Penelitian Analisis Konten & Naratif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DASAR PENELITIAN ANALISIS KONTEN DAN PENELITIAN NARATIF



MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif yang dibina oleh Dr. Endang Suarsini, M.Ked dan Dr. H. Sueb, M.Kes Dipresentasikan 5 Oktober 2018



Oleh: Kelompok 5 Kelas B Ghaziah K. C



(180341863055)



M. Amien R



(180341863030)



Jessy Darmayanti



(180341663059)



UNIVERSITAS NEGERI MALANG PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEPTEMBER 2018



2



DASAR PENELITIAN ANALISIS KONTEN DAN PENELITIAN NARATIF Ghaziah, M.Amien, Jessy, Endang Suarsini, Sueb Prodi S2 Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang Jalan Semerang Nomor 5 Malang Email: [email protected] ABSTRAK: Penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya bersifat deskriptif berupa: kata, catatan lapangan (pengamatan), foto/gambar, dokumen, dan sejenisnya. Ragam penelitian kualitatif diantaranya penelitian analisis konten dan penelitian naratif.. Tujuan dari penulisan makalah ini ialah mengetahui dasardasar penelitian naratif dan penelitian analisis konten. Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah studi literatur yang dilakukan dengan membaca dan menganalisis berbagai jurnal, buku, maupun e-book yang terkait dengan penelitian naratif dan analisis konten. Hasil yang diperoleh adalah kajian dari berbagai literatur yaitu dasar-dasar penelitian naratif dan analisis konten, karakteristik penelitian, serta penyajian data penelitian. Kata Kunci: penelitian naratif, analisis konten ABSTRACT: Qualitative research is a research whose data is descriptive in the form of: words, field notes (observations), photos / images, documents, and the like. Variety of qualitative research including content analysis research and narrative research. The purpose of writing this paper is to know the basics of narrative research and content analysis research. The method used in this paper is a literature study conducted by reading and analyzing various journals, books, and e-books related to narrative research and content analysis. The results obtained are studies from various literatures, namely the basics of narrative research and content analysis, research characteristics, and the presentation of research data. Keywords: conten analysis and narrative research



3



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat hidayah dan nikmat-Nya berupa kesehatan, waktu dan segala hal yang kami butuhkan sehingga dapat menyelesaikan makalah untuk mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif yang berjudul Dasar Penelitian Analisis Konten dan Penelitian Naratif ini dengan lancar. Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Endang Suarsini dan Bapak Sueb selaku dosen pembimbing mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif dan ucapan terimakasih secara khusus penulis berikan kepada orang tua yang selalu mendukung segala aktifitas perkuliahan. Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan ke arah kesempurnaan. Akhir kata penulis menyampaikan terimakasih.



Malang, September 2018



Penulis



4



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4 A.



Latar Belakang.........................................................................................................................4



B.



Rumusan Masalah...................................................................................................................6



C.



Tujuan Makalah.......................................................................................................................6



BAB II...................................................................................................................................................7 A.



Pengertian Penelitian Naratif.................................................................................................7



B.



Penggunaan Penelitian Naratif...............................................................................................9



C.



Karakteristik Penelitian Naratif...........................................................................................10



D.



Jenis-jenis penelitian Naratif................................................................................................13 Siapa yang Menulis atau Merekam Kisahnya?............................................................................13 Berapa Banyak Kehidupan yang Direkam dan Dipresentasikan?................................................14 Siapa yang Menyediakan dan memberikan Cerita?.....................................................................14 Apakah Pandangan Teoritis Digunakan?....................................................................................14 Bisakah Bentuk Narasi Dikombinasikan?....................................................................................15



E.



Langkah-langkah dalam penelitian naratif.........................................................................15 Langkah 1. 1. dieksplorasi.



Mengidentifikasi suatu kejadian yang menjawab permasalahan penelitian untuk 15



Langkah 2. Memilih Individu Dari Siapa Anda Bisa Belajar Tentang Suatu Kejadian................16 Langkah 3. Kumpulkan Kisah Dari Individu Itu..........................................................................16 Langkah 5. Berkolaborasi dengan Peserta-Storyteller.................................................................17 Langkah 6. Tulis Kisah Tentang Pengalaman Peserta..................................................................18 Langkah 7. Validasi Akurasi Laporan..........................................................................................18 F.



Mengevaluasi Penelitian Naratif...........................................................................................18



G.



Dasar-dasar Penelitian Analisis Isi (Analisis Konten).....................................................20



H. Analisis Konten Kualitatif...........................................................................................................21



5 1.



Analisis Semiotik (Semiotic Analysis)................................................................................22



2. Analisis Wacana (Discourse analysis).....................................................................................23 3. Analisis Hermeneutika.............................................................................................................24 BAB III................................................................................................................................................26 A. Simpulan.....................................................................................................................................26 B.



Saran.......................................................................................................................................26



6



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian didefinisikan sebagai pencarian ilmiah secara sistematis untuk menemukan sutau informasi yang terkait pada topik tertentu. Ada yang menyebutkan bahwa penelitian adalah seni dari penyelidikan yang bersifat ilmiah. Redman dan Mory mendefinisikan penelitian sebagai “upaya sistematis untuk memperoleh pengetahuan baru.” Beberapa orang ada yang menganggap penelitian sebagai gerakan yaitu gerakan dari yang mengetahui apa dikenal ke yang tidak diketahui. Manusia pada hakikatnya memiliki naluri keingintahuan yang vital, ketika manusia memiliki suatu hal yang tidak diketahui, maka akan membuat manusia bertanya dan dari keingintahuan manusia akan membuat mereka menyelidiki dan mencapai pemahaman penuh dan lebih lengkap tentang apa yang tidak diketahui. Keingintahuan tersebut adalah ibu dari semua pengetahuan dan metode, yang digunakan manusia untuk mendapatkan pengetahuan tentang apa pun yang tidak diketahui. Penelitian memerlukan metode penelitian. Pada dasarnya, metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah yang bertujuan untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut cara memperoleh datanya, penelitian dibagi menjadi dua yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang baru karena popularitasnya yang masih belum lama. Metode penelitian kualitatif juga disebut metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alami. Selain itu, penelitian kualitatif juga sering disebut penelitian etnography dikarenakan pada awalnya metide ini banyak digunakan untuk penelitian pada bidang antropologi budaya. Metode ini juga disebut kualitatif karena data yang terkumpul dan analisanya lebih bersifat kualitatif. Terdapat berbagai metode di dalam penelitian kualitaif seperti fenomologi, penelitian, studi kasus, etnografi, dan penelitian naratif. Istilah naratif berasal dari kata kerja "menceritakan" atau "mengatakan" (sebagai cerita) dalam detail atau rinci. Dalam desain penelitian naratif, peneliti mendeskripsikan kehidupan dan individu, mengumpulkan dan menceritakan cerita mengenai kehidupan orang, dan menulis naratif dari pengalaman individu. Sebagai bentuk yang jelas dari penelitian kualitatif, sebuah naratif biasanya fokus pada penelitian satu orang mendapatkan data dari pengumpulan cerita, melaporkan pengalaman individu, dan mendiskusikan makna dari pengalaman-pengalaman tersebut untuk



7



individu (Assjari. 2010). Penelitian naratif sangat penting untuk dipelajari. Penelitian naratif menjadi metode yang paling populer. Menurut Amia (1998) terdapat peningkatan jumlah artikel yang disitasi yang menggunakan metode penelitian naratif. Selain penelitian naratif, penelitian tentang analisis konten juga penting untuk di pelajari. Analisis isi berpotensi menjadi salah satu teknik riset terpenting dalam ilmu sosial. Analis konten memandang data sebagai representasi bukan peristiwa fisik tetapi teks, gambar, dan ekspresi yang dibuat untuk dilihat, dibaca, ditafsirkan, dan ditindaklanjuti untuk artinya, dan oleh karena itu harus dianalisis dengan menggunakan seperti itu dalam pikiran. Menganalisis teks dalam konteks penggunaannya membedakan analisis konten dari metode penyelidikan lainnya. Metode dalam ilmu alam tidak peduli dengan makna, isi, niat, dan referensi. Para ilmuwan hampir tidak merefleksikan konsepsi mereka tentang alam, mengecualikan konsepsi mereka dari objek studi mereka dengan mengabaikannya sebagai subjektif berbeda dengan apa yang dapat ditentukan melalui pengamatan yang tidak terikat dan pengukuran objektif. Ketika para peneliti sosial mengadopsi metode penyelidikan ilmiah alamiah, epistemologi yang ditorehkan dalam metode-metode seperti itu mencegah mereka untuk membahas apa yang paling penting dalam kehidupan sosial sehari-hari: komunikasi manusia, bagaimana orang mengoordinasikan kehidupan mereka, komitmen yang mereka buat satu sama lain dan dengan konsepsi masyarakat yang mereka cita-citakan, apa yang mereka ketahui, dan mengapa mereka bertindak. Tentu saja, analisis konten bukanlah satu-satunya metode penelitian yang sangat serius, tetapi itu adalah metode yang kuat dan tidak mengganggu. Masuk akal tentang apa yang dimediasi antara orang-orang materi tekstual, simbol, pesan, informasi, konten media massa, dan teknologi yang mendukung interaksi sosial tanpa mengganggu atau mempengaruhi mereka yang menangani masalah tekstual itu (Klaus, 2004) B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut. a. Bagaimana pengertian serta prinsip dari metodologi penelitian analisis konten dan penelitian narasi ? b. Bagaimana karakteristik metodologi penelitian analisis konten dan penelitian narasi ? c. Apa saja jenis penelitian dari analisis konten dan penelitian narasi ? d. Bagaimana langkah-langkah dalam penelitian analisis konten dan penelitian narasi ?



C. Tujuan Makalah Tujuan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut.



8



a. Mengetahui pengertian serta prinsip dari metodologi penelitian analisis konten dan penelitian narasi. b. Mengetahui karakteristik metodologi penelitian analisis konten dan penelitian narasi. c. Mengetahui jenis penelitian dari analisis konten dan penelitian narasi. d. Mengetahui langkah dalam penelitian analisis konten dan penelitian narasi.



BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Penelitian Naratif



9



Naratif didefinisikan sebagai "wacana, atau contohnya, yang dirancang untuk mewakili rangkaian kejadian yang terhubung". Penelitian narasi, menurut definisinya, mengacu pada setiap studi yang menggunakan atau menganalisis bahan naratif. Data dapat dikumpulkan sebagai cerita (kisah hidup yang disediakan dalam wawancara atau karya sastra) atau dengan cara yang berbeda (catatan lapangan antropolog yang menulis pengamatannya sebagai narasi atau dalam surat pribadi). Hal tersebut bisa menjadi objek penelitian atau sarana untuk mempelajari pertanyaan lain. Penelitian jenis ini dapat digunakan untuk perbandingan antar kelompok, untuk belajar tentang fenomena sosial atau periode sejarah, atau untuk mengeksplorasi kepribadian. Model yang disarankan dapat digunakan untuk analisis spektrum naratif yang luas, mulai dari karya sastra hingga buku harian dan otobiografi tertulis, percakapan, atau kisah kehidupan lisan yang diperoleh dalam wawancara. Tentu saja, studi semacam itu termasuk dalam beberapa disiplin: sastra, sejarah, psikologi, antropologi, dan sebagainya (Amia, 1998) Secara tradisional, literatur yang diterbitkan dan situs elektronik, laporan, dan basis data semuanya mengarah pada kesimpulan bahwa penggunaan narasi dalam penelitian telah berkembang pesat dalam 15 tahun terakhir. Di bidang psikologi, studi gender, pendidikan, antropologi, sosiologi, linguistik, hukum, dan sejarah, studi naratif berkembang sebagai sarana untuk memahami identitas pribadi, gaya hidup, budaya, dan dunia sejarah narator. Ini jelas disajikan pada Gambar 1.1, yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah publikasi di lapangan (Amia, 1998)



10



Gambar : 1 Perkembangan sitasi dari penelitian naratif



Dalam suatu kajian naratif, peneliti mengkaji cerita yang disampaikan oleh seseorang tentang kehidupannya dan melakukan mengkonstruksi secara bersama suatu analisis yang bersifat narasi tentang cerita itu. Peneliti dan orang yang menceritakan riwayatnya itu memiliki kesamaan pandangan dalam menentukan makna yang melekat pada pengalaman orang tersebut. Analisis naratif ini selanjutnya juga dirujuk dengan menggunakan istilah sebagai cerita kehidupan atau sejarah kehidupan. Seorang peneliti yang melaku kan penelitian atau investigasi, misalnya reÍleksi tokoh masyarakat atau perjalanan hidup seorang tokoh masyarakat dalam mcmirnpin warganya dapat menggunakan pendekatan penelitian naratif ini (Setyosari, 2010) Menurut Webster dan Metrova (2007), narasi (narrative) adalah suatu metode penelitian di dalam ilmu-ilmu sosial. Inti dari metode ini adalah kemampuannya untuk memahami identitas dan pandangan dunia seseorang dengan mengacu pada cerita-cerita (narasi) yang ia dengarkan ataupun tuturkan di dalam aktivitasnya sehari-hari. Dengan demikian penelitian naratif dapat diartikan sebagai studi tentang cerita yang menceritakan dan menjelaskan suatu kejadian yang menjadi pusat perhatian peneliti berdasarkan urutan waktu tertentu secara rinci. Cerita ditulis melalui proses mendengarkan dari orang lain atau bertemu secara langsung dengan informan melalui wawancara. Istilah narasi berasal dari kata kerja "untuk menceritakan" atau "untuk menceritakan (sebagai cerita) secara detail". Dalam desain penelitian naratif, peneliti menggambarkan kehidupan individu, mengumpulkan dan bercerita tentang kehidupan orang, dan menulis narasi pengalaman individu (Connelly & Clandinin, 1990). Sebagai bentuk berbeda dari penelitian kualitatif, narasi biasanya berfokus pada mempelajari satu orang, mengumpulkan data melalui kumpulan cerita, melaporkan pengalaman individu, dan mendiskusikan makna pengalaman-pengalaman tersebut untuk individu. Dengan popularitas baru-baru ini, konferensi riset nasional telah mempersembahkan sesi dan makalah untuk itu, dan jurnal pendidikan telah menerbitkan cerita yang dilaporkan oleh guru, siswa, dan pendidik lainnya. Buku-buku baru sekarang tersedia dari penerbit yang memberikan informasi penting tentang proses melakukan bentuk penyelidikan secara kualitatif (Creswell, 2011) B. Penggunaan Penelitian Naratif



11



Kita menggunakan riset naratif ketika kita memiliki individu yang bersedia menceritakan kisah mereka dan kita ingin melaporkan kisah mereka. Untuk para pendidik yang mencari pengalaman pribadi di lingkungan sekolah yang sebenarnya, riset naratif menawarkan wawasan praktis dan spesifik. Dengan melakukan studi narasi, peneliti membangun ikatan erat dengan para peserta, hal tersebut dapat membantu mengurangi persepsi yang biasa dipegang oleh praktisi di lapangan bahwa penelitian berbeda dari praktik dan hanya memiliki sedikit penerapan langsung. Selain itu, bagi peserta dalam studi, berbagi cerita mereka dapat membuat mereka merasa bahwa cerita mereka penting dan bahwa mereka didengar. Ketika mereka menceritakan sebuah kisah, itu membantu mereka memahami topik yang perlu mereka proses. Menceritakan cerita adalah bagian alami dari kehidupan, dan individu memiliki cerita tentang pengalaman mereka untuk memberi tahu orang lain. Dengan cara ini, penelitian narasi menangkap suatu bentuk data normal sehari-hari yang akrab bagi individu (Creswell, 2011). Kita menggunakan riset naratif



ketika cerita yang diceritakan kepada kita mengikuti



kronologi peristiwa. Penelitian naratif adalah bentuk sastra penelitian kualitatif dengan ikatan yang kuat dengan sastra, dan ini memberikan pendekatan kualitatif di mana Anda dapat menulis dalam bentuk sastra persuasif. Ini berfokus pada gambar mikroanalitik cerita individu daripada gambaran yang lebih luas dari norma-norma budaya, seperti dalam etnografi, atau teori-teori abstrak, seperti dalam penelitian grounded theory. Sebagai contoh dari micropicture ini, pertimbangkan kasus Ms Meyer, yang memiliki dua anak di kelas lima dan enamnya menulis cerita tentang kehidupan pribadi mereka. Anthony, seorang anak berusia 9 tahun yang menganggap dirinya seorang penemu dan penulis, menyimpan jurnal ilmiah dari penemuannya dan menulis sepotong ekspresif tentang neneknya. Anita, seorang anak berusia 11 tahun, menulis tentang saat-saat indah yang ia miliki di kolam renang, belajar bermain bola tendangan, dan bisa berhasil dalam sesuatu (Creswell, 2011) C. Karakteristik Penelitian Naratif Peneliti naratif mengeksplorasi permasalahan penelitian pendidikan dengan memahami pengalaman seorang individu. Pembelajaran ini terjadi melalui cerita yang dikisahkan oleh individu, seperti guru atau siswa. Cerita merupakan datanya, dan peneliti biasanya mengumpulkannya melalui wawancara atau percakapan informal.



12



Cerita ini, yang disebut field texts (teks lapangan) (Clandinin & Connelly, 2000), menyediakan data kasar bagi peneliti untuk dianalisis ketika mereka menceritakan kembali kisah itu berdasarkan elemen naratif, seperti permasalahan, tokoh, ranah, tindakan, dan resolusi (Ollerenshaw & Creswell, 2000). Dalam proses ini, peneliti menarasikan cerita dan sering kali mengidentifikasi tema atau kategori yang muncul. Jadi, analisis data kualitatifnya mungkin berupa deskripsi cerita dan tema yang muncul



darinya. Peneliti sering kali



menuliskan ke dalam cerita yang disusun kembali kronologi kejadian yang mendeskripsikan pengalaman individu di masa lalu, sekarang, dan yang akan datang dalam ranah atau konteks tertentu. Sepanjang proses mengumpulkan dan menganalisis data ini, peneliti berkolaborasi dengan partisipan dengan memeriksa ceritanya dan menegosiasikan makna basis datanya. Di samping itu, peneliti dapat menjalinkan cerita pribadinya ke dalam laporan final. Berdasarkan Creswell (2012) Salah satu kunci karakteristik yang menonjol dalam penelitian naratif adalah terdapat pada tujuh karakteristik utama penelitian naratif yaitu: a) Pengalaman individu Peneliti naratif berfokus pada pengalaman satu individu atau lebih. Peneliti mengeksplorasi pengalaman-pengalaman individu. Pengalaman yang dimaksud pengalaman pribadi dan pengalaman sosial. Clandinin dan Connelly (2000), pengalaman dalam penelitian naratif ini bersifat personal, yaitu apa yang dialami individu, dan sosial individu yang berinteraksi dengan orang lain. Jadi, peneliti naratif memfokuskan pada memahami riwayat atau pengalaman masa lalu individu dan bagaimana pengalaman itu memberikan kontribusi pada pengalaman saat ini dan yang akan datang. b) Kronologi pengalaman. Memahami masa lalu individu seperti juga masa sekarang dan masa depan adalah salah satu unsur kunci dalam penelitian naratif. Peneliti naratif menganalisis suatu kronologi dan melaporkan pengalaman individu. Ketika peneliti berfokus pada pemahaman pengalaman ini, peneliti memperoleh informasi tentang masa lalu, masa sekarang dan masa depan partisipan. Kronologi yang dimaksud dalam penelitian naratif adalah peneliti menganalisis dan menulis tentang kehidupan individu menggunakan urutan waktu menurut kronologi kejadian. c) Pengumpulan cerita.



13



Peneliti memberi tekanan pada pengumpulan cerita yang diceritakan oleh individu kepadanya atau dikumpulkan dari beragam field texts. Cerita dalam penelitian naratif adalah orang pertama langsung secara lisan yang mengatakan atau menceritakan. Cerita biasanya memiliki awal, tengah dan akhir. Cerita secara umum harus terdiri dari unsur waktu, tempat, plot dan adegan. Peneliti naratif mengumpulkan cerita dari beberapa sumber data. Field texts dapat diwakili oleh informasi dari sumber lain yang dikumpulkan oleh peneliti dalam desain naratif. Cerita dikumpulkan dengan cara diskusi, percakapan atau wawancara. Akan tetapi, cerita juga bisa bersifat autobiografis, di mana peneliti merefleksikan tentang ceritanya dan menjalinkan cerita itu dengan cerita orang lain. Cerita, foto, dan kotak kenangan keluargakumpulan benda yang memicu ingatan adalah bentuk lain yang digunakan untuk mengumpulkan cerita dalam penelitian naratif. d) Restorying Cerita pengalaman individu yang diceritakan kepada peneliti diceritakan kembali dengan kata-kata sendiri oleh peneliti. Peneliti melakukan ini untuk menghubungkan dan mengurutkannya. Restorying adalah proses dimana peneliti mengumpulkan cerita, menganalisisnya dengan unsur kunci cerita (waktu, tempat, plot dan adegan) dan kemudian menulis kembali cerita itu untuk menempatkannya dalam urutan kronologis. Ada beberapa tahap untuk melakukan restory : 1.Peneliti melakukan wawancara dan mencatat percakapan dari rekaman suara. 2.Peneliti mencatat data kasar/mentah dengan mengidentifikasi unsur kunci cerita. 3.Peneliti menceritakan kembali dengan mengorganisir kode kunci menjadi suatu rangkaian atau urutan. Rangkaian yang dimaksud adalah latar (setting), tokoh atau karakter, tindakan, masalah dan resolusi. e) Coding tema. Peneliti naratif dapat memberi kode dari cerita atau data menjadi tema-tema atau kategorikategori. Identifikasi tema-tema memberikan kompleksitas sebuah cerita dan menambah kedalaman untuk menjelaskan tentang pemahaman pengalaman individu. Peneliti menggabungkan tema-tema menjadi kalimat mengenai cerita individu atau memasukannya sebagai bagian terpisah dalam suatu penelitian. Peneliti naratif secara khusus memberi tema utama setelah menceritakan kembali kisahnya.



14



f) Konteks atau latar. Peneliti mendeskripsikan secara terperinci latar atau konteks dimana pengalaman individu menjadi pusat fenomenanya. Ketika melakukan restory cerita partisipan dan menentukan tema, peneliti memasukkan rincian latar atau konteks pengalaman partisipan. Latar atau setting dalam penelitian naratif boleh jadi teman-teman, keluarga, tempat kerja, rumah dan organisasi sosial atau sekolah. g) Kolaborasi. Peneliti dan partisipan berkolaborasi sepanjang proses penelitian. Kolaborasi dalam penelitian naratif yaitu peneliti secara aktif meliput partisipannya dalam memeriksa cerita yang dibukakan atau dikembangkan. Kolaborasi bisa meliputi beberapa tahap dalam proses penelitian dari merumuskan pusat fenomena sampai menentukan jenis field texts yang akan menghasilkan informasi yang berguna untuk menulis laporan cerita pengalaman individu. Kolaborasi meliputi negoisasi hubungan antara peneliti dan partisipan untuk mengurangi potensi gap atau celah antara penyampai naratif dan pelapor naratif. Kolaborasi juga termasuk menjelaskan tujuan dari penelitian kepada partisipan, negoisasi transisi dari mengumpulkan data sampai menulis cerita dan menyusun langkah-langkah untuk berbaur dengan partisipan dalam penelitian.



D. Jenis-jenis penelitian Naratif Terdapat beberapa jenis penelitian narasi. Jika kita berencana untuk melakukan studi naratif, kita perlu mempertimbangkan jenis studi narasi apa yang harus dilakukan. Penelitian naratif adalah kategori menyeluruh untuk berbagai praktik penelitian, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 15.1. Bagi individu yang merencanakan studi naratif, setiap jenis narasi menyediakan struktur untuk melakukan penelitian dan referensi untuk bagaimana melakukan proyek yang akan dikenali oleh dosen, jurnal, dan penerbit buku. Bagi mereka yang membaca studi naratif, hal tersebut kurang penting untuk mengetahui jenis narasi apa yang digunakan dan lebih penting untuk mengenali karakteristik penting dari jenis. Lima pertanyaan yang dibahas dalam subbagian berikut sangat membantu dalam menentukan jenis studi naratif yang akan dibuat.



15



Gambar : Jenis jenis penelitian naratif Siapa yang Menulis atau Merekam Kisahnya?



Menentukan siapa yang akan menulis dan merekam cerita individu adalah perbedaan mendasar dalam penelitian narasi. Biografi adalah bentuk studi naratif di mana peneliti menulis dan mencatat pengalaman kehidupan orang lain. Biasanya, peneliti membangun biografi dari catatan dan arsip (Angrosino, 1989), meskipun peneliti terkadang menggunakan sumber informasi lain, seperti wawancara dan foto. Dalam otobiografi, individu yang menjadi subjek penelitian menulis akun tersebut. Meskipun bukan pendekatan yang populer, Anda dapat menemukan laporan dari akun otobiografi guru sebagai profesional (Connelly & Clandinin, 1990). Berapa Banyak Kehidupan yang Direkam dan Dipresentasikan?



Pertanyaan ini memperkenalkan perbedaan kedua di antara studi narasi. Dalam antropologi, banyak contoh cerita tentang kehidupan individu seseorang. Riwayat hidup adalah kisah narasi dari seluruh pengalaman hidup seseorang. Para antropolog, misalnya, terlibat dalam penelitian sejarah kehidupan untuk belajar tentang kehidupan seseorang dalam konteks kelompok berbagi budaya. Seringkali fokus termasuk titik balik atau peristiwa penting dalam kehidupan individu (Angrosino, 1989). Namun, dalam pendidikan, studi narasi biasanya tidak melibatkan akun dari seluruh kehidupan, melainkan berfokus pada episode atau peristiwa tunggal dalam kehidupan individu. Kisah pengalaman pribadi adalah studi naratif tentang pengalaman pribadi seseorang yang ditemukan dalam satu atau beberapa episode, situasi pribadi, atau cerita rakyat komunal (Denzin, 1989). Clandinin dan Connelly (2000) memperluas cerita pengalaman pribadi untuk menjadi pribadi dan sosial, dan menyampaikan



16



sikap ini sebagai esensi dari pengalaman yang dilaporkan tentang guru dan mengajar di sekolah Siapa yang Menyediakan dan memberikan Cerita?



Pendekatan ketiga untuk mengidentifikasi jenis narasi adalah memeriksa secara mendalam siapa yang menyediakan cerita. Faktor ini sangat relevan dalam pendidikan, di mana jenis pendidik atau peserta didik telah menjadi fokus dari banyak studi narasi. Misalnya, cerita guru adalah akun pribadi oleh guru dari pengalaman kelas pribadi mereka sendiri. Sebagai bentuk narasi populer dalam pendidikan, peneliti melaporkan cerita guru untuk menangkap kehidupan guru sebagai profesional dan memeriksa pembelajaran di ruang kelas (misalnya, Connelly & Clandinin, 1988). Studi naratif lainnya fokus pada siswa di kelas. Dalam cerita anak-anak, peneliti naratif meminta anak-anak di ruang kelas untuk menyajikan secara lisan atau menulis cerita mereka sendiri tentang pengalaman belajar mereka (misalnya, Ollerenshaw, 1998). Apakah Pandangan Teoritis Digunakan?



Pertanyaan lain yang membentuk karakter narasi adalah apakah dan sejauh mana peneliti menggunakan pandangan teoritis dalam mengembangkan narasi. Penelitian narasi lensin teoritis adalah perspektif pemandu atau ideologi yang menyediakan struktur untuk mengadvokasi kelompok atau individu dalam laporan tertulis. Pandangan ini mungkin mengadvokasi bagi orang Amerika Latin yang menggunakan tesimonios, melaporkan kisahkisah wanita menggunakan lensa feminis (misalnya, Personal Narratives Group, 1989), atau mengumpulkan kisah-kisah tentang orang-orang yang terpinggirkan. Dalam semua contoh ini, peneliti naratif memberikan suara bagi individu yang jarang terdengar dalam penelitian pendidikan. Bisakah Bentuk Narasi Dikombinasikan?



Suatu studi naratif mungkin berupa biografi karena peneliti menulis dan melaporkan tentang partisipan dalam penelitiannya. Penelitian juga dapat berfokus pada suatu studi pribadi dari seorang guru. Hal ini dapat menunjukkan suatu peristiwa dalam kehidupan seorang guru, misalnya pemecatan guru dari sekolah, menghasilkan suatu naratif pribadi. Jika



17



individunyaseorang wanita, peneliti akan menggunakan perspektif teoretis “feminist” untuk menguji kekuatan dan mengontrol masalahnya. Pada akhirnya menghasilkan suatu naratif dari kombinasi beberapa unsur yang berbeda yaitu gabungan dari biografi, personal account, cerita guru, dan perspektif “feminist”. E. Langkah-langkah dalam penelitian naratif Terlepas dari jenis atau bentuk penelitian narasi, pendidik yang melakukan studi naratif melanjutkan melalui langkah-langkah serupa, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 15.3. Tujuh langkah utama terdiri dari proses yang biasanya dilakukan selama studi narasi. Visualisasi proses sebagai lingkaran menunjukkan bahwa semua langkah saling berhubungan dan tidak harus linier. Langkah 1. 1. Mengidentifikasi suatu kejadian yang menjawab permasalahan penelitian untuk dieksplorasi.



Seperti halnya semua proyek penelitian, proses dimulai dengan berfokus pada masalah penelitian untuk mempelajari dan mengidentifikasi, dalam penelitian kualitatif, sebuah fenomena utama untuk dijelajahi. Meskipun fenomena minat dalam narasi adalah cerita (Connelly & Clandinin, 1990), Kita perlu mengidentifikasi masalah atau kekhawatiran. Misalnya, masalah untuk Huber (1999), dalam studi narasi anak-anak di ruang kelas, terdiri dari cerita tentang kesulitan yang dia dan guru mahasiswanya, Shaun, telah memenuhi beragam kebutuhan siswa. Ini termasuk anak-anak tidak termasuk anak-anak lain, menggunakan kata-kata yang menyakitkan satu sama lain, dan terus-menerus menggunakan kemarahan dan agresi untuk memecahkan masalah. Ketika menjelajahi masalah seperti ini, Anda berusaha untuk memahami pengalaman pribadi atau sosial dari individu atau individu dalam lingkungan pendidikan.



Langkah 2. Memilih Individu Dari Siapa Anda Bisa Belajar Tentang Suatu Kejadian



Kita selanjutnya menemukan individu atau individu yang dapat memberikan pemahaman tentang fenomena tersebut. Peserta mungkin adalah seseorang yang tipikal atau seseorang



18



yang kritis untuk belajar karena dia telah mengalami masalah atau situasi tertentu. Pilihan lain untuk pengambilan sampel juga tersedia. Meskipun banyak studi naratif hanya memeriksa satu individu, Anda dapat mempelajari beberapa individu dalam sebuah proyek, masing-masing dengan cerita yang berbeda yang dapat bertentangan dengan atau saling mendukung satu sama lain. Langkah 3. Kumpulkan Kisah Dari Individu Itu



Maksudnya adalah mengumpulkan teks lapangan yang akan memberikan kisah pengalaman individu. Barangkali cara terbaik untuk mengumpulkan cerita adalah meminta orang menceritakan tentang pengalamannya, melalui percakapan pribadi atau wawancara. Anda dapat mengumpulkan teks bidang lainnya juga, seperti ini: ◆ Buat catatan individu ceritanya dalam jurnal atau buku harian. ◆ Amati catatan catatan individu dan catatan lapangan. ◆ Kumpulkan surat yang dikirim oleh individu. ◆ Kumpulkan cerita tentang individu dari anggota keluarga. ◆ Kumpulkan dokumen seperti memo atau korespondensi resmi tentang individu. ◆ Dapatkan foto, kotak memori, dan artifak pribadi / keluarga / sosial lainnya. ◆ Catat pengalaman hidup individu (misalnya, menari, teater, musik, film, seni, dan sastra; Clandinin & Connelly, 2000).



Langkah 4. Pulihkan atau Ceritakan Kembali Kisah Individu Selanjutnya, tinjau data yang mengandung cerita dan menceritakannya kembali. Proses ini termasuk memeriksa data mentah, mengidentifikasi elemen cerita di dalamnya, mengurutkan atau mengatur elemen cerita, dan kemudian menyajikan kisah yang diceritakan kembali yang menyampaikan pengalaman individu. Kita menggunakan restorying karena pendengar dan pembaca akan lebih memahami cerita yang diceritakan oleh peserta jika Kita mengurutkannya menjadi urutan logis. Elemen apa yang Kita identifikasi dalam data mentah untuk cerita Kita? Bagaimana Kita mengatur elemen-elemen ini di dalam kisah Kita? Peneliti naratif berbeda tentang unsurunsur yang dipilih, meskipun secara umum Kita mungkin menyebutkan unsur-unsur narasi



19



yang ditemukan dalam analisis sastra sebuah novel. Misalnya, waktu, tempat, plot, dan adegan adalah elemen utama yang terletak di cerita oleh peneliti (Connelly & Clandinin, 1990). Berfokus pada plot, Kita mungkin mengidentifikasi abstrak dari peristiwa atau tindakan, mengarahkan pendengar, menyampaikan tindakan yang rumit, mengevaluasi maknanya, dan menyelesaikan tindakan (Cortazzi, 1993). Penyelidik lain mungkin memeriksa cerita untuk pengaturan, karakter, tindakan, masalah, dan resolusi (Ollerenshaw & Creswell, 2000). Meskipun beberapa strategi analitik ada untuk mencari dan mengurutkan sebuah cerita, semua prosedur memerintahkan cerita untuk pembaca dan pendengar menggunakan elemen sastra. Langkah 5. Berkolaborasi dengan Peserta-Storyteller



Langkah ini adalah langkah yang berinteraksi dengan semua langkah lain dalam proses. Kita secara aktif berkolaborasi dengan peserta selama proses penelitian. Kolaborasi ini dapat mengambil beberapa bentuk, seperti bernegosiasi masuk ke lokasi dan peserta, bekerja erat dengan peserta untuk mendapatkan teks lapangan untuk menangkap pengalaman individu, dan menulis dan menceritakan kisah individu dalam kata-kata peneliti. Langkah 6. Tulis Kisah Tentang Pengalaman Peserta



Langkah utama dalam proses penelitian adalah bagi penulis untuk menulis dan menyajikan kisah pengalaman individu. Meskipun tidak ada cara tunggal untuk menulis laporan naratif, akan sangat membantu untuk memasukkan beberapa fitur naratif. Tempat tinggal Anda tentu mengklaim tempat utama dalam laporan narasi. Selain itu, Anda mungkin menyertakan analisis untuk menyoroti tema spesifik yang muncul selama cerita. Biasanya, Anda tidak menyertakan bagian literatur tertentu; sebagai gantinya, Kita menggabungkan literatur dan studi penelitian tentang masalah ke bagian akhir dari penelitian. Karena pembaca sering tidak akrab dengan narasi, Kita dapat menulis bagian tentang pentingnya penelitian naratif dan prosedur yang terlibat di dalamnya sehingga Kita dapat menginformasikan pembaca tentang penelitian narasi. Seperti halnya semua riset kualitatif, Anda hadir dalam laporan naratif, dan Kita menggunakan kata ganti orang pertama untuk merujuk pada diri Kita sendiri.



20



Langkah 7. Validasi Akurasi Laporan



Kita juga perlu memvalidasi keakuratan akun narasi Kita. Ketika kolaborasi ada dengan peserta, validasi ini dapat terjadi di seluruh proyek. Beberapa praktik validasi seperti pengecekan anggota, triangulasi di antara sumber data, dan mencari bukti yang tidak sesuai, berguna untuk menentukan akurasi dan kredibilitas akun naratif. F. Mengevaluasi Penelitian Naratif Penelitian naratif yang baik melaporkan cerita tentang pengalaman hidup individu, mengorganisasikan ke dalam kronologi, menempatkannya dalam ranah atau konteks, menarik beberapa tema dari cerita itu, dan mendemonstrasikan kolaborasi yang dekat antara peneliti dan partisipan dalam proyek naratif. Sebagai bentuk penelitian kualitatif, narasi perlu konsisten dengan kriteria untuk penelitian kualitatif yang baik. Di samping itu, ada aspek-aspek naratif tertentu yang mungkin dipertimbangkan oleh para pembaca dan pengevaluasi suatu penelitian. Kriteria untuk penelitian naratif yang berkualitas tinggi ditunjukkan dalam Tabel di bawah ini yang didasarkan pada saran-saran Clandinin dan Connelly (2000) dan Riessman (2008).



Mengevaluasi Kualitas Penelitian Naratif Indikator Kualitas yang Lebih Tinggi



Indikator Kualitas yang Lebih Rendah



Penelitian naratif memfokuskan pada satu atau dua individu.



Peneliti memfokuskan pada seorang individu (atau dua orang individu) dan memberikan alasan mengapa individu ini dipilih untuk potret naratif.



Peneliti meneliti lebih dari dua orang individu, sehingga kisah yang diceritakan lebih merupakan cerita kolektif daripada cerita terperinci tentang pengalaman hidup seseorang.



Peneliti melaporkan pengalaman hidup individu dengan detail.



Peneliti memberi pembaca pemahaman tentang kehidupan seseorang melalui detaildetail yang jelas dari



Peneliti tidak terlalu terperinci menceritakan tentang pengalaman hidup seorang individu sehingga pembaca tidak



Kriteria Kualitas Elemen-Elemen Kunci



21



pengalaman mereka.



mendapatkan pemahaman yang benar dan utuh tentang pengalaman hidup individu.



Peneliti mengambil cerita mereka dan menceritakannya kembali, mungkin untuk mengembangkan kronologi kejadian.



Peneliti menyatukan banyak cerita dari jalan cerita individu, yang sering kali diceritakan dalam suatu kronologi. Peneliti memahamkan peristiwa kunci dalam cerita ini.



Peneliti menyajikan peristiwa acak yang tidak menyatu dalam suatu jalan cerita tentang kehidupan individu.



Laporan akhir mendeskripsikan konteks cerita, ranahnya, dan beberapa orang yang terlibat.



Peneliti mendeskripsikan konteks yang lebih luas dari kehidupan individu, misalnya keluarga, teman, pekerjaan, kegiatan, minat, hobi dan lain-lain. Informasi ini dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dokumen yang ada di luar individu.



Peneliti hanya melaporkan cerita tentang individu tanpa menempatkan kehidupannya dalam konteks pekerjaan, keluarga dan sebagainya. Dalam tipe naratif ini, kita tidak memahami ranah yang lebih luas dimana pengalaman individu itu ada.



Peneliti melaporkan tema yang muncul di cerita.



Peneliti, setelah mendeskripsikan individu dan konteksnya, mengemukakan beberapa tema penting yang muncul dari ceritanya. Tema-tema ini dapat diorganisasikan secara kronologis atau disajikan untuk mengilustrasikan berbagai peristiwa yang signifikan dalam kehidupan individu.



Peneliti membatasi narasi pada cerita individu dan tidak menganalisis data untuk menyimpulkan tema yang menyuguhkan peristiwa utama atau ide yang terkandung dalam cerita itu.



Peneliti naratif berkolaborasi erat dengan partisipan yang menyediakan cerita.



Peneliti mengundang partisipan untuk memeriksa data yang dikumpulkan dan melibatkan partisipan



Peneliti menceritakan cerita objektif tanpa memeriksa-balik dengan partisipan tentang keakuratan ceritanya dan



22



dalam membentuk cerita final yang diceritakan dalam narasi.



bagaimana cerita itu sebaliknya diceritakan.



G. Dasar-dasar Penelitian Analisis Isi (Analisis Konten) Menurut Berelson & Kerlinger analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak (Wimmer & Dominick). Sedangkan menurut Budd, analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih. Prinsip analisis isi berdasarkan definisi di bawah: 1. Prinsip sistematik Ada perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Peneliti tidak dibenarkan menganalisis hanya pada isi yang sesuai dengan perhatian dan minatnya, tetapi harus pada keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diriset. 2. Prinsip objektif Hasil analisis tergantung pada prosedur riset bukan pada orangnya. Kategori yang sama bila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur yang sama, maka hasilnya harus sama, walaupun risetnya beda. 3. Prinsip kuantitatif Mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Diartikan juga sebagai prinsip digunakannya metode deduktif. 4. Prinsip isi yang nyata Yang diriset dan dianalisis adalah isi yang tersurat (tampak) bukan makna yang dirasakan peneliti. Perkara hasil akhir dari analisis nanti menunjukkan adanya sesuatu yang tersembunyi, hal itu sah-sah saja. Namun semuanya bermula dari analisis terhadap isi yang tampak Penggunaan Analisis Isi mempunyai beberapa manfaat atau tujuan. Mc Quail dalam buku Mass Communication Theory 3 mengatakan bahwa tujuan dilakukan analisis terhadap isi pesan komunikasi adalah (a) Mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi media; (b) Membuat perbandingan antara isi media dengan realitas sosial; (c) Isi media merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya serta sistem kepercayaan masyarakat;



23



(d) Mengetahui fungsi dan efek media; (e) Mengevaluasi media performance; (f) Mengetahui apakah ada bias media



H. Analisis Konten Kualitatif Penelitian kualitatif dipengaruhi oleh paradigma naturalistik-interpretatif. Dimana peneliti berusaha mengkonstruksi realitas dan memahami maknanya sehingga penelitian ini sangat memperhatikan proses, peristiwa, dan otensitas. Menggunakan metode analisis isi harus mengamati fenomena komunikasi, dengan merumuskan dengan tepat apa yang diteliti dan semua tindakan harus didasarkan pada tujuan tersebut (Cresswell, 1994). Selanjutnya memilih unit analisis yang akan dikaji, memilih objek penelitian yang menjadi sasaran analisis. Apabila objek penelitian berhubungan dengan data-data verbal maka perlu disebutkan tempat, tanggal dan alat komunikasi yang bersangkutan. Namun, kalau objek penelitian berhubungan dengan pesan-pesan satu dalam suatu media, perlu dilakukan identifikasi terhadap pesan dan media yang mengantarkan pesan itu (Ahmad, 2018). Krippendorf (1991) menyebutkan beberapa bentuk klasifikasi dalam analisis isi, yaitu: 1. Analisis Isi Pragmatis, klasifikasi dilakukan terhadap tanda menurut sebab akibatnya yang mungkin. Misalnya, berapa kali suatu kata tertentu diucapkan yang dapat mengakibatkan munculnya sikap suka tehadap suatu produk. 2. Analisis Isi Semantik, dilakukan untuk mengklasifikasikan tanda menurut maknanya. 3. Analisis Sarana Tanda, dilakukan untuk mengklasifikasikan isi pesan melalui sifat psikofisik dari tanda, misalnya berapa kali kata cantik muncul, kata seks muncul. I. Metode Analisis Isi Kualitatif Metode analisis isi kualitatif yang penulis bahas dalam makalah ini adalah Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analsis Hermeneutika. 1. Analisis Semiotik (Semiotic Analysis) Semiotika adalah ilmu tentang tanda. Istilah ini diambil dari kata Yunani Semeion yang berarti “tanda”. Tanda ada dimana-mana, bisa berupa kata, gambar, bunyi, struktur karya sastra, struktur film, struktur musik dan sebagainya. Semiotik juga merupakan suatu ilmu yang mengkaji gejala kebudayaan dengan memahami makna tanda-tanda kehidupan. Semiotik sering digunakan sebagai sebuah pendekatan dalam analisis teks, baik verbal maupun non verbal (Khotimah, 2008).



24



Menilik sejarahnya, semiotika berkembang dari dua tokoh utama: Charles Sanders Peirce mewakili tradisi Amerika dan Ferdinand de Saussure mewakili tradisi Eropa. Istilah semiotika sendiri diperkenalkan oleh Peirce, sedangkan Saussure menamai pemikirannya dengan istilah semiologi. Terobosan penting dalam semiotika adalah digunakannya linguistik sebagai model untuk diterapkan pada fenomena lain diluar bahasa. Dalam arti, suatu makna diproduksi dari konsep-konsep dalam pikiran seorang pemberi makna melalui bahasa. Representasi merupakan hubungan antara konsep-konsep dan bahasa yang memungkinkan pembaca menunjuk pada dunia yang sesungguhnya dari suatu obyek, realitas, atau pada dunia imajiner tentang obyek fiktif, manusia atau peristiwa (Budiono, 2015). Semiotika di bidang komunikasi tidak terbatas, misalnya saja bisa mengambil objek penelitian, seperti pemberitaan di media massa, komunikasi periklanan, tanda-tanda nonverbal, film, komik kartun, dan sastra sampai kepada musik. Contoh penelitian analisis dengan metode semiotika dalam bidang komunikasi adalah penelitian iklan sabun kecantikan yang dilakukan oleh Aquarini (2004). Ia mengambil sejumlah sampel iklan sabun mandi LUX yang dibintangi Tamara Blezinsky dan iklan sabun GIV yang dibintangi oleh Sophia Latjuba, iklan ini dipiliha karena menurut Aquarini kedua model ini adalah wanita berdarah asing yang berkulit putih dan Aquarini melihat bagaimana iklan yang menampilkan artis cantik ini menampilkan citra keunggulan kulit putih, kulit putih direpresentasikan sebagai yang disukai, diinginkan dan citra ideal perempuan (Eriyanto, 2010).



2. Analisis Wacana (Discourse analysis) Analisis wacana (discourse analysis) adalah suatu cara atau metode untuk mengkaji wacana (discourse) yang terdapat atau terkandung dalam pesan-pesan komunikasi baik secara tekstual maupun kontekstual (Pawito, 2008). Analisis wacana barangkali merupakan kelanjutan dari analisis semiotika, karena secara



historis



memang



lahirnya



didahului



oleh



analisis



semiotika.



Dalam



perkembangannya, analisis wacana memang cenderung untuk mengambil posisi sebagai metode penggali kerja ideologi dan hubungan kekuasaan dalam teks. Kendati demikian, banyak istilah yang secara mendasar diambil dari tradisi semiotika. Dalam beberapa hal, analisis semiotika berkemungkinan untuk menggali ideologi di balik teks, sehingga batas yang tegas antara kedua jenis analisis itu memang agak kabur. Preskripsi sederhana untuk memperlihatkan perbedaan keduanya kira-kira adalah bahwa analisis semiotika berupaya



25



melihat aspek „what‟ dan „how‟ dari teks, sementara analisis wacana cenderung kepada menjawab pertanyaan tentang „how‟ dan „why‟ dari teks. Analisis wacana adalah analisis isi yang lebih bersifat kualitatif dan dapat menjadi salah satu alternatif untuk melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi kuantitatif yang selama ini banyak digunakan oleh para peneliti (Eriyanti, 2001). Beberapa perbedaan mendasar antara analisis wacana dengan analisis isi yang bersifat kuantitatif adalah sebagai berikut. 1. Analisis wacana lebih bersifat kualitatif daripada yang umum dilakukan dalam analisis isi kuantitatif karena analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan unit kategori, seperti dalam analisis isi. 2. Analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (nyata), sedangkan analisis wacana justru memfokuskan pada pesan yang bersifat latent (tersembunyi). 3. Analisis isi kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan” (what), tetapi tidak dapat menyelidiki bagaimana ia dikatakan (how). 4. Analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi, sedangkan analisis isi kuantitatif diarahkan untuk membuat generalisasi. Salah satu pendekatan dalam analisis wacana adalah pendekatan fenomenologi, yang



menganggap subjek memiliki intensi-intensi yang mempengaruhi bahasa atau wacana yang diproduksinya. Dalam pandangan ini subjek memiliki peran yang penting karena ia dapat melakukan kendali-kendali atas apa yang diungkapkannya, atas apa yang ia maksud, atas bagimana maksud itu dikemukakan, apakah secara terselubung atau eksplisit (Purbani, 2005). Contohnya adalah analisis wacana terhadap pernyataan mantan presiden Soeharto mengajak semua pihak untuk menghormati konsensus nasional tentang keberadaan tiga kekuatan politik, yakni dua partai politik (PDI, P3) dan Golkar. Ia menegaskan penolakannya terhadap gagasan pembentukan partai politik baru. Katanya: "Marilah kita semua menghormati konsensus nasional yang telah kita mufakati dengan susah payah dan memakan waktu panjang. Janganlah konsensus nasional ini kita kotak-katik lagi hanya untuk memenuhi ambisi-ambisi pribadi dan golongan. Jika kita belum puas dengan peranan ketiga wadah kekuatan politik yang kita miliki, marilah kita perbaiki wadah yang telah ada. Bukan dengan membuat wadah baru yang sama sekali tidak jelas dukungannya dari rakyat" (Kompas Online, 18 Agustus 1996). Seorang peneliti bisa mengajukan beberapa pertanyaan dari pidato Soeharto di atas. Apakah konsensus dan mufakat memang nyata dan benar ada dengan mempertimbangkan keterwakilan rakyat? Ataukan konsensus tersebut adalah konsensus semu? Melalui analisis



26



wacana fenomenologis ini dapat diungkap apa kira-kira maksud Soeharto mengajak masyarakat untuk melestarikan konsep dua parpol Golkar dan untuk tidak berpikiran membentuk partai baru. 3. Analisis Hermeneutika Secara umum Hermeneutika didefinisikan sebagai suatu teori atau filsafat tentang interpretasi makna. Kata hermeneutika berasal dari kata kerja Yunani hermeneuien yang memiliki arti menafsirkan, menginterpretasikan atau menterjemahkan (Mulyono, 2013). Hermeneutika memiliki asosiasi etimologis dengan nama dewa mitologi Yunanti, Hermes, yang bertugas menyampaikan dan menerjemahkan pesan-pesan Tuhan kepada manusia ke dalam bahasa yang dapat dimengerti manusia. Fungsi Hermes sangat penting, sebab bila terjadi kesalah-pahaman tentang pesan dewa akan berakibat sangat fatal bagi seluruh kehidupan manusia. Untuk itu, Hermes harus bisa merepresentasikan pesan Tuhan ke dalam bahasa pendengarnya (Baghdadi, 2006). J. Kelebihan dan Kelemahan Desain Penelitian Content Analysis Apabila dibandingkan dengan penelitian lapangan, analisis isi relatif lebih mudah dilakukan serta memiliki beberapa kelebihan, yaitu: 1. Lebih hemat waktu, tenaga dan biaya; 2. Analisis isi lebih aman dilakukan; 3. Analisis isi memungkinkan kita meneliti dalam jangka waktu yang sangat panjang; 4. Analisis isi tidak memiliki efek sosial karena objeknya bersifat pasif. Meskipun demikian, analisis isi memiliki beberapa kelemahan, yaitu: 1. Peneliti memiliki keterbatasan kemampuan merekam data; pada masalah validitas data; 2. Informasi yang digali sangat banyak, sehingga memerlukan kehati-hatian dan kejelian peneliti terutama saat melakukan koding data. Analisis isi memiliki prosedur yang spesifik, yang agak berbeda dengan metode penelitian yang lain. Beberapa prosedur analisis isi yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Perumusan Masalah: Analisis isi dimulai dengan rumusan masalah penelitian yang spesifik, misalnya bagaimana kualitas pemberitaan surat kabar di Indonesia? 2. Pemilihan Media (Sumber Data): peneliti harus menentukan sumber data yang relevan dengan masalah penelitian. Suatu observasi yang mendalam terhadap perpustakaan dan berbagai media massa seringkali akan membantu penentuan sumber data yang relevan. Penentuan periode waktu dan jumlah media yang diteliti (sample), bila jumlahnya berlebihan, juga penting untuk ditentukan pada tahap ini. 3. Definisi Operasional: definisi operasional ini berkaitan dengan unit analisis. Penentuan unit analisis dilakukan berdasarkan topik atau masalah riset yang telah ditentukan sebelumnya.



27



4. Pelatihan Penyusunan Kode dan Mengecek Reliabilitas: kode dilakukan untuk mengenali ciri-ciri utama kategori. Idealnya, dua atau lebih coder sebaiknya meneliti secara terpisah dan reliabilitasnya dicek dengan cara membandingkan satu demi satu kategori. 5. Analisis Data dan Penyusunan Laporan: data kuantitatif yang diperoleh dengan analisis isi dapat dianalisis dengan teknik statistik yang baku. Penulisan laporan dapat menggunakan format akademis yang cenderung baku dan menggunakan prosedur yang ketat atau dengan teknik pelaporan populer versi media massa atau buku. Data dianalisis juga dalam bentuk Coding Sheets.



BAB III PENUTUP A. Simpulan 1. Analisis isi ditekankan pada bagaimana peneliti melihat konteks isi komunikasi secara kualitatif, pada bagaimana peneliti memaknakan isi komunikasi, membaca simbol-simbol, memaknakan isi interaksi simbolis yang terjadi dalam komunikasi. Menggunakan metode analisis isi harus mengamati fenomena komunikasi, dengan merumuskan dengan tepat apa yang diteliti dan semua tindakan harus didasarkan pada tujuan tersebut. Penelitian narasi adalah adalah kemampuannya untuk memahami identitas dan pandangan dunia seseorang dengan mengacu pada cerita-cerita (narasi) yang ia dengarkan ataupun tuturkan di dalam aktivitasnya sehari-hari. 2. Langkah penelitian narasi yaitu mengidentifikasi suatu kejadian yang menjawab permasalahan penelitian untuk dieksplorasi, memilih individu dari siapa anda bisa belajar tentang suatu kejadian, mengumpulkan kisah dari individu, pulihkan atau ceritakan kembali kisah individu, berkolaborasi dengan peserta-storyteller, tulis kisah tentang pengalaman peserta, validasi akurasi laporan. B. Saran Beberapa saran yang diperlukan dalam mempelajari tentang materi penelitian naratif dan penelitian analisis konten yaitu sebaiknya diberikan contoh dari penelitian terkait.



28



DAFTAR RUJUKAN Amia, Lieblich., Rivka Tuval-Mashiach., Tamar Zilber. 1998. Narrative Research Reading, Analysis, and Interpretation.USA : Sage Publication Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana Publisher Webster, Leonard & Mertova, Patricie. 2007. Using Narrative Inquiry as a Research Method An Introduction to Using Critical Event Narrative Analysis in Research on Learning and Teaching. New York : Roudedge John W. Creswell. 2011. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, 4th Edition. USA : Addison Wesley



29



Clandinin, D.J. & Connelly, F.M. 2000. Narrative Inquiry: Experience and Story Inqualitative Research. San Fransisco : Jossey-Bass. Cresswell, John W, Research Design: qualitative, quantitative and mixed method approaches. SAGE Publications, 1994, hal. 4 Krippendorff, Klaus. 1994. Content Analysis: an introduction ot its Methodology, SAGE Publucations. Khusnul Khotimah, Semiotika: Sebuah Pendekatan dalam Studi Agama, Jurnal Komunika, Vol.2 No 2 Jul-Des 2008 pp.277-289 Arif Budiono, Penafsiran Al-Quran melalui pendekatan Semiotika dan Antropologi (Telaah Pemikiran Muhammad Arkoun), Miyah Vol.XI No.02 Agustus 2015 hal. 281-306 Eriyanto. 2010. Analisis Isi: Pengangar Metodologi untuk Penelitian Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Pawito, Ph.D. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta. LkiS. Widyastuti Purbani. Analisis Wacana/ Discourse Analysis. Makalah Lokakarya Penelitian di UBAYA. Surabaya, 28 Januari 2005. Link. http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/dr-widyastuti-purbani-ma/discourseanalysis.pdf diunduh 25 April 2018 Mulyono, Edi., dkk., Belajar Hermeneutika: Dari Konfigurasi Filosofis menuju Praksis Islamic Studies Cetakan kedua. Yogyakarta: IRCiSoD. Assjari, Musjafak. 2010. Desain Penelitian Naratif. Journal Assessment dan Anak Berkebutuhan Khusus. Vol 9. No 2 Klaus, Krippendorf. 2004. Content Analysis and Its Methodology. USA : Sage Publication