Pelat Beton Bertulang [PDF]

  • Author / Uploaded
  • vina
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PELAT BETON BERTULANG



DOSEN PEMBIMBING:



Ir. IrkaTangke Datu, S.ST.,M.T. DISUSUN OLEH: Eka Alvina Putri



31119004



Hasnia Zafiri Ismail Dalle



31119009



Muh Mustika Pangeran



31119013



Muh Mufti Akbar



31119014



Siti Fadhillah Djakaria



31119022



D3-KONSTRUKSI GEDUNG TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG



KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah



yang



berjudul “Pelat Beton Bertulang” dengan baik tanpa halangan apapun. Makalah ini berisikan informasi tentang Pelat Beton Bertulang dalam konstruksi banguan . Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan tugas makalah ini,sehingga saya lebih mengerti tentang Pelat Beton bertulang dalam konstruksi bangunan. Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan – kekurangan



baik teknis



penulisan maupun materi, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat di harapkan demi penyempurnaan penyusunan makalah ini. Demikian makalah ini di buat semoga bermanfaat bagi pembaca.



DAFTAR ISI Kata Pengantar………………………………………………..ii Daftar Isi………………………………………………………iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………………………………………



1



1.2 Rumusan Masalah………………………………...… 1.3 Tujuan…………………………………………...…..



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Latar Belakang Munculnya Pelat………… …………



2



1. Pengertian Pelat ………………………...………….............…



2



2. Tumpuan Pelat………………………...…..……..............……



2



3. Tipe Pelat………………………...…………................………



2



4. Pengertian Pelat ………………………...…………................



2



5. Fungsi Pelat………………………...…………........................



2



6. Tumpuan Pelat……...…………………...…………................



2



7. Tipe Pelat………………………...…………...........................



2



8. Perencanaan Pelat.....................................................................



2



9. Klasifikasi Pelat Beton..............................................................



2



10. Metode Pekerjaan Pelat Lantai Beton ......................................



2



11. Kelebihan dan Kekurangan Struktur Beton Bertulang..............



2



2.2 Kelebihan dan Kekurangan Struktur Beton Bertulang.....



2



2.2.1 Kelebihan Pondasi Struktur Beton Bertulang …



2



2.2.2 Kekurangan Pondasi Struktur Beton Bertulang.



3



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan………………………………………………..



8



3.2 Saran……………………………………………………….



8



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1………………………………………………..



8



Gambar 2.2………………………………………………..



8



Gambar 2.3………………………………………………..



8



Gambar 2.4………………………………………………..



8



Gambar 2.5………………………………………………..



8



Gambar 2.6………………………………………………..



8



Gambar 2.7………………………………………………..



8



Gambar 2.8………………………………………………..



8



Gambar 2.9………………………………………………..



8



Gambar 2.10……………………………………………….. 8 Gambar 2.11……………………………………………….. 8



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Menurut Ali Asroni dalam buku Balok dan Plat Beton Bertulang, (2010) yang di maksud dengan plat beton bertulang yaitu struktur tipis yang di buat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya tegak lurus pada bidang struktur tersebut. Ketebalan bidang plat ini relatif kecil apabila di bandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya plat beton bertulang ini sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga pada bangunan gedung, plat ini berfungsi sebagai diagfragma/unsur pengaku dalam suatu struktur. Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap beban gravitasi beban mati/atau beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan terjadi momen lentur (seperti pada kasus balok). Kontruksi pelat merupakan elemen struktur bangunan yang secara langsung memikul beban hidup sesuai fungsi bangunan dan beban mati tambahan (superimprosed) . Beerapa jenis konstruksi pelat yang paling umum digunakan diantaranya yaitu : sistem pelat datar atau flat plate, sitem lantai datar atau flat slab, waffle-system, pelat cangkang (Shell), pelat dan balok. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi dari pelat ? 2. Apa saja tipe-tipe pelat ? 3. Apa fungsi dari pelat ? 4. Bagaimana proses pemasangan pelat pada konstruksi bangunan ? 5.



Apa saja kekurangan dan kelebihan pelat ?



1.3 TUJUAN 1. Untuk mengetahui definisi dari pelat. 2. Utntuk menegetahui tipe-tipe pelat. 3. Untuk mengetahui fungsi dari pelat. 4. Untuk mengetahui proses pemasangan pelat. 5. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan pelat.



BAB 2 PEMBAHASAN



2.1 LATAR BELAKANG MUNCULNYA PELAT 1. Pengertian Pelat Yang dimaksud dengan pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada apabila struktur tersebut.Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang/lebar bidangnya.Pelat beton ini sangat kaku dan arahnya horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balokportal. Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan terjadi momen lentur (seperti pada kasus balok).



2. Tumpuan Pelat Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu oleh balok-balok dengan berbagai sistem sebagai berikut : 



Monolit, yaitu pelat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi satu kesatuan







Ditumpu dinding-dinding/tembok bangunan







Didukung oleh balok-balok baja dengan siste komposit







Didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok, dikenal dengan pelat cendawan



8



Gambar 2.1 Penumpu Pelat



3. Tipe Pelat 1. Sistem Flat Slab Pelat beton bertulang yang langsung di tumpu oleh kolom-kolom tanpa balok - balok disebuat sistem flat slab. Sistem flat slab digunakan apa bila bentang tidak besar dan intensitas beban tidak terlalu berat, misalnya bangunan apartemen atau hotel. Pada bagian kritis pelat disekitar kolom penumpu perlu di tebalkan untuk memperkuat pelat terhadap gaya geser, pons dan lentur. Bagian penebalannya disebuat dengan Drop Panel, sedangkan penebalan yang membentuk kepala kolom disebut Column Capital. Flat slab memiliki ketebalan 125 – 250 mm untuk bentang 4,5 – 7,5 m. dan flat slab memiliki 4 jenis yaitu ; 1) Flat plate Dengan desain flat plate yang sederhana dalam formwork nya, memiliki kelebihan kecepatan pengerjaan yang relatif jauh lebih cepat dibandingkan dengan flat slab lainnya. 2) Flat slab with drop panels Desain slab ini memiliki penambahan drop panels yang berfungsi untuk meningkat ketahanan pelat memikul punching shear dan momen negative pada hubungan pelat kolom. 3) Flat slab with column head Penambahan column head pada pelat selain meningkatkan tahanan geser pelat, juga mengurangi momen pada pelat karena memperpendek bentang.



9



4) Flat slab with drop panels and column head Desain flat slab with drop panels and column



head



memberikan



lebih



banyak



keuntungan



karena



langsung



meningkatkan tahanan geser, tahanan momen tumpuan dan memperkecil momen lapangan pada pelat.



Gambar 2.2 flat slab



Gambar 2.3 flat slab



2. Sistem Waffle Sistem Waffle atau biasa di sebut dengan sistem lantai grid 2 arah memiliki balok – balok yang saling bersilangan dengan jarak yang relative rapat yang menempu pelat atas yang tipis. Ini dimaksudkan untuk mengurangi berat sendiri pelat dan dapat didesain sebagai Flat slab atau dua arah, dan tergantung dengan konsfigurasinya. Sistem waffle efisien dengan bentang 9 – 12 m.



Gambar 2.4 flat waffle



Gambar 2.5 flat waffle



10



3. Sistem Lajur Balok Sistem Lajur Balok hamper sama dengan system balok plat tetapi menggunakan balok – balok dangkal yang lebih lebar. Sistem ini banyak di terapkan pada bangunan yang mementingkan tinggi antara lantai. Sistem Lajur Balok tidak dihubungkan dengan kolom interior atau eksterior. Alternatif lain yaitu dengan menempelkan balok anak membentang di antara balok - balok lajur, dan sistem ini menghemat pemakaian cetakan. Gambar 2.6 lajur balok



Gambar 2.7 gedung DPR



4. FUNGSI PELAT Adapun fungsi pelat yaitu : 



Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas







Sebagai tempat berpijak penghuni lantai atas







Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah







Meredam suara dari ruang atas aupn dari ruang bawah







Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal



5. KONTRUKSI PELAT BERDASARKAN MATERIALNYA Konstruksi untuk pelat lantai dapat dibuat dari berbagai material, contohnya kayu, beton, baja dan yumen (kayu semen). Pelat lantai beton bertulang umumnya dicor ditempat, bersama-sama balok penumpu. Dengan demikian akan diperoleh hubungan yang kuat yang menjadi satu kesatuan. Pada pelat lantai beton dipasang tulangan baja pada kedua arah, tulangan silang, untuk menahan momen tarik dan lenturan. Perencanaan dan hitungan pelat lantai dari beton bertulang harus mengikuti persyaratan yang tercantum dalam Pedoman tata cara perencanaan beton SNI 03-2847-2002. 11



Untuk menghindari lenturan yang besar, maka bentangan pelat lantai jangan dibuat terlalu lebar, untuk ini dapat diberi balok-balok sebagai tumpuan yang jugaberfungsi menambah kekakuan pelat. Bentangan pelat yang besar juga akan menyebabkan pelat menjadi terlalu tebal dan jumlah tulangan yang dibutuhkan akan menjadi lebih banyak, berarti berat bangunan akan menjadi besar dan harga persatuan luas akan menjadi mahal.



6. PEMBEBANAN PELAT Sesuai SNI 1727-2013, pada umumnya pembebanan-pembebanan yang dianalisa adalah sebagai berikut: a. Beban Mati (D) Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, serta peralatan tetap merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung. Beban mati merupakan beban dengan besar yang konstan dan berada pada posisi yang sama setiap saat. Dalam mendesain berat beban mati ini harus diperhitungkan untuk digunakan dalam analisa. Dimensi dan berat elemen struktur tidak diketahui sebelum analisa struktur selesai dilakukan. Berat yang ditentukan dari analisa struktur harus dibandingkan dengan berat perkiraan semula. Jika perbedaannya besar, perlu dilakukan analisa ulang dengan enggunakan perkiraan berat yang lebih baik. b.



Beban hidup (L) Beban hidup adala semua bahan yang terjadi akibat penghuni atau



pengguna suatu gedung, termasuk beban lantai yang berasal dari barang yang dapat berpindah, mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap. c.



Beban Angin (W) Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung yang



disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif, yang bekerja tegak lurus pada bidang yang di tinjau. d. Beban Gempa (E) Beban gempa adalah semua beban statik skivalen yang bekerja pada gedung yang merupakan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa. 12



Beban geser dasar gempa untuk analisis beban statistik ekivalen, dengan rumus: V = C x I x K x Wt Dimana: V = beban gempa horisontal C = koefisien gempa I = faktor keutamaan K = faktor jenis struktur



7. PERLETAKAN PELAT Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung di tempat tumpuan. Kekakuan hubungan antara pelat dan tumpuan akan menentukan besar momen lentur yang terjadi pada pelat. Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu oleh balok-balok secara monolit, yaitu pelat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi satu kesatuan, atau ditumpu oleh dindingdinding bangunan, kemungkinan lainnya yaitu pelat didukung oleh balk-balok baja dengan sistem komposit, atau didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok, yang dikenal dengan plat cendawan. Kekakuan hubungan antara pelat dan konstruksi pendukungnya (balok) menjadi satu bagian dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis perletakan pelat pada balok, yaitu : a. Terletak bebas Keadaan ini terjadi jika pelat diletakan begitu saja diatas balok, atau antara pelat dan balok tidak dicor bersama-sama, sehingga pelat dapat berotasi bebas pada tumpuan tersebut. b. Terjepit elastis Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah terjadinya rotasi pelat. Tepi yang bertumpuan sederhana menghasilkan kondisi tepi campuran. Karena lendutan dan momen lentur di sepanjang tepi ini melibatkan persamaan yang berkaitan dengan perpindahan dan gaya. c. Terjepit penuh 13



Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, dan ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi pelat. Kondisi geometris tertentu yang diperoleh berdasarkan besarnya perpindahan (translasi dan rotasi) dapat digunakan untuk merumuskan kondisi tepi dalan bentuk matematis. Misalnya, lendutan dan kemiringan permukaan pelat yang melendut di tepi jepit sama dengan nol.



Gambar 2.8 Perletakan Pelat



8. PERENCANAAN PELAT Dalam merencanakan sebah pelat, ada tiga mtode yang dapat digunakan yaitu : a) Metode Marcus Metode marcus didasarkan pada pendekatan momen dengan menggunakan koefisien-koefisien yag disederhanakan dimana koefisien



ini telah



dicantumkan dalam sebuah table sesuai dengan kondisi perletakan ujungujung pelat. b) Metode Perencanaan lagsung yaitu metode dimana yang diperoleh adalah pendekatan momen dengan menggunakan koefisien-koefisien yang telah disederhanakan. c) Metode Portl Ekivalen Metode portal ekivalen digunakan untuk memperoleh variasi longitudional dari momen dan geser, maka kekakuan relative dari kolom-kolom berikut sistem lantai dimisalkan dalam analisis pendekatan dan kemudian diperiksa.



14



9. KLASIFIKASI PELAT BETON Pelat diklasifikasikan berdasarkan cara pelat tersebut “pendukung”. Dengan sistem pendukung tersebut, pelat akan melendut dalam satu arah atau dua arah. Pada pelat satu arah, biasanya pelat hanya ditumpu pada kedu sisinya yang saling berhadapan. Pada pelat dua arah, pelat ditumpu pada keempat sisinya. Tetapi bila perbandingan antara sisi panjang dan sisi pendek lebih besar dari 2, maka pelat tersebut dapat dianggap sebagai pelat satu arah, dimana beban pelat hanya dipikul dalam arah bentang pendek.



10. METODE PEKERJAAN PLAT LANTAI BETON Pelaksanaan pekerjaan konstruksi plat lantai beton dilakukan setelah pekerjaan kolom sudah selesai. Semua pekerjaan plat lantai ini dilaksanakan di tempat kerja atau lokasi yang telah direncanakan. Pekerjaan-pekerjaan yang perlu dilakukan meliputi pembesian, pemasangan bekisting, pengecoran, dan perawatan. Untuk mendapatkan hasil kerja yang bagus, semua pekerjaan ini harus dilaksanakan sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia). Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam pekerjaan ini, antara lain : 1. Persiapan Persiapan dimulai dari pengukuran untuk mengatur dan memastikan tingkat kerataan ketinggian plat lantai. Oleh karena itu, pelaksanaan pekerjaan ini membutuhkan



alat



bantu



theodolit.



Kemudian



pekerjaan



dilanjutkan



dengan membuat bekisting plat lantai. Bekisting tersebut harus sesuai dengan gambar kerja. Pemotongan plywood yang akan digunakan sebagai bekisting harus cermat sehingga hasilnya sesuai dengan luasan plat lantai yang akan dibuat. Setelah itu, proses pembesian plat lantai dilaksanakan di atas bekisting.



15



Gambar 2.9 bekisting



2. Pekerjaan Pekerjaan plat lantai dimulai dari proses pembekistingan plat. Scaffolding disusun secara berjajar bersama-sama dengan scaffolding untuk balok. Mengingat posisi plat lantai lebih tinggi daripada balok, maka scaffolding untuk plat pun harus lebih tinggi serta dibutuhkan main frame tambahan menggunakan joint pin. Anda bisa memperhitungkan ketinggian scaffolding plat dengan mengatur bagian base jack dan U-head jack. Langkah berikutnya yaitu pemasangan balok kayu 6/12 sebagai girder sejajar dengan arah cross brace. Kemudian pasang juga suri-suri dengan arah melintangnya di atas girder tersebut. Setelah itu, plywood dipasang sebagai alas dari plat lantai. Tak lupa, pasang pula dinding untuk tepi plat yang dijepit menggunakan siku. Plywood ini harus dipasang serapat mungkin untuk mencegah terbentuknya rongga yang menyebabkan kebocoran saat dilakukan pengecoran. Agar beton yang sudah jadi nantinya tidak menempel pada bekisting, disarankan untuk mengolesi solar sebagai pelumas di semua bekisting yang sudah terpasang dengan rapat. Cara ini akan memudahkan kita dalam melakukan pekerjaan pembongkaran bekisting. Manfaat yang lainnya yaitu bekisting tersebut akan terhindar dari kerusakan yang fatal dan cenderung utuh sehingga masih dapat digunakan untuk pekerjaan yang selanjutnya. Setelah proses pemasangan bekisting plat lantai telah selesai dilaksanakan, proses selanjutnya yaitu pengecekan hasil kerja. Lakukan pengecekan terhadap bekisting 16



yang telah dipasang, terutama pemeriksaan tinggi level bekisting tersebut. Di sini Anda membutuhkan alat bantu yaitu waterpass untuk mengecek ketinggian bekisting. Jika hasilnya sudah sesuai dengan rencana, maka bekisting tersebut pun telah siap untuk digunakan. Gambar 2.10 pembesian plat



Tahap selanjutnya yaitu pembesian plat lantai yang dilaksanakan setelah pembesian balok. Proses pembesian ini dilakukan secara langsung di atas bekisting plat. Untuk mempermudah pekerjaan, tulangan-tulangan besi dapat diangkat menggunakan tower crane untuk dipasang di atas bekisting plat. Lakukan perakitan tulangan besi ini dengan tulangan bawah terlebih dahulu. Setelah itu, pasang tulangan besi yang berukuran D100-200. Pembesian berikutnya dilakukan secara menyilang, lalu ikat menggunakan kawat. Letakkan beton deking antara tulangan bawah plat dan bekisting alas plat. Kemudian pasang juga tulangan kaki ayam antara untuk tulangan atas serta bagian bawah plat. Lakukan proses ini sampai pekerjaan pembesian plat lantai selesai. Kemudian lakukan pengecekan untuk memeriksa hasil kerja pembesian tulangan. Periksalah penyaluran pembesian plat terhadap balok, jumlah dan jarak tulangan ekstra, perkuatan (sparing) pada lubang-lubang di plat lantai, beton decking, kaki ayam, dan kebersihannya. Pembongkaran bekisting plat dilakukan setelah 4 hari pengecoran. Kemudian setelah bekisting ini dibongkar, lanjutkan dengan pemasangan sapot sebagai penunjang plat lantai dan beban yang ada di atasnya.



17



3. Pengecoran Setelah pekerjaan pembekistingan dan pembesian sudah selesai serta dipastikan sudah siap, engineer melakukan pengecekan terlebih dulu ke lokasi yang akan dicor. Jika hasilnya bagus, kemudian engineer membuat surat izin pengecoran untuk diajukan kepada konsultan pengawas. Konsultan pengawas lalu melakukan survei ke lokasi yang diajukan di dalam surat tersebut. Setelah dipastikan sudah bagus semuanya, maka konsultan pengawas akan menandatangani surat izin pengecoran. Proses pengecoran plat lantai harus dilakukan bersama-sama dengan pengecoran balok. Peralatan pendukung yang digunakan untuk pekerjaan pengecoran balok antara lain bucket, truck mixer, vibrator, lampu kerja, dan papan perata. Setelah engineer mendapatkan izin pengecoran dari konsultan pengawas, engineer kemudian menghubungi pihak beaching plan untuk mengecor sesuai dengan mutu dan volume yang dibutuhkan. Pembersihan ulang area yang akan dicor dilakukan menggunakan air kompresor sampai benar-benar bersih. Bucket disiapkan dan dibersihkan dari debu atau sisa pengecoran sebelumnya. Setelah itu, siapkan satu keranjang dorong untuk mengambil sampel dan test slump cor yang diawasi oleh engineer dan pihak pengawas. Apabila sudah dinyatakan bagus, maka pekerjaan pengecoran pun telah siap untuk dilaksanakan. Contoh benda uji diambil bersamaan selama proses pengecoran berlangsung. Sampel ini cukup diambil beton yang keluar dari truk saja. Kemudian sampel dituangkan ke bucket. Dari bucket ini, sampel tersebut diangkut menggunakan TC. Setelah bucket sudah sampai d tempat yang akan dicor, selanjutnya petugas bucket akan membuka katup bucket untuk mengeluarkan beton segar ke area pengecoran. Pekerjaan dilanjutkan oleh pekerja cor yang akan meratakan beton segar ke bagian balok terlebih dahulu, lalu dilanjutkan ke plat. Khusus untuk plat lantai, beton diratakan memakai scrub secara manual. Kemudian lakukan pengecekan level menggunakan waterpass. Tahap berikutnya yaitu pemadatan dengan vibrator. Tujuannya untuk mencegah terbentuknya rongga-rongga udara yang dapat



18



mengurangi mutu beton. Pekerja vibrator akan memasukkan alat ini ke dalam adukan selama 5-10 menit di setiap bagian yang dicor. Setelah semua area balok dan plat lantai sudah terisi adonan beton, pekerjaan berikutnya yaitu meratakan permukaan beton segar menggunakan balok kayu yang panjang. Lakukan pekerjaan ini dengan memperhatikan batas ketebalan plat yang telah ditentukan. Proses ini dilakukan berulang-ulang kali hingga seluruh area cor telah terisi beton. Untuk mendapatkan hasil yang bagus, proses pengecoran sebaiknya dilakukan maksimal selama 6-8 jam. Gambar 2.11 pengecoran



4. Pembongkaran Pembongkaran bekisting harus dilakukan pada waktu yang tepat untuk memperoleh hasil beton yang berkualitas baik serta agar tidak merusak beton tersebut. Hal ini tidak terlepas dari fungsi bekisting tersebut, selain sebagai cetakan, berguna juga sebagai penunjang sampai beton benar-benar mengeras. Untuk pekerjaan plat lantai, pembongkaran bekisting dilaksanakan dalam waktu 4 hari setelah pengecoran. Sedangkan untuk pekerjaan balok, pembongkaran bekisting dilakukan setelah 7 hari pengecoran. 5. Perawatan Wajib hukumnya melakukan perawatan terhadap adonan beton selama proses pengeringan berlangsung. Sebab adonan beton yang mengering terlalu cepat mengakibatkan hasilnya tidak bagus, retak-retak, dan tidak sesuai rencana. Maka setelah dilaksanakan pengecoran, lakukan upaya perawatan untuk menjaga mutu beton. Proses perawatan beton ini dilakukan dengan menjaga agar kondisinya



19



senantiasa basah dengan menyiraminya. Perawatan ini dilaksanakan selama 7 hari berturut-turut dengan menyirami tanaman sebanyak 2-3 kali/hari. 11. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN STRUKTUR BETON BERTULANG Pada pekerjaan konstruksi, beton bertulang berfungsi sebagai penahan beban yang bekerja karena sifatnya yang tahan terhadap getaran, tidak termakan karat, serta tahan terhadap gempa. Artikel ini adalah informasi dasar seputar kelebihan dan kekurangan struktur beton bertulang. Kelebihan lain dari beton bertulang adalah hampir tidak memerlukan pemeliharaan serta bisa dibentuk sesuai kebutuhan konstruksi yang berbeda-beda. Dibandingkan dengan baja, penggunaan beton bertulang pada tanah dasar yang kurang baik tidak akan menemui kesukaran. Kelebihannya: Selengkapnyanya tentang kelebihan beton bertulang sebagai bahan konstruksi utama pekerjaan teknik sipil adalah sebagai berikut: 1) Kuat tekan beton bertulang relatif lebih tinggi dari bahan lain konstruksi lain. 2) Memiliki ketahanan yang tinggi terhadap api dan air. Tidak berkarat karena air dan pada kasus kebakaran dengan intensitas rata-rata, struktur dengan ketebalan penutup beton tertentu hanya mengalami kerusakan pada permukaannya saja. 3) Struktur beton bertulang sangat kokoh. 4) Biaya pemeliharaan beton bertulang hampir sangat rendah 5) Durabilitas yang tinggi. Beton bertulang lebih awet dan tahan lama dibandingkan dengan bahan lain. Normalnya sebuah struktur beton bertulang dapat digunakan sampai jangka waktu yang sangat lama dengan tidak kehilangan kemampuan menahan bebannya. Hal tersebut karena hukum kimia proses pemadatan semen yang semakin lama akan semakin membatu. 6) Untuk bahan pondasi tapak, dinding basement, tiang tumpuan jembatan, dan semacamnya, beton bertulanglah pilihan paling hemat biaya.



20



7) Beton bertulang bisa dibuat dalam banyak bentuk untuk beragam fungsi dan kegunaan, seperti bentuk pelat, balok. dari bentuk sederhana seperti kolom hingga berbentuk atap kubah yang rumit. 8) Material beton bertulang bisa dibuat dari bahan-bahan lokal yang murah seperti pasir, kerikil, dan air dan relatif hanya membutuhkan sedikit semen dan tulangan baja. 9) Dibanding struktur baja, pembuatan dan instalasi konstruksi beton bertulang lebih mudah dan cukup dengan tenaga berkeahlian rendah. Kekurangannya: Masih tentang kelebihan dan kekurangan struktur beton bertulang; meski demikian banyak kelebihan-kelebihan beton bertulang, masih ada beberapa hal yang menjadi kekurangan dan perlu dipertimbangkan dalam kondisi pekerjaan konstruksi tertentu. Di antara kekurangan beton bertulang adalah sbb; 1. Kuat tarik yang sangat rendah karenanya diperlukan penggunaan tulangan tarik. 2. Waktu pengerjaan beton bertulang lebih lama. 3. Kualitas beton bertulang variatif bergantung pada kualifikasi para pembuatnya 4. Dibutuhkan bekisting penahan pada saat pengecoran beton agar tetap di tempatnya sampai beton tersebut mengeras. Berat beton sendiri sangat besar (2,4 t/m3), sehingga konstruksi harus memiliki penampang yang besar. 5. Diperlukannya penopang sementara untuk menjaga agar bekisting tetap berada pada tempatnya sampai beton mengeras dan cukup kuat untuk menahan beratnya sendiri. 6. Biaya bekisting reltif mahal hingga sepertiga atau dua pertiga dari total biaya sebuah struktur beton. 7. Rendahnya kekuatan per satuan berat dari beton mengakibatkan beton bertulang menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh pada struktur-struktur bentang-panjang dimana berat beban mati beton yang besar akan sangat mempengaruhi momen lentur. 8. Bervariasinya sifat-sifat beton dan proporsi-campuran serta pengadukannya. 9. Proses penuangan dan perawatan beton tidak bisa kontrol dengan ketepatan maksimal, berbeda dengan proses produksi material struktur lain.



21



22