembangan dan kondisi pasien serta tindakan dan kegiatan dalam konteks pemberi pelayanan, tertulis dalam form yang tersedia dan dilakukan oleh staf keperawatan dan medis serta tenaga kesehatan lain adalah : dokter, perawat, rehabilitasi medic, ahli gizi, apoteker. Langkah-langkah dalam melakukan penulisan CPPT adalah : a. Lakukan identifikasi pasien sesuai prosedur. b. Tulis identitas pasien di form catatan perkembangan yang meliputi nama, umur, nomor rem medik dan ruangan perawatan. c. Catat dan dokumentasi kondisi dan perkembangan serta kegiatan dan tindakan yang diberikan kepada pasien kedalam catatan perkembagan terintegritas. d. Catatan dan dokuen yang tertulis jelas dan dapat dibaca, jika catatan tdak terbaca maka harus konfirmasi ulang kepada staf yang menulis. e. Tulis tanggal dan waktu pada saat menulis catatan perkembangan pasien dan diakhiri dengan paraf dan nama jelas. f. Pencatatan dilakukan secara berurutan (tidak ada baris yang kosong) g. Penulisan assesmen ulang dilakkan dicatatan perkembangan terintegritas h. Catatan perkembangan terintegritas terdiri dari 5 kolom yaitu : tanggal, profesi, hasil



pemeriksaan



analisa,



rencana



dan



penatalaksanaan



pasien



(SOAP/ADIME), intruksi tenaga kesehatan dan verifikasi DPJP. i. Dokumentasi hasil pengkajian untuk dokter, perawat, tenaga fisoterafis, apoteker dengan cara: SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesmen, Planing). j. Dokumentasi hasil pengkajian ahli gizi dengan cara : ADIME (Assesmen gizi, Diagnosa gizi, Intervensi gizi, Monitoring, Evaluasi).



k. Verifikasi DPJP dilakukan setiap hari, apabila hari libur verifikasi dilakukan paa hari kerja berikutnya. l. Verifikasi dinyatakan sah apabia sudah dicap dan ditanda tangani oleh DPJP pada kolom verifikasi DPJ. m. Paraf PPA diletakan dipojok kanan bawa pada kolom hasil pemeriksaan, analisis, rencana, dan penatalaksanaan pasien (SOAP/ADIME). n. Hasil pemeriksaan laboratorium ‘kritis’ ditulis dengan tinta MERAH 2. Ringkasan asuhan yang diberikan (ringkasan pulang pasienrawat inap dan profil ringkas medis pasien rawat jalan dengan diagnosis kompleks). Profil ringkas medis adalah suatu formulir yang berisikan data pasien yang ditemukan pada pemeriksaan menyeluruh oleh dokter atau PPA lainnya dipoliklinik maupun rawat inap dalam menunjang pelayanan kesehatan yang komprehensif. Tatalaksana dalam penulisan profil ringkas medis adalah sebagai berikut : a. Petugas Rekam Madis menyiapkan formulir ringkas medis pasien dimasingmasing unit poliklinik dan rawat inap. b. Dokter dan PPA lainnya melakukan assesment kepada pasien di poliklinik dan rawat inap. c. Dokter penanggung jawab pasien menuliskan hasil temuan pada formulir ringkas medis. d. Tim manager pelayanan pasien/ case manager mengevaluasi formulir ringkas medis sesuai kewenangan. 3. Informasi kilnis pasien, termasuk ringkasan asuhan dan pelayanan yang telah diberikan pada proses transfer dan rujukan. Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu unit pelayanan ke unit pelayanan lain di dalam rumah sakit (intra rumah sakit ) atau memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain (inter rumah sakit ). Transfer pasien antar rumah sakit/inter rumah sakit a. Transfer pasien antar Rumah Sakit Citra Husada b. Transfer pasien dari Rumah Sakit Citra Husada Transfer pasien di dalam rumah sakit, terdiri dari :



a. Transfer pasien dari IGD ke ruang perawatan, ruang perawatan intensif, kamar operasi, kamar bersalin, dan ruang radiologi. b. Transfer pasien dari poliklinik ke IGD, kamar bersalin, kamar operasi, dan ruang perawatan. c. transfer pasien dari ruang perawatan ke kamar operasi, kamar bersalin, dan ruang perawatan intensif. d. transfer pasien dari ruang intensif ke ruang perawatan dan kamar operasi. Transfer hanya dapat dilakukan bila kondisi pasien stabil untuk ditransfer (transforteble). Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer : a. Pastikan bahwa pasien stabil untuk ditransfer (hemodinamik stabil) b. Amankan patensi jalan nafas, pada pasien dengan gangguan patensi jalan nafas yang memerlukan ventilator, transfer dilakukan dengan menggunakan ambulan gawat darurat 118 atau sejenisnya. c. Jika terpasang jalur atau akses vena, pastikan adekuat. d. jika terdapat pneumothoraks selang drainase dada (water sealed drainage/WSD) harus terpasang dan tidak bole di klem. e. pasang kateter urin dan nasogastrictube (NGT) jika diperlukan. f. Pemberian terapi atau tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan transfer g. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus di cek ulang oleh tim transfer. h. Gunakan daftar persiapan transfer pasien untuk memastikan bahwa semua persiapan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang terlewat. 4. Dokumentasi pada proses serah terima (hand over) Hand over adalah teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatau (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Lankah-langkah dalam pelaksanaan hand over : a. Overan dilaksanakan setiap pergantian shif. b. Prinsip overan, terutama pada semua pasien. Baik yang baru masuk maupun pasien yang mempunyai masalah khusus atau membutuhkan observasi lanjut.



c. Pelaporan untuk overan ditulis secara langsung pada status pasien dilemabar CPPT yang terdiri dari 5 kolom dengan bentuk SOAP yang ditanda tangani oleh perawat pelaksana yang jaga saat itu dan perawat pelaksana yang jaga berikutnya. d. Hal yang perlu disampaikan dalam overan : jumlah pasien, identitas klien, dan dagnose medis, data (keluhan subyektif/obyektif), masalah keperawatan yang masih muncul, intervensi keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan, intervensi kolaborasi dan dependen, rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan. e. Kedua kelompok dinas sudah siap (shif jaga) f. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan status pasien g. Kepala ruang membuka overan h. Perawat yang melakukan dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah dioerkan dan berhak menannyakan mengenai hal-al kurang jelas. i. Penyampaian yang jelas, singkat dan padat. j. Perawat yang melaksanakan overan mengkaji secara penuh terhadap masalah keperawatan, kebutuhan dan tindakan yang telah/belum dilaksnaka serta halhal penting lainnya selama masa perawatan. k. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang matang sebaiknya dicatat secara khusus di nursing note untuk kemudian diserah terimakan kepada petugas berikutnya. l. Lama overan untuk tiap pasien tidak lebih dari lima menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang rumit. m. Diskusi Teknik komunikasi yang dilakukan antar pemberi pelayanan di rumah sakit adalah teknik SBAR. SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan perhatian dan tindakan segera. Proses SBAR dilakukan oleh pelapor, dan dapat terjadi antar perawat, antar dokter, peserta didik dan supervisor, perawat-dokter, petugas lab-dokter/perawat, dan petugas radiologidokter/perawat.



Teknik SBAR terdiri dari unsur situation, background, assesment, dan recommendation. Pada prinsipnya, SBAR meruapakan komunikasi stadar yang inginmenjawab pertanyaan, yaitu apa yang terjadi, apa yang diharapkan oleh perawat dari dokter yang dihubungi dan kapan dokter harus mengambil tindakan. Empat (4) unsur SBAR : 1. Situation Menjelaskan kondisi terkini dan keluhan yang terjadi pada pasien Misalnya : penurunan tekanan darah, gangguan irama jantung, sesak nafas dan lain-lain 2. Background Mengali informasi mengenai latar belakang klinis yang menyebabkan timbulnya keluhan klinis. Misalnya : riwayat alergi obat-obatan, hasil pemerikasaan laboratorium yang sudah diberikan, hasil pemeriksaan penunjang dan lain-lain. 3. Assesment Penilaian/pemeriksaan terhadap kondisi pasien terkini sehingga perlu diantisipasi agar kondisi pasien tidak memburuk. 4. Recommendation Meruapak ususlan sebagai tindak lanjut, apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien ini. Misalnya : menghuungi dokter, mengarahkan pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang, dan lain-lain. Contoh laporan perawat ke dokter dengan menggunakan SBAR (Haig, KM, dkk) : Situation (S)



 Sebutkan nama anda dan unit anda  Sebutkan identitas pasien dan nomor kamar pasien  Sebutkan masalah pasien tersebut (misalnya sesak nafas, nyeri dada, dan sebagainya)



Background (B)



 Sebutkan diagnosis dan data klinis pasien sesuai kebutuhan :



 Status kardiavaskular (nyeri dada, tekanan darah, EKG, dan sebagainya)  Status respirasi (frekuansi pernafasan, Sp.O2, analisis gas darah, dan sebagainya  Neurologis (GCS, pupil, kesadaran dan sebgainya)  Hasil laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya. Assesment (A)



Sebutkan problem pasien tersebut :  Prolem



kardiologi



(syok



kardiogenik,



aritmia



maligna, dan sebagainya).  Problem gatro-intestinal (perdarahan masif dan syok) Recommendation (R) Rekomendasi (pilih sesuai kebutuhan ) :  Saya meminta dokter untuk : o Memindahkan pasien ke ICU o Segera datang melihat pasien o Mewakilkan dokter lain untuk datang o Konsultasi ke dokter lain  Pemeriksaan atau terapi apa yang di perlukan : o



Foto rontgen



o



Pemeriksaan analisis gas darah



o



Pemeriksaan EKG



o



Pemeriksaan oksigenasi



o



Beta 2-agonis nebulizer



Dalam berkomunikasi di rumah sakit, petugas dan tenaga medis harus melakukan proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan tulisan, baca kembali, dan konfirmasi (TBAK). Komunikasi dapat dilakukan secara langsung atau



melalui



sarana



komunikasi



separti



telepon.



Pemeri



pesan



harus



memperhatikan kosa kata yang digunakan, intonasi, kekuatan suara (tidak besar, tidak kecil), jelas, singkat dan padat. Teknik TBAK terdii dari :



1. Penerima pesan menulis isi pesan tersebut (Tulis). Untuk menghindari adanya pesan yang terlewat maka penerima pesan harus menulis pesan yang diberikan secara jelas. 2. Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima pesan (Baca) Setelah pesan di catat, penerima pesan harus membaca kembali pesan tersebut kepada pemberi pesan agar tidak terjadi kesalahan dan pesan dapat diterima dengan baik. 3. Penerima pesan mengkonfirmasikan kembali isi pesan kepada pemberi pesan (konfirmasi ) Pemberi pesan harus mendengarkan pesan yang dibacakan oleh penerima pesan dan memberikan perbaikan bila pesan tersebut masih ada yang kurang atau salah. 5.2 Komunikasi efektif antar tenaga kesehatan di luar rumah sakit Rumah Sakit Citra Husada melakukan kerja sama dengan beberapa fasilitas kesehatan lain apabila di Rumah Sakit Citra Husada tidak dapat menyediakan asuhan dan pelayanan yang dibutuhkan pasien guna kelancaran pelayanan kepada masyarakat. Fasilitas yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Citra Husada terkait denga penunjang medis yakni laboratorium bekerja sama dengan PT Prodia Widyahusada Tbk dan pelayanan CT Scan bekerja sama dengan RS Mitra Medika. Untuk pelayanan yang belum ada di RSUD dr. Rubini Mempawah, RS menyediakan informasi mengeai daftar kesehatan RS Kota Pontianak dan Singkawang.



No Nama Rumah Sakit



No Telepon



Fasilitas



1.



(0561) 737701



o USG



o Bank darah



o EKG



o Treadmil



o Rontgen



o Poli THT



o CT-Scan



o Poli jantung



o Endoscopy/Laparas



o Poli bedah saraf



copy/Colonoscopy



o Poli bedah



o Hemodialisa



o Urologi



o ICU



o Poli bedah tulang



RSUD dr. Soedarso



o PICU/NICU



o Klinik VCT 2



RS Yarsi



3.



RS



0561 739685



Sultan



Muhammad



Syarif 0561 6783449 Alkadrie 0561 6783038



ICU o Poli mata



o Poli THT



o Poli syaraf



o Poli khusus DM



(RSUD Kota) 4



RS Untan



0561 739630



CT Scan



5.



RS Kartika Husada



0561 721391



Poli THT



6.



RS Mitra Medika



0561 576100



o USG



o ESWL



(Mesin



o EKG



Extra-corporeal



o Rontgen



Shock



o CT-Scan



Lithotripsy)



o Endoscopy/Laparas copy/Colonoscopy



o EMG (Elektromiografi)



o Hemodialisa



o Poli bedah tulang



o ICU



o Poli bedah syaraf



o PICU/NICU



o Poli bedah mulut



o Klinik VCT



o Poli bedah anak



o Bank darah



o Poli (Ortodentik) o Poli mata o Poli THT o Poli Urologi



7.



RS Santo Antonius



Wave



0561 732101



o USG 4D



o ICU



0561 733623



o EKG



o PICU/NICU



o Rontgen



o Klinik VCT



o CT-Scan



o Bank darah



o Endoscopy/Laparas o Poli gizi copy/Colonoscopy



o Poli jantung



o Hemodialisa



o Poli mata o Poli urologi



gigi



8



RS Promedika



0561 739042



o CT Scan



o



o USG o Endoscopy o Treadmil 9



RS Abdul Aziz



0562 631798



o USG



o Hemodialisa



o EKG



o ICU



o EEG



o PICU/NICU



o Rontgen



o Klinik VCT



o CT Scan



o Bank darah



o Endoscopy/Laparas o Poli bedah tulang copy/Colonoscopy



o Poli mata o Poli THT



\10 RS Santo Vincent



0561 636768



o Hemodialisa o CT Scan



BAB 6 PENUTUP



o



Komunikasi efektif sangat diperlukan dalam menyampaikan informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga. Komunikasi efektif juga penting dalam komunikasi antara pemberian pelayanan dan komunikasi antara rumah sakit denga masyarakat. Setiap pegawai rumah sakit harus memiliki kemampuan komunikasi efektif agara pesan yang ingin disampaikan kepada pasien dan keluarga dapat diterima dan dipahami oleh pasien dan keluarga. Perhatian khusus harus diberikan dalam berkomunikasi dengan pasien tahap terminal dan pasien-pasien geriatri. Dengan komunikasi yang efektif maka informasi dan edukasi yang disampaikan kepada pasien dan keluarga akan lebih mudah dipahami, terutama yang menyangkut kondisi kesehatannya sehingga pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan. Komunikasi efektif juga dapat menghindarkan dari kesalahpahaman yang bisa menimbulkan dugaan malpraktek.



DIREKTUR RSUD



dr



RUBINI MEMPAWA H