Pemberian Jumlah Dosis Bleaching Earth (Be) Terhadap Kualitas Warna Produk Dengan Methode Pengukuran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMBERIAN JUMLAH DOSIS BLEACHING EARTH (BE) TERHADAP KUALITAS WARNA PRODUK DENGAN METHODE PENGUKURAN TINTOMETER COLORIMETER PADA PROSES REFINERY (STUDY KASUS DI PT LOUIS DREYFUS COMPANY (LDC) INDONESIA)



(Skripsi)



Oleh : FAUZI ROHMAN NPM 19120016



PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSANTARA LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2023



PEMBERIAN JUMLAH DOSIS BLEACHING EARTH (BE) TERHADAP KUALITAS WARNA PRODUK DENGAN METHODE PENGUKURAN TINTOMETER COLORIMETER PADA PROSES REFINERY (STUDY KASUS DI PT LOUIS DREYFUS COMPANY (LDC) INDONESIA)



(Skripsi)



Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Tehnik Program Studi Teknik Industri



Oleh : FAUZI ROHMAN NPM 19120016



PROGRAM STUDI TEHNIK INDUSTRI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSANTARA LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2023



PEMBERIAN JUMLAH DOSIS BLEACHING EARTH (BE) TERHADAP KUALITAS WARNA PRODUK DENGAN METHODE PENGUKURAN TINTOMETER COLORIMETER PADA PROSES REFINERY (STUDY KASUS DI PT LOUIS DREYFUS COMPANY (LDC) INDONESIA)



(Skripsi)



Oleh : FAUZI ROHMAN NPM 19120016



Telah Diterima Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik



Pembimbing I



Pembimbing II



Dominikus Djago Djoa, ST, M.Pd



Lidia Olga, ST.MM



NIDN.0226097101



Ketua Program Studi Tehnik Industri



Idris Asmuni, S.T. M.T NIDN 0223117601



NIDN.0231018801



Dipertahankan di Depan Tim Penguji Skripsi Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung Dan di Terima Untuk Memenuhi Sebagai Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Hari : Jum’at Tanggal : 17 Februari 2023



Tim Penguji



1. Ir. Indra Kesuma, MTA



………………………………



(Penguji Utama) 2. Ir. Leny Rudihartati, MM



………………………………



(Penguji Kedua) 3. Dominikus Djago Djoa, ST, M.Pd



………………………………



(Penguji Anggota)



Mengesahkan, Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung Ketua,



Dr. Ir. Sugeng Dwiono, MH NIDN.0206036401



ABSTRAK PEMBERIAN JUMLAH DOSIS BLEACHING EARTH (BE) TERHADAP KUALITAS WARNA PRODUK DENGAN METHODE PENGUKURAN TINTOMETER COLORIMETER PADA PROSES REFINERY (STUDY KASUS DI PT LOUIS DREYFUS COMPANY (LDC) INDONESIA)



Oleh: FAUZI ROHMAN NIM 19120016



RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) adalah produk hasil pemurnian CPO (Crude Palm Oil) pada proses refinery melalui tahap pemucatan (Bleaching) dengan penambahan bleaching earth (BE) yang berpengaruh terhadap kualitas warna produk. Berdasarkan latar belakang masalah, didapat berapakah jumlah dosis beaching earth yang paling optimum untuk mendapatkan kualitas warna produk RDBPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) sesuai standar mutu di PT Louis Dreyfus Company (LDC) Indonesia. Penelitian ini menggunakan methode pengukuran warna Tintometer Colorimeter untuk mengukur warna RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) yang dihasilkan dari percobaan Trial Skala Mini Plant Refinery dengan menggunakan bleaching earth type X dan type S. Dari jumlah dosis bleaching earth type X yang ditambahkan 0.8%, 1.0%, 1.2%, 1.4% dan 1.6 %, didapat warna RBDPO masing-masing 2.7R, 2.2R, 2.1R, 2.0R, dan 1.9R. sedangkan dosis bleaching earth type S yang ditambahkan 0.8%, 1.0%, 1.2%, 1.4% dan 1.6 %, didapat warna RBDPO masing-masing 3.2R, 3.0,R 2.8R, 2.6R, dan 2.4R. Jumlah dosis beaching earth yang paling optimum untuk mendapatkan kualitas warna produk RDBPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) yang sesuai standar mutu di PT Louis Dreyfus Company (LDC) Indonesia.adalah beaching earth type X 0.8% dan beaching earth type S 1.2%



Kata Kunci : Dosis Bleaching Earth, Proses Refinery, Kualitas Warna



DEDIKASI / PERSEMBAHAN



Ku Persembahkan Skripsi ini Super Spesial Untuk kedua Orang Tua ku yang Tercinta, Ayahanda M.Zen (Alm) & Ibunda Rodiah



Spesial Untuk Istri Tersayang, Suyana



Spesial juga untuk Anak-anak yang Sangat ku Sayangi, Alif Rizki Ramadhan & Isnan Rizki Alfariz Semoga bisa menjadi motivasi untuk kelak saat kalian beranjak Dewasa



Buat Teman-Teman Angkatan 2019 Tehnik Industri dan Tehnik Elektro STTN Lampung, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, semua tanpa terkecuali, tetap semangat !!!



Spesial lagi Uuntuk Dosen Pembimbing Bapak Dominikus Djago Djoa, ST, M.pd Selaku pembimbing I, Ibu Lidia Olga ST, MM Selaku pembimbing II, dan Semua Dosen STTN Lampung tanpa terkecuali



Sekali Lagi Saya Ucapkan Terimakasih yang sedalam-dalam nya untuk Semua.



MOTTO / KATA MUTIARA



Hidup berawal dari mimpi, Wujudkanlah mimpimu dengan segala Usaha, Doa, dan Ketulusan hati, Bawalah Terbang Cita-Cita Mu bersama Awan, Setinggi bintang di Angkasa Hingga pada masanya cita-cita Mu itu bisa membuat Mu hidup dengan Derajat yang lebih Tinggi..



Semangat !!!



RIWAYAT HIDUP



Fauzi Rohman lahir di Palas Aji, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Pada Tanggal 28 Agustus 1983. Penulis lahir dari pasangan Bapak M. Zen (alm) dan Ibu Rodiah. Merupakan Anak Bungsu dari delapan bersaudara Yakni Rosilawati, Junaidi, Dewi Masitoh, Nur Aini, Kholida, Megawati, dan Khozali.



Pada Tahun 1989 Penulis masuk Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Palas Aji, Kec. Palas, Kab. Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Dan lulus tahun 1995. Tahun 1995 Penulis meneruskan Sekolah ke Tingkat Menengah Pertama di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Palas, Kec. Palas, Kab. Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Dan lulus tahun 1998. Tahun 1998 Penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Sekolah Menengah Tehnologi Industri (SMTI) Tanjung Karang Kota Bandar Lampung, lulus di tahun 2001.



Pada Tahun 2019 Penulis diterima menjadi Mahasiswa Jurusan Tehnik Industri di Sekolah Tinggi Tehnologi Nusantara (STTN) Lampung, penulis mengikuti semua matakuliah tatap muka maupun online yang digelar di kampus STTN lampung. Penulis melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di awal tahun 2022 di PT Loius Drefus Company (LDC) Indonesia. Dan diawal tahun 2023 menyelesaikan Sidang Skripsi nya untuk mendapatkan gelar Sarjana Tehnik.



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menulis skripsi ini dengan penuh keseriusan dan rasa tanggung jawab. Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat dukungan moral maupun spirit dari berbagai pihak.



Oleh karnaya penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam–dalam nya kepada : 1.



Bapak Dr. Ir. Sugeng Dwiono, MH selaku Ketua STTN Lampung



2.



Bapak Dominikus Djago Djoa, ST, M.Pd selaku Pembimbing Pembimbing I STTN Lampung



3.



Ibu Lidia Olga, ST.MM selaku Pembimbing Pembimbing II STTN Lampung



4.



Bapak Idris Asmuni, S.T.M.T selaku Ketua Program Studi Tehnik Industri



5.



Seluruh Staf dan karyawan STTN Lampung, yang telah membantu tanpa terkecuali.



6.



Orang tua dan keluarga terutama Ibunda tercinta Rodiah, Istri yang tersayang Suyana, yang telah memberikan dukungan baik moral maupun spirit, sehingga dapat memberikan semangat kepada saya.



7.



Seluruh teman-teman Teknik Industri Angkatan 2019 STTN Lampung Tanpa Terkecuali Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan, walaupun demikian harapan penulis laporan ini dapat bermanfaat dalam memperluas cakrawala pengetahuan penulis dan para pembaca pada umumnya.



Bandar Lampung, 17 Februari 2023



Penulis



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN



i



HALAMAN PENGESAHAN



ii



RINGKASAN / ABSTRAC



iii



LEMBAR PERSEMBAHAN



iv



LEMBAR KATA MUTIARA



v



LEMBAR RIWAYAT HIDUP



vi



KATA PENGANTAR



vii



DAFTAR ISI



ix



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang



1



1.2 Rumusan Masalah



4



1.3 Tujuan Penelitian



5



1.4 Batasan Masalah



5



1.5 Manfaat Penelitian



5



1.6 Sistematika Penulisan



6



BAB II LANDASAN TEORI 2.1



Proses Refinery



8



2.2



Tahapan Bleaching



10



2.3



Pengaruh Tahapan Bleaching



12



2.4



Pengenalan Bleaching Earth



13



2.5



Kegunaan Bleaching Earth



15



2.6



Pengaruh Dosis Bleaching Earth terhadap kualitas bahan baku CPO



16



2.7



Kualitas Warna Produk RBDPO



17



2.8



Standar Spesifikasi Warna Produk RBDPO



18



BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional



19



3.2 Tehnik Pengumpulan Data



20



3.3 Analisis Data



25



BAB IV HASIL ANALISIS 4.1 Deskripsi Variable



26



4.2 Hubungan antar Variable



28



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan



31



5.2 Saran



31



DAFTAR PUSTAKA



LAMPIRAN



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) adalah salah satu dari beberapa family Arecaceae atau Palmae. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea atau Afrika. Minyak kelapa sawit merupakan minyak yang didapatkan dari bagian daging buah tanaman kelapa sawit dengan kandungan minyak mencapai 56% tiap buahnya (FAO, 2000). Sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk memasarkan minyak sawit baik di dalam maupun luar negeri. Pasar potensial yang akan menyerap pemasaran minyak sawit (CPO) adalah industri refinery dan fraksinasi (industri minyak goreng), dan beberapa industri lain seperti lemak khusus (cocoa butter substitute), margarine/shoftening, oleochemical, dan sabun mandi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Nasional, jumlah produksi minyak sawit (CPO) di Indonesia pada tahun 2021 adalah 45.1 juta ton (BPS, 2022). Dari sisi permintaaan, produk sawit memenuhi kebutuhan pangan dan nonpangan. Di pasar global, minyak kelapa sawit sudah berkontribusi 59 persen terhadap market share dunia yang ditunjukkan dengan data ekspor CPO yang



memiliki daya saing yang terbaik dibandingkan dengan minyak nabati lainnya dan secara



historis



permintaannya



cenderung



meningkat



secara



signifikan



(Kemenperin, 2022). Industri pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dan turunannya merupakan salah satu contoh sektor industri yang memberikan kontribusi yang besar bagi pendapatan negara. Dalam mengembangkan dan meningkatkan industri ini diperlukan ilmu pengetahuan serta penguasaan teknologi sehingga bangsa Indonesia mampu bersaing dengan negara lainnya. (Latifah, 2016). Beberapa penelitian terdahulu telah melakukan penelitian tentang dosis bleaching earth. Menurut Hasrul dkk., (2017) menyatakan bahwa proses pemucatan yang menggunakan CPO hasil pencampuran CPO mutu tinggi dan CPO mutu rendah dapat meningkatkan ALB, meskipun CPO hasil campuran tersebut memiliki nilai DOBI tinggi, dengan demikian akan berdampak pada proses deodorisasi lebih lanjutn (Hasrul, dkk, 2017). Hasil observasi menunjukkan spesifikasi bleaching earth yang digunakan pada industri minyak sawit memiliki kadar air maksimal 15%, pH pada kondisi suspensi 10% berkisar pada 6,5 - 8,5, bulk density 0,50 – 0,65 gram per liter serta harus memiliki kandungan SiO2 minimal 58%. Selain itu perbandingan antara komponen SiO2 dan Al2O3 yang terdapat dalam bleaching earth sangat berperan dalam menghasilkan minyak yang lebih jernih (Tsai et al., 2012) Peningkatan jumlah dosis blaching earth menyebabkan kadar warna seluruh CPO menurun/semakin rendah (Fatmayati, 2011) menggunakan bleaching earth ter-reaktivasi sebanyak 1- 5% dari berat CPO dan hasil yang diperoleh



menunjukkan bahwa jumlah bleaching earth dalam pemucatan yang terbaik adalah sebesar 5%. (Nuryanto, 2014) juga melaporkan bahwa dosis BE sebanyak 3% menurunkan warna relatif lebih tinggi dibandingkan dosis 1,5% (Morad et al. 2006) juga menyatakan hal yang sama bahwa semakin tinggi dosis bleaching earth penurunan warna CPO semakin besar disebabkan oleh karoten teradsorpsi. Dosis bleaching earth yang optimum akan tergantung pada jumlah dan pengotor alami dalam CPO. Kualitas produk akhir pemurnian minyak sawit tergantung pada kondisi degumming, dan sifat bahan kimia degumming yang digunakan. Degumming dilakukan pada kisaran suhu 40 sampai 120 o C, dan suhu optimum ditemukan 80 o C, waktu kontak 40 menit, dan konsentrasi asam 1%. Telah ditetapkan bahwa fiksasi warna selama deodorisasi terutama disebabkan oleh dekomposisi produk oksidasi aldehida dan keton pada suhu deodorisasi 200 o C ke atas. Standar stabilitas minyak sulingan diukur dari segi warna, 2,5 unit Merah, Asam Lemak Bebas (FFA) 0,01%, Nilai Peroksida (PV) 2,8m.eq/kg, Nilai Anisidin (AV) 6,8m.eq /kg, Nilai Yodium(IV) 4,9, Besi (Fe) 4,3 x 10 3 (Ppb), dan kandungan Fosfor 0,03mg/l (Egbuna, 2015). PT Louis Dreyfus Company (LDC) Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan minyak kelapa sawit mentah atau CPO (Crude Palm Oil). Produk utama yang dihasilkan PT. Louis Dreyfus Company (LDC) Indonesia adalah RBDPO (Refined Bleached Deodorized Pam Oil), dan produk lainnya yang dihasilkan adalah PFAD (Palm Fatty Acid Distilated), RBDPS



(Refined Bleached Deodorized Palm Stearin), RBDPL (Refined Bleached Deodorized Palm Olein), Biodiesel, dan Crude Glycerine. Standar mutu minyak yang digunakan di PT Louis Dreyfus Company (LDC) Indonesia mengacu pada standar PORAM (Palm Oil Regional Assosiation of Malaysia). Standar PORAM merupakan standar mutu yang digunakan oleh perusahaan minyak turunan kelapa sawit lingkup luar negeri khususnya Malaysia dan Singapura tidak terkecuali Indonesia, dimana pada standar mutu PORAM spesifikasi untuk parameter warna tidak boleh melebihi 3.0R (PORAM, 2013). Berdasarkan hal tersebut, maka pada penelitian ini, peneliti ingin melakukan pengujian penggunaan dosis beaching earth untuk menentukan hasil kualitas beaching earth pada PT. Louis Drefus Company (LDC) Indonesia.



1.2 Rumusan masalah Berapakah jumlah dosis beaching earth yang paling optimum untuk mendapatkan kualitas warna produk Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RDBPO) sesuai standar PORAM pada proses refinery di PT Louis Dreyfus Company (LDC) Indonesia berdasarkan BE type X dan type S ?



1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah dosis bleaching earth yang akan digunakan di PT Louis Dreyfus Company (LDC) guna mendapatkan kualitas warna produk Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RDBPO) sesuai standar PORAM.



1.4 Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini adalah fokus pada percobaan untuk mengetahui jumlah dosis bleaching earth yang digunakan untuk mendapatkan kualitas warna produk RDBPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) pada proses Refinery.



1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi perusahaan adalah dapat dijadikan acuan dalam penentuan jumlah dosis bleaching earth yang digunakan pada proses produksi,. 2. Bagi penulis adalah sebagai sarana penerapan ilmu yang diperoleh selama menjalani pendidikan di Program Studi Tehnik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara (STTN) lampung.



1.6 Sistematika Penulisan Penulisan ini menggunakan tulisan yang disusun secara sistematis ke dalam beberapa bab, dan setiap bab terdiri dari sub-sub bab, adapun sistematika penulisanya sebagai berikut:



BAB I PENDAHULUAN Berisikan materi dan penjelasan latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan



BAB II LANDASAN TEORI Berisikan materi-materi yang menjelaskan tentang Proses Refinery, Tahapan bleaching, Pengaruh tahapan bleaching, Pengenalain bleaching earth (BE)), Kegunaan bleaching earth (BE), Pengaruh Dosis Bleaching Earth (BE) terhadap kualitas bahan baku CPO dan Kualitas warna produk RBDPO.



BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menjelaskan tentang material yang digunakan untuk bahan penelitian, cara penelitian, methode pengujian warna pada produk akhir dan alat yang digunakan untuk penelitian.



BAB IV HASIL ANALISIS Berisikan Deskripsi Variabel, hubungan antara variabel, data yang dikumpulkan dari hasil penelitian, bahan dan alat yang digunakan untuk penelitian pengukuran kualitas warna, yang mengkaitkan hubungan antara jumlah dosis dengan hasil dari kualitas warna



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisikan kesimpulan yang didapat oleh penulis dari hasil penelitian, dan saransaran yang mungkin dapat bermanfaat untuk perusahaan.



BAB II LANDASAN TEORI



2.1 Proses Refinery Proses Refinery merupakan proses pemurnian Crude Palm Oil (CPO), yang bertujuan untuk menghilangkan FFA (Free Fatty Acid), warna, dan bau yang diinginkan pada minyak. Untuk proses awal pada proses refinery dikenal dengan proses bleaching dimana material yang digunakan untuk tahapan ini adalah bleaching earth (BE). Kegunaan bleaching earth pada tahapan ini adalah untuk mengurai kotoran dan bahan yang tidak diinginkan pada bahan bakunya CPO (Crude Palm Oil), seperti zat pewarna (karotenoid), sabun dan lainnya. Bleaching merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan kandungan lignin (delignifikasi) di dalam pulp atau serat sehingga diperoleh tingkat kecerahan warna yang tinggi dan stabil (Greschik, 2008). Minyak sawit kasar mengandung trigliserida sebagai penyusun utama, dan sebagian kecil komponen nontrigliserida. Dalam usaha memperoleh minyak yang dapat dikonsumsi, komponen nontrigliserida harus dipisahkan atau dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diterima melalui proses pemurnian. Salah satu tahapan dari proses pemurnian minyak sawit tersebut adalah proses bleaching. (Haryono, Muhammad Ali, Wahyuni, 2012). Pada pengolahan minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil), warna minyak merupakan salah satu faktor penting.



Warna minyak akan sangat mempengaruhi kualitas dari minyak yang dihasilkan. Penggunaan bahan pemucat atau Bleaching Earth (BE) yang sering disebut sebagai adsorben menjadi pilihan utama untuk melakukan pada tahapan proses tersebut (Pahan, 2008).



Gambar 2.1 Bagan sederhana Alur Proses Refinery PT Louis Dreyfus Company (LDC) Indonesia



RBDPO dihasilkan melalui beberapa tahapan proses pemurnian fisik (Refinery). Untuk mendapatkan minyak goreng dengan mutu yang dapat diterima konsumen, minyak sawit mentah atau CPO (Crude Palm Oil) diolah melalui beberapa tahapan proses pemurnian (Refinery). Tahap pemurnian dari CPO (Crude Palm Oil) dapat dilakukan melalui proses pemisahan gum (degumming), penghilangan (refining), pemucatan (bleaching), dan deodorisasi (deodorized). CPO (Crude Palm Oil), yang telah mengalami proses pemurnian disebut RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil). Pada pembuatan minyak kelapa sawit, warna minyak merupakan salah satu faktor penting. Parameter warna akan sangat mempengaruhi kualitas dari minyak yang dihasilkan. Bleaching earth (BE) adalah merupakan bahan tambahan pada proses Refinery yang digunakan untuk mengurangii kotoran dan bahan yang tidak diinginkan pada minyak sawit, seperti zat pewarna (karotenoid), sabun dan lainnya, yang dapat ditemukan dalam minyak dan lemak. Penggunaan bahan pemucat atau bleaching earth (BE) yang sering disebut sebagai adsorben menjadi pilihan utama untuk melakukan proses tersebut (Morad et al., 2006; Hasibuan dan Nuryanto, 2011; Hasibuan, 2016).



2.2 Tahapan Bleaching Tujuan proses bleaching adalah memucatkan warna dan menyerapsebagian warna, gum dan logam yang terkandung pada CPO.Menurut Morad et al. (2006)



bahwa partikel warna selama bleaching ada di dalam larutan minyak atau dalam bentuk koloid yang reaksinya terjadi pada permukaan BE. Pada penelitian ini selain mengkaji perubahan warna akibat proses bleaching juga melihat mutu lainnya meliputi kadar karoten, DOBI, ALB, kadar air dan PV. Warna CPO mengalami penurunan setelah dilakukan proses bleaching dan terus menurun dengan meningkatnya waktu bleaching (Morad et al. 2006) juga melaporkan hal yang sama dan penurunan warna ini disebabkan oleh senyawa karoten terdegradasi dan sebagian terjerap ke dalam BE. BE memiliki pori-pori yang cukup luas yang dapat menyerap warna dan senyawa-senyawa lain (Hasibuan dan Nuryanto, 2011). Setelah waktu 30 menit proses bleaching, penurunan warna lebih besar terjadi pada CPO dari limbah dan campuran CPO mutu tinggi dan mutu rendah dibandingkan CPO mutu tinggi. Hal ini disebabkan oleh CPO mutu rendah mengandung senyawa pengotor lain dalam jumlah besar berupa suspensi koloid dalam minyak, fosfolipid, karbohidrat dan senyawa kompleks lainnya yang mempengaruhi warna. Senyawa tersebut ikut terserap ke dalam BE dan penyerapannya meningkat dengan meningkatnya waktu bleaching sehingga warna CPO menjadi lebih rendah (menurun). Untuk memenuhi kualitas CPO khususnya nilai DOBI, ada kalanya dilakukan pencampuran antara CPO mutu baik (DOBI tinggi) dan CPO mutu rendah (DOBI rendah). Adanya usaha untuk memanipulasi nilai DOBI tersebut akan berdampak pada mutu lainnya seperti asam lemak bebas (ALB), bilangan peroksida (PV), kadar karoten, air dan warna (Hasibuan dan Ramadona, 2012).



Gambar 2.2 Bahan Baku Crude Palm Oil (CPO)



2.3 Pengaruh Tahapan Bleaching Tahap bleaching dimulai dengan pengumpulan gum-gum pada CPO dengan penambahan asam phosfat pekat serta bleaching earth sebagai penyerap. CPO yang sudah mengalami proses degumming dari paddle mixer tank dialirkan ke tanki bleacher. Kemudian bleaching earth dimasukkan ke dalam bleacher dengan kecepatan laju air 1,0-2,0% dari laju CPO yang masuk. Umpan bleaching earth tergantung pada kualitas minyak dan kualitas produk minyak yang diinginkan. Suhu di dalam tangki dinaikkan dengan sparging steam pada suhu 95-110 oC, agar dapat mempermudah proses absorbsi dari impurities dengan cepat. Keefektifan proses bleaching earth dapat diukur dari penurunan warna Bleached Palm Oil (BPO) yang dihasilkan dan kemampuannya berfungsi sebagai zat adsorbtive clearing. Tahapan ini merupakan tahapan sebelum deodorisasi untuk menghasilkan produk Refined Bleached Deodorized Pam Oil (RBDPO). Umumnya, proses bleaching dilakukan dengan menggunakan



BE sebanyak 0,5-2% dari berat CPO dan suhu 95-105°C selama 30 menit. Apabila dosis BE kurang mampu memucatkan CPO maka proses deodorisasi lebih lanjut menjadi terkendala sehingga membutuhkan energi lebih tinggi dan waktu proses lebih lama. Penggunaan BE akan semakin banyak apabila nilai DOBI rendah sehingga biaya produksi tinggi (Morad et al., 2006; Gibon et al., 2009; Hasibuan, 2016).



Gambar 2.3 Refined Bleached Deodorized Pam Oil (RBDPO)



2.4 Pengenalan Bleaching Earth Bleaching earth (tanah pemucat) adalah tanah lempung yang mengandung mineral montmorillonit. Kandungan mineral jenis ini mencapai 85% di dalam bahan sementara sisanya berupa mineral gipsum, kolinit, kuarsa dan lainnya (Supeno, 2008). Di industri bleaching earth dikenal dengan bentonit. Montmorillonit dalam bentonit berwujud mineral liat yang dapat mengembang dan mengerut yang tergolong ke dalam kelompok smektit serta mempunyai komposisi kimia yang beragam. Kemampuan untuk mengembang-mengerut serta



adanya muatan negatif yang cukup besar memungkinkan bahan mineral tersebut dapat mengadsorb ion-ion logam dan kation-kation organik (Tan, 1993). Jenis tanah liat ini ditemukan secara individu dan juga dalam kombinasi. Saat bleaching earth mentah akan mengandung silika dan aluminium. Selain itu, bleaching earth juga mengandung kalsium, magnesium dan zat besi. Endapan tanah liat terlihat seperti tanah dan warnanya bisa menjadi kuning kecokelatan, kuning kecokelatan, dan juga putih bersih. Zat ini sangat menyerap dan selain itu halus dan terasa berminyak. Bleaching earth dapat digunakan dalam keadaan normal tetapi juga melalui pencucian dan pemanasan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kelembaban di bumi pemutihan dan untuk menghilangkan mikroorganisme. Setelah pencucian dan pemanasan di atas bumi kemudian akan dikeringkan dan kemudian dikirim ke pabrik pengolahan di mana akan dihaluskan untuk mendapatkan produk jadi yang mengandung partikel kecil. Bleaching earth yang diaktifkan dapat dicampur dengan asam klorida dan sulfat serta beberapa asam lainnya. Tanah liat yang diperoleh dari campuran tersebut kemudian akan dicuci dan dikeringkan serta digiling. Produk jadi akan dijual dalam berbagai tingkatan dan jumlah uap air di tanah pemutihan akan bervariasi seperti juga ukuran partikelnya. Bleaching earth dapat mengandung kelembaban antara enam dan dua belas persen dan ukuran partikel bisa antara 25 micron hingga potongan yang jauh lebih besar. Tanah liat pemutih menyerap beberapa bau yang sangat tidak menyenangkan dan termasuk bau amonia dan tar serta belerang. Bleaching earth



memiliki sifat penyerap yang kuat dan ini memungkinkannya untuk mempertahankan beberapa bahan kimia dan minyak saat digunakan sebagai pengisi. Zat-zat ini cukup mudah terbakar dan juga memiliki karakteristik yang berbahaya.



Gambar 2.4 Bleaching Earth (BE)



2.5 Kegunaan Bleaching Earth Bleaching earth berfungsi untuk mengabsorbsi kotoran-kotoran (impurities) yang telah terikat dari proses degumming seperti kandungan logam, karoten, kelembapan, bahan tak larut atau zat-zat yang bersifat koloidal seperti resin, gum, protein, dan fosfotida dalam CPO, dimana kesemua ini merupakan kandungan dari CPO. Bleaching earth juga berfungsi sebagai bahan pemuncatan dalam pengambilan warna CPO dalam Bleaching section. Bleaching earth dapat dibuat dari bahan galian mineral bentonit (Djumarman, 1977). Bentonit adalah salah satu jenis mineral lempung yang mempunyai komposisi kimia terdiri dari 80% mineral monmorilonite dengan



rumus formula (NaCa)33 (Al. Mg) 12Si4O10(OH)2nH2O (Rouquerol,1999). Bahan mineral ini bersifat lunak dengan tingkat kekerasan satu pada skala Mohs, berat jenisnya berkisar antara 1,7 – 2,7, mudah pecah, terasa berlemak bila dipegang, mempunyai sifat mengembang apabila kena air. Bentonit juga sering disebut sebagai soap clay, taylorit, bleaching clay, fuller’s earth, konfolensit, safonit atau smegmatit dan stolpenit (Szostak R., 1992).



2.6 Pengaruh dosis Bleaching Earth terhadap kualitas bahan baku CPO Refinery merupakan suatu proses untuk memurnikan Crude Palm Oil (CPO) melalui 3tahapan yaitu degumming, bleaching dan pengaruh dosis bleaching earth dan waktu pemucatan menentukan mutu minyak yang dihasilkan meliputi warna kuning pucat dan tidak mengandung logam berat (Moradet al.,2006; Hasibuan dan Nuryanto, 2011; Hasibuan, 2016). Bleaching CPO dilakukan dengan menggunakan tanah pemucat/bleaching earth (BE) seperti lempung terpilar, bentonit, karbon aktif, alumina, silika dan lain-lain. Jumlah dosis BE disesuaikan dengan mutu CPO, proses bleaching dilakukan dengan menggunakan BE sebanyak 1-2% dari berat CPO dan suhu 95-105°C selama 30 menit. Apabila dosis BE kurang mampu memucatkan CPO maka proses deodorisasi lebih lanjut menjadi terkendala sehingga membutuhkan energi lebih tinggi dan waktu proses lebih lama. Hal ini



menyebabkan senyawa karoten terdegradasi dan menyebabkan nilai DOBI menjadi rendah. Hasibuan (2016) melaporkan bahwa kadar caroten memiliki korelasi searah dan kuat terhadap DOBI, artinya jika kadar karoten tinggi maka nilai DOBI juga tinggi yang mempengaruhi warna CPO pun tinggi. Untuk memenuhi kualitas CPO khususnya nilai DOBI dan Warna, ada kalanya dilakukan pencampuran antara CPO mutu baik dan CPO mutu rendah. Adanya usaha untuk memanipulasi nilai DOBI tersebut akan berdampak pada mutu lainnya seperti asam lemak bebas (ALB), bilangan peroksida (PV), kadar karoten, air dan tidak terkecuali Warna (Hasibuan dan Ramadona, 2012).



2.7 Kualitas warna produk RBDPO Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik Kelapa sawit (PKS) dimasudkan untuk memperoleh minyak sawit (Crude Plam Oil) dari daging buah (mesocp) dan inti sawit (kernel) dari biji (Nut). Untuk mendapatkan kualitas/mutu minyak yang baik bermula dari lapangan, sedangkan proses pengolahan di pabrik hanya dapat menekan sekecil mungkin perubahan/ penurunan kualitas dan kehilangan (Losis) selama proses, Pabrik tidak dapat memoproduksi lebih dari apa yang dikandung Tandan Buah Segar (TBS). Mutu dan Rendemen hasil olah sangat dipengaruhi oleh fraksi panen (derajat kematangan), kegiatan pengutipan berondolan dan proses pengolan di pabrik akan



menentukan kwantitas dan kualitas minyak yang di hasilkan Pabrik Kelapa Sawit (PKS).



2.8



Standar Spesifikasi Warna Produk RBDPO Standar mutu minyak turunan kelapa sawit menggunakan standar PORAM (Palm Oil Regional Assosiation of Malaysia). Standar PORAM merupakan standar mutu yang digunakan oleh perusahaan minyak turunan kelapa sawit lingkup luar negeri khususnya Malaysia dan Singapura tidak terkecuali Indonesia, dimana pada standar mutu PORAM spesifikasi untuk parameter warna tidak boleh melebihi 3.0R (PORAM, 2013).



Gambar 2.7 Spesifikasi standar PORAM



BAB III METODOLOGI PENELITIAN



3.1 Difinisi Operasional Proses bleaching minyak sawit dengan menggunakan bleaching earth merupakan salah satu tahapan proses yang bertujuan untuk memisahkan zat-zat warna dan zat organik yang menyebabkan minyak sawit mentah Crude Palm Oil (CPO) bewarna gelap (Coklat kemerahan), zat tersebut akan di serap oleh bleaching earth sebagai adsorben sehingga warna CPO menjadi lebih jernih dan bening. Peranan warna di minyak pada proses pemurnian minyak menjadi sangat penting karena pada umumnya konsumen menggunakan parameter ini sebagai indikasi kualitas minyak pada umumnya. Pemberian dosis bleaching earth yang tepat pada tahapan bleaching ini sangat berpengaruh terhadap kualitas warna produk. Trial mini plant refinery adalah proses percobaan skala kecil dari proses Refinery Plant dimana Crude palm oil (CPO) dengan berat ditentukan dipanaskan kemudian dicampur denga phosporic aid (PA) untuk tahapan degguming, kemudian menambahkan bleaaching earth pada tahapan bleaching lalu pada tahapan terakhir tahap deodorizing sehingga dihasilkan produk Refined Bleached Deodorized Palm Oil (WQC164, 2020). Tintometer Colorimeter atau Lovibond kolorimeter adalah alat visual yang dirancang untuk mengoptimalkan penggunaan filter kaca alat warna, yamg diatur dengan dua bidang pandang yang berdekatan, terlihat melalui vial dan lensa



pengamatan, warna produk pada sampel bidang dan permukaan reflektif putih di bidang perbandingan yang diamati sejajar, dengan penerangan yang sesuai. Lensa Lovibond warna dipantulkan ke bidang perbandingan dengan sistem rak geser yang sederhana, memungkinkan pengguna untuk membandingkan warna cahaya yang ditransmisikan atau dipantulkan dari sampel dengan yang ditransmisikan melalui lensa pembacaan. Terdapat tempat vial netral rak yang juga disediakan; ini bisa dimasukkan ke dalamnya sampel untuk meminimalisir warna produk yang terlalu terang untuk mendapatkan warna yang baik, dicocokkan menggunakan lensa Lovibond dengan warna Merah, Kuning atau Biru. Raknya bervariasi hingga warna visualnya serasi, dengan cahaya dari sampel dan warnanya kemudian dapat dinyatakan dalam satuan Lovibond color dalam satuan merah Red (R) (WQC004, 2020). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian dengan mengumpulkan data hasil trial/percobaan yang kemudian di analisa untuk menentukan uji mutu kualitas warna menggunakan alat ukur.



3.2 Tehnik Pengumpulan Data 3.2.1



Tempat Penelitian Lokasi pengujian bertempat di Laboratorium PT. LDC Indonesia jl. Soekarno Hatta Km.10 RT 23. Lk.2 Kel. Way Lunik Kec. Panjang, Kota Bandar Lampung



3.2.2



Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 10 hari dari tanggal 14 April 2022 s/d 25 April 2022.



3.2.3



Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengamatan (Observasi) Pengumpulan data dengan observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung, melihat, melakukan percobaan skala mini plant refinery dan menganalisa nilai warna. 2. Dokumentasi (Documentation) Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan dokumen/data dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber informasi khusus dari karangan/ tulisan, wasiat, buku, dan lain sebagainya. Alat Dan Bahan Yang Dipergunakan Dalam Penelitian Prosedur percobaan trial skala mini plant refinery Alat dan Bahan: 1. Sample Minyak Crude Palm Oil (CPO) 2. Sample Bleaching Erath (BE) 3. Neraca Analitik (Timbangan) 4. 1 Set Alat Bleaching dry bath mulyimak stirrer



5. 1 set Alat Deo dan Vacum Pump 6. Filter Flash 7. Kertas Saring



Cara Kerja : 1. Timbang sample minyak CPO 100g masukan kedalam beaker glass 250ml 2. Settling dry bath pada temperatur 110oC 3. Masukan magnetic stirer kedalam beaker glass yang berisi sample CPO 4. Pastikan temperatur pada sample CPO dengan menggunakan termometer 5. Tahapan Degguming masukan Asam phospat H3PO4 85% sebanyak 0.05ml (0.05%) kedalam sample CPO sambil tetap dalam kondisi di stirrer on untuk tetap dalam pengadukan otomatis agar proses homogen. 6. Setelah 20 menit lanjut pada tahapan Bleaching, tambahkan Bleaching Earth sesuai dosis yang diinginkan (Masing-masing dosis 1,0% 2,0%) biarkan kondisi teraduk homogen selama 30 menit. 7. Kemudian saring dengan menggunakan kertas saring.



8. Selanjutnya masuk pada tahapan akhir Deodorization, masukan sample pada Labu tutup alat Deodorizer, pasang dan setting vacum ke alat Deodorisasi. 9. Nyalakan vacum pump dan setting temperatur heating di 260oC 10. Alirkan air pendingin pada labu proses deoderizer untuk mencegah terjadinya bumping . 11. Setelah Proses Deodorization selesai, kemudian dinginkan sample sampai tempatur 80oC 12. Baca Warna Sample dengan menggunakan cuvet 5.25 inchi dengan alat Lovibond Tintometer Colorimeter.



Gambar 3.2.1 Proses Refinery skala mini plant



Prosedur Analisa Warna Alat dan Bahan: 1 Set Lovibond Tintometer Colorimeter dan cuvvette 5.25 Inchi, Sample RBDPO Cara Kerja : 1. Pastikan sample cair, jernih dan homogen 2. Masukkan sampel ke dalam Cuvette 5.25” sampai 75 % volume Cuvette terisi, kemudian masukan sample pada alat. 3. Lihat pada alat Lovibond Tintometer dengan menarik warna kuning, merah, biru dan putih sampai didapat kesamaan / kemiripan warna sampel dengan warna slide standar filter colour. 4. Warna merah pada sample adalah warna acuan dari sample yang diamati. 5. Kosongkan cuvvette dan bersihkan dengan menggunakan pelarut hexane.



Gambar 3.2.2 Peralatan analisa warna



3.3 Analisis Data 3.3.1 Statistik Deskriptif Pada penelitian ini ditentukan jumlah dosis dari bleaching earth masing-masing 0.8%, 1.0%, 1.2%, 1,4%, dan 1,6%. Pengumpulan data dilakukan dari hasil analisa, penelitian dari percobaan dilakukan dengan menggunakan bleaching earth type X dan bleaching earth type S untuk menghasilkan perbandingan kualitas warna Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang dihasilkan dari trial/percobaan yang dilakukan.



3.3.2 Statistik Inferensial Prediksi penurunan kualitas warna dari hasil percobaan akan terlihat dengan penambahan dosis bleaching earth yang semakin tinggi, sehingga pengaruh dari jumlah dosis yang diberikan akan sangat menentukan hasil.



BAB IV HASIL ANALISIS



4.1 Deskripsi Variabel Minyak kelapa sawit merupakan minyak yang didapatkan dari bagian daging buah tanaman kelapa sawit dengan kandungan minyak mencapai 56% tiap buahnya, Indonesia menjadi negara penghasil sawit terbesar di dunia pada tahun 2021, produksi kelapa sawit tidak kurang dari 45.1 juta ton, seperti yang dilansir Badan Pusat Statistik di tahun 2022. Dari sisi permintaaan, produk sawit memenuhi kebutuhan pangan dan non-pangan. Di pasar global, minyak kelapa sawit sudah berkontribusi 59 persen terhadap market share dunia yang ditunjukkan dengan data ekspor CPO yang memiliki daya saing yang terbaik dibandingkan dengan minyak nabati lainnya dan secara historis permintaannya cenderung meningkat secara signifikan seperti yang dilangsir Kementrian Perindustrian di tahun 2022, sehingga tidak bisa dipungkiri jika industri pengolahan kelapa sawit menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Dalam mengembangkan dan meningkatkan industri ini diperlukan ilmu pengetahuan serta penguasaan teknologi sehingga bangsa Indonesia mampu bersaing dengan negara lainnya. Untuk menentukan kualitas minyak turunan kelapa sawit terutama pada kualitas warna, beberapa penelitian terdahulu telah melakukan penelitian tentang dosis bleaching earth. Karena Peningkatan jumlah dosis blaching earth menyebabkan kadar



warna seluruh CPO menurun/semakin rendah dan produk yang dihasilkan akan semakin baik. PT Louis Dreyfus Company (LDC) Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan minyak kelapa sawit mentah atau CPO (Crude Palm Oil). Standar mutu minyak yang digunakan di PT Louis Dreyfus Company (LDC) Indonesia mengacu pada standar PORAM (Palm Oil Regional Assosiation of Malaysia). Berdasarkan hal tersebut, maka pada penelitian ini, peneliti ingin melakukan pengujian penggunaan dosis beaching earth untuk menentukan hasil kualitas beaching earth pada PT. Louis Drefus Company (LDC) Indonesia. Pada penelitian ini ditentukan jumlah dosis dari bleaching earth masing-masing 0.8%, 1.0%, 1.2%, 1,4%, dan 1,6%. Pengumpulan data dilakukan dari hasil analisa, penelitian dari percobaan dilakukan dengan menggunakan bleaching earth type X dan bleaching earth type S untuk menghasilkan perbandingan kualitas warna Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang dihasilkan dari trial/percobaan yang dilakukan.



Dari hasil penelitian di dapat data berikut : BE type X dengan dosis 0.8%, 1.0%, 1.2%, 1.4% dan 1.6 % didapat warna RBDPO masing-masing 2.7R, 2.2R, 2.1R, 2.0R, dan 1.9R.



Tabel Data hasil Percobaan 1 (Menggunakan BE type X)



BE type S dengan dosis 0.8%, 1.0%, 1.2%, 1.4% dan 1.6 % didapat warna RBDPO masing-masing 3.2R, 3.0,R 2.8R, 2.6R, dan 2.4R.



Tabel Data hasil Percobaan 2 (Menggunakan BE type S)



4.2 Hubungan Antar Variable Dari percobaan 1 dan percobaan 2 yang dilakukan, terlihat adanya hubungan antara type bleaching earth dan jumlah dosis yang diberikan dengan kualitas warna produk yang dihasilkan. Dari jumlah dosis bleaching earth yang diberikan, pada percobaan yang pertama bleaching earth yang digunakan adalah type X dengan menggunakan variasi dari jumlah dosis 0.8 % - 1.6 % terlihat pada grafik dibawah ini



Grafik Percobaan 1 (Menggunakan bleaching earth type X)



Pada percobaan yang kedua bleaching earth yang digunakan adalah type S dengan menggunakan variasi dari jumlah dosis 0.8 % - 1.6 % terlihat pada grafik dibawah



Grafik Percobaan 2 (Menggunakan bleaching earth type S)



Dosis bleaching earth type S 0,8 % mendapatkan warna 3,2R dimana warna yang didapat belum masuk dalam standar mutu di PT Louis Dreyfus Company (LDC) Indonesia, sedangkan dosis bleaching earth type X 0,8 % mendapatkan warna 2,7R sudah masuk dalam standar mutu yang diharapkan, sehingga bleaching earth type ini lebih optimal untuk digunakan..



Sehingga dapat dilihat bahwa jumlah dosis dan type dari bleaching earth sangat berpengaruh pada kualitas warna produk RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil RBDPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) yang dihasilkan.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN



5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dosis bleaching earth yang paling optimum untuk mendapatkan kualitas warna produk RDBPO (Refined Bleached Deodorized Palm Oil) yang sesuai standar mutu di PT Louis Dreyfus Company (LDC) Indonesia.adalah beaching earth type X 0.8% dan beaching earth type S 1.2%



5.2 Saran Dari hasil dan kesimpulan penelitian ini, penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Dalam menentukan jumlah dosis bleaching earth, ada baiknya melakukan proses trial mini plant skala lab terlebih dahulu, untuk mendapatkan gambaran jumlah dosis yang optimal untuk hasil kualitas warna RBDPO yang akan didapat. 2. Pemilihan type bleaching earth juga sangat penting untuk mendapatkan kualitas warna RBDPO yang dihasilkan pada proses refinery, karena type bleaching earth juga berpengaruh untuk jumlah dosis yang akan ditambahkan.



DAFTAR PUSTAKA



BSN. 2022. Statistik Kelapa Sawt Indonesia. www.bps.go.id/.html. Diakses pada Rabu 1 Maret 2023 Djumarman. 1977. Bentonit clay berbagai bahan untuk bleaching agent, “ Bulletin Penelitian B.P. Industri” No.7 Tahun II Egbuna. 2015. Optimization of The Effects of Degumming Parameters On The Removal of Phosphotides and The Optimization The Stability of Refined Palm Oil. International Journal of Scientific Research Engineering & Technology (IJSRET), ISSN 2278 – 0882 Volume 4, Issue 9, September 2015 FAO/WHO] Food Agricultural Organization/ World Health Organization. 2002. Guidelines for the Evaluation of Probiotics in Food. Report of a Joint FAO/WHO Fatmayati. 2011. Pemucatan minyak sawit kasar menggunakan tanah pemucat hasil reaktivasi. [Skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Industri pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fitriyono Ayustaningwarno. 2012. Proses Pengolahan Dan Aplikasi Minyak SawitMerah Pada Industri Pangan.Volume 2. Program studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Greschik, T. (2008). Treatment of pulp. United State Application No.6.557.234 B1. 18 Mei 2006 Haryono., Muhammad Ali., dan Wahyuni. 2006. “Pemucatan minyak sawit mentah menggunakan arang aktif”. Jawa Timur Haryono, Muhammad Ali, Wahyuni. 2012. Pemucatan Minyak Sawit Mentah Menggunakan Arang Aktif. Jurnal Teknik Kimia : Vol. 6, No. 2, April 2012. Hasibuan HA dan Nuryanto E. 2011. Kajian kandungan P, Fe, Cu dan Ni pada minyak sawit, minyak inti sawit dan minyak kelapa selama proses rafinasi. J Stand. 13(1): 45 - 60.



Hasibuan HA dan Ramadona. 2012. Monitoring kadar asam lemak bebas (ALB), kadar karoten dan DOBI pada CPO bervariasi ALB selama penyimpanan. Warta Pusat Penel Kelapa Sawit. 17: 87-92 Hasibuan HA. 2016. Deterioration of bleachability index pada crude palm oil: bahan review dan usulan untuk SNI 01-2901-2006. J Stand. 18(1): 25-34. Hurst, K. 2006. Prinsip-Prinsip Perancangan Teknik. Erlangga. Jakarta Kemenperin. 2022 Mengapa Minyak Sawit Lebih Unggul (Dari Minyak Nabati Lainnya). https://agro.kemenperin.go.id . Diakses 2 Maret 2023 Morad NA, Aziz MKA, dan Zin RM. 2006. Process Design Degumming and Bleaching of Palm Oil. Research Vote No: 74198. University Teknology Malaysia. Nadhifatul Latifah dan Teti Estiasih. 2016. Mikroenkapsulasi Fraksi Tidak Tersabunkan (Ftt) Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (Dalms) Menggunakan Metode Pengeringan Semprot.Universitas Brawijaya Malang. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 4 No 1 Nuraini, 2022. “5 Negara penghasil sawit terbesar di dunia”. Harian Bisnis.com. (Edisi, 22 September 2022) Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. Edisi V : 11 ± 30. PORAM. 2013. Poram Standard Specification. https://poram.org.my. Diakses pada 18 Desember 2022 14:37 PT. Louis Dreyfus Company Indonesia, 2020. Work Instruction and Standard Operational Procedure-Trial mini Plant. (WQC164, 2020) Bandar Lampung PT. Louis Dreyfus Company (LDC) Indonesia, 2020. Work Instruction and Standard Operational Procedure-Analisa Warna. (WQC004, 2020) Bandar Lampung Rouquerol, F., Rouquerol, J. dan Sing, K. 1999. Adsorption by Powders and Porous Solids. Academic Press. San Diego, CA, USA. Szostak R., 1992.Handbook of molecular sievss, Van Nostrand Reinhold, Onwuka GI dan Akaerue BI. 2006. Evaluation of the quality palm oil produce by different methods of processing. Res J Biologic Sci. 1(1-4): 16-19.



New York. Tan KH. 1993. Principles Soil Chemistry. 2nd edition. Marcel Dekker, Inc. New York Usman MA, Ekwueme VI, Alaje TO, Mohammed AO. 2012. Characterization, Acid Activation, and Bleaching Performance of Ibeshe Clay, Lagos, Nigeria. International Scholarly Research Network ISRN Ceramics. doi.10.5402/2012/658508



LAMPIRAN



BE Type



Dosing BE(%)



Color ('R)



BE type S



0.8 1.0 1.2 1.4 1.6



3.2 3.0 2.8 2.6 2.4