Pemeriksaan Elektrolit Pada Serum Darah Menggunakan Elektrolit Analizer [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Universitas Sumatera Utara Repositori Institusi USU



http://repositori.usu.ac.id



Departemen Kimia



Kertas Karya Diploma



2017



Pemeriksaan Elektrolit pada Serum Darah Menggunakan Elektrolit Analizer Barus, Nuraini Universitas Sumatera Utara http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/4444 Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara



PEMERIKSAAN ELEKTROLIT PADA SERUM DARAH MENGGUNAKAN ELEKTROLIT ANALIZER



TUGAS AKHIR



NURAINI BARUS 142401036



PROGRAM STUDI D-III KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



PEMERIKSAAN ELEKTROLIT PADA SERUM DARAH MENGGUNAKAN ELEKTROLIT ANALIZER



TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memeperoleh Ahli Madya



NURAINI BARUS 142401036



PROGRAM STUDI D-III KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



PERSETUJUAN



Judul



: Pemeriksaan Elektrolit pada Serum Darah Menggunakan Elektrolit Analizer



Kategori Nama Nomor Induk Mahasiswa Program Studi Departemen Fakultas



: : : : : :



Tugas Akhir Nuraini Barus 142401036 Diploma (D-III) Kimia Kimia Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara



Disetujui di Medan, Juni 2017



Disetujui Oleh Program Studi D-III Kimia Ketua,



Pembimbing,



Dr. Minto Supeno, M.S NIP. 196105091987031002



Dr. Rumondang Bulan Nst, MS NIP. 195408301985032001



Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,



Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si NIP. 197404051999032001



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



iii



PERNYATAAN



PEMERIKSAAN ELEKTROLIT PADA SERUM DARAH MENGGUNAKAN ELEKTROLIT ANALIZER



TUGAS AKHIR



Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.



Medan, Juni 2017



NURAINI BARUS 142401036



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



iv



PENGHARGAAN



Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidatah-Nya, tidak lupa shalawat dan salam penulis limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat waktu dan tanpa adanya halangan yang berarti. Adapun judul tugas akhir ini adalah “Pemeriksaan Elektrolit pada Serum Darah Menggunakan Elektrolit Analizer”. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat wajib untuk memenuhi persyaratan kelulusan dalam pendidikan Diploma 3 pada Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis dengan segala kerendahan hati ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan berupa dorongan, semangat, bimbingan, petunjuk, nasihat dan kerjasama dari berbagai pihak, yaitu kepada : 1.



Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra M.Si., selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.



2.



Ibu Waginah, selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu kepada saya selama masa PKL di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.



3.



Bapak Dr. Minto Supeno M.Si., selaku Ketua Program Studi D-III Kimia Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



v



4.



Ibu Dr. Rumondang Bulan Nasution, MS., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyusun tugas akhir ini.



5.



Ibunda Aisyah, yang merupakan inspirasi bagi penulis, dan selalu mendoakan penulis, serta memberikan motivasi dalam menyusun tugas akhir ini.



6.



Ibu Duma Sarie Gurusinga, selaku kakak asuh dan telah banyak memberi banyak bimbingan selama PKL di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.



7.



Aulia Rahmat Barus, Faisal Barus, Muhammad Fauzi Barus, dan Rizky Ihsan Barus, selaku abangku yang selalu setia memberikan motivasi, arahan, dan semangat yang tiada henti yang juga menjadi inspirasi bagi penulis.



8.



dr. Katelya Tarigan, selaku kakak tercinta yang selalu memberi arahan bagi penulis untuk menyelesaikan tugas akhir.



9.



Sahabat-sahabat penulis Indah Wahyuni Nasution, Muhammad Gunady, Aulia Ukhti Fathia, Zendara Beda Anzani, Syibrina Jihan Lubis, Windy Novita Sari, Yunita Yolanda, Manna Hilentri, Nurul azmi, dan Dyah Yunita Helmi Barus yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.



10.



Teman-teman stambuk 014 DIII Kimia FMIPA USU, semoga kita menjadi generasi intelektual yang berguna bagi nusa dan bangsa terutama bagi agama.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



vi



Semoga tugas akhir ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi pembacanya. Semoga Allah memberikan balasan atas semua kebaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.



Medan, Juni 2017 Penulis



Nuraini Barus



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



ELECTROLITE EXAMINATION ON BLOOD SERUM ELECTROLY ANALYZER



ABSTRACT



Electrolyte examination on serum using electrolyte analyzer with selective ion electrode method. Serum of blood taken as much as 5 ml is used as a sample after centrifugation for 3 minutes at a speed of 4000 rpm. The normal values of the electrolyte are: Sodium (Na+): 135 - 145 mEq / L, Potassium (K+): 3,5 - 5,3 mEq / L and Chloride (Cl‾): 100 - 106 mEq / L. From the results of the examination 90 patient data showed the results of 88 patients who have high levels of electrolytes that is above the normal value and only 2 patients are normal. So many cause interference in patients.



Keywords : Electrolyte, Serum, Selective Ion Electrode, Interference .



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



ABSTRAK



Pemeriksaan elektrolit pada serum dengan menggunakan alat elektrolit analizer dengan metode elektroda ion selektif. Serum dari darah yang diambil sebanyak 5 ml digunakan sebagai sampel setelah disentrifuse selama 3 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Dimana nilai normal dari kadar elektrolitnya yaitu: Natrium (Na +): 135 – 145 mEq/L, Kalium (K+): 3,5 – 5,3 mEq/L dan Klorida (Cl‾): 100 – 106 mEq/L. Dari hasil pemeriksaan tersebut 90 data pasien menunjukkan hasil 88 pasien yang memiliki kadar elektrolit yang tinggi yaitu diatas nilai normal dan hanya 2 pasien yang normal. Sehingga banyak menimbulkan gangguan-gangguan pada pasien.



Kata Kunci : Elektrolit, Serum, Elektroda Ion Selektif, Gangguan.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



DAFTAR ISI



Halaman PERSETUJUAN PERNYATAAN PENGHARGAAN ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB 1.



BAB 2.



BAB 3.



ii iii iv vi vii viii ix x



PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Penelitian 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Manfaat Penelitian



1 3 3 4



TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Elektrolit Darah 2.2. Jenis Elektrolit Darah 2.2.1. Natrium 2.2.2. Kalium 2.2.3. Klorida 2.3. Pengertian Serum 2.4. Komponen Serum 2.5. Pengaturan Elektrolit 2.6. Elektrolit Analizer 2.7. Prinsip Pengukuran



5 6 6 8 10 12 12 13 14 15



METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Metode Penelitian 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi 3.3.2. Sampel 3.4.Pemeriksaan Kadar Elektrolit 3.4.1. Alat-Alat 3.4.2. Bahan 3.4.3. Prosedur Percobaan 3.4.3.1. Teknik Pengambilan Sampel



17 17 17 17 18 18 18 18 19 19



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



ix



3.4.3.2. Preparasi Sampel 3.4.3.3. Pemeriksaan Kadar Elektrolit BAB 4.



BAB 5.



19 19



HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.2. Pembahasan



21 23



KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.2. Saran



26 26



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



27 28



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



DAFTAR GAMBAR



Halaman



Gambar 1. Bagian-bagian Darah



13



Gambar 2. Prinsip Pengukuran Elektrolit Metode ISE



16



Gambar 3. Alat Elektrolit Analizer



16



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



DAFTAR TABEL



Halaman



Tabel 1. Data Pemeriksaan Kadar Elektrolit



21



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Tubuh manusia sebagaimana mahluk hidup yang lain tersusun atas berbagai sistem organ, puluhan organ, ribuan jaringan, dan jutaan molekul. Secara fisik, molekul pembentuk tubuh manusia dapat dibedakan menjadi jenis cairan dan matriks molekul padat.



Fungsi cairan dalam tubuh manusia, antara lain sebagai alat transportasi



nutrien, elektrolit, dan sisa metabolisme; sebagai komponen pembentuk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh lainnya; sebagai media pengatur suhu tubuh dan lingkungan seluler (Tamsuri, 2009). Dalam tubuh seorang individu yang sehat sekitar 60% dari berat badannya terdiri dari air dan secara umum dianggap terdapat dalam dua kompartemen utama; cairan intraseluler dan ekstraseluler. Kompartemen cairan ekstraseluler dapat dibagi lagi menjadi cairan interstisial dan intravaskular. Kurang lebih 2/3 dari jumlah air tubuh adalah cairan intraseluler dan sisanya ekstraseluler: 2/3 dari cairan ekstraseluler adalah cairan inerstisial dan sisanya cairan intravaskular. Jadi dalam tubuh seorang dewasa normal dengan berat badan 70 kg mengandung cairan tubuh kurang lebih 42 liter, 28 liter adalah cairan intraseluler dan 14 liter cairan ekstraseluler (volume plasma) dan sisanya adalah cairan ekstravaskular dan cairan interstisial (Supriyono. 2012).



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



2



Elektrolit berperan penting dalam tubuh manusia, karena hampir semua proses metabolisme dalam tubuh manusia dipengaruhi oleh elektrolit. Elektrolit diperlukan untuk memelihara potensial elektrokimiawi membran sel yang akhirnya dapat mempengaruhi fungsi saraf, otot, serta aktivitas sel seperti sekresi, kontraksi, dan berbagai proses metabolik lain (Sacher and Pherson, 2004). Peran elektrolit dalam tubuh manusia sangat penting, sebab tidak ada proses metabolisme yang tidak bergantung atau tidak terpengaruh oleh elektrolit. Fungsi elektrolit antara lain mempertahankan tekanan osmotik dan sebaran (distribusi) air di berbagai ruang (kompartemen) cairan tubuh, mempertahankan pH dalam keadaan terbaik (optimal), pengaturan (regulasi) fungsi jantung dan otot-otot lain terbaik (optimal), berperan dalam reaksi oksidasi-reduksi (transfer ion), dan berperan sebagai kofaktor enzim dalam proses katalisis (Hardjoeno, 2006). Pemeriksaan elektrolit yang sering diminta oleh para klinisi untuk menilai keseimbangan kadar elektrolit dalam tubuh adalah pemeriksaan Na +, K+, Cl-. Kalium merupakan analit kimia yang penting karena kelainannya dapat segera mengancam nyawa, sehingga kesalahan pengukuran dapat menimbulkan konsekuensi serius apabila terapi didasarkan pada hasil yang tidak akurat (Sacher and Pherson, 2004; Wingo, 1997). Gangguan keseimbangan elektrolit kalium, lebih rumit (kompleks) bila dibandingkan dengan natrium, tetapi pengaruhnya lebih berbahaya, karena kalium merupakan salah satu analit terpenting, sehingga kesalahan pengukuran dapat menimbulkan akibat parah/berat (konsekuensi serius) apabila pengobatan (terapi) didasarkan oleh hasil yang tidak teliti (akurat) (Hardjoeno, 2006).



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



3



Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit. Agar hasil pemeriksaan laboratorium akurat dan dapat dipercaya harus dilakukan pengendalian terhadap pra analitik, analitik, dan pasca analitik. Tahap pra analitik meliputi persiapan pasien, pengambilan sampel darah, penanganan, persiapan sampel, persiapan alat dan bahan. Tahap analitik meliputi pengolahan sampel dan interpretasi hasil. Tahap pasca analitik meliputi pencatatan hasil dan pelaporan. Berdasarkan analisa dan urain diatas maka penulis tertarik dan ingin membahas masalah tersebut dengan memilih judul yaitu : “Pemeriksaan Elektrolit pada Serum Darah Menggunakan Elektrolite Analizer”.



1.2. Rumusan Penelitian 1.



Apakah kadar elektrolit pada serum darah dapat ditentukan dengan mengguakan elektrolit analizer.



2.



Apakah kadar elektrolit pasien sesuai dengan nilai normal.



1.3. Tujuan Penelitian 1.



Menentukan kadar elektrolit pada serum darah dengan menggunakan elektrolit analizer.



2.



Menentukan kadar elektrolit serum darah pada pasien yang ditinjau dari nilai normal.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



4



1.4. Manfaat Penelitian 1.



Dapat menentukan kadar elektrolit pada serum darah dengan alat elektrolit analizer.



2.



Dapat menentukan kadar elektrolit serum darah pada pasien yang ditinjau dari nilai normal.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Elektrolit Darah Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang bermuatan (ion) positif atau negatif. Ion bermuatan positif disebut kation dan ion bermuatan negatif disebut anion. Keseimbangan keduanya disebut sebagai elektronetralitas. Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan, Contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan magnesium. Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat (Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012). Pemeliharaan homeostasis cairan tubuh adalah penting bagi kelangsungan hidup semua organisme. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor, yaitu natrium (Na+), kalium (K+), klorida (Cl‾), dan bikarbonat (HCO3‾). Pemeriksaan ke empat elektrolit mayor tersebut dalam klinis dikenal sebagai ”profil elektrolit” (Supriyono. 2012). Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh . Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit , contohnya NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl‾ (Uliyah, M. 2006).



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



6



2.2. Jenis elektrolit darah Elektrolit dalam cairan tubuh dapat berupa kation misalnya Na +, K+, Ca2+, Mg2+ dan berupa anion misalnya : Cl-, HCO3‾, HPO4‾, SO42‾ dan laktat. Pada cairan ektrasel kation utama adalah Na+ dan anion utama adalah Cl‾dan HCO3‾, sedangkan pada cairan intrasel kation utama adalah K+ (Supriyono. 2012).



2.2.1. Natrium Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel 4,8. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl‾) dan natrium bikarbonat (NaHCO3‾) sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan konsentrasi natrium. Perbedaan kadar natrium intravaskuler dan interstitial disebabkan oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kadar natrium dalam cairan ekstrasel dan intrasel disebabkan oleh adanya transpor aktif dari natrium keluar sel yang bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel (pompa Na+K+) (Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012). Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara natrium yang masuk dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



7



pengeluarannya melalui ginjal atau saluran cerna atau keringat dikulit. Pemasukan dan pengeluaran natrium perhari mencapai 48-144 mEq. Fungsi natrium adalah memelihara tekanan osmotik cairan ekstraselular dan burhubungan dengan cairan tubuh serta membantu fungsi neuromuskuler (H.Harjoeno dkk, 2003). Natrium juga membantu memelihara keseimbangan asam-basa. Nilai normal natrium serum adalah 135-145 mEq/L. berkurangnya natrium tubuh (hiponetramia) secara akut menimbulkan gejala-gejala hipovolemia, syok dan kelainan jantung terkait seperti takikardi. Pada keadaan yang lebih kronis, hiponatremia menyebakan kelainan susunan syaraf pusat (kebingunan dan kelainan mental) (H.Harjoeno dkk, 2003). Kekurangan natrium dapat terjadi karena beberapa abnormalitas. Mungkin terdapat penyakit ginjal yang disertai pengeluaran garam atau penyakit ginjal lain yang mengganggu kemampuan ginjal mengatur elektrolit. Suatu gangguan yang sering adalah pemakaian jangka panjang diuretik pada pasien yang juga membatasi makan garam (H.Harjoeno dkk, 2003). Natrium juga dapat keluar dari permukan tubuh, misalnya melalui saluran cerna (muntah, pengisapan nasogastrik, fistula usus, diare kronis) atau kulit (berkeringat pada kulit normal, pengeluaran melalui luka bakar). Hiponatremia dapat diterapi secara akut dengan pemberian larutan salin intravena dengan hati-hati agar tidak terjadi beban cairan pada pasien yang mungkin mengalami penurunan kemampuan mengeksresi urin (H.Harjoeno dkk, 2003).



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



8



Retensi natrium terjadi pada penyakit ginjal dan jantung, tetapi biasanya juga terjadi retensi air sehingga tidak terjadi peningkatan kadar natrium. Peningkatan natrium atau hipernatremia biasanya timbul akibat dari pasien yang lemah, yang kurang minum dan menjadi dihidrasi. Keadaan ini biasanya dapat diatasi dengan rehidrasi berupa cairan intervena hipotonik (H.Harjoeno dkk, 2003).



2.2.2. Kalium Fungsi kalium adalah memelihara keseimbangan osmotik dalam sel, meregulasi aktifitas otot, enzim dan keseimbangan asam basa. Kalium merupakan kation utama dalam sel. Niali normal kalium serum adalah 3,5-5,3 mEq/L. Hiperkalemia dapat terjadi pada kerusakan ginjal seperti pada cedera mekanis yang berat. Selain itu, pasien dengan gagal ginjal dan gangguan eksresi kalium dapat mengalami kelebihan melalui makanan tidak dibatasi. Gambaran klinis kelainan kalium dapat merupakan gangguan paling mengancam nyawa dibandingkan yang lain. Gejala berkaitan dengan sistem saraf dan otot jantung, rangka dan polos (David W. Marten, dkk. 2010). Hiperkelamia menyebabkan perubahan elektro kardiogram yang akan menimbulkan efek yang sangat besar dari kelebihan kalium pada jantung. Baik hipoklemia maupun hiperkalemia menyebabkan kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon dalam gangguan motilitas saluran cerna dan kelainan mental. Akibat yang mematikan adalah paralisis otot pernafasan dan henti jantung, karena pemeriksaan klinis saja tidak dapat mendiagnosis dengan pasti adanya hipokalemia



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



9



atau hiperkalemia, pengobatan harus didasarkan pada pengukuran kalium serum yang akurat (David W. Marten, dkk, 1990). Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel. Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlahkonsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per kilogram berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin (Feriwati, I.Yasrwir, R. 2012). Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak. Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan interstisial dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan cairan interstisial adalah akibat adanya transpor aktif (transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar dengan natrium). Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium yang masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi natrium) (Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012). Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/Ldisebut sebagai hipokalemia dan kadar kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia. Kekurangan ion kalium dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat. Peningkatan kalium plasma 3-4 mEq/L dapat menyebabkan aritmia jantung, konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat menimbulkan henti jantung (Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012).



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



10



2.2.3. Klorida Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan konsentrasi klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada gangguan keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap. Jumlah klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 mEq per kilogram berat badan. Sekitar 88% klorida berada dalam cairan ekstraseluler dan 12% dalam cairan intrasel. Konsentrasi klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak dan dewasa. Keseimbangan GibbsDonnan mengakibatkan kadar klorida dalam cairan interstisial lebih tinggi dibanding dalam plasma. Klorida dapat menembus membran sel secara pasif (Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012). Perbedaan kadar klorida antara cairan interstisial dan cairan intrasel disebabkan oleh perbedaan potensial di permukaan luar dan dalam membran sel. Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida yang masuk dan yang keluar. Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium. Orang dewasa pada keadaan normal rerata mengkonsumsi 100-200 mEq klorida per hari, dan ekskresi klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari. Drainase lambung atau usus pada diare menyebabkan ekskresi klorida mencapai 100 mEq perhari. Kadar klorida dalam keringat bervariasi, rata-rata 40 mEq/L. Bila pengeluaran keringat berlebihan, kehilangan klorida dapat mencapai 200 mEq per hari. Ekskresi utama klorida adalah melalui ginjal (Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012).



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



11



Fungsi klorida adalah membantu regulasi volume darah, tekanan arteri dan keseimbangan asam basa (asidosis-alkalosis). Nilai normal klorida serum adalah 100 sampai 108 mEq/L. Kadar klorida menurun misalnya sekresi cairan lambung yang berlebihan dapat menyebabkan alkalosis metabolik, sedang retensi klorida atau makan dengan garam berlebihan dapat menimbulkan hiperkloremia dengan asidosis metabolik, penggunaan obat yang dapat meninggikan kadar klorida atau menurunkan kadar klorida seperti thisid, furosemid, bikarbonat harus dihentikan sebelum pemeriksaan kadar klorida. Klorida jarang diperiksa tersendiri tetapi biasanya bersama-sama dengan elektrolit lain. Peningkatan kadar klorida dapat terjadi pada nephritis, obstruksi kelenjar prostat dan dehidrasi. Kadar rendah ditemukan pada gangguan fungsi gastrointetinal dan ginjal. (H. Harjoeno, dkk, 2003). Hipoklorinemia terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan. Penyebab hipoklorinemia umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi pada alkalosis metabolik dengan hipoklorinemia, defisit klorida tidak disertai defisit natrium. Hipoklorinemia juga dapat terjadi pada gangguan yang berkaitan dengan retensi bikarbonat, contohnya



pada



asidosis



respiratorik



kronik



dengan



kompensasi



ginjal.



Hiperklorinemia terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada gangguan mekanisme homeostasis dari klorida. Umumnya penyebab hiperklorinemia sama dengan hipernatremia. Hiperklorinemia dapat dijumpai pada kasus dehidrasi, asidosis tubular ginjal, gagal ginjal akut, asidosis metabolik yang disebabkan karena diare yang lama dan kehilangan natrium bikarbonat, diabetes insipidus, hiperfungsi status adrenokortikal dan penggunaan larutan salin yang berlebihan, alkalosis respiratorik.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



12



Asidosis hiperklorinemia dapat menjadi pertanda pada gangguan tubulus ginjal yang luas (Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012).



2.3. Pengertian Serum Serum adalah bagian jernih setiap cairan yang dipisahkan dari unsur yang lebih padat. Ada juga yang menyebutkan bahwa serum adalah cairan jernih yang terpisah dari darah ketika dibiarkan membeku sempurna (David, W. Marten, dkk. 2010). Serum mengandung : 1.



Faktor pertumbuhan hematopoitik, yaitu faktor-faktor dalam serum yang bertugas untuk merangsang pembentukan koloni-koloni sel



2.



Hormon-hormon insulin



3.



Bahan-bahan yang essential sebagai hormon pertumbuhan untuk hampir semua jenis sel



4.



Beberapa protein binding yang membawa molekul essential (misalnya albumin membawa vitamin lipid) (David, W. Marten, dkk. 2010).



2.4. Komponen Serum Apabila sejumlah volume darah ditambahkan suatu zat pencengah pembekuan darah (Antikoagulan) secukupnya dalam suatu wadah, misalnya tabung, kemudian diputar (Sentrifunge) dengan kecepatan 3.000 rotasi per menit (rpm) selama 30 menit maka setelah itu akan terdapat bagian cairan yang terpisah dari bagian korpuskuli.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



13



Lapisan atas terdiri atas cairan yang biasanya berwarna



a b c Gambar 2.1. Bagian-bagian darah



a.



Lapisan atas terdiri dari cairan yang biasanya berwarna kuning muda atau disebut SERUM



b.



Lapisan tengah terdiri dari Leukosit dan Trombosit atau dikenal dengan istilah Buffycoat yang berwarna putih kelabu



c.



Lapisan bawah terdiri dari Eritrosit yang berwarna merah tua



2.5. Pengaturan Elektrolit Pengaturan keseimbangan natrium, natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan osmolaritas dan volume cairan tubuh. Natrium ini paling banyak pada cairan ekstrasel. Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosterone. ADH mengatur sejumlah air yang diserap kembali di ginjal dari tubulus renalis. Sementara aldosteron dihasilkan oleh korteks suprarenal yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan konsentrasi natrium dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. Aldosterone juga mengatur keseimbangan jumlah natrium yang diserap kembali oleh darah . Natrium tidak hanya bergerak ke dalam



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



14



atau ke luar tubuh, tetapi jua mengatur keseimbangan cairan tubuh. Ekskresi natrium dapat dilakukan melalui ginjal dan sebagai kecil melalui tinja, keringat, dan air mata (Uliyah, M. 1995). Kalium berpengaruh terhadap fungsi sistem pernapasan. Partikel penting dalam kalium ini berfungsi untuk menghantarkan impuls listrik ke jantung, otot lain, jaringan paru-paru, dan jaringan usus pencernaan. Ekskresi kalium dilakukan melalui urine, dan sebagian lagi melalui tinja dan keringat. Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, tetapi klorida dapat ditemukan pada cairan ekstrasel dan intrasel . Fungsi klorida biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan osmotik dalam darah. Hipokloremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar klorida dalam darah. Sementara hipokloremia merupakan kelebihan kadar klorida dalam darah. Kadar klorida yan normal dalam darah orang dewasa adalah 100-106 mEq/L (Uliyah, M.1995).



2.6. Elektrolit Analizer Pemeriksaan kadar natrium, kalium, dan klorida dengan metode elektroda ion selektif (Ion Selective Electrode/ISE) adalah yang paling sering digunakan. Data dari College of American Pathologists (CAP) pada 5400 laboratorium yang memeriksa natrium dan kalium, lebih dari 99% menggunakan metode ISE. Metode ISE mempunyai akurasi yang baik, koefisien variasi kurang dari 1,5%, kalibrator dapat dipercaya dan mempunyai program pemantapan mutu yang baik. ISE ada dua macam yaitu ISE direk dan ISE indirek. ISE direk memeriksa secara langsung pada sampel plasma,



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



15



Serum dan darah utuh. Metode inilah yang umumnya digunakan pada laboratorium gawat darurat. Metode ISE indirek yang diberkembang lebih dulu dalam sejarah teknologi ISE, yaitu memeriksa sampel yang sudah diencerkan (Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012).



2.7. Prinsip Pengukuran Pada dasarnya alat yang menggunakan metode ISE untuk menghitung kadar ion sampel dengan membandingkan kadar ion yang tidak diketahui nilainya dengan kadar ion yang diketahui nilainya. Membran ion selektif



pada alat mengalami reaksi



dengan elektrolit sampel. Membran merupakan penukar ion, bereaksi terhadap perubahan listrik ion sehingga menyebabkan perubahan potensial membran. (Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012).



Gambar 2.2. Prinsip Pengukuran Elektrolit Metode ISE



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



16



Gambar 2.3. Alat Elektrolit Analizer



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN



3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 02 februari 2017 samapi dengan tanggal 11 Februari 2017 di laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umun Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.



3.2. Metode Penelitian Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan penelitian accidental sampling, dimana metode ini mengambil sampel yang kebetulan datang ke Laboratorium patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan untuk memeriksakan elektrolit pada serum dengan menggunakan alat elektrolit analizer.



3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Menurut (Soekijdo Notoatmodjo, 2010), populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien yang memeriksakan elektrolit di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Kota Medan.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



18



3.3.2. Sampel Sampel merupakan sebagian yang diambil dari sebagian objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekijdo Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling yang dilakukan dengan cara menetapkan sampel dari pasien yang datang untuk memeriksa elektrolit dalam serum dengan elektrolit analizer pada waktu 02 Februari 2017 sampai 11 Februari 2017 di Laboratorium patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.



3.4.Pemeriksaan Kadar Elektrolit 3.4.1. Alat-Alat 



Cup serum







Tabung reaksi







Pipet automatik







Sentrifugator







Rak tabung reaksi







Elektrolit analizer



3.4.2. Bahan 



Darah







Serum







Reagen 14598 Calibrator Pack Nova Biomedical



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



19



3.4.3. Prosedur Percobaan 3.4.3.1. Teknik Pengambilan Sampel 



Dibersihkan kulit pasien dengan menggunakan alkohol.







Diambil 5 ml darah pada masing-masing pasien dengan menggunakan jarum suntik.







Dimasukkan kedalam tabung reaksi.







Diberi penomoran pada masing-masing tabung reaksi.



3.4.3.2. Preparasi Sampel 



Dimasukkan darah yang diambil tadi kedalam sentrifugator.







Disentrifuse darah selama 3 menit dengan kecepatan 4000 rpm sampai terpisah antara serum, buffycoat (sel darah putih), dan plasma pada sampel tersebut.



3.4.3.3. Pemeriksaan Kadar Elektrolit 



Dipipet serum dengan menggunakan pipet automatik kedalam cup serum.







Dihidupkan alat elektrolit analizer.







Dipilih jenis elektrolit yang akan dianalisa. Misalnya kadar ion Natrium, Kalium dan Klorida.







Ditekan tombol power sampai muncul dilayar kotak barcode.







Dimasukkan barcode atau nomor cup serum.







Ditekan lagi tombol power dan tunggu sampai jarum hisap keluar dari alat.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



20







Dimasukkan jarum hisap kedalam cup serum dan tunggu hingga jarum hisap menyedot serum dalam cup selama ± 2 detik.







Ditekan lagi tombol power agar jarum hisap masuk kembali kedalam alat.







Jarum akan melakukan analisa kadar elektrolit dalam serum selama ± 30 detik.







Dilayar monitor akan keluar hasil analisa.







Dicatat hasil pemeriksaan kadar elektrolit serum.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pemeriksaan elektrolit pada serum dengan menggunakan alat elektrolit analizer dengan metode elektroda ion selektif. Serum dari darah yang diambil sebanyak 5 ml digunakan sebagai sampel setelah disentrifuse selama 3 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Menunjukkan hasil data sebagai berikut:



Tabel 1. Data Pemeriksaan Kadar Elektrolit Tanggal



Inisial



02/02/2017 02/02/2017 02/02/2017 02/02/2017 02/02/2017 02/02/2017 02/02/2017 02/02/2017 02/02/2017 02/02/2017 03/02/2017 03/02/2017 03/02/2017 03/02/2017 03/02/2017 03/02/2017 03/02/2017 03/02/2017 03/02/2017 03/02/2017 04/02/2017 04/02/2017



M NLT ME SP N GT MH M BS MH LP NP A MB YP ST BR S L S S C



Umur (Tahun) 67 38 45 53 39 62 20 70 28 76 36 51 54 70 38 64 75 56 46 64 42 27



L/P P P L P P L L L L P P P P L L P P P P P L L



+



Na 135 133 132 137 129 132 137 129 143 129 135 138 130 129 125 138 138 142 140 115 134 138



Kadar Serum K+ 4,4 2,7 2,8 12,7 4,1 2,2 2,2 2,2 4,4 2,2 4,9 2,3 2,7 2,1 3,3 3,8 3,8 5,5 4,6 3,6 3,3 4,4



Cl‾ 120 115 117 116 102 102 102 106 112 106 123 122 112 106 104 113 113 112 112 99 113 114



Ket Cl↑ Na↓,K↓,Cl↑ Na↓,K↓,Cl↑ K↑,Cl↑ Na↓ Na↓,K↓ K↓ Na↓,K↓ Cl↑ Na↓,K↓ Cl↑ K↓,Cl↑ Na↓,K↓,Cl↑ Na↓,K↓ Na↓ Cl↑ Cl↑ K↑,Cl↑ Cl↑ Na↓,Cl↓ Cl↑ Cl↑



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



22



04/02/2017 04/02/2017 04/02/2017 04/02/2017 04/02/2017 04/02/2017 04/02/2017 04/02/2017 06/02/2017 06/02/2017 06/02/2017 06/02/2017 06/02/2017 06/02/2017 06/02/2017 0602/2017 06/02/2017 06/02/2017 07/02/2017 07/02/2017 07/02/2017 07/02/2017 07/02/2017 07/02/2017 07/02/2017 07/02/2017 07/02/2017 07/02/2017 08/02/2017 08/02/2017 08/02/2017 08/02/2017 08/02/2017 08/02/2017 08/02/2017 08/02/2017 08/02/2017 0802/2017 09/02/2017 09/02/2017 09/02/2017 09/02/2017 09/02/2017 09/02/2017 09/02/2017



MZ KM TS M S MD GIS RIP AS RDA AT DP F HB DA AS T RT PS EN TM S CG AS AS A JP KM LT I DP Y AP DA N RP DS EP RS MT MT SK R TN MN



21 8 62 18 46 21 39 37 62 5 5 65 47 50 12 38 49 61 50 48 54 43 59 52 47 64 56 66 37 61 62 57 44 51 52 37 73 50 20 52 67 44 64 66 58



L L L P L P L L P L L P P L L L L P P L L P P L L L L L P L L P L L P L L P L P P P P L P



136 137 138 128 142 141 132 125 134 138 136 138 138 128 142 141 132 142 142 141 141 132 121 126 138 134 129 130 140 143 148 140 133 127 136 123 138 134 121 134 142 143 142 123 119



3,7 2,3 4,1 4,3 4,3 3,6 3,1 3,8 4,3 4,4 3,7 4,1 4,1 4,3 4,3 3,6 3,1 5,2 4,5 4,9 3,7 3,9 1,7 3,8 3,6 3,2 3,0 4,9 4,2 4,2 3,8 3,8 3,9 4,4 4,9 3,5 3,4 4,0 2,4 4,4 4,3 5,0 4,2 4,0 2,5



114 108 114 116 116 111 23 107 116 114 114 114 114 106 116 111 23 119 111 114 110 102 67 98 114 98 104 102 117 115 115 108 108 106 115 100 105 116 101 110 113 118 117 98 98



Cl↑ K↓,Cl↑ Cl↑ Na↓,Cl↑ Cl↑ Cl↑ Na↓,Cl↓ Na↓,Cl↑ Cl↑ Cl↑ Cl↑ Cl↑ Cl↑ Na↓ Cl↑ Cl↑ Cl↓ Cl↑ Cl↑ Cl↑ Cl↑ Na↓ Na↓,K↓,Cl↓ Na↓,Cl↓ Cl↑ Na↓,K↓,Cl↓ Na↓ Na↓ Cl↑ Cl↑ Na↑,Cl↑ Cl↑ Na↓,Cl↑ Na↓ Cl↑ Na↓ N Na↓,Cl↑ Na↓,K↓ Na↓,Cl↑ Cl↑ Cl↑ Cl↑ Na↓,Cl↓ Na↓,K↓,Cl↓



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



23



09/02/2017 09/02/2017 09/02/2017 10/02/2017 10/02/2017 10/02/2017 10/02/2017 10/02/2017 10/02/2017 10/02/2017 10/02/2017 10/02/2017 10/02/2017 11/02/2017 11/02/2017 11/02/2017 11/02/2017 11/02/2017 11/02/2017 11/02/2017 11/02/2017 11/02/2017 11/02/2017



M TL AS RS SH MA S LR S EM ST N RP US NA IA MAT SH N RM AA RS LS



50 39 41 81 49 25 60 20 37 28 56 26 57 23 41 55 22 65 71 57 55 20 18



P L L P L L L P L P L P P P P L P P P P L L P



133 128 135 134 138 136 129 136 131 133 129 132 137 131 137 140 115 144 143 135 137 130 135



2,6 3,8 4,2 4,3 4,6 4,2 5,5 3,2 4,6 3,6 4,7 4,4 4,6 3,9 4,8 4,2 4,2 3,8 3,5 2,5 4,2 2,5 3,3



122 111 105 119 113 113 113 110 108 103 102 121 110 117 117 115 120 115 112 100 108 91 112



Na↓,K↓,Cl↑ Na↓,Cl↑ N Na↓,Cl↑ Cl↑ Cl↑ Na↓,Cl↑ Cl↑ Na↓,Cl↑ Na↓ Na↓ Na↓,Cl↑ Cl↑ Na↓,Cl↑ Cl↑ Cl↑ Na↓,Cl↑ Cl↑ Cl↑ K↓ Cl↑ Na↓,K↓,Cl↓ Cl ↑



Keterangan: Nilai Normal : 1. Natrium (Na+) : 135 – 145 mEq/L 2. Kalium (K+)



: 3,5 – 5,3 mEq/L



3. Klorida (Cl‾)



: 100 – 106 mEq/L



4.2. Pembahasan Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk pemeriksaan kadar elektrolit 90 data dari pasien ada sebanyak 88 kadar elektrolit yang diatas nilai normal dan 2 pasien kadar elektrolit yang normal.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



24



Dimana meningkatnya kadar elektrolit disebabkan karena kurangnya banyak minum dan banyak melakukan aktivitas sehingga jadi banyak mengeluarkan keringat, serta urine yang dihasilkan. Selain itu , tingginya kadar elektrolit juga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu



usia, temperatur, diet, stress dan sakit yang di derita .



Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh dan aktivitas organ, sehingga dapat memengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit. Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan malalui keringat cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan. Diet juga mempengaruhi, apabila tubuh kekurangan zat gizi maka tubuh akan memecah cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga terjadi pergerakan cairan dari interstisial ke interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan. Stres dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, melalui proses peningkatan produksi ADH karena pada proses ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi natrium dan air. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk meperbaikinya sel membutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadan sakit menimbulkan ketidakseimbangan sistem dalam tubuh seperti ketidakseimbangan hormonal yang dapat menganggu keseimbangan kebutuhan cairan (Uliyah, M. 2006). Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang bermuatan (ion) positif atau negatif. Ion bermuatan positif disebut kation dan ion bermuatan negatif disebut anion. Keseimbangan keduanya disebut sebagai Elektronetralitas. Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



25



oleh elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan (Wilson, L.M.1995). Yaitu hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah, dan diare. Sehingga menimbulkan rasa haus dan hal ini menyebabkan kekurangan cairain yang berlebihan . Hipernatremia suatu keadaan kadar natrium dalam plasma tinggi yang ditandai dengan adanya lidah kering, suhu badan naik, serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/L. Sehingga dapat menyebabkan oleh dehidrasi, diare, dan asupan air yang berlebih sedangkan asupan garamnya sedikit. Hipokalemia suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah, hal ini dapat terjadi sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare berkepanjangan. Kondisi ini ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, serta kadar kalium plasmanya menurun hingga kurang dari 3,5 mEq/L. Hiperkalemia suatu keadaan kadar kalium dalam darah tinggi, keadaan ini sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal. Yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, jumlah urine yang sangat sedikit sekali. Dan kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/L (Uliyah, M. 2006). Serta akibat kekurangan klorida, kekurangan hanya bias terjadi oleh kesalahan manusia. ASI mengandung lebih banyak klorida daripada susu sapi. Bila klorida tidak ditambahkan dalam pembuatan formula bayi, akan terjadi kekurangan klorida yang dapat membawa kematian. Kekurangan klorida dapat pula terjadi pada muntahmuntah, diare kronis, dan keringat berlebihan (Almatsier, S. 2004).



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN



5.1. Kesimpulan Dari hasil pemeriksaan kadar elektrolit serum darah dengan menggunakan elektrolit analizer di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi kota Medan, Yaitu dari 90 data pasien ada sebanyak 88 kadar elektrolit yang diatas nilai normal dan 2 pasien kadar elektrolit yang normal. Hal ini menunjukkan kadar elektrolit yang meningkat atau dalam batas yang tidak normal. Gangguan keseimbangan elektrolit banyak ditemukan oleh peneliti.



5.2. Saran 1.



Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dengan alat yang berbeda supaya terlihat hasilnya yang mungkin ada perbedaan atau kesamaannya.



2.



Melihat dari hasil penelitian yang pada umumnya kadar elektrolit dalam serumnya meningkat, sebaiknya kita lebih menjaga pola hidup dengan baik dan mengkonsumsi makanan yang sehat.



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



DAFTAR PUSTAKA



Almatsier, S. 2004. Penuntun Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. David, W. Marten, dkk. 2010. Fungsi Ginjal dan Miksi. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi ke-22, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hh. 725-756. Ferawati I, dan Yaswir R. 2012. Jurnal Kesehatan Andalas. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboraorium. 1(2): 8084. Harjoeno, H. 2006. Sari Pediatri. Perubahan Kadar Natrium dan Kalium Serum Akibat Pemberian Glukosa 40% pada latihan Fisik Akut.vol 10. 79-80. Hidayat, A & Uliyah, M. (2006). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Medika. Sacher R.A. dan Mcpherson R.A, 2002.Pengaturan Asam-Basa dan Elektrolit’ pada: Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. edisi kedua, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hh.320-340. Tamsuri, Anas. 2008. Klien Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit. Jakarta. EGC Wilson L.M, 1995. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit serta Penilaiannya’ dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi ke-4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hh. 283- 301.



Supriyono. 2012. Mempersiapkan Makanan Bagi Atlet Sepak Bola. Jakarta: Depkes; Available from: http://gizi.depkes.go.id/



UNIVERSITAS SUMATERA UTARA