Pengaruh Bullying Terhadap Kepercayaan Diri Remaja (Kartul) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH BULLYING TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI REMAJA



Karya Tulis Ini Disusun Untuk Memenuhi Nilai Tugas Akhir Bahasa Indonesia



Oleh: Adinda Nurilmi Firdaus Pricaksono 0044027340



YAYASAN PEMBINA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA SMP LABSCHOOL KEBAYORAN Jl. K.H Ahmad Dahlan No. 14 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp. (021) 7398935, Fax. (021) 7208966



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang selalu melimpahkan karunia-Nya. Berkat karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Pada proses penyusunan karya tulis ini, tidak sedikit hambatan yang penulis alami. Penulis harus berterima kasih kepada orang tua penulis yang telah mendukung penulis untuk mengerjakan karya tulis ini, serta teman-teman Savetya Dyasara, dan tidak lupa guru-guru yang telah membimbing penulis dan selalu melayani penulis jika penulis bertanya atau berkonsultasi. Karya tulis ini berjudul “Pengaruh Bullying Terhadap Kepercayaan Diri Remaja” dan disusun oleh penulis untuk memenuhi tugas akhir Bahasa Indonesia SMP Labschool Kebayoran. Penulis paham bahwa karya tulis ini masih memiliki kekurangan dan tentunya jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran Anda. Penulis dengan senang hati menanggapinya. Akhir kata, semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi para pembaca. Amiin.



Penulis,



Adinda Nurilmi F. P.



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar...................................................................................................... i Daftar Isi............................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penulisan karya tulis.................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 3 1.4.1 Manfaat Bagi Penulis ......................................................................... 3 1.4.2 Manfaat Bagi Pembaca ...................................................................... 4 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Landasan Teori ........................................................................................ 5 2.1.1 Bullying.............................................................................................. 5 2.1.1.1 Sejarah Bullying............................................................................. 6 2.1.1.2 “Aktor” Bullying .......................................................................... 6 2.1.1.2.1 Pelaku .................................................................................. 6 2.1.1.2.2 Korban ................................................................................. 7 2.1.1.2.3 Saksi ..................................................................................... 8 2.1.1.3 Tanda-tanda Telah Terjadinya Bullying ..................................... 9 2.1.1.4 Dampak Bullying ....................................................................... 10 2.1.1.4.1 Dampak Bullying bagi Pelaku ............................................ 10 2.1.1.4.2 Dampak Bullying bagi Saksi ............................................... 10 2.1.1.4.3 Dampak Bullying bagi Saksi ............................................... 10 2.1.2 Kepercayaan Diri ........................................................................... 11 2.1.2.1 Pengertian Kepercayaan diri ................................................... 12 ii



2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri ................ 13 2.1.3 Remaja ................................................................................................ 14 2.1.3.1 Masa Praremaja..............................................................,............. 14 2.1.3.2 Masa Remaja Awal ..................................................................... 14 2.1.3.3 Masa Remaja Akhir .................................................................... 16 2.2 Metodologi Penelitian ................................................................................. 18 2.2.1 Jenis Penelitian ................................................................................... 18 2.2.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 18 2.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 18 2.2.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 19 2.3 Deskripsi Hasil Penelitian..........................................................................



19



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 27 3.2 Saran......................................................................................................... 27 Lampiran .............................................................................................................



29



Daftar Pustaka....................................................................................................... 31 Daftar Diagram...................................................................................................... 33 Riwayat Penulis.................................................................................................... 34



iii



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1.



Latar Belakang Manusia memiliki perubahan karakter yang berbeda-beda seperti menjadi lebih



baik atau buruk. Seiring dengan berjalannya waktu manusia akan berubah menjadi semakin dewasa, karena perubahan tersebutlah manusia mempunyai tahapan dalam hidupnya. Tahapan manusia dimulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, sampai lansia. Tahapan balita merupkan tahap dimana kita belajar hal-hal yang sederhana, seperti belajar berjalan, berlari, membaca, menulis, menghitung dan lain sebaginya. Tahapan anak-anak merupakan tahapan dimana kita akan memasuki lingkungan baru selain lingkungan keluarga, yaitu lingkungan sekolah. Tahapan remaja merupakan tahapan dimana kita mengalami perubahan perubahan fisik maupun emosi. Tahapan dewasa adalah tahapan dimana kita sudah menjadi pribadi mandiri dan mulai meninggalkan keluarga. Dan yang terakhir, tahapan lansia merupakan tahapan terakhir kita dan di tahap ini kita akan menikmati hasil yang kita peroleh dari tahapan sebelumnya. Disetiap masa terdapat tantangan masing-masing, contohnya adalah masalah sosial. Di setiap tahapan hidup manusia pasti ada saja masalah sosial yang di hadapi. Contohnya di tahapan remaja. Saat masa remaja pasti akan bertemu dengan banyak masalah sosial, salah satu contohnya adalah pengucilan, saling mengejek, sampai melukai fisik, dan semua itu dapat membuat seseorang terintimidasi juga tersakiti, hal ini dapat di sebut dengan bullying. Bullying adalah aksi yang menyebabkan seseorang atau suatu kelompok menderita. Aksi ini dilakukan oleh seseorang ataupun kelompok yang lebih kuat kepada seseorang ataupun kelompok yang lebih lemah, kejadiannya akan terjadi



1



2



berulang kali dan pelaku tersebut melakukan bullying dengan perasaan senang. bullying ini dapat dilakukan dimanapun, kapanpun, dan bisa secara fisik maupun non fisik. Bullying fisik adalah salah satu jenis bullying yang paling mudah dikenali. Jika terjadi tipe bullying ini, yang menjadi korban akan menerima berbagai perlakuan fisik yang kasar, mulai dari menghalangi jalan korban, menyandung, mendorong, memukul, menjambak, hingga melempari dengan benda-benda. Berbeda dengan bullying fisik, bullying non fisik atau verbal bullying dilakukan dengan kata-kata, pernyataan, julukan, dan tekanan psikologis yang menyakitkan atau merendahkan. Karena dampaknya tidak terlihat secara langsung, pelakunya tak akan ragu untuk melontarkan ucapan-ucapan yang tidak pantas. Bullying ini biasanya ditujukan pada anak yang fisik, penampilan, sifat, atau latar belakang sosialnya berbeda dari anakanak yang lain. Dampak negatif yang dimbulkan oleh bullying ini juga tidaklah sedikit, salah satunya adalah kepercayaan diri korban akan terganggu. Biasanya sang korban akan merasa kepercayaan dirinya menjadi lebih rendah, karena korban tersakiti dan percaya pada pelaku yang membuatnya rendah. Jika kepercayaan diri seseorang sudah rendah maka hidupnya akan berantakan dan tidak akan sama seperti yang sebelumnya. Karena saat kepercayaan diri seseorang sudah rendah orang itu tidak akan bisa melakukan segala sesuatu dengan benar. Contohnya jika orang itu diminta untuk melakukan presentasi di dalam kelasnya, bisa jadi ia akan tergagap saat melakukannya bahkan ada yang sampai gemetar dan menangis karena ia tidak mempunyai kepercayaan diri lagi. Tetapi tidak sedikit yang ingin membalas dendam karena ia pernah di-bully. Seseorang yang ingin membalas dendam biasanya tidak terima bahwa ia direndahkan oleh orang lain. Masih banyak masalah lain yang ditimbulkan dari bullying dan rendahnya kepercayaan diri remaja. Bukan hanya membuat hidup seseorang hancur saja, bullying dan rendahnya kepercayaan diri juga dapat mempengaruhi psikis dan lain



2



3



sebagainya. Oleh karena itu pada karya tulis ini penulis akan membahas pengaruh bullying pada kepercayaan diri remaja.



1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah bullying berpengaruh terhadap kepercayaan diri? 2. Apakah kepercayaan diri dapat mempengaruhi kegiatan sehari-hari?



1.3. Tujuan Penulisan Karya Tulis Tujuan dalam penulisan karya tulis ini, yaitu: 1. Untuk membuktikan adanya pengaruh dari bullying terhadap kepercayaan diri. 2. Untuk membuktikan adanya pengaruh dari kepercayaan diri terhadap kegiatan sehari-hari.



1.4 Manfaat Penulisan Karya Tulis 1.4.1. Manfaat Bagi Penulis Manfaat yang diharapkan akan didapatkan dari penulisan karya tulis ini adalah: 1. Penulis dapat memberitahu adanya pengaruh dari bullying terhadap kepercayaan diri kepada pembaca.



3



4



2. Penulis dapat memberitahu adanya pengaruh dari kepercayaan diri terhadap kegiatan sehari-hari kepada pembaca.



1.4.2. Manfaat Bagi Pembaca Manfaat yang diharapkan akan didapatkan setelah membaca karya tulis ini adalah: 1. Pembaca dapat mengetahui bahwa adanya pengaruh dari bullying terhadap kepercayaan diri. 2. Pembaca dapat mengetahui bahwa adanya pengaruh dari kepercayaan diri terhadap kegiatan sehari-hari.



4



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bullying Bullying adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan cara menyakiti oleh seseorang atau kelompok yang merasa lebih kuat secara fisik maupun mental kepada yang lebih lemah secara berulang-ulang tanpa ada perlawanan dengan tujuan membuat korban menderita. Olweus (2004) mengatakan bahwa bullying adalah tindakan yang bersifat negatif yang dimunculkan seseorang atau lebih, yang dilakukan berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu. Bullying melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif yang diterimanya. Hampir setiap anak pernah mengalami suatu bentuk perlakuan tidak menyenangkan dari anak lain yang lebih tua atau lebih kuat. Rigby (2003) mengemukakan bahwa bullying merupakan salah satu bentuk dari perilaku agresif. Kemudian pengertian agresif sendiri yaitu suatu serangan tau tindakan seseorang yang ditunjukan kepada seseorang atau benda. Masih banyak lagi pengertian bullying yang di kemukakan oleh para peneliti, tetapi kita bisa menarik kesimpulan bahwa bullying adalah sebuah tindakan atau perilaku agresi dan negatif yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk menyakiti orang lain secara berulang kali. Dan sifatnya mengganggu orang lain karena dampaknya adalah ketidak nyamanan orang lain atau korban bullying.



5



6



2.1.1.1 Sejarah Bullying Bullying telah menjadi sebuah masalah selama berabad-abad dan pada tahun 1970-an Professor Dan Olweus adalah ilmuwan pertama yang memfokuskan studi pada topik tersebut dan mengkontribusikan data ilmiahnya pada literatur bullying. Hasil studi dari Olweus mengesankan banyak peneliti sosial di dunia. Sebelum abad ke-20 berakhir, ratusan studi serupa telah dilakukan di banyak negara. Buku, artikel, website, video, dan CD mulai bermunculan dengan maksud untuk menjelaskan apa saja yang perlu kita lakukan untuk mengurangi bahkan menghentikan bullying. Penelitian bullying dimulai di negara-negara Eropa. Perhatian penelitian di Norwegia dan Swedia pada tahun 1980-an mengarah pada kampanye intervensi nasional pertama menentang bullying. Kesuksesan penelitian ini memotifasi negaranegara lain untuk meneliti bullying. Sejak akhir tahun 1980-an, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah melaksanakan penelitian-penelitian lintas bangsa setiap empat tahun berkenaan dengan perilaku sehat pada anak-anak usia sekolah. 2.1.1.2 “Aktor” bullying Bullying sebenarnya tercipta ketika tiga peran atau aktor yang bertemu di suatu tempat. Situasi ini sama seperti pentas pertunjukan dengan tiga aktor yang memerankan perannya masing-masing. Aktor-aktor itu adalah pelaku, korban dan saksi. 2.1.1.2.1 Pelaku Pelaku bullying adalah peran yang paling utama dari kejadian bullying. Aktor yang menjadi peran ini sudah pasti mempunyai kekuatan dan kekuasaan diatas korban. Banyak sekali faktor mengapa seseorang menjadi pelaku bullying. Pada umumnya pelaku melakukan bullying karena merasa tertekan, terancam, terhina, dendam, dan lain sebagainya. Contohnya pelaku bullying yang disebabkan oleh korban dari keadaan lingkungan. Lingkungan membentuk kepribadiannya menjadi agresif dan kurang



7



mampu mengendalikan emosi, seperti lingkungan rumah yang tidak harmonis karena adanya pertengkaran orangtua atau broken home, kekerasan yang dilakukan orangtua terhadap anaknya, perlakuan orangtua yang terlalu mengekang anaknya. Sementara



itu



Psikolog



Clara



Wriswanto



dari



Jagadnita



Counseling



mengemukakan bahwa penyebab seseorang menjadi pelaku bullying bisa dari berbagai faktor seperti orang tua yang terlalu memanjakan anaknya, keadaan keluarga yang berantakan sehingga diri anak tersisihkan, atau hanya karena anak tersebut meniru perilaku bullying dari kelompok pergaulannya serta tayangan bernuansa kekerasan di internet atau televisi. Selain itu, lingkungan sekitar rumah juga berpengaruh besar terhadap pelaku bullying ini, misalnya anak hidup pada lingkungan orang yang suka berkelahi atau bermusuhan, berlaku tidak sesuai norma yang ada, maka pelaku akan mudah meniru perilaku dari lingkungan tersebut dan tidak merasa bersalah. Lingkungan sekolah juga bisa menjadi faktor penyebab seseorang menjadi pelaku bullying, misalnya guru berbuat kasar terhadap siswa, guru yang kurang memperhatikan kondisi anak, teman yang sering mengejek atau menghina, dan lain sebagainya. 2.1.1.2.2 Korban Korban bullying juga salah satu peran utama dari kejadian bullying karena korban turut serta memelihara dan melestarikan situasi bullying. Seseorang bisa menjadi korban dikarenakan mereka diam, terlebih di saat pelaku sedang menjalankan aksinya. Rata-rata korban bullying tidak pernah melapor kepada orang tua dan guru jika mereka telah dianiaya atau ditindas. Sikap diam korban ini tentunya mempunyai alasan. Alasan yang utama adalah mereka berpikir jika melaporkan situasi yang ia hadapi sekarang tidak akan menyelesaikan masalah. Jika korban melaporkan ke guru kemudian pelaku akan dipanggil dan ditegur, yang terjadi berikutnya bukannya masalah selesai malah pelaku akan kembali menghadang dan memberikan intimidasi yang lebih parah dari yang



8



sebelumnya. Pelaku tentunya akan memberi ancaman jika korban jika korban berani melapor, dan dari sisi korban ancaman pelaku lebih nyata dan lebih menakutkan dibanding konsekuensi jika tidak melapor. Maka menurut para korban mendiamkan perilaku bullying adalah pilihan terbaik. Diamnya korban juga dilandasi keyakinan bahwa baik orang tua maupun guru tidak akan mampu menangani bullying. Ketidakpercayaan kepada guru berakar pada logika bahwa jika guru menindak pelaku bullying, hasilnya justru akan memperparah situasi pada sang korban. Ketidakpercayaan kepada orang tua menyebabkan perspektif bahwa orang tua tidak pernah berada di sekolah. Maka korban berpikir bahwa orangtua mereka tidak akan mungkin mau mengerti persoalan yang ia hadapi apalagi mampu menanganinya. Hal-hal situasional seperti tidak eratnya hubungan antara orang tua dan anak juga dapat membuat anak terisolasi dan tidak akan berpikir meminta bantuan pada orang tuanya untuk mengatasi situasi bullying. Apalagi jika ia berhadapan dengan system nilai orang tua atau pendidik yang cenderung menganggap bullying sebagai peristiwa lazim dan sarana ujian mental. Biasanya ciri korban adalah orang yang sulit bergaul, kepercayaan dirinya rendah, canggung, menyebalkan, dan lain lain. Tetapi ada juga ciri Korban yang tidak masuk akal untuk menjadi bahan bullying, seperti tampan dan cantik atau pintar. Yang pasti pelaku akan menjadikan sesuatu yang berbeda menjadi bahan bullying. 2.1.1.2.3 Saksi Saksi bullying adalah tokoh sampingan, tetapi pelaku juga tetap membutuhkan peran ini karena tujuan utama pelaku adalah memperlihatkan kekuasaannya dihadapan saksi. Saksi bisa berupa saksi aktif dan pasif. Saksi aktif adalah saksi yang ikut serta melakukan bullying dengan menertawakaannya atau ikut mengejek korban. Sedangkan saksi pasif adalah saksi yang diam.



9



Saksi yang aktif bisa jadi telah menjadi anggota kelompok yang dipimpin oleh pelaku. Saksi yang seperti ini menjadi anggota di karenakan banyak hal. Seperti, ia memang memiliki kesamaan dengan sang pemimpin kelompok, atau ikut-ikutan untuk menyelamatkan dirinya dengan berpikir lebih baik ikut serta melakukan bullying daripada menjadi korban. Saksi aktif ini bisa juga bukan merupakan anggota kelompok sang pelaku. Ia hanya kebetulan berada di tempat kejadian bullying berlangsung, namun tergerak untuk turut menyoraki sang korban karena nalurinya untuk bergabung dengan sang pelaku. Lagi-lagi ini merupakan naluri penyelamatan diri agar ia tidak menjadi korban berikutnya. Apa pun statusnya, saksi aktif ini berperan sebagai pemandu sorak, ia memberi validasi dan legitimasi bagi pelaku bullying untuk melancarkan aksinya sekaligus motivasi untuk semakin merajalela. Adapun saksi pasif yang juga berada di arena bullying lebih memilih diam karena alasan yang wajar yaitu takut. Jika ia menolong korban dan ikut campur, ia akan turut menjadi korban, baik saat itu juga maupun nanti. Jika ia melapor pada orang dewasa, lagi-lagi penganiayaan akan turut menimpa dirinya. Situasi seperti ini menumpulkan empati sang saksi. Mereka akan berpikir untuk diam demi keselamatannya, apalagi jika korban bukanlah temannya. walaupun korban adalah temannya, saksi juga tidak bisa berbuat apa-apa karena takut konsekuensi yang harus ia hadapi jika ia menolong korban. 2.1.1.3 Tanda-tanda Telah Terjadinya Bullying Jika bullying telah terjadi pasti ada tanda-tandanya. Tanda-tanda itu tergantung dengan jenis bullying yang korban dapatkan, contohnya seperti bullying fisik korbannya pasti akan mendapatkan luka fisik dan jika verbal bullying koban akan berubah sikapnya. Secara umun tanda-tandanya berupa sulit tidur (insomnia), Sulit berkonsentrasi, tiba-tiba menjauhkan diri dari aktivitas yang disukai sebelumnya, tampak gelisah, lesu, muram, putus asa terus-menerus, kehilangan kepercayaan diri, mudah cemas, menutup diri dari orang-orang sekitar.



10



2.1.1.4 Dampak Bullying 2.1.1.4.1 Dampak Bullying bagi Pelaku Mungkin banyak yang mengira bahwa dampak hanya akan terjadi pada korban, padahal tidak seperti itu. Bullying juga mempunyai dampak bagi pelaku, apalagi jika pelaku melakukan bullying sejak kecil. Dampak yang akan didapat adalah pelaku tersebut bisa tumbuh kembang menjadi seorang kriminal atau bisa saja pelaku dihantui perasaan bersalah seumur hidupnya. Pelaku bullying juga dinilai lebih berisiko menyalahgunakan obat-obatan terlarang dan alkohol, berisiko memiliki prestasi yang buruk di sekolah, dan bermasalah dengan hukum. 2.1.1.4.2 Dampak Bullying bagi Saksi Tidak hanya pelaku, saksi bullying pun juga mendapatkan dampaknya. Penelitian menunjukkan bahwa saksi bullying pun mengalami dampak psikologis yang luar biasa. Saksi akan melihat secara nyata bahwa sekolahnya tidak aman, bahwa lingkungan tempat ia belajar setiap hari tidak kondusif dan tidak nyaman karena ada orang yang bisa melakukan kekerasan berupa bullying, dan tidak ada yang berani berbuat apa-apa. Saksi terkadang merasakan apa yang korban rasakan, tetapi lebih pada kehawatiran. Tetapi ada juga saksi yang mendapat dampak seperti pelaku, yaitu dihantui rasa bersalah atau bisa juga saksi ini menjadi pelaku yang berikutnya dan menjadi pelaku kriminal di kemudian hari. 2.1.1.4.3



Dampak Bullying bagi Korban



Dampak bagi korban adalah dampak yang paling berat jika dibandingkan dengan dampak bagi saksi dan pelaku. Hasil studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource Center Sanders menunjukkan bahwa bullying dapat membuat korban merasa cemas dan ketakutan, dan menuntun mereka untuk menghindari tempat tersebut. Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi



11



self-esteem korban, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap stress dan depreasi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih ekstrim, bullying dapat mengakibatkan korban berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh diri (commited suicide). Coloroso (2006) mengemukakan bahayanya jika bullying menimpa korban secara berulang-ulang. Konsekuensi bullying bagi para korban, yaitu korban akan merasa depresi dan marah, bisa terhadap dirinya sendiri, terhadap pelaku bullying, terhadap orang-orang di sekitarnya dan maupun orang dewasa yang tidak dapat atau tidak mau menolongnya. Berhubung tidak mampu lagi muncul dengan cara-cara yang konstruktif untuk mengontrol hidupnya, ia mungkin akan mundur lebih jauh lagi ke dalam pengasingan. Terkait dengan konsekuensi bullying, perilaku bullying berkontribusi terhadap rendahnya tingkat kehadiran, rendahnya self-esteem, tingginya depresi, tingginya kenakalan remaja dan kejahatan orang dewasa. Dampak negatif bullying juga tampak pada penurunan skor tes kecerdasan (IQ) dan kemampuan analisis korban. Berbagai penelitian juga menunjukkan hubungan antara bullying dengan meningkatnya depresi dan agresi.



2.1.2 Kepercayaan Diri Kepercayaan diri datang dari perasaan nyaman dan percaya pada kemampuan diri sendiri. Hal ini merupakan keadaan pikiran yang disampaikan pada orang lain melalui suara,



gerak



tubuh,



sikap,



dan



tindakan.



Kurangnya



kepercayaan



diri



dikarakterisasikan dengan sering bergumam dan meragukan diri sendiri. Hal ini dapat menahan dan mencegah seseorang untuk menyadari potensi yang dimiliki. Kepercayaan diri sangatlah berhubungan erat dengan bullying. Jika seseorang mempunyai tingkat kepercayaan diri yang sangat berlebih, ia bisa saja menjadi pelaku



12



bullying. Berlaku juga sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat rendah, ia sangat bisa menjadi korban bullying. Namun ada juga seseorang yang tadinya kepercayaan dirinya normal, menjadi rendah akibat bullying. Kepercayaan diri sangatlah berpengaruh pada kegiatan sehari hari, apalagi yang berhubungan langsung dengan orang lain. Seperti saat presentasi, berbicara di depan umun, memimpin sesuatu, atau bahkan saat memasuki lingkungan baru dan ingin mencari teman baru. Sekecil apapun interaksi itu, kepercayaan diri akan berpengaruh besar kepada interaksi yang dilakukan. 2.1.2.1 Pengertian Kepercaya Diri Lauster (1978) mengemukan bahwa kepercayaan diri merupakan keyakinan akan kemampuan diri sendiri sehingga seseorang tidak terpengaruh orang lain dan menggambarkan sikap yang mandiri dimana individu mampu melakukan sesuatu tanpa tergantung dengan orang lain, optimis yaitu mempunyai pandangan dan harapanharapan yang baik akan dirinya serta toleran dimana seseorang mampu berempati dan menerima kekurangan dirinya maupun orang lain. Walgito (1978) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan dasar bagi berkembangnya sifat-sifat mandiri, kreatif, dan bertanggung jawab, sebagai ciri manusia yang berkualitas yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan masa depan. Enung Fatimah (2006) mengartikan kepercayaan diri sebagai sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Rasa percaya diri adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri. Sedangkan Hasan (2010) menjelaskan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan akan kemampuan diri sendiri secara akurat dan menyadari kemampuan-kemampuan yang dimiliki serta dapat memamfaatkannya secara tepat.



13



Menurut Hakim (dalam Polpoke, 2004) secara sederhana mengungkapkan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut mempunyai rasa mampu untuk mencapai berbagai tujuan yang ada di dalam hidupnya. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan terhadap diri sendiri yang bersifat positif dan dapat mempengaruhi kemandirian, kreativitas, dan tanggung jawab seseorang. 2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercaya Diri Faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seeseorang sangatlah banyak. Menurut Hakim (2002), faktor-faktornya dapat terbagi menjadi tiga, yaitu lingkungan keluarga, pendidikan formal, dan pendidikan non formal. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama dalam kehidupan



setiap



manusia,



lingkungan



keluarga



sangatlah



mempengaruhi



pembentukan awal rasa percaya diri pada seseorang. Rasa percaya diri baru bisa tumbuh dan berkembang baik sejak kecil, jika seseorang berada di dalam lingkungan keluarga yang baik, namun sebaliknya jika lingkungan keluarga tidak memadai untuk menjadikan individu tersebut untuk percaya diri maka individu tersebut akan kehilangan proses pembelajaran untuk percaya pada dirinya sendiri. Pendidikan keluarga sangatlah menentukan baik buruknya kepribadian seseorang. Pendidikan formal bisa juga diartikan sebagai sekolah. Sekolah merupakan lingukngan kedua bagi anak, artinya lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang paling berperan setelah lingkungan keluarga. Sekolah memberikan ruang pada anak untuk mengekspresikan rasa percaya dirinya terhadap teman-teman sebayanya. Kepercayaan diri dapat meningkat bila seseorang memiliki suatu kelebihan yang dapat membuat orang lain merasa kagum. Kelebihan tersebut dapat didapatkan dari



14



pendidikan non formal. Contohnya mengikuti kursus bahasa asing, jurnalistik, bermain alat musik, memasak, pendidikan keagamaan dan lainnya. 2.1.3 Remaja Penggunaan istilah untuk menyebutkan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa adalah puberty (Inggris), puberteit (Belanda), pubertas (latin), yang berarti kedewasaan yang dilandasi oleh sifat tanda-tanda kelaki-lakian. Masa remaja dapat dibagi dengan 3 masa, yaitu masa praremaja, masa remaja awal, dan masa remaja akhir. 2.1.3.1 Masa Praremaja Di dalam masa ini, timbul hormon-hormon yang memberikan stimulasi pada tubuh sehingga pada masa ini remaja akan merasakan rasa tidak tenang, rasa yang belum pernah dirasakan sebelumya. Menurut Hurlock (1990) dalam masa ini remaja akan bersikap anti terhadap lingkungan dan kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang. Gejala-gejala yang akan dihadapi di masa ini adalah ingin mengisolasi diri, mengalami kemalasan untuk melakukan sesuatu terutama dalam belajar atau berkerja, koordinasi tubuh fungsi berkurang sehingga terasa canggung, mengalami kebosanan dalam mengerjakan suatu hal, mengalami kegelisahan atau tidak tenang, mengalami pertentangan terhadap sosial, menentang dan menantang orang dewasa, mengalami kepekaan emosi, mengalami kurang percaya diri, mulai tertarik kepada lawan jenis, timbul kepekaan terhadap perasaan asusila, dan bertambanh sering berkhayal dan melamun. 2.1.3.2 Masa Remaja Awal Pada masa remaja awal laki-laki maupun perempuan akan timbul suatu kesadaran terhadap dirinya, hal tersebut sering disebut dengan physic alself atau body image. Contoh dari physicalself atau body image yaitu seorang perempuan merasa cantik atau tidak cantik, mempunyai mata yang indah, dan mempunyai rambut yang lurus atau



15



bergelombang. Seorang laki-laki yang sadar terhadap tubuhnya sendiri, entah tinggi atau pendek, tampan atau jelek, dan lainnya. Begitu juga dengan teman-temannya, mereka yang tampan dan cantik akan dijadikan pembicaraan dengan kata-kata yang bagus. Banyak yang berusaha keras melakukan diet, olahraga, dan perawatan kulit agar tubuh dan wajahnya tidak terlalu berbeda dengan golongan yang tampan atau cantik. Sebab jika mereka yang sangat berbeda, mereka akan sering mendapat penolakan dan diberi atau dilabeli dengan nama yang bersifat yang menghina sehingga yang bersangkutan yakin bagaimana orang tersebut yakin bagaimana orang lain menganggap dirinya. Pada masa ini remaja telah mengerti baik buruk, benar salah, yang diperoleh dari lingkungan keluarga dan agamanya. Mereka menganggap yang benar adalah jika adanya kesesuaian antara ideal dengan prakteknya, jika terjadi ketidaksesuaian antara kedua hal tersebut maka terjadilah konflik didalam dirinya maupun diluar. Konflik tersebutlah yang menjadi rintangan dan harus dihadapi oleh semua remaja dengan cara penyesuaian diri. Selama proses tersebut, ada remaja yang dapat melakukan penyesuaian dirinya secara positif, ada juga remaja yang melakukan penyesuaian diri secara negatif. Beberapa contoh penyesuaian diri yang positif adalah dengan tidak menunjukan adanya ketegangan emosional, tidak menunjukan adanya mekanisme psikologis, tidak adanya frustasi pribadi, memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri, menghargai pengalaman, dan bersikap realistis dan obyektif. Hal-hal ini biasanya berlaku kepada orang dewasa yang sudah benar-benar matang. Penyesuaian diri yang salah terdiri atas bentuk reaksi bertahan, reaksi menyerang, dan reaksi melarikan diri. Reaksi bertahan adalah suatu usaha untuk meyakinkan dirinya bahwa ia tidak mengalami kegagalan, meskipun sebenarnya ia mengalami kegagalan dan kekecewaan. Bentuk-bentuk reaksi bertahan yaitu usaha bertahan



16



dengan mencari-cari alasan yang masuk akal, usaha untuk melupakan hak yang tidak menyenangkan, dan usaha menuduh pihak lain dengan berbagai alasan. Reaksi menyerang adalah suatu usaha untuk menutupi kegagalan atau tidak mau menyadari kegagalan dengan tingkah laku yang menyerang. Bentuk-bentuk reksi menyerang yaitu senang membenarka diri sendiri, senang mengganggu orang lain, menggertak dengan ucapan atau perbuatan, menunjukan sikap permusuhan secara terbuka, menunjukan sikap merusak, keras kepala, dan membalas dendam. Reaksi melarikan diri adalah usaha melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalan, reaksi itu terlihat dalam bentuk mereaksikan keinginan yang tidak dicapai. Reaksi-reaksi tersebut berupa banyak tidur, meminum minuman keras, dan pencandu obat-obatan terlarang. 2.1.3.3 Masa Remaja Akhir Pada masa ini kondisi emosi remaja relatif stabil. Bila menghadapi sesuatu yang menyenangkan atau menyedihkan remaja akan besikap atas hasil pemikirannya sendiri. Hal tersebut tidak menjamin seseorang akan selalu mempunyai hubungan baik dengan orang lain, tidak jarang juga mereka bertengkar. Remaja mempunyai tujuan utama dari seluruh perkembangannya yaitu untuk menemukan identitas diri. Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004) identitas diri adalah persatuan yang terbentuk dari asas-asas, cara hidup, dan pandangan yang menentukan cara hidup selanjutnya di dalam masyarakat. Untuk mengetahui identitas diri remaja harus dapat mencari jawaban atas pertanyaan who am i? What am i? Where I belong to? Untuk dapat menjawab ketiga pertanyaan tersebut, remaja harus dapat melepaskan diri dari ikatan orang tua dan membentuk cara hidup pribadi yang dirasa ada keserasian antara kebutuhan diri dalam hubungan dengan orang lain dan harus menemukan suatu tempat yang menerimanya. Jika remaja tidak menemukan identitasnya maka ia akan mengalami krisis identitas. Krisiis identitas terjadi karena mengalami goncangan karena perubahan



17



dalam dirinya maupun dari luar dirinya, seperti sikap orang tua, guru, serta melepaskan diri orang tua dan bergabung dengan teman sebayanya. Nilai yang ada didalam dirinya menjadi luntur karena bertemu dengan nilai-nilai yang baru. Krisis identitas adalah hal yang normal, apalagi dengan hal ini remaja memungkinkan mempuyai perkembangan yang luas. Hal ini juga bersifat sementara dan ditandai dengan kekuatan berlebihan dan menimbulkan konflik baruyang disalurkan dalam aktifitas yang konstruktif sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang lain. Masa remaja akhir merupakan periode kritis atau critical period dalam berbagai hal yaitu sosial, pribadi, dan moral. Bila dalam masyarakat terjadi ketidak adilan dan sebagainya mereka akan bersikap kritis, sesuai dengan pertimbangan moral dan etis. Perkembangan yang telah dimiliki sejak masa remaja awal akan dimantapkan menjadi dasar memandang diri dan lingkungan nya untuk masa selanjutnya. Pemantapan tersebut dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, pandangannya terhadap lingkungan masyarakat, lemah kuatnya pribadi, citra diri, dan rasa kepercayaan diri. Maka dari itu dapat kita simpulkan bahwa kepercayaan diri melekat sangat kuat dengan perkembangan remaja. Dari teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa pada masa remaja, bullying pasti akan terjadi. Apalagi saat memasuki masa remaja awal dimana para remaja sudah mempunyai kesadaran terhadap dirinya dan mulai mengelompokkan remaja yang lain dengan standar fisik maupun mental. Bullying juga meimbulkan dampak kepada kepercayaan diri remaja. Jika kepercayaan diri sudah terganggu maka kegiatan kesehariannya juga akan terganggu.



18



2.2 2.2.1



Metodologi Penelitian Jenis Penelitian Untuk mencari tahu serta menjawab permasalahan dalam penelitian ini,



Penulis menggunakkan metode kuantitatif. Metode kuantitatif diterapkan dengan melakukan survei. Harapan Penulis setelah melakukan survei permasalahan dapat terjawab dengan lebih jelas, mendalam, dan konkret melalui respon dari para responden. 2.2.2



Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan November tahun 2019 di SMP Labschool



Kebayoran. 2.2.3



Populasi dan Sampel Penelitian Sesuai dengan perumusan permasalahan penelitian ini, seluruh siswa dan



siswi kelas 9 SMP Labschool Kebayoran tahun 2019/2020 menjadi objek penelitian dengan jumlah 227 siswa. Penulis memutuskan untuk memilih populasi ini karena semua siswa dan siswi kelas 9 SMP Labschool Kebayoran tahun 2019/2020 merupakan remaja. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti dan mencari tahu pendapat siswa dan siswi kelas 9 SMP Labschool Kebayoran tahun 2019/2020 tentang pengaruh bullying terhadap kepercayaan diri seseorang dan kepercayaan diri terhadap kegiatan keseharian. Penulis juga memutuskan untuk melakukan penyebaran survey kepada kelas 9 SMP Labschool Kebayoran tahun 2019/2020 supaya hasil data yang diperoleh bersifat menyeluruh dan merepresentasikan satu tingkatan Sekolah Menengah Pertama di SMP Labschool Kebayoran. Untuk menjawab permasalahan penelitian, penulis mengambil sampel kepada 56 orang atau 25% kepada 6 kelas dari IX-A sampai IX-F. Subjek Kelas 9



Populasi 227



Sampel 56



19



Total populasi : 227 Total sampel 2.2.4



: 56



Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang Penulis gunakan ialah dengan membagikan



survey online. Survei adalah pengumpulan informasi dari kelompok yang mewakili sebuah populasi. 2.3



Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil survey yang ditanggapi oleh 56 responden, didapatkan hasil



sebagai berikut:



Pernahkan responden mendapatkan bullying dari orang lain? 13%



88%



iya



tidak



Diagram 2.4 Berdasarkan diagram 2.4 dapat terlihat bahwa 87% (49 responden) pernah mendapatkan bullying dari orang lain. sedangkan sisanya yaitu 13% (7 responden) belum pernah mendapatkan bullying dari pihak lain. dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden pernah menjadi korban bullying.



20



Selanjutnya penulis ingin mengetahui apakah bullying mempengaruhi kepercayaan diri responden, lalu diperoleh hasil sebagai berikut:



Apakah bullying berdampak pada kepercayaan diri responden? 10%



5%



71%



84% ya, menjadi lebih baik



ya, menjadi lebih buruk



tidak



Diagram 2.5 Berdasarkan diagram 2.5 dapat terlihat bahwa 85% (47 responden) mengatakan bahwa kepercayaan dirinya menjadi lebih buruk seletah mendapat bullying. 10% (6 responden) mengatakan bahwa bullying tidak berpengaruh pada kepercayaan dirinya. 5% (3 responden) mengatakan bahwa kepercayaan dirinya menjadi lebih baik setelah mendapat bullying. Dapat disimpulkan bahwa bullying berpengaruh dan menurunkan kepercayaan diri sebagian besar respoden. Berikutnya penulis ingin mengetahui apakah perubahan kepercayaan diri tersebut mengganggu kegiatan keseharian para responden, lalu diperoleh hasil sebagai berikut:



21



Apakah perubahan kepercayaan diri responden berdampak pada keseharian responden? 9%



9%



82% ya, semuanya menjadi lebih baik tidak



ya, semuanya menjadi lebih buruk



Diagram 2.6 Berdasarkan diagram 2.6 dapat terlihat jika 82% (46 responden) mengatakan bahwa perubahan kepercayaan diri berdampak buruk kepada kegiatan kesehariannya. 9% (5 resonden) mengatakan jika perubahan kepercayaan diri tidak berdampak pada kegiatan kesehariannya, dan 9% (5 responden) mengatakan perubahan kepercayaan diri berdampak baik pada kegiatan kesehariaannya. Dapat disimpulkan bahwa perubahan kepercayaan diri berdampak buruk kepada keseharian responden. Selanjutnya penulis ingin mengetahui bagaimana cara responden menyikapi perilaku bullying tersebut, lalu diperoleh hasil sebagai berikut:



22



Bagaimana cara responden menyikapi bullying? 6% 10%



18%



34%



32%



bercerita dan mengadukan ke orang lain mengacuhkannya lainnya



introspeksi diri membalasnya



Diagram 2.7 Berdasarkan diagram 2.7 dapat dilihat bahwa 37 responden (34%) memilih cara mengacuhkan pelaku. 35 responden (32%) memilih cara mengintrospeksi dirinya sendiri. 20 responden (18%) memilih cara bercerita dan mengadukan kepada orang lain. 11 responden (10%) memilih cara membalas pelaku. Sedangkan 7 responden (6%) memilih cara yang lain untuk menyikapi bullying. Dapat disimpulkan jika responden mempunyai cara beragam untuk menyikapi bullying. Berikutnya penulis ingin mengetahui apakah responden pernah melihat teman sekitarnya di-bully, lalu diperoleh hasil sebagai berikut:



23



Pernahkah responden melihat teman disekitarnya dibully? 2%2%



36%



60%



tidak pernah



jarang



sering



selalu



Diagram 2.8 Berdasarkan diagram 2.8 dapat terlihat bahwa 60% (34 responden) mengatakan jika mereka sering melihat teman mereka di-bully oleh orang lain. 36% (20 responden) mengatakan bahwa mereka jarang melihat teman mereka di-bully oleh orang lain. 2% (1 responden) mengatakan bahwa mereka selalu melihat teman mereka di-bully oleh orang lain. dan 2% (1 responden) mengatakan jika ia tidak pernah melihat temannya di-bully oleh orang lain. dapat disimpulkan bahwa hampir semua responden pernah melihat teman disekitarnya di-bully. Selanjutnya penulis ingin mengetahui pendapat responden mengenai apakah bullying dapat mempengaruhi kepercayaan diri temannya, lalu diperoleh hasil sebagai berikut:



24



Apakah bullying dapat memengaruhi kepercayaan diri teman responden? 2%



98% ya



tidak



Diagram 2.9 Berdasarkan diagram 2.9 dapat terlihat hampir semua responden yaitu 98% (55 responden) mengatakan bahwa bullying dapat mempengaruhi kepercayaan diri temannya. Sedangkan sisanya atau 2% (1 responden) mengatakan bahwa bullying tidak dapat mempengaruhi kepercayaan diri temannya. Dapat disimpulkan bahwa orang lain juga dapat melihat bullying mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Selanjutnya penulis ingin mengetahui jika kepercayaan diri teman responden berubah apakah berdampak kepada kegiatan kesehariannya, lalu diperoleh hasil sebagai berikut:



25



Menurut responden jika kepercayaan diri teman yang di-bully tersebut berubah, apakah hal itu memengaruhi kegiatan kesehariannya? 2%



98% ya



tidak



Diagram 2.10 Berdasarkan diagram 2.10 dapat terlihat bahwa hampir semua responden yaitu 98% (55 responden) mengatakan bahwa perubahan kepercayaan diri teman mempengaruhi kegiatan kesehariannya. Sedangkan sisanya yaitu 2% (1 responden) mengatakan bahwa perubahan kepercayaan diri teman tidak mempengaruhi kegiatan kesehariannya. Dapat disimpulkan bahwa orang lain juga melihat jika kegiatan keseharian terganggu oleh perubahan kepercayaan diri yang disebabkan oleh bullying. Berikutnya penulis ingin mengetahui begaimana sikap responden saat mengetahui temannya di-bully, lalu diperoleh hasil sebagai berikut :



26



Bagai mana sikap responden saat mengetahui teman responden menjadi korban bullying? 5% 15% 36%



44%



membantu meningkatkan kepercayaan dirinya melawan pelaku yang melakukan bullying tersebut



memberi support lainya



Diagram 2.11 Berdasarkan diagram berikut dapat terlihat bahwa 44% (51 responden) memilih memberikan support kepada korban. 36% (41 responden) memilih membantu meningkatkan kepercayaan diri korban. 15% (17 responden) memilih untuk melawan pelaku yang melakukan bullying kepada korban. 5% (6 responden) memilih cara yang lainnya untuk menyikapi teman yang menjadi korban bullying tersebut. Dapat disimpulkan bahwa para responden memiliki berbagai cara untuk menyikapi seseorang yang menjadi korban bullying. Deskripsi ini dibuat oleh penulis untuk memperjelas hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini.



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Seluruh data dan pembahasan yang telah Penulis jabarkan pada bab sebelumnya menunjukkan pengaruh bullying berdampak terhadap kepercayaan diri remaja. Dari teori yang dijelaskan pada bab sebelumnya serta penelitian yang dilakukan melalui survei kepada responden, Penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sebagian besar dari remaja merasakan penurunan kepercayaan diri setelah di-bully. Setelah penuruan kepercayaan diri, remaja yang di-bully juga akan terganggu kegiatan kesehariannya. Tidak hanya diri sendiri yang merasakan orang-orang sekitar juga melihat perubahan tersebut. Banyak cara untuk menyikapi bullying, contohnya seperti introspeksi diri sendiri, bercerita dan mengadukan ke orang lain, mengacuhkannya, dan membalas pelaku bullying. 3.2 Saran Setelah melakukan penelitian ini, Penulis ingin memberikan beberapa saran bagi pembaca sebagai berikut: 1. Pembaca harus menghilangkan potensi menjadi korban dengan cara meningkatkan kepercayaan diri, memperbanyak teman, mempelajari skills baru, ikut suatu organisasi, dan lain-lain. 2. Pembaca harus membentengi diri dari pelaku bullying dengan cara melawannya, jika tidak bisa melawan berikan sikap yang menunjukan jika kau bukanlah seseorang yang dapat direndahkan. Karena jika terlihat pasrah maka para pelaku akan senang. 3. Jika pembaca tidak bisa melawan dan menunjukan sikap menolak, maka sebisa mungkin hindari orang-orang yang berpotensi menjadi pelaku bullying.



28



4. Jika pembaca merupakan saksi dari peristiwa bullying, jangan pernah berpikir untuk menyelamatkan diri dengan ikut-ikutan pelaku. Hal tersebut dapat membahayakan diri sendiri, karena jika pelaku sudah bosan dengan korban lama maka andalah korban barunya. 5. Jika pembaca merupakan Saksi peristiwa bullying, jangan malu dan takut untuk menolong sang korban.



Tidak hanya bagi korban dan saksi bullying saja penulis juga akan memberi saran kepada pelaku bullying. Penulis menyarankan agar pelaku cepat sadar akan perilaku buruknya yang akan membahayakan orang lain dan dirinya sendiri, jangan mementingkan perasaan puas semata, pikirkanlah masa depan mu dan masa depan orang yang kau bully, karena bullying tidak hanya berdampak kepada sang korban, bullying juga akan berdampak pada pelaku.



Lampiran Survey Karya Tulis Pengaruh Bullying Terhadap Kepercayaan Diri Remaja



Pililah salah satu jawaban! 1. Apakah anda pernah mendapat bullying dari orang lain? (Dapat berupa tatapan yang merendahkan, sindiran, perlakuan fisik, dan lainnya) a. Ya b. Tidak 2. Apakah hal itu berdampak pada kepercayaan diri anda? a. Ya, menjadi lebih buruk b. Ya, menjadi lebih baik c. Tidak 3. Apakah perubahan kepercayaan diri anda berdampak pada kegiatan keseharian anda? a. Ya, kegiatan sehari-hari menjadi lebih baik b. Ya, kegiatan sehari-hari menjadi lebih buruk c. Tidak 4. Bagaimana cara anda menyikapi hal tersebut? (dapat memilih lebih dari satu jawaban)  Bercerita dan mengadukan ke orang lain  Introspeksi diri  Mengacuhkannya  Membalasnya  Lainnya 5. Apakah anda pernah melihat teman disekitar anda di-bully? a. Tidak pernah b. Jarang c. Sering d. Selalu



29



6. Apakah bullying tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan diri teman anda yang di-bully? a. Ya b. Tidak 7. Menurut anda jika kepercayaan diri teman yang di-bully tersebut berubah, apakah hal itu mempengaruhi kegiatan kesehariannya? a. Ya b. Tidak 8. Sebagai seorang teman bagaimana sikap anda saat mengetahui teman anda menjadi korban bullying? (dapat memilih jawaban lebih dari satu)  Membantu meningkatkan kepercayaan dirinya  Memberi support  Melawan pelaku yang melakukan itimidasi tersebut  Lainnya



30



Daftar Pustaka



Barnes, Anna. 2018. How To Be Confident. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. B. Hurlock, Elizabeth. 1990. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan dalam Suatu Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Coloroso, Barbara. 2006. Penindas, Tertindas, dan Penonton (Resep Memutuskan Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga SMU). Jakarta: Serambi Ilmu Pustaka. Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Pustaka Setia. Hakim, Thursan. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa Swara. KajianPustaka.com. 2018. “Pengertian, Unsur, Jenis, Ciri-ciri dan Skenario Bullying”. https://www.kajianpustaka.com. Diakses pada Bulan Mei 2019. Lauster, P. 1978. The Personalily Test. London: Pan Books Olweus, Dan. 2004. Bullying at school : What we know and what we can do (Understanding Childers World). Oxford : Blackwell Publishing. Rigby, Ken. 2007. Bullying in schools: and what to do about it. Acer Press: Camberwell Australia. Rumini, Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Penerbit rineka cipta.



31



SEJIWA. 2008. Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta: PT Grasindo. Sobatask.



2017.



“Dampak



Bullying



:



Pelaku,



Korban,



dan



Penonton”.



https://sobatask.net. Diakses pada Bulan Mei 2019. Walgito, Bimo. 1978. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi.



32



Daftar Diagram 2.4



Diagram 1 ................................................................................... 19



2.5



Diagram 2 ................................................................................... 20



2.6



Diagram 3 ................................................................................... 21



2.7



Diagram 4 ................................................................................... 22



2.8



Diagram 5 ................................................................................... 23



2.9



Diagram 6 ................................................................................... 24



2.10



Diagram 7 ................................................................................... 25



2.11



Diagram 8 ................................................................................... 26



33



RIWAYAT HIDUP PENULIS Adinda



Nurilmi



atau



yang



kerap



dipanggil dinda lahir di Jakarta, 26 Oktober 2004. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis mempunyai seorang kakak perempuan bernama Anisa Nurizky yang



sedang



menempuh



pendidikan



kedokteran di universitas padjadjaran pada saat ini.



Saat ini, Penulis beraktivitas sebagai pelajar di SMP Labschool Kebayoran yang beralamat di J.l. K. H. Ahmad Dahlan no. 14, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sejak tahun 2017. Sebelumnya, saat berada di Taman Kanak-kanak penulis bersekolah di TK Bait Al-Fallah, pada saat Sekolah Dasar penulis bersekolah di SDN 03 Pagi. Harapan dan cita-cita penulis saat ini adalah dapat diterima di salah satu sekolah menengah atas unggulan yaitu SMA Labschool Kebayoran, dan berharap dapat melanjutkan ke perguruan tinggi negeri, yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.



34